Anda di halaman 1dari 18

PERANCANGAN CATALYTIC CONVERTER

DENGAN BAHAN TEMBAGA BERBENTUK SARANG LEBAH UNTUK


MENGURANGI EMISI GAS BUANG

Oleh : Sudaryono, Spd


(Widyaiswara Muda – P4TK BOE Malang)

ABSTRAK
Untuk mengurangi polusi udara yang mengandung toksisitas dari mesin
pembakar internal digunakan alat yang disebut Catalytic Converter. Catalityc Converter
berfungsi untuk mengurangi kadar emisi Hidrokarbon (HC), Carbon Monoksida (CO),
dan Nitrogen Oksida (NOX) dengan cara mengoksidasi dan mereduksi zat tersebut
menjadi CO2, H2O dan N2 yang ramah lingkungan.Namun dengan harga mahal dan
sulit untuk di dapatkan maka tidak semua kendaraan bermotor menggunakan teknologi
tersebut. Dikarenakan katalis tersebut terbuat dari logam mulia antara lain Paladium,
Platinum, dan Rhodium. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan membuat
katalis dari material tembaga (Cu). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
perubahan kadar Emisi antara kendaraan bermotor yang menggunakan Catalytic
Converter berbahan tembaga dan tanpa menggunakan Catalytic Converter.

Metode yang di pakai adalah metode experimental dengan membandingkan


hasil percobaan emisi gas buang sebelum melewati Catalytic Converter dan sesudah
melewati Catalytic Converter. Proses penelitian diawali dengan perancangan Desain
Chasing Catalytic Converter, Pembuatan Katalis dan pelaksanaan pengujian yang
terdiri dari pengujian tanpa Catalytic Converter dan dengan Catalytic Converter yang
diakhiri dengan analisa data dan pengambilan kesimpulan.

Terdapat penurunan Emisi gas HC sebesar 23.449 %pada Catalytic


Converterberbahan tembaga dibandingkan tanpa catalytic, serta terjadi penurunan CO
sebesar 32,284% pada setiap tingkatan Catalytic Converter. Penggunaan plat tembaga
bermodel sarang lebah mampu menetralisir emsi gas buang HC dan CO dengan
prosentase penurunan yang cukup baik.

Kata kunci: Catalytic Converter, Tembaga.


PENDAHULUAN
Kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara
terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara 10-
15%. Sedangkan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutan/ladang dan lain-lain. Hal ini diakibatkan oleh laju pertumbuhan kendaraan
bermotor yang tinggi. Sebagian besar kendaraan bermotor tersebut menghasilkan emisi
gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari
penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik [2].

Peningkatan polusi udara dari sektor transportasi sangat signifikan dan bedampak pada
kehidupan dan lingkungan saat ini. Sebuah kendaraan dari proses bekerjanya dapat
menghasilkan polutan berupa gas Carbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Nitorgen
oksida (NOx), Sulfur Oksida (SO2) dan Timbal (Pb) yang sering disebut sebgai polutan
primer Salah satu polutan udara yang berbahaya dan sangat dominan jumlahnya
adalah gas Carbon Monoksida yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar
dan udara motor bensin yang tidak sempurna [20].

Gas carbon Monoksida dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna akibat
dari pencampuran bahan bakar dan udara yang terlalu kaya. Boleh dikatakan bahwa
terbentuknya CO sangat tergantung dari perbandingan campuran bahan bakar yang
masuk dalam ruang bakar. Menurut teori bila terdapat oksigen yang melebihi
perbandingan campuran ideal (teori) campuran menjadi terlalu kurus maka tidak akan
terbentuk CO. Tetapi kenyataannya CO juga terjadi dan dihasilkan pada saat kondisi
campuran terlalu kurus.Proses terjadinya CO :

2C + O2 bereaksi 2CO

2CO + O2 bereaksi CO2

Akan tetapi reaksi ini sangat lambat dan tidak dapat merubah seluruh sisa CO menjadi
CO2 [16].

Mengingat bahaya emisi gas buang khusunya Carbon Monoksida tersebut yang biasa
menyebabkan kematian bagi manusia yang menghirupnya, maka perlu usaha-usaha
untukmengendalikan dan mengurangi pencemaran udara agar dampak negatif bagi
manusia dapat dikurangi dan diminimalkan. Langkah-langkah dan usaha yang
dilakukan untuk mengurangi gas buang yang berbahaya pada kendaraan bermotor
sudah banyak dilakukan terutama di negara-negara maju (USA, Eropa). Metode dan
teknik yang dilakukan ada beberapa macam, antara lain dengan memodifikasi
beberapa bagian dari kendaraan bermotor. pendekatan yang biasanya dilakukan dan
dipakai dalam mengurangi gas buang kendaraan bermotor antara lain: modifikasi
mesin, modifikasi penggunaan bahan bakar atau system bahan bakarnya, modifikasi
pada saluran gas buang (penambahan Catalytic Converter).

Secara umum dengan merujuk pada program EST, untuk mengontrol atau mengurangi
polutan udara dari kendaraan bermotor (internal combustion engine) dapat dilakukan
dengan cara modifikasi pada mesin, modifikasi penggunaan bahan bakar atau sistem
bahan bakarnya dan modifikasi pada saluran gas buang. [11].

Untuk mengurangi toksisitas dari mesin pembakar internal digunakan alat yang disebut
catalytic Converter. Alat ini telah digunakan di USA sejak 1975 karena peraturan EPA
yang semakin ketat tentang gas buang kendaraan bermotor. Alat ini mengkonversi
senyawa-senyawa toksit dalam gas buang menjadi zat-zat yang kurang toksit atau tidak
toksit.

Catalytic Converter merupakan sebuah converter (pengubah) yang menggunakan


media yang bersifat katalis, dimana media tersebut diharapkan dapat membantu atau
mempercepat terjadinya proses perubahan suatu zat (reaksi kimia) sehingga gas
seperti CO dapat teroksidasi menjadi CO2 [15]. Media katalis adalah suatu zat yang
mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau
terpakai oleh reaksi itu sendiri. Media yang biasa digunakan sebagai katalis adalah
logam yang mahal dan jarang seperti Palladium, Platinum dan Stainless Steel [7].
Logam-logam mulia tersebut memiliki aktifitas spesifik yang tinggi, namun memiliki
tingkat volatilitas besar, mudah teroksidasi dan mudah rusak pada suhu 500 – 900
derajat Celicius sehingga mengurangi aktifitas katalis. Selain itu logam-logam mulia
tersebut mempunyai kelimpahan yang rendah dan harga yang cukup mahal.

Pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang yang menggunakan


bahan logam katalis Pd, Pt dan Rh dengan penyangga alumina, silica dan keramik, saat
ini memerlukan biaya yang cukup mahal dalam pembuatannya, sulit di dapat dan
kurang cocok digunakan di Indonesia yang bahan bakarnya masih ada yang
mengandung Pb. Jenis Catalytic Converter ini dapat mengkonversi emisi gas buang
(CO, HC dan NOx) cukup tinggi (80 - 90%) [19].

Oleh sebab itu penggunaan logam transisi yang mempunyai kelimpahan yang tinggi
dan harga relatif murah dapat menjadi salah satu alternatif. Beberapa oksida logam
transisi yang cukup aktif dalam mengoksidasi emisi gas CO antara lain : CuO, NiO dan
Cr2O3. Beberapa bahan yang diketahui sebagai katalis oksidasi yaitu Platinum.
Plutonium, nikel, Mangan,Chromium dan oksidanya dari logam-logam tersebut.
Sedangkan beberapa logam diketahui sebagai katalis reduksi, yaitu besi, tembaga,
nikel paduan dan oksida dari bahan-bahan tersebut [13].

Disamping itu beberapa logam yang diketahui efektif sebagai bahan katalis oksida dan
reduksi mulai dari yang besar sampai yang kecil adalah Pt, Pd, Ru > Mn, Cu > > Ni >
Fe > Cr > Zn dan oksida dari logam-logam tersebut [5]. Penelitian yang dilakukan oleh
Dwyer dengan menggunakan skala laboratorium menunjukkan bahwa aktifitas Catalytic
Copper Chromite yang merupakan campuran antara CuO dengan Cr2O3 lebih baik
daripada campuran tunggalnya dalam mengosidasi CO. Disamping itu masih ada logam
katalis yang lebih murah, mudah dikerjakan dan mudah didapat untuk dijadikan catalityc
converter antara lain : CuO/zeolite alam, Cu-Al2O3, Cu, Mn, Mg danZeolit Alam,
Catalytic Converter jenis ini mampu mengurangi emisi gas buang (CO, HC,Nox) cukup
tinggi antara 16% sampai 80%.

Mengingat bahaya emisi gas buang tersebut, maka perlu usaha-usaha untuk
mengendalikan dan mengurangi pencemaran udara agar dampak negatif bagi manuisa
dapat dikurangi dan diminimalkan.

Salah satu teknologi rekayasa untuk mengurangi emisi gas buang yang berbahaya
adalah dengan melakukan pemasangan Catalytic Converter pada system pembuangan
gas kendaraan bermotor yang bertujuan mampu menurunkan kadar gas buang HC, CO
dan NOx. Hal ini menjadikan tembaga sebagai salah satu alternatif pengganti logam
mulia dalam katalis.

Dari hasil penelaahan tersebut penulis dapat membuat suatu catalytic converter
dengan bahan tembaga berbentuk sarang lebah untuk mengurangi emisi gas
buang yang mempunyai kelebihan material mudah di dapatkan, harganya relatif murah
dan proses pembuatanya yang mudah.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perubahan kadar Emisi antara
kendaraan bermotor yang menggunakan Catalytic Converter berbahan tembaga dan
tanpa menggunakan Catalytic Converter.

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian
Metode yang di pakai adalah metode experimental, untuk membandingkan hasil
percobaan emisi gas buang sebelum melewati Catalytic Converter dan sesudah
melewati Catalytic Converter berbahan tembaga.

2. Proses persiapan

Proses persiapan yang dilakukan antara lain :

Desain Chasing Catalytic Converter

Perancangan chasing untuk katalis ini di sesuaikan dengan engine stand yang sudah
ada, seperti: menyamakan iner diameter pipa saluran gas buang pada engine stand,
menyamakan tebalnya plat sebagai rumah katalis supaya panas dapat tersalurkan
secara merata.

Gambar 1. Dimensi Chasing Catalytic

Pembuatan Katalis

Plat tembaga di persiapkan dengan panjang tiap lembar 80 cm dengan lebar 40cm.
Kemudian plat tembaga di marking dengan pensil dan penggaris sesuai ukuran yaitu
panjang 80cm, lebarnya 10cm. Barulah di dapat potongan plat tembaga yang siap
untuk di buat zig-zag (sirip-sirip).
Gambar 2. Proses pembentukan sirip (zig-zag)

Gambar 3. Proses pembentukan lingkaran

Gambar 4. Proses pemasangan sirip katalis


Gambar 5. Katalis yang sudah jadi dan siap untuk di uji

3. Pelaksanaan Pengujian
a. Persiapan Pengujian

Alat Ukur

Alat ukur emisi gas buang yang digunakan adalah Gas Analyser Ultra 4/5 Gas Analyzer
Type IM 2400 dengan spesifikasi :
 Pengukuran kadar O2 : 0-25 % Vol
 Pengukuran kadar CO : 0-9.99 % Vol
 Pengukuran kadar CO2: 0-19.9 % Vol
 Pengukuran kadar HC : 0 - 9999 ppm (part per million)
 NOx :0

Gambar 6. Gas Analyzer Ultra (Lab. Ototronik VEDC malang)


Engine

Spesifikasi Engine Stand:

Toyota Avanza 1.300 cc

Engine : 4 silider, 16 katup DOHC

System bahan bakar : EFI (Electric Fule Injection)

Diameter x langkah : 72.0 mm x 79.7 mm

Volume Silinder : 1.289 cc

Gambar 7. Engine Stand Toyota Avanza tahun 2005

b. Prosedur Pengujian

Engine di tune-up dengan membersihkan filter udara, mengganti oli mesin dengan yang
baru dan mengganti busi baru yang standart supaya hasil pengujian optimal.

Pemanasan mesin selama 10 menit yang bertujuan untuk mempersiapkan mesin pada
kondisi kerja.

Pengujian tanpa Catalytic Converter.


Pengukuran ini memiliki tujuan untuk mengetahui jumlah emisi gas buang yang di cetak
oleh gas analyzer. Data yang didapatkan dalam proses pengukuran ini di gunakan
sebagai pembanding dengan data dari pengukuran dengan mengunakan Catalytic
Converter. Langkahnya sebagai berikut:
 Mesin dalam keadaan menyala dalam kondisi idel 1.000 rpm.
 Masukan porbe sensor kedalam kenalpot sedalam 250 mm dan tunggu 10 menit.
 Pasang alat ukur temperatur pada badan knalpot kemudian lihat hasilnya.
 Setelah mengambil data dari alat ukur temperatur secara bersamaan maka mulailah
mengambil data pada monitor gas analyzer dengan cara mencatat data pada kertas
yang di sediakan.
 Kemudian langkah yang sama di lakukan kembali dengan putaran mesin yang
berbeda yaitu: 1000 rpm, 2000 rpm, 2500 rpm, dan 3500 rpm. Setelah langkah
tersebut selesai maka pengukuran emisi gas buang tanpa katalis telah selesai.

Gambar 8. Pengujian Tanpa Menggunakan Catalytic Converter

Pengujian dengan Catalytic Converter.

Setelah pengukuran pertama selesai maka pengukuran kedua dilakukan seperti berikut:
 Setelah mesin di matikan dan sudah dalam keadaan temperatur mesin tidak panas,
langkah awal mulai untuk melepaskan cover chasing katalis dengan membuka screw
pengunci, kemudian masukan Catalytic Converter ke dalam chasing setelah itu di
tutup oleh cover dan kunci dengan screw. Pastikan sambungan dalam kondisi rapat
dan tidak ada kebocoran.
 Setelah unit Catalytic Converter sudah terpasang dengan benar, mesin dihidupkan
kembali lalu pengukuran di ulangi kembali sesuai pengukuran yang pertama.
 Pengukuran di lakukan berbagai variasi putaran seperti pada pengujian pertama
Gambar 9. pengujian dengan menggunakan Catalytic Converter

c. Prosedur Pengambilan Data

Data di ambil dari nominal angka yang tertera pada monitor Gas Analyzer, dengan cara
mencatat secara langsung tiap variabel yang di ukur, bersamaan dengan pengambilan
data temperatur (°C) chasing katalis. Diantara gas analisis yang tertera adalah HC, CO,
CO2, O2dan lamda.

d. Analisa Data

Data yang diperoleh akan di analisa secara Deskriptif dengan melihat melalui tampilan
grafik-grafik yang ada untuk mengetahui seberapa berarti pengaruh variasi – variasi
yang di lakukan dalam penelitian ini terhadap emisi gas buang HC dan CO.

e. Tempat Penelitian

Pengujian dilakukan di Laboratorium Autotronik Pusat Pengembangan dan


Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronika –
VEDC, Malang.

f. SkemaPengujian.
Gambar 10. Skema pengujian Emisi Gas Buang

HASIL PENELITIAN

AnalisaEmisi Gas BuangHidrocarbon (HC)

Hidrokarbon yang dihasilkan oleh sisa pembakaran berasal dari bahan bakar yang tidak
habis terbakar.Penyebab timbulnya HC antara lain rasio (perbandingan) udara dan
bahan bakar kurang tepat dan lenyapnya panas pada dinding ruang bakar sehingga
menyebabkan campuran bahan bakar dan udara sulit terbakar dengan berkurangnya
temperatur.

Dengan pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang diharapkan


konsentrasinya menurun, karena pengaruh Hidrokarbon pada manusia sangat
mengganggu serta bisa menyebabkan menurunya daya penglihatan (asap). Jika
kondisi tersebut berlangsung pada waktu yang lama maka akan mengakibatkan
kerusakan pada syaraf.
Gambar 11. Grafik hubunganantara Emisi HC denganVariabelputaran

Penggunaan bahan katalis sebagai Catalytic Converter dapat mengurangi HC yang


dikeluarkan dari knalpot. Dengan melihat grafik diatas menujukan bahwa emisi HC
secara keseluruhan mengalami penurunan konsentrasi pada setiap variasi putaran
yang terbukti bahwa pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang dapat
menurunkan kadar Hidrokarbon yang dihasilkan oleh motor bakar. Adapun proses
oksidasi yang terjadi dalam knalpot adalah:

CH + C2 → H2O + CO2

AnalisaEmisi Gas BuangCarbon Monoksida (CO)

Polutan emisi gas CO yang di keluarkan oleh motor bakar di hasilkan dari proses
pembakaran yang kurang sempurna, untuk campuran kaya konsentrasi CO pada gas
buang akan meningkat sedangkan untuk campuran miskin konsentrasi CO pada gas
buang akan menurun. Polutan CO mempunyai sifat yang tidak berwarna, tidak berbau
dan beracun, bila terhirup manusia dalam paparan jam dapat menyebabkan kematian.
Dengan pemasangan katalis berbahan tembaga sebagai Catalytic Converter
diharapkan mampu mengurangi kandungan zat yang bersifat toksin.
Gambar 12. Grafik hubunganantaraEmisi CO dengan Variable putaran

Dari gambar 12 menunjukan bahwa emisi CO secara keseluruhan mengalami


penurunan konsentrasi pada setiap variasi putaran. Penurunan tersebut akibat dari
pemasangan Catalytic Converter. Dari gambar di atas terlihat bahwa penurunan emisi
CO terbesar adalah pada Catalytic Converter Double (dualapisan), Hal tersebut
disebabkan kadar dan luasan penampang tembaga lebih besar yang mampu
mengoksidasi emisi CO lebih besar. Sesuai gambar 12 diatas ditemukan data grafik
yang menunjukan naik turunya prosentasi emisi CO itu disebabkan oleh kurang
homogennya campuran bahan bakar dan udara yang di gunakan untuk proses
pembakaran. Adapun proses oksidasi yang terjadi dalam knalpot adalah :

2CO + O2 → 2CO2

Analisa Emisi Gas buang Carbon Dioksida(CO2)

Emisi CO2 yang dikeluarkan oleh motor bakar dihasilkan dari proses pembakaran yang
kurang sempurna. Untuk campuran kaya konsentrasi CO2 pada gas buang akan
meningkat sedangkan untuk campuran miskin konsentrasi CO2 pada gas buang sangat
kecil. Polutan CO2 mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berbau dan beracun, bila
terhirup oleh manusia untuk paparan 8 jam dapat menyebabkan kematian. Dengan
pemasangan katalis tembaga sebagai Catalytic Converter dapat dilihat pada gambar 13
bahwa bahan katalis tembaga dapat menekan kadar polutan (emisi CO 2) yang keluar
darik nalpot, terliahat dari grafik perbandingan dengan kondisi tanpa adanya Catalytic
Converter (sebelum memasuki Catalytic Converter).

Gambar 13. Grafik hubunganantaraEmisi CO2dengan Variable putaran

Secara umum dapat dilihat dari gambar 4.3 bahwa pengaruh tembaga terhadap emisi
CO2 dapat mengoksidasi dengan baik, hal ini disebabkan karena tembaga
meningkatkan luas permukaan katalis yang mendukung. Untuk menjadi katalis yang
dapat mengoksidasi CO menjadi CO2 dengan baik, sehingga emisi gas buang yang
keluar dari knalpot lebih rendah dari pada sebelum memasuki Catalytic Converter.

AnalisaEmisi Gas Oksigen(O2)


Konsentrasi dari oksigen di gas buang kendaraan berbanding terbalik dengan
konsentasi CO2. Untuk mendapatkan proses pembakaran yang sempurna, maka kadar
oksigen harus mencukupi untuk setiap molekul Hidrokarbon. Untuk mengurangi HC,
maka dibutuhkan sedikit tambahan udara atau Oksigen untuk memastikan bahwa
semua molekul bensin dapat bertemu dengan molekul Oksigen untuk bereaksi
sempurna.

Gambar 14. Grafik hubunganantaraEmisi O2dengan Variabel putaran

Menurut data penelitian sebelumnya, Catalytic Converter dengan material tembaga dan
kuningan prosentase O2 pada variasi katalis 12 keping sel lebih tinggi dibandingkan
dengan katalis 6 keping sel.

Akan tetapi menurut reaksi reduksi, katalisakan mengabsorpsi menyimpan atom


nitrogen dan membebaskan oksigen dalam bentuk gas oksigen. Atom nitrogen yang
tersimpan akan bereaks idengan atom nitrogen lainya. Berikut ini reaksinya

ReduksiNOx :
2NO+2CO N2+ 2CO2

Analisa kada rprosentase penurunan emisi gas buang pada katalis



Emisigas Buang tanpa Catalytic Converter

Tabel 1. Emisi Gas Buang tanpa Catalytic Converter

EmisiGas Buang dengan Catalytic Converter


Tabel 2. Emisi Gas Buang dengan Catalytic Converter

KESIMPULAN

Dari eksperimen, analisa dan diskusi dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang
pengaruh pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang dengan
menggunakan bahan Tembaga (Cu) sebagai berikut:
1. Penggunaan plat tembaga bermodel sarang lebah mempunyai hasil yang lebih baik
dibandingkan tanpa menggunakan katalis. Ditinjau dari emisi berikut :
- Emisi gas HC mengalami penurunan yang cukup baik dengan menunjukan
prosentase penurunan sebesar 23.449 %, di bandingkan tanpa adanya katalis.
Emisi gas CO mengalami penurunan yang sangat baik dengan menunjukan
prosentase penurunan sebesar 32.284 %, dibandingkan tanpa adanya katalis.

2. Setelah melakukan penelitian dengan penggunaan Catalytic Converter (plat tembaga


bermodel sarang lebah) dengan perbedaan tingkatan pada saluran gas buang, hasil
yang didapat mampu menetralisir emsi gas buang HC dan CO dengan prosentase
penurunan yang cukup baik.

SARAN
1. Untuk selanjutnya membentuk katalis model sarang lebah dapat di bentuk dengan
lebih rapi dan lebih rapat lagi celah antara sirip-siripnya, hal ini menyebabkan
meningkatnya efisiensi reduksi dan mengoksidasi gas buang.

2. Model katalis (sarang lebah) yang sama tetapi dengan material berbeda untuk
penelitan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai