Anda di halaman 1dari 3

Mengapa pasien mengantuk dipagi hari dan mudah Lelah ?

1. MENGANTUK PAGI HARI

Di dalam otak terdapat kelenjar pineal. Kelenjar pineal mengeluarkan atau


mensekresikan hormon melatonin. Hormon melatonin ini mampu mengontrol hormon-hormon
lain supaya bisa mempertahankan circadian rythm.
Circadian rythm, atau dalam bahasa Indonesia disebut irama sirkadian, adalah jam
biologis manusia selama 24 jam. Irama sirkadian inilah yang memainkan peran penting bagi
manusia untuk bisa tertidur dan terbangun. Jadi hormon melatonin itulah yang menyebabkan
manusia merasakan kantuk.
Pengeluaran atau sekresi hormon melatonin di kelenjar pineal ini ditentukan oleh
cahaya. Mengapa? Karena di dalam kelenjar pineal terdapat serabut saraf yang beberapa di
antaranya berhubungan langsung dengan saraf penglihatan, sehingga sangat sensitif terhadap
cahaya.
Hormon melatonin paling banyak dihasilkan sekitar pukul 02.00-04.00 dini hari. Hal
ini dikarenakan pada waktu itu gangguan cahaya dari alam paling minimal. Paparan cahaya
akan menghentikan sekresi hormon melatonin. Oleh karena itu di malam hari manusia akan
lebih mengantuk daripada di siang hari. Ketika gelap, tubuh menghasilkan lebih banyak
melatonin. Ketika terang, produksi melatonin menurun. Terkena cahaya terang di malam hari
atau cahaya yang terlalu sedikit di siang hari bisa mengganggu irama sirkadian.
Mengantuk di pagi hari meski tidur cukup lama di malam hari bisa saja menjadi
pertanda bahwa tubuh kekurangan sel darah merah, kurangnya sel darah merah dalam tubuh
bisa mengakibatkan tubuh menjadi lemah, lelah dan terus menerus mengantuk sepanjang
waktu. Bahkan penderita anemia selalu merasa mengantuk walaupun ketika mereka tetap tidur
nyaman saat malam hari. Hal ini disebabkan karena tubuh kekurangan makanan yang
mengandung zat besi.

2. MUDAH LELAH

Pada seseorang yang kehilangan zat besi atau kekurangan sel darah merah akan
berakibat pada system neuromuscular sehingga mengakibatkan gangguan kapasitas kerja. Hal
ini menyebabkan gangguan myoglobin, enzim sitokrom dan gliserofosfat. Kejadian ini
berhubungan dengan pembentukan ATP ketika seseorang mempunyai cukup oksigen maka
akan terjadi jalur glikolisis aerob. Namun, pada pasien dia kekurangan sel darah merah
sehingga oksigen yang dihasilkan juga rendah akibatnya proses pembentukan ATP melalui
jalur glikolisis anaerob karena kadar oksigen rendah. Proses ini selain menghasilkan ATP juga
membentuk asam laktat yang dimana jika proses ini berlangsung lama akan terjadi
penumpukan asam laktat sehingga terjadi kelelahan.

FAKTOR RESIKO ADB


1. Umur
Kehamilan pada remaja putri sangat beresiko terhadap dirinya karena pertumbuhan
linier (tinggi badan) pada umumnya baru selesai pada usia 16-18 tahun dan dilanjutkan
dengan pematangan rongga panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan linier selesai.
2. Pendidikan
Anemia lebih sering terjadi pafa kelompok pendidika yang rendah. Kelompok ini
umumnya tidak dapat memilih bahan makanan yang mengandung zat besi tinggidan
kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan penanggulangannya. Pada
ibu hamil dengan Pendidikan yabg rendah kadang tidak mendapat cukup informasi
mengetahui kesehatannya , makai a tidak tahu mengenai bagaimana cara melakukan
perawatan yang baik.
3. Pekerjaan
Beban kerja yang berlebihan menyebabkan ibu hamil akan berpengaruh dengan
kurangnya istirahat ibu hamil yang berakibat produksi sel darah merah tidak terbentuk
secara maksimal dan dapat mengakibatkan ibu kurang darah atau anemia.
4. Social ekonomi
Factor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah status
ekonomi dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Keluarga dengan pendapatan yang
terbatas kemungkinan besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama
kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
5. Riwayat kehamilan
Untuk kesehatan ibu telah dibuktikan bahwa makin kecil atau makin pendek jarak
waktu antara kelahiran anak, makin banyak dan tinggi komplikasi kesakitan dan
kematian yang timbul bagi ibu dan anak karena status gizi ibu belum pulih sebelum 2
tahun pasca melahirkan. Oleh karena itu, belum siap untuk kehamilan berikutnya.
6. Infeksi parasite
Kehilangan zat besi dapat diakibatkan oleh adanya infeksi parasite seperti parasite
malaria ,cacing tambang ( ancylostoma dan necator ), dan schistosoma.
7. Budaya
Budaya berperan dalam status gizi masyarakan karena ada beberapa kepercayaan
seperti tabu mengkonsumsi makanan tertentu oleh ibu hamil atau umur tertentu yang
sebenarnya makanan tersebut bergizi tinggi dan dibutuhkan oleh ibu hami atau
kelompok umur tersebut.
8. Pelayanan kesehatan
Fasilitas yang memadai akan sangat menentukan kualitas pelayanan pada ibu hamil.

Faktor resiko terjadi Anemia pada kehamilan


1. Sudah memiliki riwayat anemia atau rendah cadangan zat besi sebelum hamil
2. Memiliki kondisi kelainan darah sebelumnya , sperti penyakit sel sabit dan thalassemia
3. Riwayat gangguan peradangan yang mempengaruhin usus, sehingga akan
menyebabkan menurunnya kemampuan dalam myerap zat besi dari makanan
contohnyabriwayat operasi usus atau radang usus
4. Memiliki tuntutan yang besi yang lebih tinggi seperti hamil anak kembar
5. Kehamilan saat usia dibawah 20 tahun
6. Melahirkan anak sebelumnya kurang dari 1 tahun yang lalu
7. Mengalami anemia pada kehamilan sebelumnya.

Daftar pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

Anda mungkin juga menyukai