Anda di halaman 1dari 9

 Sign In

 Register
 Most Popular
 Art & Photos
 Automotive
 Business
 Career
 Data & Analytics
 Design
 Education
 Hi-Tech
+ BROWSE FOR MORE
 Home
 Documents
 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PRODUK MI KERING (STUDI
KASUS DI PT SURYA PRATISTA HUTAMA, SIDOARJO).
prev
next

1
out of 8

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA


PRODUK MI KERING (STUDI KASUS DI PT SURYA PRATISTA
HUTAMA, SIDOARJO).

DownloadReport
 Published on
19-Dec-2015
 View
39
 Download
15

Facebook

Twitter

E-Mail

LinkedIn

DESCRIPTION
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PRODUK MI KERING (STUDI
KASUS DI PT SURYA PRATISTA HUTAMA, SIDOARJO).

TRANSCRIPT
1 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PRODUK MI KERING
(STUDI KASUS DI PT SURYA PRATISTA HUTAMA, SIDOARJO).

Analysis of Raw Material Inventory in Dry Noodles Production (A Case Study at PT Surya Pratista Hutama,
Sidoarjo). Pinetri1*, Arif Hidayat, STP, M.AIT.2 dan Masud Effendi, STP, MP.2 1. Alumni Jurusan Teknologi
Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya-Jalan Veteran Malang 65145. 2. Staf
Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya-Jalan
Veteran Malang 65145. *Penulis Korespondensi: email pipinpinetri@gmail.com ABSTRAK PT Surya Pratista
Hutama (SUPRAMA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pangan yaitu mi kering dan mi instan.
Selama ini, perusahaan belum mengetahui model penentuan ukuran pemesanan (lot sizing) bahan baku
berdasarkan karakteristik data permintaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan model lot sizing
yang efektif diterapkan perusahaan dan mengetahui perbandingan total biaya persediaan model lot sizing
berdasarkan perhitungan dengan model perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Material Requirement Planning (MRP). Dalam sistem MRP, tahapan lot sizing dapat ditentukan berdasarkan
karakteristik data permintaan yang dapat diketahui menggunakan aturan Peterson Silver. Dari perhitungan
yang dilakukan diketahui bahwa data permintaan bersifat statis sehingga model lot sizing yang sesuai
digunakan adalah Economic Order Quantity (EOQ). Dengan menggunakan model EOQ diketahui jumlah
pemesanan optimal (Q*) untuk tepung terigu medium sebesar 39.974 sak/pesan dan untuk tepung terigu soft
sebesar 24.579 sak/pesan. Penggunaan model EOQ dapat menghemat total biaya persediaan sebesar Rp
6.285.192,62 setiap tahunnya. Kata Kunci : Lot Sizing , Material Requirement Planning, Pengendalian
Persediaan.

ABSTRACT PT Surya Pratista Hutama (SUPRAMA) is one of food industry which produce dried and instant
noodles. So far, the company does not know materials lot sizing models based on demand data characteristic.
The objective of this research is to determine the effective lot sizing models for company and to compare total
inventory cost between lot sizing models from calculation result and from company. This research using
Material Requirement Planning (MRP) method. In MRP systems, lot sizing stage can be determined based on
the demand data characteristic which can be calculated using Peterson Silver Rule. Based on the calculation
result, the demand data was static and it could be concluded that the suitable lot sizing model was Economic
Order Quantity (EOQ). By using this model, the optimal order quantity for medium wheat flour were 39.974
sacks/order and soft wheat flour were 26.612 sacks/order. By using this model could save costs Rp
6.285.192,62 annually Keywords: Lot Sizing, Material Requirement Planning, Inventory Control

PENDAHULUAN

Latar Belakang Ketersediaan produk secara tepat waktu tidak lepas dari peran pengendalian persediaan dalam
suatu perusahaan. Pengendalian persediaan didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk
menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan
dan berapa besar pesanan harus diadakan (Herjanto, 2008). Agar proses produksi dapat berjalan lancar maka
bahan baku harus tersedia tepat waktu dan optimal. Hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam
pengendalian persediaan adalah ketepatan persediaan yang berupa ukuran pemesanan. Kuantitas barang yang
dipesan akan mempengaruhi biaya persediaan. Semakin kecil ukuran pemesanan maka perusahaan akan
semakin 2 sering melakukan pemesanan. Hal tersebut menurunkan biaya penyimpanan namun meningkatkan
biaya pemesanan, begitu pula sebaliknya (Maarif dan Hendri, 2003). PT Surya Pratista Hutama merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pangan yaitu mi kering (dry noodles) dan mi instan. Beberapa
produk yang dihasilkan diantaranya mi kering dengan merek Kenduri, Doro Mas dan Burung Dara. Bahan
baku utama yang digunakan perusahaan berupa tepung terigu soft dan medium. Bahan baku dan produk jadi
mempunyai sifat bergantung (dependent) yang berarti dalam memproduksi mi kering dibutuhkan kedua jenis
tepung terigu. Dalam menentukan ukuran pemesanan bahan baku, selama ini perusahaan belum mengetahui
model penentuan ukuran pemesanan (lot sizing) yang dapat memberikan ukuran pemesanan optimal dengan
total biaya persediaan minimum berdasarkan karakteristik data permintaan. Metode yang dapat digunakan
untuk mengendalikan persediaan yang mempunyai sifat dependent adalah Material Requirement Planning
(MRP). Dalam sistem MRP, terdapat tahapan penentuan ukuran pemesanan (lot sizing). Model lot sizing yang
sesuai digunakan dapat diketahui berdasarkan statis atau dinamisnya suatu data permintaan. Apabila data
permintaan bersifat dinamis maka digunakan model lot sizing dinamis dan apabila data permintaan bersifat
statis maka digunakan model lot sizing statis (Ullah dan Sultana, 2010).

Rumusan Masalah
1. Model lot sizing apa yang efektif diterapkan perusahaan bila didasarkan pada karakteristik data permintaan?.
2. Bagaimana total biaya persediaan yang dihasilkan bila dibandingkan dengan total biaya persediaan aktual
perusahaan?

Tujuan

1. Untuk menentukan model lot sizing yang efektif diterapkan perusahaan berdasarkan karakteristik data
permintaan.
2. Untuk mengetahui perbandingan total biaya persediaan dari model lot sizing yang dihasilkan dengan total
biaya persediaan aktual perusahaan.

Manfaat
1. Bagi perusahaan, sebagai masukan dan pertimbangan dalam memberikan alternatif penentuan model lot
sizing bahan baku untuk memperoleh ukuran pemesanan optimal dengan total biaya persediaan minimum.
2. Bagi pihak lain, sebagai sumbangan informasi bagi masyarakat akademisi untuk meningkatkan wawasan
tentang pengendalian persediaan bahan baku pada sektor industri pangan dan juga sebagai masukan bagi
penelitian-penelitian0selanjutnya.

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT Surya Pratista Hutama yang berlokasi di Jalan
Raya Sidoarjo-Wonoayu Km.3 Desa Suko, Sidoarjo-Jawa Timur. Kegiatan dilaksanakan bulan April hingga
Juni 2013.
Batasan Masalah dan Asumsi Batasan Masalah
1. Data permintaan yang digunakan adalah data permintaan bulan Januari 2012 hingga bulan April 2013.
2. Penelitian dilakukan pada bahan baku utama yaitu tepung terigu soft dan medium pada 10 merek mi kering
yang memiliki permintaan terbanyak.
3. Suku bunga dalam perhitungan biaya opportunity menggunakan suku bunga flat.
Asumsi
1. Jumlah kebutuhan bahan baku dan produk akhir setiap periode diasumsikan sama.
2. Biaya-biaya yang digunakan dalam perhitungan biaya persediaan diasumsikan tidak mengalami perubahan
selama periode perencanaan Pengolahan dan Analisa Data Tahapan pengolahan dan analisis data dapat dilihat
pada Gambar 1. 1. Peramalan Permintaan Tahapan utama dalam rencana kebutuhan bahan baku adalah
mengetahui
3 berapa jumlah keseluruhan bahan yang dibutuhkan dengan cara melakukan peramalan permintaan. 2.
Penyusunan Jadwal Induk Produksi Hasil peramalan 12 bulan yang telah diperoleh kemudian digunakan
sebagai dasar pembuatan jadwal induk produksi dengan cara membagi hasil peramalan ke dalam periode
mingguan. Penentuan Ukuran PemesananPenentuan Waktu PemesananPerhitungan Biaya
PersediaanPerbandingan Biaya Persediaan dengan Metode PerusahaanPeramalan PermintaanPenyusunan
Jadwal Induk ProduksiPenentuan Kebutuhan Total Bahan BakuPenentuan Kebutuhan Bersih
(Netting)Pengukuran Variabilitas PermintaanSafety StockProses MRPGambar 1. Tahapan Analisa Data 3.
Penentuan Total Kebutuhan Bahan Baku Kebutuhan total bahan baku secara keseluruhan dapat dihitung
dengan cara mengalikan kebutuhan bahan baku masing-masing merek atau Bill of Material (BOM) dengan
jadwal induk produksi yang telah dihitung sebelumnya. Total kebutuhan masing-masing tepung terigu tiap
periode dapat diketahui dengan menjumlahkan kebutuhan tepung terigu masing-masing merek pada periode
yang sama. 4. Penentuan Kebutuhan Bersih (netting) Proses netting dilakukan untuk menghitung kebutuhan
bersih bahan baku yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan ditangan
ditambah persediaan pengaman (Taryana, 2008). Besar persediaan pengaman (safety stock) dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut (Holsenback and Henry, 2007). SS = Z L dimana, L = (1) Keterangan: SS
= persediaan pengaman Z = nilai berdasarkan tingkat pelayanan (service level) L = standar deviasi permintaan
selama waktu tenggang = standar deviasi permintaan L = waktu tenggang (lead time) 5. Pengukuran
Variabilitas (V) dengan Peterson-Silver Rule Pengukuran variabilitas menggunakan persamaan berikut V= -- -
1 (2) Dimana Dt adalah permintaan diskrit tiap periode dan n adalah panjang horizon. Data yang digunakan
adalah data total kebutuhan baku selama 52 minggu. 6. Penentuan Ukuran Pemesanan Koefisien variabilitas
yang telah dihitung disesuaikan dengan aturan Peterson-Silver yaitu jika V < 0,25 maka model lot sizing statis
yang digunakan dan jika V 0,25 maka model lot sizing dinamis yang digunakan. Beberapa model lot sizing
dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Model Lot Sizing berdasarkan Karakteristik Data Permintaan Karakteristik
Data Model Lot Sizing Statis Economic Order Quantity, Fixed Order Quantity, Economic Production
Quantity. Dinamis Fixed Period Demand, Period Order Quantity, Lot for Lot, Silver-Meal, Least Unit Cost,
Part Period Balancing, Wagner Within. Sumber: Sipper et al, (1997). 7. Penentuan Waktu Pemesanan
Penentuan waktu pemesanan dilakukan ketika kebutuhan bersih tidak dapat terpenuhi sehingga perusahaan
diharuskan memesan sebelumnya dengan memperhitungkan besarnya lead time (waktu tunggu). 8. Perhitungan
Biaya Persediaan Biaya persediaan yang dihitung diantaranya biaya pembelian, biaya 4 pemesanan dan biaya
penyimpanan dalam satu tahun periode perencanaan. Total biaya persediaan diperoleh dengan cara
menjumlahkan ketiga biaya tersebut. 9. Perbandingan Biaya Persediaan dengan Metode Perusahaan Pada tahap
ini, metode yang digunakan perusahaan akan dibandingkan dengan model lot sizing hasil penelitian. Dengan
dilakukannya perbandingan, akan diketahui model persediaan yang dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan
yaitu model yang menghasilkan biaya persediaan minimum. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Perusahaan
PT Surya Pratista Hutama (SUPRAMA) merintis usaha sebagai perusahaan keluarga bernama PT Sampindo
yang berdiri pada tahun 1972 di daerah Jenggolo, Sidoarjo. Bisnis keluarga berkembang melalui produk mi
kering Mi Burung Dara. Seiring dengan permintaan konsumen yang terus meningkat, tahun 1989 PT
Sampindo berpindah lokasi ke daerah Suko-Sidoarjo. PT Sampindo melakukan kerjasama internasional dengan
HJ. Heinz di tahun 1997. PT Sampindo berganti nama menjadi PT Heinz Suprama dan memulai ekspansi
hingga pasar internasional. Pada tahun 2006, PT Heinz Suprama kembali sebagai bisnis keluarga dan berganti
nama menjadi PT Surya Pratista Hutama (SUPRAMA). Bahan Baku Berikut penjelasan singkat bahan baku
yang digunakan perusahaan. 1. Bahan Baku Utama Bahan baku utama dalam proses produksi mi kering adalah
tepung terigu. Perusahaan menggunakan dua jenis tepung terigu yaitu medium dan soft. Selain tepung terigu,
campuran yang dipakai untuk membuat adonan mi adalah tepung tapioka. 2. Bahan Baku Tambahan Adapun
bahan baku tambahan yang digunakan merupakan ingredient yang diantaranya adalah garam, mononatrium
glutamat (penguat rasa), pewarna makanan kuning (tatrazine yellow) dan larutan soda. Perencanaan Kebutuhan
Bahan Baku 1. Peramalan Permintaan dan Jadwal Induk Produksi Peramalan permintaan dilakukan untuk 12
bulan mendatang yaitu bulan Mei 2013 hingga April 2014 pada kesepuluh produk. Metode peramalan yang
digunakan adalah metode time series. Hasil peramalan kemudian digunakan sebagai dasar pembuatan jadwal
induk produksi. Jadwal induk produksi merupakan ringkasan produk akhir berkaitan dengan kuantitas dan
periode waktu (Gasperz, 2005) yang berfungsi sebagai input dalam menghitung kebutuhan total bahan baku.
Periode yang digunakan dalam penelitian yaitu periode mingguan. 2. Penentuan Kebutuhan Total Bahan Baku
Perkalian antara kebutuhan pada jadwal induk produksi dengan kebutuhan bahan baku setiap merek yang
tercantum pada BOM menghasilkan kebutuhan bahan baku setiap merek tiap periode kedua jenis tepung
kemudian kebutuhan masing-masing jenis tepung terigu tersebut dijumlahkan pada periode yang sama
sehingga diperoleh kebutuhan total selama 12 bulan atau 52 minggu. Total kebutuhan bahan baku tepung
terigu jenis medium dan soft dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2. Kebutuhan Tepung Terigu Medium
(Sak) Bulan Minggu Jumlah Bulan Minggu Jumlah Mei-13 1 2 3 4 6373 6373 6372 6372 Nov-13 1 2 3 4 7293
7292 7292 7292 Jun-13 1 2 3 4 6405 6405 6404 6404 Des-13 1 2 3 4 5 5953 5953 5953 5952 5952 Jul-13 1 2
3 4 5 6828 6828 6828 6828 6828 Jan-14 1 2 3 4 7762 7762 7762 7762 Agt-13 1 2 3 4 8631 8631 8630 8630
Feb-14 1 2 3 4 8006 8006 8006 8006 Sep-13 1 2 3 4 5 5601 5601 5601 5601 5601 Mar-14 1 2 3 4 5 7183 7183
7183 7183 7183 Okt-13 1 2 3 4 7293 7292 7292 7292 Apr-14 1 2 3 4 8927 8927 8927 8927 Sumber: Data
Sekunder Diolah (2013). 5 Tabel 3. Kebutuhan Tepung Terigu Soft (Sak) Bulan Minggu Jumlah Bulan
Minggu Jumlah Mei-13 1 2 3 4 3674 3674 3674 3674 Nov-13 1 2 3 4 4651 4651 4651 4651 Jun-13 1 2 3 4
4180 4180 4179 4179 Des-13 1 2 3 4 5 3304 3304 3304 3304 3304 Jul-13 1 2 3 4 5 3545 3545 3545 3545
3545 Jan-14 1 2 3 4 3831 3831 3831 3831 Agt-13 1 2 3 4 4529 4529 4529 4529 Feb-14 1 2 3 4 4023 4023
4023 4023 Sep-13 1 2 3 4 5 3402 3402 3402 3402 3402 Mar-14 1 2 3 4 5 3475 3475 3475 3475 3475 Okt-13 1
2 3 4 4651 4651 4651 4651 Apr-14 1 2 3 4 4239 4239 4239 4239 Sumber: Data Sekunder Diolah (2013). 3.
Penentuan Safety Stock dan Kebutuhan Bersih Dalam penelitian, besar persediaan pengaman dihitung
berdasarkan tingkat pelayanan (sevice level) yaitu 95%. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
persediaan pengaman sebesar 2.304 sak untuk tepung terigu medium dan 1.111 sak untuk tepung terigu soft
dengan lead time yang digunakan adalah sama yaitu 2 minggu. Proses netting dilakukan untuk menghitung
kebutuhan bersih. Kebutuhan bersih bernilai positif jika kebutuhan bahan baku pada periode tersebut tidak
dapat dipenuhi oleh persediaan yang ada. Sebaliknya netting bernilai negatif jika kebutuhan bahan baku pada
periode masih dapat dipenuhi oleh persediaan yang ada. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Mi
Kering 1. Ukuran Pemesanan Model Perusahaan PT SUPRAMA dalam melakukan pengendalian persediaan
bahan baku telah menerapkan sistem Material Requirement Planning. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, dalam menghitung jumlah yang akan dipesan, perusahaan menghitung dengan cara kebutuhan yang
harus dipenuhi dikurangi dengan persediaan awal kemudian ditambah persediaan pengaman. Menurut Boyer
dan Verma (2007), rumus untuk menentukan unit yang dipesan menggunakan metode lot for lot adalah
kebutuhan kotor periode t dikurangi persediaan di tangan periode t-1 kemudian ditambah dengan persediaan
pengaman sehingga model yang digunakan perusahaan adalah model lot for lot. Dengan menggunakan model
ini, kuantitas pemesanan sama dengan kebutuhan bersih saja. Perusahaan melakukan pemesanan satu kali
setiap bulannya atau 12 kali selama setahun. 2. Biaya-Biaya Persediaan Biaya Pembelian Harga tepung terigu
medium per sak sebesar Rp 143.000,00 dengan kebutuhan tepung terigu medium per tahun sebesar 359.766
sak sedangkan harga tepung terigu soft per sak Rp 136.000,00 dengan kebutuhan tepung terigu soft per tahun
sebesar 196.632 sak. Besar biaya pembelian tahunan untuk tepung medium adalah Rp 51.446.538.000,00
sedangkan besar biaya pembelian tahunan untuk tepung soft adalah Rp 26.741.952.000,00. Biaya Pemesanan
Komponen dan besar biaya pemesanan per pesan untuk kedua jenis tepung dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.
Biaya Pemesanan per Pesan Komponen Biaya Bahan Baku Medium Soft Administrasi (Rp) Bongkar Muat
(Rp) Total (Rp) 11.726,67 2.214.500,00 2.226.226,67 42.246,67 1.436.700,00 1.478.946,67 Sumber: Data
Sekunder Diolah (2013) Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa biaya bongkar muat merupakan biaya
yang paling besar dibandingkan biaya administrasi. Hal tersebut disebabkan biaya bongkar muat merupakan
upah pegawai yang melakukan kegiatan bongkar muat sedangkan biaya administrasi merupakan biaya fax dan
biaya alat tulis kantor (Fuad, 2006). Biaya Penyimpanan Komponen baiaya penyimpanan terdiri dari biaya
listrik, biaya keusangan, biaya pegawai dan biaya kesempatan atau opportunity cost. Komponen dan besar
biaya penyimpanan per sak per tahun dapat dilihat pada Tabel 5. 6 Tabel 5. Biaya Penyimpanan/Sak/Tahun
Komponen biaya Bahan Baku Medium Soft Listrik (Rp) Keusangan (Rp) Pegawai (Rp) Opportunity (Rp)
Total 1,75 127,07 188,71 715,01 1.032,54 1,75 127,07 188,71 680,00 968,65 Sumber: Data Sekunder Diolah
(2013) Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa biaya opportunity merupakan komponen biaya paling besar
yang menurut Herjanto (2008) biaya modal yang berupa biaya opportunity merupakan komponen biaya
penyimpanan terbesar. Hal tersebut dikarenakan modal yang ada di dalam persediaan barang kemungkinan
akan lebih menguntungkan bila digunakan untuk investasi lain (Siswanto, 2007). 3. Ukuran Pemesanan dengan
EOQ Pengukuran Variabilitas Permintaan Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa baik data permintaan
untuk kedua jenis tepung bersifat statis. Hal tersebut dapat diketahui dari koefisien variabilitas (V) yang lebih
kecil dari 0,25 yaitu 0,0190 untuk tepung terigu medium dan 0,0146 untu tepung terigu soft. Menurut Wilson
(1934) dalam Ullah and Sultana (2010), model lot sizing yang dapat digunakan untuk karakteristik data
permintaan statis adalah Economic Order Quantity (EOQ). Kuantitas Pemesanan Model EOQ Rumus untuk
menghitung kuantitas pemesanan dengan model EOQ (Q*), Q* = (3) Dimana D merupakan permintaan
tahunan, S adalah biaya per pesan dan H adalah biaya penyimpanan/sak/tahun (Heizer dan Barry, 2010).
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, penggunaan model EOQ mengharuskan perusahaan melakukan
pemesanan sebesar 39.974 sak tepung medium dengan 9 kali pemesanan dan 24.579 sak tepung terigu soft
dengan 8 kali pemesanan untuk tepung soft selama 1 tahun horizon perencanaan. 4. Perhitungan Total Biaya
Persediaan Perhitungan Total Biaya Persediaan Model Perusahaan Biaya pembelian tahunan diperoleh dari
perkalian kuantitas yang dibeli dalam setahun dengan harga per sak tepung terigu. Biaya pemesanan tahunan
diperoleh dari perkalian biaya pemesanan pesan dengan frekuensi pemesanan. Biaya penyimpanan tahunan
diperoleh dari perkalian biaya simpan/sak/unit dengan tingkat persediaan rata-rata dalam satu tahun (Resisca,
2009). Frekuensi pemesanan kedua jenis tepung sama yaitu 12 kali/tahun sedangkan tingkat persediaan rata-
rata untuk tepung medium sebesar 17.746 sak/tahun dan untuk tepung soft sebesar 9.600 sak/tahun. Total biaya
persediaan bahan baku metode perusahaan dapat dilihat pada Tabel 6.Tabel 6. Total Biaya Persediaan Bahan
Baku Mei 2013-April 2014 Bahan Baku Total Biaya Beli (Rp/Tahun) Total Biaya Pesan(Rp/Tahun) Total
Biaya Simpan(Rp/Tahun) Total Biaya Persediaan (Rp/Tahun) Medium 51.446.538.000,00 26.714.720,04
18.472.876,16 51.491.297.025,20 Soft 26.741.952.000,00 17.233.532,04 9.657.120,00 26.768.842.652,04
Total 78.260.139.677,24 Sumber: Data Sekunder Diolah (2013) Perhitungan Total Biaya Persediaan Model
EOQ Perhitungan biaya persediaan bahan baku dilakukan setelah mengetahui besar nilai EOQ. Perhitungan
biaya persediaan dengan model EOQ menggunakan dua komponen biaya yaitu biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan tahunan. Biaya pemesanan tahunan dihitung dengan rumus (D x S)/Q dimana D adalah jumlah
kebutuhan bahan baku tahunan, S adalah biaya per pesan dan Q adalah kuantitas pemesanan EOQ. Biaya
penyimpanan dihitung dengan menggunakan rumus (H x Q)/2 dimana H adalah biaya penyimpanan/per/unit.
Total biaya persediaan berdasarkan model EOQ dapat dilihat pada Tabel 7. 7 Tabel 7. Total Biaya Persediaan
berdasarkan Model EOQ Bahan Baku Total Biaya Beli (Rp/Tahun) Total Biaya Pesan(Rp/Tahun) Total Biaya
Simpan(Rp/Tahun) Total Biaya Persediaan (Rp/Tahun) Medium 51.446.538.000,00 20.637.583,81
20.637.583,81 51.487.384.596,62 Soft 26.741.952.000,00 12.259.144,00 12.259.144,00 26.766.470.288,00
Total 78.253.854.484,62 Sumber: Data Sekunder Diolah (2013) Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat juga
bahwa untuk masing-masing kedua jenis tepung terigu memiliki biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
yang sama yang menurut Sugiono (2009), model Economic Order Quantity digunakan untuk mencari titik
keseimbangan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perbandingan Total Biaya Persediaan
Perbandingan total biaya persediaan kedua model dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan Biaya
Persediaan Model Perusahaan dan Model EOQ Uraian Medium(Rp/Tahun) Soft (Rp/Tahun) Total
Biaya(Rp/Tahun) I. Model Perusahaan Biaya Beli Biaya Pesan Biaya Simpan Total Biaya 51.446.538.000,00
26.714.720,04 18.472.876,16 51.491.297.025,20 26.741.952.000,00 17.233.532,04 9.657.120,00
26.768.842.652,04 78.260.139.677,24 II. Model EOQ Biaya Beli Biaya Pesan Biaya Simpan Total Biaya
51.446.538.000,00 20.637.583,81 20.637.583,81 51.487.384.596,62 26.741.952.000,00 12.259.144,00
12.259.144,00 26.766.470.288,00 78.253.854.484,62 6.285.192,62 Selisih Sumber: Data Sekunder Diolah
(2013)Berdasarkan Table 8, dengan menggunakan model EOQ perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp
6.285.192,62. Nilai tersebut merupakan selisih antara total biaya persediaan model perusahaan dengan model
EOQ. Selisih dapat terjadi karena biaya yang dihasilkan model EOQ rendah dibandingkan metode perusahaan.
Hal tersebut disebabkan frekuensi pemesanan bahan baku per tahun yang lebih rendah sehingga biaya
pemesanan juga menjadi lebih rendah dibandingkan metode perusahaan. Penggunaan model EOQ
memungkinkan perusahaan untuk meminimasi frekuensi pemesanan bahan baku namun besarnya persediaan
yang harus disimpan sebagai akibat dari kuantitas pemesanan berdampak pada tingginya biaya penyimpanan
yang harus dikeluarkan. Penggunaan metode perusahaan atau model lot for lot memungkinkan prusahaan
untuk meminimasi persediaan yang ada di gudang sehingga biaya penyimpanan yang dikeluarkan lebih rendah
namun prinsip lot for lot yang melakukan pemesanan sesuai dengan kebutuhan saja membuat perusahaan lebih
sering melakukan pemesanan menyebabkan tingginya biaya pemesanan. Menurut Soegihardjo (2004), biaya
penyimpanan pada metode economic order quantity akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan metode lot
for lot, karena ada sejumlah bahan baku yang harus disimpan selama beberapa periode, sebelum bahan baku
tersebut dimanfaatkan untuk produksi. 8 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Model lot sizing yang
sesuai digunakan berdasarkan karakteristik data permintaan adalah model Economic Order Quantity. Dengan
menggunakan model EOQ, jumlah pemesanan optimal untuk tepung terigu medium sebesar 39.974 sak dengan
9 kali pemesanan/tahun dan tepung terigu soft sebesar 24.579 sak dengan 8 kali pemesanan/tahun. 2. Total
biaya persediaan yang dihasilkan dengan menggunakan EOQ adalah Rp 78.253.854.484,62 per tahun
sedangkan total biaya persediaan aktual perusahaan adalah Rp 78.260.139.677,24 per tahun. Dengan
menggunakan model EOQ perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 6.285.192,62 setiap tahunnya. Saran
1. Perusahaan dapat mempertimbangkan model EOQ sebagai model dalam menentukan ukuran pemesanan
yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan. 2. Dalam penelitian selanjutnya disarankan menggunakan
dasar penentuan model lot sizing selain karakteristik data permintaan misalnya berdasarkan kapasitas produksi
perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Boyer, K. K and Verma R. 2007. Operations & Supply Chain Management
for the 21st Century. Cengange Learning. USA. Pp. 250. Fuad, M., Christina H., Nurlela, Sugiarto dan Paulus.
2006. Pengantar Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 158. Gaspersz, V. 2005. Production Planning
and Inventory Control. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal.182-184. Heizer, J dan Barry R. 2010.
Manajemen Operasi Buku 2 Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta. Herjanto, E. 2008. Manajemen Operasi Edisi
Ketiga. Grasindo. Jakarta. Hal. 81-282. Holsenback, J. E and Henry J. M. 2007. A Survey of Inventory Hlding
Cost Assesment and Safety Stock Allocation. Academy of Accounting and Financial Studies Journal 11(1):
111-120. Maarif, M. S dan Hendri T. 2003. Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta. Hal. 277-278. Resisca, J.
2009. Mempelajari Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Mi Instan di PT Jakarana Tama. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Siswanto. 2007. Operation Research Jilid Kedua. Erlangga. Jakarta. Hal. 146-
147. Soegihardjo, O. 2004. Studi Kasus Perbandingan antara Lot-for-Lot dan Economic Order Quantity
sebagai Metode Perencanaan Penyediaan Bahan Baku. Jurnal Teknik Mesin 2(1):151-155. Sipper, D and R. L.
Buffin. 1997. Production: Planning, Control and Integration. Mc Graw Hill. Singapore. Pp 256-257. Taryana,
N. 2008. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Produk Sepatu dengan Pendekatan Teknik Lot
Sizing dalam Mendukung Sistem MRP (Studi Kasus di PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor). Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Ullah, H and Sultana P. 2010. A Literature Review on Inventory Lot Sizing Problems.
Global Journal of Researches in Engineering 10(5): 21-36.
RECOMMENDED

PROPOSAL COMVIT PEMASARAN PT. SURYA PRATISTA HUTAMADOCUMENTS

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN ...DOCUMENTS

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PADA PT. ANDATU LESTARI PLYWOOD
BANDAR LAMPUNGDOCUMENTS

SURAT PERMOHONAN KERJA SAMA PT. SURYA PRATISTA HUTAMADOCUMENTS

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN COMMIT TO USER I ANALISIS


PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN METODE EOQ (DOCUMENTS

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PG ...DOCUMENTS


ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KARET BROWN CREEP
MENGGUNAKAN METODE POQ DI PT. AGRONESIA INKABADOCUMENTS

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN ?· ANALISIS PENGENDALIAN INTERN


PERSEDIAAN BAHAN BAKU ... INTERN ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA ... SISTEM
PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAANDOCUMENTS

APLIKASI PENGOLAHAN DATA KEUANGAN KAS KECIL PADA PT SURYA PRATISTA HUTAMA
PALEMBANGDOCUMENTS

ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU JAMU


TRADISIONAL PADA PT X BOGORDOCUMENTS

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKUDOCUMENTS

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UTAMA BISKUIT DI PT


XYZDOCUMENTS

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU JAMU PADA PSO ...DOCUMENTS

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS ...DOCUMENTS

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. EASTERN PEARL FLOUR MILLS
MAKASSARDOCUMENTS
SUBAWA, SKRIPSI, ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKUEDUCATION

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU KENTAL MANIS PADA PT


INDOMILKDOCUMENTS

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU SENGON PT ...DOCUMENTS

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN ...DOCUMENTS

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PAKAN TERNAK SAPI ...DOCUMENTS


View More >
 About Us
 Contact
 Term
 DMCA
 Cookie Policy

STARTUP - SHARE TO SUCCESS

x
By using our site you agree to our Cookie policy.That's Fine
x
By using our site you agree to our Cookie policy.That's Fine

Anda mungkin juga menyukai