Anda di halaman 1dari 11

Halaman 66

A. Lingkungan, tempat sel hidup ( menurut Silbernagl/Despopoulus)


a. makhluk uniseluler: Interaksi antara makhluk uniseluler dan
lingkungannnya (laut primodial) yang ditandai dengan komposisi
lingkungan yang konstan (lingkungan intrasel dan ektra selalu sama
sehingga pertukaran zat tidak mengubah keduannya).
b. Manusia: sel-sel organisme multiselulersahi oleh cairan ekstrasel, yang
volumenya lebih kecil daripada volume intrasel. Susunan lingkungan
interior ini sangat cepat berubah jika ruangan intrerstisial terhubungkan
oleh sirkulasi darah dengan organ-organ tubuh lainnya, seperti paru, ginjal,
atau saluran pencernaan karena sel menerima nutrisi baru yang di serap
Tractus gastrointestinalis dan mengeluarkan produk (sampah) metebolisme
yang berasal dari sel itu sendiri.

B. karakteristik segmen pembuluh darah yang berbeda – beda

( menurut silbernag / Despopoulos)

Daerah terminal aliran darah adalah lokasi mikrosirkulasi dan merupakan tempat
terjadinya pertukaran cairan, zat, dan gas . Yang termasuk daerah terminal aliran
darah adalah :

 Satu ujung arteri yang mengalir masuk (Arteriol prekapiler)


 Kapiler (pembuluh – pembuluh darah kapiler ), dan
 Satu vena yang mengalirkan darah keluar.
Pembuluh darah terkecil, kapiler, hanya terbentuk dari satu lapis sel endotel dan
Membrana basilis, yang menjadi tempat menempelnya perisit (bandingkan
susunan yang jauh lebih rumit pada pembuluh darah yang lebih besar) karena
terjadi percabangan pembuluh darah yang banyak di daerah kapiler, penampang
total pembuluh darah meningkat ( 800 kali ). Akibatnya kecepatan arus darah
menurun drastis (sekitar 50 cm/dtk di aorta sampai menjadi 0,05 cm/dtk di
pembuluh kapiler). Waktu yang diperlukan untuk pertukaran zat sekitar 1 detik
sebab panjang rata rata sebuah segmen pembuluh kapiler adalah 0,5 mm.
peningkatan resistensi pembuluh darah si arteriol dan pembuluh kapiler , yang di
sebabkan oleh kontak/ persinggungan darah dengan sel sel endotel ( peningkatan
kekuatan frisik), mengurangi tekanan darah dan menghilangkan puncak (‘spikes’)
denyut nadi. Karena itu , pembuluh darah kapiler merupakan prasyarat tempat
sangat ideal untuk pertukaran antara darah dan cairan interstisial yang membasahi
sel sel tubuh.
Halaman 67

C. Arus darah di daerah kapiler ( Capillary bed )

a. Sfinger beristirahat ; b. Sfinger berkontraksi

Sfinger prekapiler dengan sel-sel otot polos yang tersusun sirkuler terletak pada
peralihan antara matarteriol dan pembuluh kapiler, sfinger ini mengatur alirah
darah dalam jaringan kapiler. Bila sfinger kapiler berkontraksi, pembuluh kapiler
di percabangannya akan tertutup sehingan di daerah kapiler itu (kecuali matertiol
itu sendiri) tidak di aliri darah.

Contoh : dalam keadaan istirahat hanya sekitar 25-30% pembuluh darah kapiler di
aliri darah

Di samping itu, hubungan hubungan pendek dapat ditemukan diantara arteriol dan
venula yang disebut sebagai ANASTOMOSIS ARTERIO-VENA
D. Bentuk sel endotel pembuluh kapiler yang berbeda-beda

(skema mikroskop elektron)

Pembuluh kapiler terdiri atas sel sel endotel, membrana basalis, dan perisit yang
menempel diluar. Perisit mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda beda. Misal ;
sel perisit ikut serta pada pengembangan pembuluh darah (angoiegenesis) dan
pembentukan pembuluh darah yang baru (neovaskularisasi)

Berdasarkan perbedaan permaebilitas ini, dibedakan beberapa jenis :

I Sel endotel tertutup tanpa fenestrasi dengan membrana basalis yang rapat.
Contoh; sistem saraf

II Sel endotel tertutup dengan aktivitas pinositosis. Contoh; otot jantung dan
otot skeletal

III Sel endotel dengan fenetrasi yang membentuk diafragma. Contoh; tractus
gastrointestinalis

IV Sel endotel dengan lubang intra seluler tanpa membrana basalis. Contoh;
hati

E. Skema mekanisme pertukaran cairan di kapiler

( menurut Sibernagl/Despopulos)

Pertukaran cairan antara pembuluh kapiler dan jaringan disekitarnya (interstium)


diatur melalui perubahan gradient tekanan antara tekanan darah kapiler (tekanan
darah hidrostatik) dan tekanan koloid-osmotik intravasal. Kekuatan pendorong
kekuatan cairan adalah tekanan darah hidrostatik. Tekanan ini pada segmen
pangkal pembuluh kapiler adalah 35 mmHg (=4,6kPa), yaitu kira-kira 10 mmHg
lebih tinggi daripada tekanan koloid-osmotik yang berkisar 25 mmHg (=3,3kPa).
Perbedaan tekanan yang positif ini memungkinkan cairan dan partikel-terlarut
difiltrasi keluar dari pembuluh kapiler ke jaringan di sekitarnya. Pada segmen
ujung kapiler (segmen vena), terjadi proses kebalikanya. Disini, tekanan darah
hidrostatik telah turun sebesar 15 mmHg (=2,0 kPa), tetapi tekanan koloid-
osmotik hampir tidak mengalami perubahan karena masih berkisar 25 mmHg.
Karena itu, tekanan hidrostatik pada segmen kapiler menjelang venula adalah 10
mmHg lebih rendah daripada tekanan koloid-osmotik (15-25 =-10 mmHg).
Dengan mengikuti dorongan kekuatan negative ini, cairan bersama partikel
terlarut mengalir kembali kedalam pembuluh kapiler (resorpsi). Dari 20 liter
cairan yang difiltrasi oleh pembuluh kapiler setiap hari, hanya 18 liter (90%) yang
diresorpsi. Sekitar 2 liter (10%) dari jumlah yang terfiltrasi diangkut keluar
jaringan interstisial oleh sistem pembuluh limfatik sebagai cairan getah bening
(cairan limfa). Jika proses pertukaran cairan ini tidak berjalan sebagaimana
mestinya, dapat terjadi edema (atau penimbunan cairan di interstium yang
menetap). Penyebab edema misalnya adalah peningkatan tekanan hidrostatik
(karena statis di segmen kapiler kearah venula) atau penurunan tekanan koloid-
osmotik (karena penurunan konsentrasi protein plasma ). Pada dua kedaan yang
disebutkan itu, pertukaran cairan menjadi tidak seimbang dan menyebabkan
penimbunan cairan lebih banyak di jaringan.
Halaman 68

A. Sistem Limfatik Manusia


Yang tergolong dalam istem limfatik manusia adalah pembuluh limfatik dan
organ-organ limfatik (organ imun, lihat B). system pembuluh limfatik
berjalan bersama-sama dengan system pembuluh vena, dan memiliki fungsi
sbb:
 Pada urutan pertama adalah fungsi ‘drainage’ cairan jaringan dan zat-zat
dari ruangan interstisial yang tidak bisa diresorpsi di daerah kapiler.
Susunan cairan getah bening (jaringan limfa) berbeda-beda tergantung
daerahnya dan mirip dengan cairan interstisial di lingkungan itu;
 Transportasi lipid yang berasal dari asupan makanan (Chylomicron);
 Retransportasi limfosit dari organ-organ limfatik ke aliran darah.

Sistem pembuluh limfatik terdiri dari :


 Kapiler limfatik yang bermula “buntu” di daerah parifer;
 Pembuluh limfatik dengan kelenjar getah bening (Noduli Lymphoidei)
yang terintegrasi di alirannya;
 Pembuluh limfatik besar (Ductus thoracicus dan Ductus lymphaticus
daxter).
Kapiler limfatik menerima cairan dari ruang interstisial dan mengalirkan ke
pembuluh limfatik besar melalui pembuluh limfatik dan kelenjar getah
bening. Cairan getah bening ini dialirkan ke system pembuluh darah melalui
Angulus venosus jugularis kiri dan kanan ke sistem pembuluh darah vena.
Cairan vena dari tiga kuadran tubuh dialirkan ke Angulus venosus jugularis
sinistra kiri, dan satu kuadran tubuh, yaitu kuadran kanan atas, dialirkan ke
Angulus venosus jugularis kanan.

Organ-organ limfatik merpakan representasi sistem imun yang spesifik,


yang ditempatkan pada posisi-posisi bahaya, pintu masuk kuman penyakit.
Spleen adalah organ limfatik satu-satunya (organ imunitas) yang terintegrasi
ke dalam aliran darah.

B. Organ Limfatik Primer dan Sekunder


Organ limfatik berfungsi sebagai pertahanan tubuh yang spesifik. Organ
limfatik dibagi menjadi 2 yaitu organ limfatik primer dan sekunder. Organ
limfatik primer berfungsi dalam proses pembentukan, pematangan, dan
diferensisasi sel imunitas. Sedangkan organ limfatik sekunder berfungsi
presentasi antigen, proliferasi limfosit, dan pembentukan antibodi.
 Organ-organ limfatik primer
1. Thymus (diferensisasi limfosit-T atau sel-T)
2. Sumsum tulang (diferensiasi limfosit-B atau sel-B)

 Organ-organ limfatik sekunder


1. Splen
2. Kelenjar getah bening
3. Jaringan limfatik selaput lendir (MALT = Mucosa Associated Lymphatic
Tissue) dan paratonsil dari cincin pharyngeal “Waldeyer” (contoh: Tonsila
pharyngea, palatina, dan lingualis)
4. Jaringan limfatik bronchus (BALT = Bronchus Associated Lymphatic
Tissue)
5. Jaringan lifatik usus ( GALT = Gut Associated Lymphatic Tissue), mis.
Plaque Peyeri, Appendix vermiformis
Halaman 69

C. Pembagian dan sistematika pembuluh limfatik (menurut kubik)


Sistem pembuluh limfatik dapat dibedakan menurut topografi dan fungsinya
dalm tiga kompartemen :
1. Sistem superfisial (epifascial)  mendrainase kulit (kutan dan subkutan);
2. Sistem dalam (subfascial)  mengalirkan cairan limfa dari otot,
persendian, sarung tendo, dan saraf;
3. Sistem organ-spesifik  mengalirkan cairan limfa dari organ-organ dan
berbeda-beda karena spesifik-organ.

Sistem pembuluh limfatik perforans yang menghasilkan sistem permukaan


dengan sistem dalam dan meneruskan cairan limfa dari permukaan masuk ke
dalam.
Sistem pembuluh limfatik terbagi menjadi empat segmen yang berbeda-beda
sesuai dengan struktur dinding pembuluh secara histologis.
1. Kapiler limfatik
2. Prekolektor
3. Kolektor
4. Truncus lymphaticus
D. Organisasi dan konstruksisegmen-segmen pembuluh limfatik (menurut
kubik)
a. Pembuluh limfatik di kulit dan otot
b. Pembesaran potongan dari a bangunan dan fungsi suatu segmen kolektor.
Pada awalnya baik system pembuluh limfatik superficial maupun dalam bermula
dari kepiler limfatik yang berdinding sangat tipis dengan diameter sekitar 50
µm. selain sel endotel pembuluh kapiler ini memiliki membrane basalis yang tidak
menutup sempurna. Selain itu, pembuluh ini ditambatkan melalui apa yang
disebut sebagai anchoring filaments oleh serabut elastin dan kolagen yang berada
disekitarnya. Jejaring kapiler limfatik yang tidak berkatup ini bermuara pada
prekolektor.

E. Susunan skematik kelenjar getah bening


 Sirkulasi limfa, merupakan stasiun-stasiun filtrasi yang terintegrasi di
saluran limfa sekaligus organ-organ pertahanan tubuh spesifik
(mengandung limfosit-T dan -B).
 Kelenjar limfatik berjumlah sekitar 600-700 buah di daerah kepala dan
leher. Kelenjar ini dibedakan menjadi dua : kelenjar getah bening regional
dan “collecting lymph nodes” yang mengumpulkan cairan limfa dari
kelenjar limfatik regional.
 Cairan getah bening dialirkan ke kelenjar limfatik yang lebih dalam
melalui pembuluh limfatik yang mengalir ke kelenjar (vasa afferentia)
 Dalam perjalanan, cairan limfatik melewati sinus limfatik dan keluar ke
pembuluh limfatik
 Dari luar ke arah dalam, kelenjar getah bening dibedakan menjadi Cortex,
Paracortex, dan Medulla (sumsum)
 Folikel-folikel sekunder daerah limfosit-B banyak terdapat di Cortex,
sedangkan daerah limfosit-T terletak di antara dan di bawah folikel
sekunder (Paracortex)
 Limfosit meninggalkan aliran darah di venula-venula postkapiler
berendotel tebal
 Selanjutnya, setelah diferensiasi di kelenjar getah bening, limfosit
meninggalkan kelenjar getah bening bersama dengan cairan limfa

Anda mungkin juga menyukai