Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Veteriner Maret 2014 Vol. 15 No.

1: 87-93
ISSN : 1411 - 8327

Kepekaan Telur Spesific Pathogen Free dan Clean Egg


Terhadap Virus Flu Burung
(SENSITIVITY OF SPESIFIC PATHOGEN FREE EGGS AND CLEAN EGG
TO THE AVIAN INFLUENZA VIRUSES SUBTYPE H5N1)

Gusti Ayu Yuniati Kencana1,


I Nyoman Suartha2, Arini Nurhandayani3 , Muh Ramadhan4

1
Laboratorium Virologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana,
Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali
Email : yuniatikencana@gmail.com
2
Laboratorium Penyakit Dalam Hewan Besar, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana
3
PT. Sanbio Laboratories, Gunung Putri, Wanaherang, Bogor
4
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Email : madh4nd@yahoo.com

ABSTRAK

Penyakit avian influenza di Indonesia lebih dikenal dengan flu burung yang disebabkan oleh virus
avian influenza subtipe H5N1 (VAI-H5N1). Vaksinasi telah menjadi salah satu strategi utama untuk
memberantas VAI-H5N1 di Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi vaksin potensial seperti
kandungan virus dan media yang digunakan untuk propagasi virus. Salah satu media untuk propagasi
virus adalah telur ayam berembrio yang bebas pathogen (specific pathogen free/SPF). Mengingat produksi
telur SPF terbatas dan mahal, perlu dicari cara alternatif yaitu penggunaan Telur Bersih. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sensitivitas telur SPF dan clean egg untuk propagasi VAI-H5N1. Penelitian
ini menggunakan seed virus flu burung (A/ Chicken/West Java (Subang)/29/2007) yang ditanamkan dalam
telur SPF dan clean egg. Untuk menemukan nilai embryo infective dose 50% (EID50) digunakan metode Reed
and Muench. Sensitivitas SPF telur dan telur Bersih ke VAI-H5N1 diuji dengan analisis statistik Chi-
square. Virus Avian Influenza subtipe H5N1 titer diproduksi 106.83EID 50/0.1mL pada SPF telur dan
106.17EID50/0.1ml pada Clean Egg. Secara statistika, sensitivitas telur SPF dan clean egg pada VAI-H5N1
tidak berbeda nyata. Dapat ditarik simpulan bahwa telur SPF dan clean egg sama baiknya sebagai
tempat propagasi virus flu burung.

Kata-kata kunci: Avian influenza, sensitivitas, SPF, Clean Telur, EID50

ABSTRACT

Avian Influenza which is in Indonesia known as Flu Burung is caused by the avian influenza virus
subtype H5N1 (AIV-H5N1). Vaccination is one of the major strategies for preventing and eradicating
AIV-H5N1 in Indonesia. Several factors can affect the potential vaccine such as viral content and media
used for the propagation of the virus. One of the media commonly used to propagate the virus is pathogen
specific free (SPF) embryonated chicken eggs. However, as the SPF eggs production is limited and expensive,
the use of clean embryonated chicken eggs as an alternative need to examined. This study aimed to
determine the sensitivity of SPF and clean embryonated chicken eggs to the AIV-H5N1. The virus used
was seed avian influenza virus (A/ Chicken/West Java (Subang)/29/2007) which haa previously were
propagated in SPF eggs and the Clean Eggs. The virus titer was determined as Embryo infective Dose 50%
(EID50) using Reed and Muench method. Sensitivity of SPF eggs and Clean Egg to the VAI-H5N1 was
compared using Chi-square statistical analysis. The titers of Avian Influenza Virus subtype H5N1 were
106.83EID50/0.1ml in SPF eggs and 106.17EID50/0.1 ml in the Clean Eggs. Statistical analysis showed that,
the sensitivity of SPF Eggs and Egg Clean for the propagation of the VAI-H5N1 was not significantly
different.

Key word : Avian influenza, sensitivity, SPF, Clean Egg,EID50

87
Muh. Ramadhan et al Jurnal Veteriner

PENDAHULUAN manusia di Indonesia yang meninggal dunia


karena terserang VAI-H5N1 dikonfirmasi
Penyakit avian influenza (AI) di Indonesia sebanyak 141 orang.
lebih dikenal dengan istilah flu burung. Agen Virus avian influenza sudah menulari
penyebabnya adalah virus avian influenza manusia di Thailand dengan jumlah kasus
subtipe H5N1 (VAI-H5N1). Hewan yang sebanyak sembilan orang, dan tujuh orang di
terserang pada umumnya adalah bangsa unggas antaranya meninggal dunia. Wabah flu burung
namun demikian virus AI-H5N1 dapat pula juga pernah terjadi di Vietnam dan
menyerang mamalia termasuk pula manusia menyebabkan kasus pada manusia sebanyak 22
serta dapat menyebabkan kematian baik pada kasus, 15 orang di antaranya meninggal dunia
hewan maupun pada manusia yang terinfeksi. (WHO,2005). Kasus flu burung pada manusia
Oleh karena itu penyakit AI dikategorikan di seluruh dunia sampai 11 Maret 2009 telah
sebagai penyakit zoonosis yang sangat mencapai 411 kasus, yang tersebar di 15 negara,
berbahaya karena dapat menimbulkan 256 orang di antaranya meninggal dunia (WHO,
kematian sangat tinggi pada inang yang 2009).
terserang. Penyakit AI berdampak Sampai saat ini, sumber penularan virus
multikompleks, mulai dari pengaruh kerugian AI pada manusia masih dianggap berasal dari
ekonomi, ketahanan dan keamanan pangan, unggas. Oleh karena itu maka pencegahan
kesehatan masyarakat, sosial budaya, politik, terhadap infeksi AI pada unggas menjadi sangat
serta dampak psikologi (Arindayani, 2009). penting. Strategi yang umum dilakukan untuk
Wabah AI terjadi di berbagai negara dan telah pengendalian AI pada unggas adalah
menimbulkan kepanikan pada industri pemusnahan unggas yang telah tertular dalam
perunggasan karena menyebabkan kematian radius tertentu (stamping out / preemptive
unggas yang sangat tinggi dan kerugian ekonomi culling), biosekuritas, dan vaksinasi. Program
bagi peternak (Deptan, 2005). vaksinasi telah dijadikan salah satu strategi
Sampai saat ini penyakit AI masih bersifat utama untuk upaya penanggulangan penyakit
endemik di Indonesia yang ditandai dengan AI di Indonesia (OIE, 2005).
letupan-letupan wabah yang terjadi sepanjang Tingkat keberhasilan vaksinasi AI sangat
tahun. Munculnya penyakit AI di Indonesia tergantung pada tingkat kecocokan antara strain
diyakini pertama kali pada Agustus 2003 di virus AI lapangan dan vaksin yang digunakan,
Jawa Barat dan Jawa Tengah (Asmara et al., kualitas vaksin, program vaksinasi dan
2005). Penyakit flu burung sudah terjadi di aplikasinya. Virus AI-H5N1 asal Indonesia telah
Indonesia sejak tahun 2003 dan wilayah yang berevolusi menjadi beberapa sub-liniage sebagai
terjangkit mencapai sembilan provinsi, terdiri akibat dari pengaruh geografi Indonesia yang
dari 51 kabupaten/kota dengan jumlah unggas berupa kepulauan, sehingga masing-masing
yang mati mencapai 4,13 juta ekor (Asmara, wilayah memiliki kekhasan genetik yang
2007). berbeda-beda (Smith et al., 2006).
Sepanjang tahun 2008 hingga 2009 kasus Jenis vaksin komersial yang beredar di
flu burung pada unggas dideteksi positif di Indonesia juga memerlukan perhatian yang
Kabupaten Cianjur sebesar 30%, Kabupaten serius. Hal ini disebabkan oleh sifat virus AI
Blitar sebesar 1,9%, Kabupaten Tangerang yang dapat mengalami perubahan antigenik.
sebesar 4,9%, Kabupaten Serang sebesar 12,7%, Tingkat kesesuaian antara vaksin yang
serta di Kabupaten Padeglang sebesar 17,4% digunakan dan virus AI yang beredar di
(Hewajuli dan Dharmayanti, 2012). Begitu juga lapangan haruslah tinggi (Naipospos, 2006).
halnya kasus AI pada ayam di Bali yang Vaksin yang baik adalah vaksin yang
ditemukan selama periode 2009 hingga 2011 memiliki homologi genetik dan antigenik yang
menunjukkan masih adanya penyakit tersebut mendekati sempurna dengan virus yang beredar
dan belum dapat ditangani secara tuntas di wilayah yang bersangkutan (Mahardika et
(Kencana et al., 2012). al., 2009). Beberapa faktor yang memengaruhi
Kasus VAI-H5N1 pada manusia di potensi vaksin di antaranya adalah kandungan
Indonesia bersumber dari virus AI asal hewan. virus vaksin serta media yang digunakan untuk
Kasus AI yang terjadi pada manusia memperbanyak virus. Untuk perbanyakan
menunjukkan sejarah pernah kontak langsung virus AI dibutuhkan media yang peka terhadap
atau tidak langsung dengan unggas yang sakit pertumbuhan virusnya sehingga hasil yang
sebanyak 79 % (Kandun et al., 2008). Jumlah didapatkan menjadi maksimal. Kepekaan media

88
Jurnal Veteriner Maret 2014 Vol. 15 No. 1: 87-93

tersebut sangatlah penting dalam perbanyakan METODE PENELITIAN


virus, begitu pula halnya dengan perbanyakan
virus AI-H5N1. Bahan Penelitian
Dalam memperbanyak virus AI-H5N1 Sampel virus yang digunakan pada
diharapkan tingkat infeksi virus yang tinggi penelitian ini adalah seed virus avian influenza
terhadap media yang digunakan untuk subtipe H5N1 (A/chicken/ West Java (Subang)/
perbanyakan virus, sehingga kepekaan media 29/2007) yang disediakan oleh PT. Sanbio
sangat berperan. Salah satu media untuk Laboratories, Kab. Bogor, Jawa Barat. Seed
memperbanyak virus AI adalah telur ayam virus tersebut merupakan seed yang akan
bertunas (TAB) berumur 9-10 hari. digunakan sebagai bahan baku produksi vaksin
Perbanyakan virus mutlak diperlukan pada AI oleh PT. Sambio Laboratories.
proses pembuatan vaksin AI. Adapun bahan-bahan lain yang digunakan
Umumnya TAB yang digunakan untuk adalah telur spesific pathogen free (SPF)
memperbanyak virus AI-H5N1 adalah telur berumur 10 hari sebanyak 20 butir dan telur
spesific pathogen free (SPF). Telur SPF berasal Clean Egg yang juga berumur 10 hari sebanyak
dari ayam yang tidak divaksin dan dijamin bebas 20 butir, phosphate buffered saline (PBS) pH
dari penyakit patogen tertentu diantaranya 7,0.
penyakit avian adenoviruses group I- celo virus
type I, avian adenoviruses group III (eds), avian Rancangan Penelitian
encephalomyelitis, avian influenza (tipe A), avian Penelitian ini merupakan penelitian
paramyxovirus type II, avian reovirus, eksperimental adapun caranya dengan
haemophilus paragallinarum, infectious menginokulasikan virus AI-H5N1 masing-
bronchitis– ark, infectious bronchitis–CONN, masing pada 20 butir telur SPF dan clean egg
infectious bronchitis–JMK, infectious bronchitis dengan pengenceran yang berbeda. Pada tahap
– mass, infectious bursal diseases, infectious pascapanen dilakukan perhitungan titer virus
laryngotracheitis, lymphoid leukosis viruses, AI-H5N1 hasil inokulasi pada telur SPF dan
marek’s disease (serotipe 1, 2, 3), mycoplasma clean egg. Titer virus AI-H5N1 dinyatakan
gallisepticum, mycoplasma synoviae, newcastle dengan Embrio infective dose 50% (EID-50) yang
disease, reticuloendotheliosis, Salmonella dihitung menggunakan metode Reed and
pullorum-gallinarum (Jinan Spafas Poultry Co., Muench. Selanjutnya kepekaan telur SPF dan
Ltd , China, 2012). Mengingat produsen telur clean egg terhadap infeksi virus AI-H5N1 diuji
SPF yang terbatas sehingga harganya menjadi dengan analisis Chi-square.
mahal maka produsen vaksin akhirnya mencari
alternatif dengan menggunakan telur clean egg. Penyiapan TAB
Telur clean egg adalah telur yang berasal Telur ayam bertunas yang akan digunakan
dari ayam yang tidak divaksin untuk penyakit diperiksa telebih dahulu di dalam ruangan gelap
tertentu sesuai permintaan dari konsumen dengan menggunakan eggs candler/ teropong
(dalam hal ini adalah produsen vaksin). Clean telur. Hal ini bertujuan untuk menentukan
egg harganya relatif lebih murah dibandingkan fertilitas telur dan untuk memastikan keadaan
dengan telur SPF dan pada saat ini sudah embrio masih dalam keadaan sehat. Caranya
diproduksi di Indonesia yakni di Bandung (Jawa adalah dengan melihat gerakan embio dan
Barat). Sementara itu telur SPF harganya mengamati keadaan pembuluh darahnya yang
cukup mahal dan saat ini masih didatangkan masih tampak merah. Setelah didapatkan telur
dari luar negeri (informasi dari PT. Sanbio yang sehat maka langkah selanjutnya adalah
Laboratories, komunikasi pribadi). Namun membuat tanda pada kantong udara dengan
demikian, sampai saat ini belum diketahui menggunakan pensil. Di bagian atas kantong
besarnya tingkat kepekaan telur clean egg dan udara juga diberikan tanda dengan
telur SPF terhadap infeksi virus AI-H5N1 isolat menggunakan pensil untuk tempat melubangi
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk telur. Langkah selanjutnya adalah
mengetahui kepekaan telur clean egg dan telur memberikan tanda angka pengenceran virus
SPF terhadap infeksi virus AI-H5N1isolat asal yang akan diinokulasikan pada setiap telur yang
Subang (Jawa Barat). digunakan yakni masing–masing sebanyak lima
butir telur SPF maupun clean egg.

89
Muh. Ramadhan et al Jurnal Veteriner

Titrasi Seed Virus Flu Burung kemudian kulit/kerabang telur dikelupas secara
Langkah awal dalam menyiapkan aseptic. Membrana khorioallantois dan amnion
inokulum adalah dengan mengeluarkan tabung disingkap dan digunting lalu cairan allantoisnya
vial yang berisi sediaan seed virus AI-H5N1 disedot dengan mengunakan spuit secara hati-
dari dalam lemari pendingin bersuhu kurang hati agar kuning telur tidak ikut tersedot.
lebih -70ºC, kemudian didiamkan beberapa saat Masing-masing telur yang dipanen
agar mencair. Titrasi virus dilakukan dengan menggunakan spuit yang baru, setiap spuit
cara disiapkan sebanyak sembilan buah tabung diberi tanda sesuai dengan label yang ada pada
eppendorf yang ditempatkan secara teratur dan telur. Hasil panen cairan alantois selanjutnya
diberikan label untuk masing-masing disimpan di dalam tabung eppendorf steril dan
pengenceran mulai dari pengenceran 10-1 sampai ditempatkan pada refrigerator bersuhu 40 C
dengan pengenceran 10-9. Selanjutnya ke dalam sampai dipergunakan.
setiap tabung eppendorf ditambahkan PBS pH
7,0 sebanyak 4,5 mL yang telah ditambahkan Penyiapan Sel Darah Merah / Red Blood
dengan antibiotika penicilin dan streptomisin. Cell (RBC) Ayam 5 %.
Tabung pertama (10-1) ditambahkan dengan 0,5 Darah ayam segar diambil dengan
mL seed virus AI-H5N1 lalu dikocok secara menggunakan spuit 5 mL melalui vena
perlahan-lahan sampai tercampur merata. brachialis, selanjutnya ditampung dalam tabung
Campuran pada tabung pertama selanjutnya reaksi yang telah diisi antikoagulan EDTA,
diambil sebanyak 0,5 mL kemudian dengan dosis 1 mg/mL darah. Sel darah merah
dipindahkan ke dalam tabung kedua (10-2) dalam tabung reaksi ditambahkan PBS pH 7,0
dengan menggunakan pipet baru. Demikian kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 2000
seterusnya, pekerjaan titrasi virus diulang RPM selama 15 menit. Supernatan dibuang,
kembali sampai pada tabung ke sembilan (10-9). pellet ditambahkan PBS dan disentifugasi
kembali. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali
Inokulasi Virus AI pada TAB sehingga diperoleh suspensi sel darah merah
Hasil titrasi seed virus AI-H5N1 (A/chicken/ yang bersih dari plasma dan buffycoat. Packed
West Java (Subang)/29/2007) mulai pengenceran cell volume (PCV) dihitung dengan tabung
10-5 sampai 10-8 selanjutnya diinokulasikan hematokrit. Setelah mendapatkan angka PCV
pada 20 butir telur SPF dan 20 butir telur lalu dibuat RBC 5% dengan penambahan PBS
clean egg. Setiap pengenceran virus pH 7,0.
diinokulasikan sebanyak 0,1 mL masing-masing
pada lima butir telur SPF dan dan lima butir Uji Hemaglutinasi Cepat
telur clean egg. Inokulasi dilakukan melalui Cairan alantois hasil panen virus AI-H5N1
ruang alantois (alantois cavity) dengan diambil sebanyak satu tetes kemudian
menggunakan spuit 1 mL. Lubang tempat diteteskan di atas gelas objek yang bersih. Pada
inokulasi selanjutnya ditutup dengan gelas objek yang sama diteteskan pula satu tetes
menggunakan lem silikon. RBC 5% yang ditempatkan didekat tetesan virus
Telur ayam bertunas yang telah diinfeksi tadi.
virus AI-H5N1 kemudian diinkubasi pada suhu Kedua tetesan tersebut (cairan alantois dan
37oC di dalam inkubator selama dua hari. darah) kemudian diaduk secara merata dengan
Pengamatan terhadap keadaan embrio menggunakan batang kaca kecil. Embrio yang
dilakukan setiap 12 jam dengan cara diteropong terinfeksi virus AI-H5N1 ditandai dengan cairan
(candling) untuk memastikan bahwa embrio allantois hasil panen yang dapat
masih hidup. Telur yang embrionya telah mati mengagglutinasi sel darah merah ayam 0,5 %.
segera dikeluarkan dari inkubator untuk Reaksi dikategorikan positif apabila terbentuk
selanjutnya dimasukkan ke dalam refrigerator kristal seperti pasir pada campuran antara
bersuhu 4 o C guna mencegah terjadinya cairan alantois dengan RBC ayam 0,5 %.
pembusukan.
Analisis Data
Panen Cairan Alantois Telur ayam bertunas yang telah diinfeksi
Telur ayam berembrio yang telah disimpan virus AI-H5N1 baik itu telur SPF maupun clean
pada suhu 4oC selama 4-24 jam kemudian egg ndidata berdasarkan jumlah telur yang
dikeluarkan. Bagian rongga udara telur positif dan negatif pada setiap pengenceran.
didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%, Titer virus pada telur SPF maupun clean egg

90
Jurnal Veteriner Maret 2014 Vol. 15 No. 1: 87-93

kemudian dihitung dengan menggunakan (RNP) yang sudah uncoating akan masuk ke
metode Reed and Muench dengan satuan dalam inti sel inang untuk melakukan replikasi.
embryo infective dose 50%=EID50. Kepekaan telur Selanjutnya RNP akan meninggalkan inti dan
SPF dan clean egg terhadap VAI-H5N1 dianalisis berpindah ke membran sitoplasma setelah
dengan Chi-square. terjadi replikasi dan bergabung dengan
glikoprotein virus sebelum akhirnya budding
dan dilepaskan dari sel. Proses pelepasan virus
HASIL DAN PEMBAHASAN dari sel inang ini terjadi akibat dari aktivasi
asam nukleat virus yang akan merusak reseptor
Pada Tabel 1, disajikan bahwa virus AI- dengan cara memindahkan asam sialik dari
H5N1 masih mampu menginfeksi telur SPF permukaan sel inang (Murphy et al., 2006).
sampai pengenceran 10-7, sedangkan pada clean Beberapa media yang dapat digunakan
egg virus AI-H5N1 hanya mampu menginfeksi untuk memperbanyak virus di antaranya
sampai pada pengenceran 10 -6 . Hasil adalah telur ayam bertunas, biakan sel, dan
pengukuran titer virus AI-H5N1 dengan hewan percobaan. Telur ayam bertunas
menggunakan metode Reed and Muench merupakan media perbanyakan virus yang
didapatkan bahwa titer virus AI-H5N1 pada paling sering digunakan untuk menumbuhkan
telur SPF sebesar 106,83 EID50/0,1 mL, sedangkan virus AI. Infeksi highly pathogenic avian
titer virus AI-H5N1 pada clean egg sebesar 106,17 influenza (HPAI) dapat menimbulkan kematian
EID50/ 0,1 mL. Data respons VAI-H5N1 pada embrio dengan rataan berkisar antara 48 sampai
telur SPF dan clean egg dianalisis secara 72 jam. Namun demikian, ada juga beberapa
statistik dengan uji Chi-square. Hasil uji strain virus AI yang dapat menyebabkan
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan kematian embrio 24-48 jam setelah
(p>0.05). Uji statistika menunjukkan bahwa diinokulasikan 0,2 mLl ke dalam ruang alantois
kepekaan telur SPF dan clean egg terhadap VAI- telur ayam berembrio umur 10-11 hari (Swayne
H5N1 tidak berbeda nyata (p>0.01). dan Halvorson, 2003).
Proses replikasi virus AI diawali dengan Pada umumnya perbanyakan virus untuk
proses melekatnya virus pada reseptor memproduksi vaksin yang digunakan adalah
permukaan sel inang yang mengandung asam telur SPF. Telur SPF berasal dari ayam yang
sialik. Virus kemudian merusak sel dan masuk tidak divaksin dan dijamin bebas dari penyakit
ke dalam endosom. Pada pH lingkungan yang patogen tertentu. Mengingat telur ayam SPF
rendah akan menggertak fusi virus dan produksinya terbatas, di samping itu juga
melakukan uncoating. Ribonukleoprtotein harganya yang mahal maka dicarilah alternatif

Tabel 1. Hasil respons virus flu burung terhadap telur SPF dan clean egg

Respon VAI-H5N1 Terhadap TAB


Pengenceran Virus Telur SPF Clean Egg
∑Telur + - ∑ Telur + -
Diinokulasi Diinokulasi

10-5 5 5 0 5 5 0
10-6 5 5 0 5 3 2
10-7 5 3 2 5 0 5
10-8 5 0 5 5 0 5
Titer 106,83 EID50/0,1 mL 106,17 EID50/ 0,1 mL
VAI-H5N1

X2 0,343

Keterangan : (+) : Terjadi aglutinasi pada rapid HA, TAB terinfeksi virus
(-) : Tidak terjadi aglutinasi pada rapid HA, TAB tidak terinfeksi virus
VAI : virus avian influenza; TAB : telur ayam bertunas; SPF : specific pathogen
free; EID : embryo infected dose

91
Muh. Ramadhan et al Jurnal Veteriner

dengan menggunakan telur clean egg. Harga SARAN


clean egg relatif lebih murah dibandingkan
dengan telur SPF karena diproduksi di Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang
Indonesia, dan telur tersebut dapat diperoleh di pengaruh maternal antibodi yang terkandung
Bandung (Jawa Barat). pada clean egg agar dapat diperoleh hasil yang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa maksimal.
kepekaan telur SPF dibandingkan dengan clean
egg terhadap infeksi virus AI-H5N1, ternyata
tidak jauh berbeda. Kepekaan telur SPF adalah UCAPAN TERIMA KASIH
sebesar 106,83EID50/0,1 mL, sedangkan clean egg
adalah sebesar 106,17EID50/0,1mL. Perbedaan Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosis infeksi yang tipis pada embrio ayam ini Dekan FKH Universitas Udayana yang telah
secara statistika tidak berbeda nyata (p>0.01). memberikan izin magang di PT. Sanbio
Salah satu faktor yang memengaruhi laboratories. Serta penghargaan yang setinggi-
pertumbuhan virus AI-H5N1 di dalam telur tingginya kepada PT.Sanbio Laboratories yang
ayam bertunas adalah kandungan maternal telah memfasilitasi seluruh penelitian ini. Juga
antibodi. Telur ayam memiliki yolk kepada semua pihak yang telah mendukung
immunoglobulin (IgY) dalam kuning telur yang dalam penelitian ini.
mengandung kekebalan bawaan dari induk atau DAFTAR PUSTAKA
dikenal dengan maternal antibodi. Produksi IgY
terhadap berbagai jenis antigen dapat dilakukan Arindayani. 2009. Pengetahuan, Sikap, dan
pada telur ayam bertunas (Soejoedono et al., Perilaku Masyarakat Mengenai Flu Burung
2005). Fungsi biologi IgY sama dengan IgG di Daerah Kelurahan Manis Jaya
mamalia. Imunoglobulin Y dengan mudah dapat Tangerang. Jakarta. Fakultas Kesehatan
diproduksi dan dimurnikan dengan hasil yang Masyarakat Universitas Indonesia.
tinggi dari kuning telur ayam yang telah Asmara W, Wibowo MH, Tabbu CR. 2005.
diimunisasi. Teknik tersebut telah digunakan Hemagglutinin Subtype Identification of
sebagai strategi yang aman dan murah dalam Avian Influenza Virus Isolated from Various
upaya untuk mengontrol dan mencegah infeksi Species of Birds Using RT-PCR. J Sain Vet
bakteri dan virus pada hewan ternak 23(1) : 42-6.
(Chalghoumi et al., 2009b; Vega et al., 2011). Asmara W. 2007. Peran Biologi Molekuler
Hasil analisis statistika menunjukkan Dalam Pengendalian Avian Influenza dan
bahwa kepekaan telur SPF dibandingkan Flu Burung. Pidato Pengukuhan Guru
dengan clean egg terhadap infeksi virus AI- Besar Fakultas Kedokteran Hewan.
H5N1 ternyata tidak berbeda nyata, yakni Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
kepekaan telur SPF adalah sedikit lebih besar Chalghoumi R, Marcq C, Thewis A, Portetelle
dibandingkan clean egg. Hasil tersebut D, Beckers Y. 2009b. Effects of feed
kemungkinan dipengaruhi oleh adanya maternal supplementation with specific hen egg yolk
antibodi yang ada di dalam kuning telur. antibody (immunoglobin Y) on Salmonella
Kandungan maternal antibodi dalam kuning species cecal colonization and growth
telur yang berpengaruh terhadap kepekaan telur performances of challenged broiler chickens.
clean egg pascainokulasi VAI-H5N1 perlu diteliti Poult Sci 88 : 2081–2092.
lebih lanjut. Departemen Pertanian. 2005. Buku pedoman
dan Pencegahan Flu Burung (Avian
Influenza) pada Peternakan Unggas skala
SIMPULAN kecil. Buku Petunjuk Mengenai Avian
Influenza. Jakarta. Direktorat Jendral
Clean egg dapat digunakan sebagai media Peternakan Departemen Pertanian.
alternatif yang menggantikan telur SPF untuk Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2012.
propagasi virus avian AI-H5N1. Telur SPF dan Sirkulasi Virus Flu burung subtipe H5 pada
clean egg memiliki kepekaan yang sama Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa
terhadap infeksi virus AI-H5N1 Timur Sepanjang Tahun 2008-2009. Jurnal
Veteriner 13 (3) : 293-302.

92
Jurnal Veteriner Maret 2014 Vol. 15 No. 1: 87-93

Kandun IN, Tresnaningsih E, Purba WH, Lee Smith GJD, Naipospos TSP, Nguyen TD, de
V, Samaan G, Harun S, Soni E, Septiawati Jong MD, Vijaykrishna D, Usman TB,
C, Setiawati T, Sariwati E, Wandra T. Hasan SS, Dao TV, Bui NA, Leung YHC,
2008. Factors associated with case fatality Cheung CL, Rayner JM, Zhang JX, Poon
of human H5N1 virus infections in LLM, Li KS, Nguyen VC, Hien TT, Farrar
Indonesia: a case series. Lancet 372 : 744- J, Webster RG, Chen H, Peiris JSM, Guan
9. Y. 2006. Evolution and Adaptation of H5N1
Kencana GAY, Mahardika IGNK, Suardana Influenza Virus In Avian and Human Host
IBK, Astawa INM, Dewi NMK, Putra GNN. in Indonesia And Vietnam. Virology 350 (2)
2012. Pelacakan Kasus flu Burung pada : 258-268.
Ayam dengan Reverse Transcriptase Soejoedono RD, Wibawan IWT, Hayati Z. 2007.
Polymerase Chain Reaction. Jurnal Pemanfaatan telur Ayam Sebagai Pabrik
Veteriner 13(3) : 303-308 Biologis: Produksi “Yolk Immunoglobulin”
Mahardika IGNK, Suartha IN, Suardana IBK, (IgY) Anti Plaque dan Diare dengan Titik
Kencana GAY, Wibawan IWT. 2009. Berat pada Anti Streptococcus mutan,
Perbandingan Sekuens Konsensus Gen Esscherichia coli dan Salmonella
Hemaglutinin Virus Avian Influenza. enteritidis.
Jurnal Veteriner 10(1) : 12-16. Swayne DE, Harvorson DA. 2003. Influenza.
Murphy FA. 2006. Veterinary Virology. Third In. Diseases of Poultry. Saif YM. 11thEd.
Ed. New York: Academic Press. Iowa State Univ. Press. USA.
Naipospos TSP. 2006. Poultry Vaccination: A Vega C, Bok M, Chacana P, Saif L, Fernandez
Key Tool in the Control of Avian Influenza. F, Parreno V. 2011. Egg yolk IgY:
Paper Presented at International protection against rotavirus induced
Symposium on the Challenge and diarrhea and modulatory effect on the
Implication of Avian Influenza on Human systemic and mucosal antibody responses
Security: Sharing Problems, Sharing in newborn calves. Vet Immunol
Solutions. Jakarta, 13-14 July 2006. Immunopathol 142 : 156–169.
Office International des Epizooties .(OIE). 2005. WHO. 2005. Global Influence Program
Manual of Diagnostic Tests and Vaccines Surveilence Network Evolution of H5N1
for Terrestrial Animals 2004. Version Avian Ifluenza in Asia. Emerge Infect Dis
Adopted May 2005, Chapter 2.7.12., Avian 11 : 1515-1521
Influenza. http://www.oie.int/eng/normes/ WHO. 2009. http://www.who.int/csr/disease/
mmanual/A~00037.htm. diakses Juni 2012 137avian_influenza/country/cases table_
2009_03_11/en/index.html. Diakses 29 Juni
2012

93

Anda mungkin juga menyukai