Anda di halaman 1dari 19

Pondok Ilmu HABITAT ORANG-ORANG PENGEMBANG ILMU

Search this

 home
 about me
 teknik sterilisasi komersial dalam industri pangan
« KARYA SEJARAH MIKROBIOLOGI DALAM MENJAWAB PERANAN BIDANG MIKRO MODERN
Produksi Insulin Via Bakteri E. Coli Sebagai Pencegah Diabetes Melitus »

6JAN
PERAN MIKROORGANISME DALAM
PEMBUSUKAN SAMPAH ORGANIK
Posted January 6, 2012 by Mochammad Agus Krisno Budiyanto, Dr.M.Kes. in Uncategorized. Leave a Comment

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik.
Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun,
beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel
tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat
seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang
ini disebut mikrobiolog. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista,
dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap
sebagai bagiannya, meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan
bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat
dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri
secara mitosis.
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003).
Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan
antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan
sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme
ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang
tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena
ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan.
Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-
enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan
makanan tersebut sudah ada.
MACAM-MACAM MIKROORGANISME DALAM PEMBUSUKAN SAMPAH
Proses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan effective microorganisme yang
disingkat EM. EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus. Jepang,
dengan EM4 nya. Dalam EM ini terdapat sekitar 80 genus microorganisme fermentor.
Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan
organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu: Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp,
Streptomycetes sp, Ragi (yeast),Actinomycetes.
Teknologi EM (Effective Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang pertanian, peternakan,
perikanan, lingkungan, kesehatan dan industri. Meski sudah banyak kalangan masyarakat yang
menggunakan tapi tidak banyak yang tahu tentang EM, komposisi kandungan, fungsi dan jenis-jenis
EM.
EM merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok, 10
Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan coklat dengan pH
3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan
multiple efect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam
amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur
fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam
nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen
dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat
perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang
dihasilkan.
Actinomicetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik.
Ragi menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat
untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu
mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan
bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan.
Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanahlactobonillus
sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila disemprotkan di daun
mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan percepat kematangan buah dan
mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa
yang berfunsi antioksidan, menekan bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung
lahan, meningkatkan cita rasa produksi pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian,
meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur.Jenis-
jenis EM yang ada seperti EM1 yang berupa media padat berbentuk butiran yang mengandung 90%
actinomicetes. Berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah. EM2 terdiri
dari 80 species yang disusun berdasarkan perbandingan tertentu.
Berbentuk kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5. dalam tanah mengeluarkan antibiotik untuk
menekan patogen. EM3 terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5 dalam kaldu ikan yang
berfungsi membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino disintesa oleh bakteri fotosintetik
sehingga secara langsung dapat diserap tanaman. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi
menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob
bekerja dengan kekuatan enzim. EM5 berupa pestisida organik.

SAMPAH ORGANIK

Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua aspek
kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan. Sampah akan terus
bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang disertai semakin besarnya jumlah
penduduk di Indonesia.
Sampah merupakan bahan padat sisa proses industri atau sebagai hasil sampingan kegiatan rumah
tangga. Sampah telah banyak menimbulkan masalah, utamanya di negara – berkembang. Masalah
yang lazim muncul akibat keberadaan sampah misalnya dampak pencemaran lingkungan, seperti
timbulnya bau yang kurang sedap, sanitasi air yang berbahaya dan yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Disamping itu dari sudut pandang estetika, tidak baik (kumuh). Namun apabila dikelola
dengan baik dan benar maka sampah dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya alam yang berguna.
Di dalam semua aspek kehidupan manusia selalu menghasilkan sampah (by-product) disamping
produk utama yang diperlukan atau digunakan. Untuk daerah pedesaan, dimana pertanian
merupakan kegiatan/ pekerjaan utama dimana sampah yang dihasilkan jumlahnya sedikit yang mana
sampah tersebut dapat diuraikan sendiri oleh alam, dimana hewan memakan sisa makanan dan
bahan- bahan lain dapat dibuang ke tanah dengan demikian dapat menguraikan sampah tersebut.
Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan anaerobik
yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang dapat
digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah
mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba.
Proses dekomposisi senyawa organik oleh mikroba merupakan proses berantai. Senyawa organik yang
bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang berasal dari udara, tanah, air, dan
sumber lainnya, lalu di dalamnya terjadi proses mikrobiologis. Beberapa hal yang harus diperhatikan
agar proses tersebut berjalan lancar adalah perbandingan nitrogen dan karbon (C/N rasio) di dalam
bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH, dan jenis mikroba yang berperan
didalamnya. Indikator yang menunjukkan bahwa proses dekomposisi senyawa organik berjalan
lancar adalah adanya perubahan pH dan temperatur. Proses dekomposisi akan berjalan dalam empat
fase, yaitumesofilik,termofilik, pendinginan, dan masak.
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap
tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan,
ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb
(Pramatmaja, 2008).
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakanlimbah padat. Sampah adalah
sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan- perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian
utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi
sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau
gangguan terhadap lingkungan hidup. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga
setengah padat, dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun benda bukan
logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut dapat
berubah menurut cara pengangkutannya atau cara pengolahannya (Pramatmaja, 2008).
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan
sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali. sampah
organik dibedakan menjadi sampah organik yang mudah membusuk (misal: sisa makanan, sampah
sayuran dan kulit buah) dan sampah organik yang tidak mudah membusuk (misal : plastik dan
kertas). Kegiatan atau aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh
karena itu diperlukan sistem pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu, penanganan sampah
perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya mendapatkan tempat
atau lahan yang benar-benar aman. Maka pengelolaan sampah dapat dilakukan secarapreventive,
yaitu memanfaatkan sampah salah satunya seperti usaha pengomposan (Sulistyorini, 2005).
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan – bahan hijauan dan bahan organik
lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak
atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea. Sampah kota bisa
juga digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa sebelum diproses menjadi kompos sampah
kota harus terlebih dahulu dipilah- pilah, kompos yangrubbishharus dipisahkan terlebih dahulu. Jadi
yang nantinya dimanfaatkan sebagi kompos hanyalah sampah-sampah jenis garbagesaja. Berbeda
dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan
baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
Kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan maupun
tanaman padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan tanah, maka sifat-sifat
tanah tersebut dapat dipertahankan atau dapatditingkatkan. Apalagi untuk kondisi tanah yang baru
dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun. Oleh karena itu,
untuk mengembalikan atau mempercepat kesuburannya maka tanah tersebut harus ditambahkan
kompos (Sulistyorini, 2005).
PERAN BAKTERI TERHADAP PEMBUSUKAN SAMPAH
Pada hakekatnya sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik yang
bernilai ekonomis. Proses pembuatan pupuk organik secara konservatif membutuhkan waktu 8 – 12
minggu, sedang apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan) hanya memerlukan waktu
4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik. Perbedaan dari kedua proses pembuatan pupuk organik
tersebut ternyata terletak pada metode dan adanya bahan inokulan (EM-4, kotoran hewan, dan
cacing). Cara ini biasanya memerlukanwaktu relatif lebih singkat sehingga lebih efisien. Pembuatan
pupuk organik (kompos) dengan cara baru, telah diuji cobakan pada tanaman hortikultura, dan
hasilnya lebih baik dibanding dengan menggunakan pupuk organik hasil pemrosesan secara
konservatif (Asngad, 2005)
Penanganan sampah menjadi pupuk organik memberikan banyak keuntungan, misalnya dapat
memberdayakan ekonomi masyarakat,sebagai alternatif pengadaan lapangan kerja, bahannya
melimpah dan mudah diperoleh, serta peluang pasarnya sangat baik. Dengan adanya cara yang baru,
yaitu pemberian inokulan ( EM-4, Kotoran ayam dan cacing) pada pengolahan pembuatan pupuk
organik dapat mempercepat dan meningkatkan kualitas pupuk organik. Dengan adanya beberapa
keuntungan tersebut maka dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah
lingkungan, juga dapatdigunakan sebagai bahan penyubur tanah. Pupuk organik sendiri bukanlah
pupuk utama tetapi apabila diberikan pada tanah dapat memperbaiki tekstur tanah, karena pupuk
organik dapat meningkatkan aktivitas biologis dalam tanah, yang menyebabkan cacing tanah dapat
hidup subur dan menyebabkan tanah lebih gembur sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Struktur tanah dapat diperbaiki dengan meningkatnya porositas tanah, sehingga tanah menjadi
gembur. Perbedaan teknik tersebut berkaitan dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
proses penguraian (dekomposisi) bahan – bahan sampah, yaitu pengaturan aerasi, suhu, kelembaban,
jenis jasad pengurai (dekompucer), jenis sampahnya, kondisi sampah (utuh atau dipotong terlebih
dahulu dan ukuran potongan) serta adanya bahan – bahan tambahan seperti abu dan kapur. Untuk
jenis jasad pengurai dan metode pembuatan pupuk organik perlu dikaji lebih lanjut, mengingat kedua
hal tersebut cukup relevan dengan kualitas pupuk organik, yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada peranan pupuk organik (Asngad, 2005)
Sampah organik dan limbah organik dapat memberi manfaat kepada manusia setelah terlebih
dahulu dirobah menjadi pupuk organik oleh peranan bakteri menguntungkan bagi manusia. Bakteri
saprofit berperanan menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, sisa-sisa atau kotoran organisme.
Bakteri sahabat manusia (probiotik) tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik
lainnya.
Penguraian dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobik), material organik akan menjadi gas amoniak,
hidrogen sulfida (H2S), methana (CH4) dan senyawa lain yang lebih sederhana. Sementara dalam
kondisi cukup oksigen (aerobik), penguraian akan menghasilkan H2O dan CO2, serta senyawa lain
dalam bentuk nutrisi. Oleh karenanya, keberadaan bakteri jenis saprofit ini, sangat berperan dalam
mineralisasi di alam dan, dengan cara ini, bakteri membersihkan dunia dari sampah dan limbah
organik. Tanpa kehadiran si jasad renik ini, niscaya bumi kita akan penuh oleh sampah organik dan
limbah organik, yakni segala material yang berasal dari jasad mati, berdampingan dengan jasad
hidup.

Bakteri, agar dapat dikelola pemanfaatannya, dapat diisolat kemudian dibiakan di laboratorium serta
kemudian disimpan dalam media, dengan ditambahkan nutrisi secukupnya, tergantung masa
dorman yang diinginkan. Makin banyak sediaan nutrisinya, masa hidup bakteri dalam media ini
akan lebih lama dibanding jika nutrisi terbatas. Salah satunya yang kini ada di pasaran adalah
konsorsium aneka jenis bakteri, ragi dan fungi dalam aktivator Green Phoskko (GP-1), yang diketahui
dan telah dirasakan bermanfaat membantu manusia dalam peranannya sebagai pengurai
(dekomposer) sampah dan segala material organik. Konsorsium mikroba probiotik (sahabat manusia)
ini disajikan dalam bentuk tepung ( powder), dikemas dalam pack per 250 gram, sehingga bisa
dimobilisasi atau dibawa dengan mudah. Berisi bakteri aktinomycetes- spesies aktinomyces
naeslundii, Lactobacillus spesies delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, Cellulolytic
Bacillus Sp, ragi, dan jamur dengan populasi 10 pangkat 7 per gram Cfu. Konsorsium bakteri, dalam
aktivator bagi pembuatan pupuk organik ini, tergolong mesofilik hingga termofilik, artinya hidup
optimal pd suhu 30 sd 55 serta 60 sd 80 derajat Celcius.

Mikroba pengurai, atau dekomposer ini berfungsi melapukan atau mendekomposisi sampah organik
dan bahan organik (limbah kota, pertanian, peternakan, tinja, urine, sisa makanan, dan material
organik lainnya). Pada kondisi kelembaban, suhu, porositas dan aerasi yang sesuai dengan
kebutuhannya, bakteri ini akan bekerja terus menerus tanpa henti, atau akan mendekomposisi
material organik dengan cepat. Misal, pada penggunaan dalam penguraian bahan organik
(pengomposan) didalam komposter atau skala alat rotary kiln, 5 hari bisa menyelesaikan tugasnya
mengurai aneka bahan organik tersebut.

Cepatnya proses pengkomposan sebagai bentuk penguraian kembali bahan organik menjadi material
bersifat tanah, akan meningkatkan daya tarik dalam pembuatan kompos. Bakteri, yang bekerja tanpa
henti, akan menghilangkan kesempatan bakteri lawannya atau merugikan (patogen) memproduksi
amoniak, methan dan H2S -yang kemudian dipersepsikan masyarakat sebagai bau busuk sampah.
Dengan bakteri bekerja terus menerus, akan menekan pertumbuhan mikroba patogen, atau berbeda
dengan apa yang terjadi pada kondisi tanpa oksigen (anaerobik). Dengan saling melengkapi peranan
(simbiosis) antara teknologi mikrobiologi dan alat mesin rotary kiln, akan menurunkan biaya
pengomposan karena efisiensi dari aspek waktu, tenaga kerja dan luas lahan bagi keperluan
penumpukan sampah. Resistensi (penolakan) tetangga akan suatu pembuatan kompos berbahan
sampah dan limbah organik di sekitar pemukiman pun tidak terjadi lagi, karena memang tidak
berbau.

Bekerjanya bakteri tanpa henti ini akan berlangsung, ketika lingkungan mikro dikelola oleh fungsi
rotary kiln dalam hal menjamin kecukupan oksigen (aerasi), menjaga kestabilan PH, menjaga
temperatur, dan kelembaban. Namun persisnya kebutuhan lingkungan mikro, berbeda bagi tiap jenis
bakteri satu dengan bakteri lainnya. Untuk itu, pada teknologi Biophoskko, dibuatlah desain
komposter dan rotary kiln, sedemikian rupa, hasil perhitungan yang cermat berdasar kebutuhan
aneka jenis bakteri khusus sebagaimana terdapat dalam Green Phoskko (GP-1) tersebut. Karenanya,
dalam kepentingan mengolah sampah dan membuat kompos secara sempurna ( cepat, higienis, tidak
berbau, tidak menghidupkan hewan kecil dan serangga, serta bermutu baik yakni CN ratio< 20,
gembur tanpa harus dihancurkan oleh mesin) diperlukan kesesuaian ( compatible) antara alat ( media
komposter) dan jenis bakterinya sebagai satu kesatuan. Tanpa itu, membuat pupuk organik (kompos)
akan beresiko menimbulkan gas methan dan H2S sebagai polutan ( bau, cairan lindi, binatang) dan
akan dipersepsikan rumit, lama, merugikan, menjijikan dan berbau. Itulah pangkal masalah
banyaknya instalasi pengolahan sampah maupun produksi pupuk organik di perkotaan mendapat
penolakan warga sekitar.
PRODUK-PRODUK BIO SUPER ACTIVE (BSA)

– BSA POC
– BSA DECOMPOSER
– BSA PENETRALISIR LIMBAH
– BSA PUPUK HAYATI
BSA POC

Sudah dikenal secara luas oleh konsumen khususnya para petani tanaman pangan maupun para
pehobis, hasilnya tidak diragukan lagi, bisa dilihat posting yang lalu ” Pupuk Organik Cair Bio Super
Active “
BSA DECOMPOSER

Dibuat dengan menggunakan teknik pencampuran bakteri yang menguntungkan diantaranya


mikroba selulolitik, fotosintetik, pemantap agregat tanah, lignolitik , pengurai , anti pathogen dll.
Hasilnya tentu saja dapat digunakan untuk mempercepat proses decomposisi limbah organik,
meningkatkan tersedianya nutrisi tanaman dan mampu menekan aktivitas mikro organisme yang
merugikan (pathogen).
MANFAAT dan KEUNGGULAN
 Memperbaiki sifat fisik , kimia, dan biologi tanah.
 Sebagai katalisator dalam proses fermentasi bahan organik dalam tanah.
 Melapukkan bahan organik serta mempercepat proses pembuatan kompos.
 Meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang menguntungkan tanaman.
 Menetralisir kadar racun tanah akibat dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida
 Menguraikan bahan organik menjadi senyawa dasar hara yang siap diserap tanaman.
 Menetralisir kadar pH tanah.
 Menekan dan menghilangkan mikro organisme yang merugikan (pathogen).
 Sebagai media starter dalam proses fermentasi pembuatan pestisida nabati
BSA PENETRALISIR LIMBAH

Di buat dengan menggunakan bakteri (mikroba) : selulolitik, lignolitik, proteolitik, pengurai, ragi ,
anti pathogen dll.
MANFAAT & KEUNGGULAN
Dengan cepat menetralisir bau tidak sedap pada limbah buangan organik padat/ cair (limbah ternak,
pabrik, hotel, rumah sakit, sampah kota, rumah makan, sampah rumah tangga, dll)
 Mempercepat penguraian dan menurunkan kapasitas tinja dalam septik tank sehingga tidak
cepat penuh.
 Digunakan untuk perawatan WC/ Wastafel agar tidak mampet dan berbau.
 Mampu menurunkan dan menekan kadar polusi dan kadar racun dalam proses penguraian
bahan organik.
 Menetralisir air dari zat yang merugikan di tambak/kolam, sehingga dapat menyehatkan dan
menekan tingkat kematian ikan/ udang.
 Aman digunakan karena tidak beracun dan ramah lingkungan.
BSA PUPUK HAYATI

Dibuat dengan menggunakan mikroba penambat N, pelarut K, Penghasil hormon, anti pathogen,
pelarut P, pemantap agregat tanah, bakteri pengurai dll.
MANFAAT Dan KEUNGGULAN
 Mengandung mikro organisme penambat N, pelarut P dan K, vitamin dan asam amino yang
bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
 Melindungi akar dari mikroorganisme pathogen serta meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit.
 Berfungsi sebagai pengurai bahan organik sehingga dapat memperbaiki struktur tanah dan
tersedianya unsur hara bagi tanaman.
 Mempercepat proses penyerapan unsur hara sehingga meningkatkan produktivitas tanaman.
 Digunakan sebagai inokulasi bakteri Rhizobium sp pada tanaman kedelai atau kacang2an.
 Bersinergi positif dengan lingkungan dan tidak membunuh musuh alami.
 Dapat diaplikasikan kesemua jenis tanaman .
PERAN KONSORSIUM MIKROORGANISME DALAM LIMBAH KOTORAN SAPI
MENJADI KOMPOS
Memanfaatkan limbah sapi yang berupa kotoran atau feses dan air seni diolah menjadi kompos atau
pupuk organik sangat berguna bagi tanaman dan ini sangat membantu Pemerintah dalam
menangulangi pencemaran lingkungan hasil limbah kotoran sapi tersebut. Arti dari pengkomposan
adalah proses penguraian limbah padat organik menjadi materi yang stabil oleh mikroorganisma
dalam kondisi terkendali. Proses penguraian tersebut dilakukan oleh konsorsium mikroorganisma,
jasad renik yang kasat mata. Mikroorganisma yang bekerja merupakan organisme yang memerlukan
udara/ oksigen sehingga tidak timbul bau yang menyengat. Untuk mengoptimalkan kerja
mikroorganisma tersebut diperlukan beberapa pengendalian antara lain pengendalian terhadap
kelembaban, aerasi, dan temperatur untuk menghindari terjadinya proses yang dapat menimbulkan
bau busuk.
Limbah padat organik biasanya mengandung berbagai mikroorganisma yang mampu melakukan
proses pengkomposan. Ketika limbah organik dipaparkan di udara dan kandungan airnya sesuai,
maka mikroorganisma mulai bekerja. Selain oksigen dari udara dan air, mikroorganisma memerlukan
pasokan makan yang mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk
pertumbuhan dan reproduksi mereka. Kebutuhan makanan tersebut disediakan oleh limbah organik .
Mikroorganisma kemudian melepaskan karbondioksida, air dan energi dan berkembang biak.
Energi dilepaskan sebagai panas. Akibat dari Energi yang dilepaskan, tumpukan bahan yang
dikomposkan akan melewati tahap penghangatan. Pada minggu pertama dan kedua proses
pengomposan, energi panas yang dilepaskan oleh bakteri termofilik dapat mengakibatkan suhu
tumpukan kompos mencapai 70 derajat celcius. Kemudian sejalan dengan waktu suhu kompos akan
menurun karena aktivitas mikroorganisme termofilik mulai menurun dan digantikan oleh
mikroorganisme mesotilik. Penurunan suhu pada akhir minggu ke-enam biasanya telah mencapai 40
derajat celcius dan kompos sudah dapat dipanen. Tempat yang digunakan adalah ruangan terbuka
yang beratap lantai, proses aerasinya alamiah dan pembuatan tumpukannya dibuat memanjang
dengan ukuran yang tertentu. Untuk mengendalikan proses tersebut, setiap waktu tertentu tumpukan
dibalik dan disiram dengan air seperlunya.
Limbah peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
dikelola dengan cara yang benar dan tepat peruntukkannya, limbah peternakan masih memiliki nilai
sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat. Sejak dahulu limbah peternakan sudah digunakan
oleh petani sebagai bahan sumber pupuk organik, namun karena pengaruh intensifikasi pertanian,
pemanfaatan tersebut semakin berkurang. Selain itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi
pengolahan limbah peternakan yang masih belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan petani
pada masa itu. Pengolahan limbah sebagai pupuk masih dilakukan secara konvensional, yaitu
dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi secara alami. Teknologi yang tepat dan benar
belum dikembangkan.
Konsorsium Bakteri Bagi Pengolahan Sampah Green Phoskko Activator Kompos Phoskko A per
container 250 gr bahan organik limbah kota pertanian peternakan dan lain lainnyaLimbah
peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan Bakteri ini
secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik sepertiEM 4 Peternakan
mampu memperbaiki jasad renik didalam saluran pencernaan ternak bakteri pengurai bahan organic
menekan pertumbuhan bakteri pathogen
Teknik pengomposan merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk menanggulangi
limbah feses sapi potong. Dengan cara ini, biaya operasional relatif lebih murah dan tidak
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Selain itu dengan pengomposan juga dapat
memperkaya unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan limbah peternakan tersebut,
namun demikian data mengenai pengomposan yang tepat untuk menangani limbah peternakan,
khususnya limbah sapi potong belum diperoleh informasi yang lengkap.
Teknik pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang memanfaatkan proses
biokonversi atau transformasi mikrobial. Biokonversi itu sendiri adalah proses-proses yang dilakukan
oleh mikroorganisme untuk merubah suatu senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai
struktur kimiawi yang berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan
menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik. Salah satu indikator
yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah bahan organik limbah sudah terdegradasi dengan
baik adalah perubahan bahan organik limbah menjadi unsur hara, terutama unsur hara makro,
seperti N total, P2O5 dan K2O.
Dari berbagai produk beternak sapi tersebut, salah satu yang menjadi masalah, sehingga bisa
merepotkan pemilik ternak adalah kotoran sapi. Betapa tidak. Untuk seekor sapi betina bisa
menghasilkan kotoran antara 8 sampai 10 kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara jumlahnya
banyak dan cara pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat, tanpa pengkandangan
dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi akan berceceran dimana-mana. Hal
tersebut tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena selain mengganggu dan mengotori lingkungan,
juga sangat berpotensi untuk menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya.
Agar kotoran sapi tidak terbuang dengan sia – sia, maka kotoran ini dimanfaatkan sebagai pupuk
organik yang baik untuk tanaman. Pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan
yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposisi berbagai limbah
organik yang dijadikan bahan pembuat kompos. Penggunaan mikroba sebagai aktiVator untuk
memperoleh kompos dengan kualitas yang baik tergantung kepada bahan bahan yang digunakan,
cara pembuatannya, tempat pembuatannya serta lama pengomposan.
Salah satu aktivator atau dekomposer yang sering digunakan adalah Stardec atau Starbio.
Aktivator Stardec berisi beberapa mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah
organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebut lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik,
aminolitik dan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik.
Mikroba – mikroba tersebut mempunyai peran – peran tersendiri hingga mampu memperbaiki dan
mempercepat proses pengomposan yang kita lakukan. Mikroba tersebut adalah sebagai berikut:
Mikroba lignolitik berperan dalam menguraikan ikatan lignoselulose menjadi selulose dan lignin.
Lignin ini kemudian diuraikan lagi oleh enzim lignase menjadi derivate lignin yang lebih sederhana
sehingga mampu mengikat NH4.
Mikroba selulotik akan mengeluarkan enzim selulose yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi
selulosa lalu dihidrolisis lagi menjadi D-glukosa dan akhirnya didokumentasikan sehingga
menghasilkan asam laktat, etanol, CO2 dan ammonia.

(Gbr. Clustridium sp)


Bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim
pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri
mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler.
Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok:
 Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, tidak membentuk spora,
misalnya Pseudomonasdan Proteus.
 Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, membentuk spora, misalnya Bacillus.
 Bakteri anaerobik pembentuk spora, misalnya sebagian spesies Clostridium.
Mikroba proteolitik akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein
menjadi polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2
dan air.
(Gbr. Pseudomonas sp)
Mikroba lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.

(Gbr. Cellulomonas sp)


Mikroba amilolitik akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat
menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam amino.
Pada mikroba fiksasi nitrogen merupakan bakteri yang hidup pada bintil-bintil akar tanaman kacang-
kacangan ini hidup bersimbiosis, dan bintil akar tumbuh karena rangsangan dari zat tumbuh yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut dan juga dapat menyuburkan tanah. Selain itu ada pula beberapa
jenis bakteri yang mampu memfiksasi N2 (nitrogen bebas dari udara) di atmosfer ke dalam tanah,
yang kemudian N2 ini akan dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam pembentukan protein. Bakteri
tersebut antara lain, Azotobacter vinelandii, Clostridium pasteurianum dan Rhodospirillum rubrum.
Mikroba bakteri fiksasi nitrogen non simbiotik diperkirakan dapat mengikat 5 – 20 gram nitrogen
dari 1.000 gram bahan organik yang dirombak.

(Gbr. Azotobacter vinelandii)

( Gbr. Rhodospirillum sp)


Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah
terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan
meningkat hingga di atas 50o – 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang
aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat
ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam
kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO 2, uap air dan
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami
penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat
humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan.
Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Pada proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak
ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba
menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga
terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak
diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses
anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik
(asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H 2S.

Gambar profil suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan.

Skema Proses Pengomposan Aerobik

Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan bakteri ini adalah dapat menguraikan sampah berupa botol plastik. Plastik sangat sulit
untuk didaur ulang dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Penemuan ini sangat
berguna karena dapat menekan angka sampah berupa botol plastik. Selain mengurangi jumlah
sampah botol plastik, bakteri Pseudomonas tersebut dapat menghasilkan alat-alat kedokteran. Selain
itu, penemuan ini merupakan gerbang bagi para peneliti untuk penemuan-penemuan selanjutnya
mengenai daur ulang sampah berupa botol plastik.
Akibat Sampah yang Bertumpuk

Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organic dan anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan, yang timbul di kota.
Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya
organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan hewan
liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit.
Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang
dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah.
Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat
menimbulkan bahaya banjir.
Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari
pemukiman.
Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan manajemen
3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya
kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah
sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi system pengelolan sampah perkotaan, antara lain:
1) Kepadatan dan penyebaran penduduk.
2) Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.
3) Karakteristik sampah.
4) Budaya sikap dan perilaku masyarakat.
5) Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
6) Rencana tata ruang dan pengembangan kota.
7) Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan TPA.
8) Biaya yang tersedia.
9) Peraturan daerah setempat.
Paradigma Penanganan Sampah
Penumpukkan sampah di TPA adalah akibat hampir semua pemerintah daerah di Indonesia masih
menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan hanya pada
pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan system lahan urug saniter yang ramah lingkungan
ternyata tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena pembutuhkan biaya tinggi untuk investasi,
konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mengubah pola pikir
yang lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah saatnya
diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi daur ulang dan pengomposan
disertai TPA yang ramah lingkungan. Paradigma baru penanganan sampah lebih merupakan satu
siklus yang sejalan dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah
maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut setidaknya mengkombinasikan pendekatan
pengurangan sumber sampah, daur ulang & guna ulang, pengkomposan, insinerasi dan pembuangan
akhir. pengurangan sumber sampah untuk industri berarti perlunya teknologi proses yang nirlimbah
serta packing produk yang ringkas/ minim serta ramah lingkungan. Sedangkan bagi rumah tangga
berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam penggunaan barang-barang keseharian.
Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang diterapkan khususnya pada sampah non organik
seperti kertas, plastik, alumunium, gelas, logam dan lain-lain. Sementara untuk sampah organik
diolah, salah satunya dengan pengkomposan.
CARA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KOMPOS

Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM


Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri
(microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat
meningkatkan kualitas tanah.Beriikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM
Pembuatan bakteri penghancur (EM).
Bahan-bahan :Susu sapi atau susu kambing murni.
 Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus.
 Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir
(perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih.
Alat-alat yang diperlukan :
Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.
Cara pembuatan :
 Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain
yang tidak diperlukan mati.
 Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
 Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing.
 Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
 Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.
 Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang.
Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri.

Cara Pembiakan Bakteri


Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat
dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat
dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
Bahan dan Komposisi
 1 liter bakteri
 3 kg bekatul (minimal)
 ¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
 ¼ kg terasi
 5 liter air
Alat dan Sarana:
 Ember
 Pengaduk
 Panci pemasak air
 Botol penyimpan
 Saringan (dari kain atau kawat kasa)

Cara Pembiakan:
 Panaskan 5 liter air sampai mendidih.
 Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan
dulu), lalu aduk hingga rata.
 Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul
dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
 Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari.
 Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih
10 menit.
 Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol
yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari
udara).
 Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair
maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
 Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang
lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.
MEMBUAT KOMPOS SKALA RUMAH TANGGA

Salah satu dari pola hidup hijau yang dapat kita laksanakan adalah mengelola sampah organic rumah
tangga, dengan membuatnya menjadi kompos. Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah
organic organic.
Pembuatannya tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak
peralatan dan biaya. Hanya memerlukan persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah rutin, tidak
merepotkan bahkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan
tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang
dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos
akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh. Hawa
menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Bagaimana Kompos Terjadi
Sampah organic secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang
hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu,
udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6
minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi
kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba
mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan
harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7
hari.
Peralatan
Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan tempat sampah
yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic. Diperlukan bak plastic atau
drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk
mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung
goni atau anyaman bambu. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga
kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di
bawah atap.
Cara Pengomposan
 Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
 Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur.
 Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengola
 Sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
 Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah
baru. Setiap 7 hari diaduk.
 Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah.
 Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga
suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah
jadi.
 Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan
ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban
dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah
makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat
bernapas.
Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat
ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko
pertanian.

Cara Membuat Pupuk Cair Organik


Bahan dan Alat:
 1 liter bakterI
 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon
yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato,
bambu, dan lain-lainnya)
 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air
 30 kg kotoran hewan
 Air secukupnya
 Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Cara Pembuatan:
 Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember.
 Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember.
 Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat.
 Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka.
 Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
 Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air,
terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah
berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.
Kegunaan:
 Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari.
 Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur),
tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak
dianjurkan.
 Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain,
terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
Cara Membuat Pupuk Hijau Organik
Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses
dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
 200 kg hijau daun atau sampah dapur.
 10 kg dedak halus.
 ¼ kg gula pasir/gula merah.
 ¼ liter bakteri.
 200 liter air atau secukupnya.
Cara Pembuatan:
 Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi.
 Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun.
 Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air.
 Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah
 Aduk hingga rata.
 Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai
rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat.
 Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan
KAJIAN RELIGI
Di dalam Al Quran, Allah SWT telah menyiratkan akan penciptaan makhluk hidup termasuk
penciptaan mikroorganisme yang merupakan bagian dari mahluk hidup ciptaan Allah SWT, seperti
dalam beberapa ayat yaitu:

Q.S Al Baqarah 164


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan
dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan.
Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT telah menciptakan berbagai makhluk hidup yang
beraneka ragam dari benda yang bisa dilihat oleh mata secara langsung ataupun benda benda kecil
seperti halnya mikroorganisme. Salah satu contoh mikroorganisme yaitu kelompok mikroorganisme
yang dapat dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah yang begitu besar untuk
menciptakan segala sesuatu yang dikehendakinya.
Az-Zumar 21
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-
tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-
kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT telah menciptakan sesuatu yang ia inginkan dan
apapun yang ia kehendaki atas makhluk – makhluk yang ia ciptakan ia dapat menjadikannya
bermakna dari masing masing penciptaannya. Dalam proses pembusukan sampah organik ini
terjadilah makhluk mikroorganisme atau bakteri yang tidak kasat mata mampu mengubah hal yang
tak bermanfaat menjadi bermanfaat, yang mana tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, dalam
bidang pertanian tanah berperan sebagai lahan perkebunan, peternakan, perikanan, hortikultural.
Thaahaa 6

Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara
keduanya dan semua yang di bawah tanah.
Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa Allah SWT menciptakan makhluk hidup bermacam-macam.
Ada yang bisa dilihat dengan mata telanjang dan ada pula yang hanya bisa dilihat dengan alat bantu
misalnya saja dengan mikroskop. Salah satu contoh makhluk mikroskopis itu adalah mikroorganisme.
Allah menciptakan makhluk hidup tidak hanya merugikan tetapi juga menguntungkan. Contohnya
mikroorganisme yang dapat menyuburkan tanah. Itu semua merupakan tanda-tanda kekuasaan
Allah. Kita sebagai manusia wajib bersyukur atas semua yang telah diberikan kepada kita dan kita
diberikan ilmu untuk mempelajari semua yang ada di bumi ini sehingga kita dapat menemukan
penemuan-penemuan baru yang kelak akan berguna untuk masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah Asngad dan Suparti, 2005. Model Pengembangan Pembuatan Pupuk Organik Dengan
Inokulan (Studi Kasus Sampah Di Tpa Mojosongo Surakarta). Jurnal Penelitian Sains & Teknologi,
Vol. 6, No. 2, 2005: 101-113
Budiyanto, Agus Krisno. 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang
Djuarnani,dkk, 2005. Cara cepat membuat kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan
Harianto, Bagus, 2007. Cara praktis membuat kompos. Agromedia. Jakarta Selatan.
Hadiwijoto,S, 1999. Penanganan dan pemanfaatan sampah. Yayasan Idayu. Jakarta
Isroi. 2008. KOMPOS. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.
Jehansyah, 1999. Peduli lingkungan dengan daur ulang. Seminar Nasional Teknik Kesehatan
Kastaman, R. 2007. Sistem Pengelolaan raktor sampah terpadu. Humaniora. Bandung.
Kusnaidi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lilis Sulistyorini, 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 77-84
Murbandono, 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta
Pramatmaja, W. A, 2008. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Dusun Karangbendo
Banguntapan Bantul Yogyakarta. UUI. Jogyakarta
Rahmawati, Nini. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik.(Online).
(http://library.usu.ac.id/download/fp/05013941.pdf,diakses tanggal 23 Desember 2011).
Saeni,M.S dan I.diah.2003. Pengolahan limbah Bahan Kuliah Pengolahan Limbah : Sekolah
Pascasarjana IPB. Bogor.
Santoso, U. 1987. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Sutiamiharjo, Nurhalijah. 2008. Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase. Gramedia. Bandung
Anonymous. 2009. Peranan konsorsium dalam limbah
sapi. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/limbahsapi.pdf Diakses tanggal 5 Desember 2011
Anonymous. 2011. Produk-produk BSA, http://luki2blog.wordpress.com/ Diakses tanggal 5
Desember 2011
Anonymous. 2011.http://mindgreen.multiply.com/journal/item/6 Diakses tanggal 5 Desember 2011
Anonymous.2011.http://uripsantoso.wordpress.com/2009/01/12/penanganan-sampah-untuk-
menuju-kota-bersih-dan-sehat/ diakses tanggal 5 Desember 2011
Anonymous.2011.http://industri18jeny.blog.mercubuana.ac.id/2011/11/24/efektifitas-effective-
microorganisme-em-dalam-mempercepat-proses-pengomposan-sampah-organik Diakses tanggal 23
Desember 2011.
Share this:

 Twitter
 Facebook

Loading...
Related
Pengertian Identifikasi dan Klasifikasi MikroorganismeIn "KAJIAN MIKROBIOLOGI
UMUM"
Sejarah perkembangan mikrobiologiIn "KAJIAN MIKROBIOLOGI UMUM"
PATOGENISITAS MIKROORGANISMEIn "KAJIAN MIKROBIOLOGI KESEHATAN"

Leave a Reply

Categories
 CV DR.H.Moch. Agus Krisno Budiyanto,M.Kes.
 GIZI TERAPAN
 JOURNAL ONLINE BIOSAINS
 KAJIAN GENETIKA LANJUT
 KAJIAN KLASIFIKASI MIKROBA
 KAJIAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI
 KAJIAN MIKROBIOLOGI KESEHATAN
 KAJIAN MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
 KAJIAN MIKROBIOLOGI PANGAN
 KAJIAN MIKROBIOLOGI PERTANIAN
 KAJIAN MIKROBIOLOGI UMUM
 KAJIAN SEJARAH MIKROBIOLOGI
 Kuliah Bioneuropsikologi
 Kuliah Medical Entomology
 Kuliah Mikrobiologi
 PENDIDIKAN
 Publikasi Hasil Penelitian
 Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat
 Uncategorized

Blog at WordPress.com.
Close and accept
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to
their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Anda mungkin juga menyukai