ABSTRAK
Untuk mengurangi polusi udara yang mengandung toksisitas dari mesin
pembakar internal digunakan alat yang disebut Catalytic Converter. Catalityc Converter
berfungsi untuk mengurangi kadar emisi Hidrokarbon (HC), Carbon Monoksida (CO),
dan Nitrogen Oksida (NOX) dengan cara mengoksidasi dan mereduksi zat tersebut
menjadi CO2, H2O dan N2 yang ramah lingkungan.Namun dengan harga mahal dan
sulit untuk di dapatkan maka tidak semua kendaraan bermotor menggunakan teknologi
tersebut. Dikarenakan katalis tersebut terbuat dari logam mulia antara lain Paladium,
Platinum, dan Rhodium. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan membuat
katalis dari material tembaga (Cu). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
perubahan kadar Emisi antara kendaraan bermotor yang menggunakan Catalytic
Converter berbahan tembaga dan tanpa menggunakan Catalytic Converter.
Peningkatan polusi udara dari sektor transportasi sangat signifikan dan bedampak pada
kehidupan dan lingkungan saat ini. Sebuah kendaraan dari proses bekerjanya dapat
menghasilkan polutan berupa gas Carbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Nitorgen
oksida (NOx), Sulfur Oksida (SO2) dan Timbal (Pb) yang sering disebut sebgai polutan
primer Salah satu polutan udara yang berbahaya dan sangat dominan jumlahnya
adalah gas Carbon Monoksida yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar
dan udara motor bensin yang tidak sempurna [20].
Gas carbon Monoksida dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna akibat
dari pencampuran bahan bakar dan udara yang terlalu kaya. Boleh dikatakan bahwa
terbentuknya CO sangat tergantung dari perbandingan campuran bahan bakar yang
masuk dalam ruang bakar. Menurut teori bila terdapat oksigen yang melebihi
perbandingan campuran ideal (teori) campuran menjadi terlalu kurus maka tidak akan
terbentuk CO. Tetapi kenyataannya CO juga terjadi dan dihasilkan pada saat kondisi
campuran terlalu kurus.Proses terjadinya CO :
2C + O2 bereaksi 2CO
Akan tetapi reaksi ini sangat lambat dan tidak dapat merubah seluruh sisa CO menjadi
CO2 [16].
Mengingat bahaya emisi gas buang khusunya Carbon Monoksida tersebut yang biasa
menyebabkan kematian bagi manusia yang menghirupnya, maka perlu usaha-usaha
untukmengendalikan dan mengurangi pencemaran udara agar dampak negatif bagi
manusia dapat dikurangi dan diminimalkan. Langkah-langkah dan usaha yang
dilakukan untuk mengurangi gas buang yang berbahaya pada kendaraan bermotor
sudah banyak dilakukan terutama di negara-negara maju (USA, Eropa). Metode dan
teknik yang dilakukan ada beberapa macam, antara lain dengan memodifikasi
beberapa bagian dari kendaraan bermotor. pendekatan yang biasanya dilakukan dan
dipakai dalam mengurangi gas buang kendaraan bermotor antara lain: modifikasi
mesin, modifikasi penggunaan bahan bakar atau system bahan bakarnya, modifikasi
pada saluran gas buang (penambahan Catalytic Converter).
Secara umum dengan merujuk pada program EST, untuk mengontrol atau mengurangi
polutan udara dari kendaraan bermotor (internal combustion engine) dapat dilakukan
dengan cara modifikasi pada mesin, modifikasi penggunaan bahan bakar atau sistem
bahan bakarnya dan modifikasi pada saluran gas buang. [11].
Untuk mengurangi toksisitas dari mesin pembakar internal digunakan alat yang disebut
catalytic Converter. Alat ini telah digunakan di USA sejak 1975 karena peraturan EPA
yang semakin ketat tentang gas buang kendaraan bermotor. Alat ini mengkonversi
senyawa-senyawa toksit dalam gas buang menjadi zat-zat yang kurang toksit atau tidak
toksit.
Oleh sebab itu penggunaan logam transisi yang mempunyai kelimpahan yang tinggi
dan harga relatif murah dapat menjadi salah satu alternatif. Beberapa oksida logam
transisi yang cukup aktif dalam mengoksidasi emisi gas CO antara lain : CuO, NiO dan
Cr2O3. Beberapa bahan yang diketahui sebagai katalis oksidasi yaitu Platinum.
Plutonium, nikel, Mangan,Chromium dan oksidanya dari logam-logam tersebut.
Sedangkan beberapa logam diketahui sebagai katalis reduksi, yaitu besi, tembaga,
nikel paduan dan oksida dari bahan-bahan tersebut [13].
Disamping itu beberapa logam yang diketahui efektif sebagai bahan katalis oksida dan
reduksi mulai dari yang besar sampai yang kecil adalah Pt, Pd, Ru > Mn, Cu > > Ni >
Fe > Cr > Zn dan oksida dari logam-logam tersebut [5]. Penelitian yang dilakukan oleh
Dwyer dengan menggunakan skala laboratorium menunjukkan bahwa aktifitas Catalytic
Copper Chromite yang merupakan campuran antara CuO dengan Cr2O3 lebih baik
daripada campuran tunggalnya dalam mengosidasi CO. Disamping itu masih ada logam
katalis yang lebih murah, mudah dikerjakan dan mudah didapat untuk dijadikan catalityc
converter antara lain : CuO/zeolite alam, Cu-Al2O3, Cu, Mn, Mg danZeolit Alam,
Catalytic Converter jenis ini mampu mengurangi emisi gas buang (CO, HC,Nox) cukup
tinggi antara 16% sampai 80%.
Mengingat bahaya emisi gas buang tersebut, maka perlu usaha-usaha untuk
mengendalikan dan mengurangi pencemaran udara agar dampak negatif bagi manuisa
dapat dikurangi dan diminimalkan.
Salah satu teknologi rekayasa untuk mengurangi emisi gas buang yang berbahaya
adalah dengan melakukan pemasangan Catalytic Converter pada system pembuangan
gas kendaraan bermotor yang bertujuan mampu menurunkan kadar gas buang HC, CO
dan NOx. Hal ini menjadikan tembaga sebagai salah satu alternatif pengganti logam
mulia dalam katalis.
Dari hasil penelaahan tersebut penulis dapat membuat suatu catalytic converter
dengan bahan tembaga berbentuk sarang lebah untuk mengurangi emisi gas
buang yang mempunyai kelebihan material mudah di dapatkan, harganya relatif murah
dan proses pembuatanya yang mudah.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perubahan kadar Emisi antara
kendaraan bermotor yang menggunakan Catalytic Converter berbahan tembaga dan
tanpa menggunakan Catalytic Converter.
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Metode yang di pakai adalah metode experimental, untuk membandingkan hasil
percobaan emisi gas buang sebelum melewati Catalytic Converter dan sesudah
melewati Catalytic Converter berbahan tembaga.
2. Proses persiapan
Perancangan chasing untuk katalis ini di sesuaikan dengan engine stand yang sudah
ada, seperti: menyamakan iner diameter pipa saluran gas buang pada engine stand,
menyamakan tebalnya plat sebagai rumah katalis supaya panas dapat tersalurkan
secara merata.
Pembuatan Katalis
Plat tembaga di persiapkan dengan panjang tiap lembar 80 cm dengan lebar 40cm.
Kemudian plat tembaga di marking dengan pensil dan penggaris sesuai ukuran yaitu
panjang 80cm, lebarnya 10cm. Barulah di dapat potongan plat tembaga yang siap
untuk di buat zig-zag (sirip-sirip).
Gambar 2. Proses pembentukan sirip (zig-zag)
3. Pelaksanaan Pengujian
a. Persiapan Pengujian
Alat Ukur
Alat ukur emisi gas buang yang digunakan adalah Gas Analyser Ultra 4/5 Gas Analyzer
Type IM 2400 dengan spesifikasi :
Pengukuran kadar O2 : 0-25 % Vol
Pengukuran kadar CO : 0-9.99 % Vol
Pengukuran kadar CO2: 0-19.9 % Vol
Pengukuran kadar HC : 0 - 9999 ppm (part per million)
NOx :0
b. Prosedur Pengujian
Engine di tune-up dengan membersihkan filter udara, mengganti oli mesin dengan yang
baru dan mengganti busi baru yang standart supaya hasil pengujian optimal.
Pemanasan mesin selama 10 menit yang bertujuan untuk mempersiapkan mesin pada
kondisi kerja.
Setelah pengukuran pertama selesai maka pengukuran kedua dilakukan seperti berikut:
Setelah mesin di matikan dan sudah dalam keadaan temperatur mesin tidak panas,
langkah awal mulai untuk melepaskan cover chasing katalis dengan membuka screw
pengunci, kemudian masukan Catalytic Converter ke dalam chasing setelah itu di
tutup oleh cover dan kunci dengan screw. Pastikan sambungan dalam kondisi rapat
dan tidak ada kebocoran.
Setelah unit Catalytic Converter sudah terpasang dengan benar, mesin dihidupkan
kembali lalu pengukuran di ulangi kembali sesuai pengukuran yang pertama.
Pengukuran di lakukan berbagai variasi putaran seperti pada pengujian pertama
Gambar 9. pengujian dengan menggunakan Catalytic Converter
Data di ambil dari nominal angka yang tertera pada monitor Gas Analyzer, dengan cara
mencatat secara langsung tiap variabel yang di ukur, bersamaan dengan pengambilan
data temperatur (°C) chasing katalis. Diantara gas analisis yang tertera adalah HC, CO,
CO2, O2dan lamda.
d. Analisa Data
Data yang diperoleh akan di analisa secara Deskriptif dengan melihat melalui tampilan
grafik-grafik yang ada untuk mengetahui seberapa berarti pengaruh variasi – variasi
yang di lakukan dalam penelitian ini terhadap emisi gas buang HC dan CO.
e. Tempat Penelitian
f. SkemaPengujian.
Gambar 10. Skema pengujian Emisi Gas Buang
HASIL PENELITIAN
Hidrokarbon yang dihasilkan oleh sisa pembakaran berasal dari bahan bakar yang tidak
habis terbakar.Penyebab timbulnya HC antara lain rasio (perbandingan) udara dan
bahan bakar kurang tepat dan lenyapnya panas pada dinding ruang bakar sehingga
menyebabkan campuran bahan bakar dan udara sulit terbakar dengan berkurangnya
temperatur.
CH + C2 → H2O + CO2
Polutan emisi gas CO yang di keluarkan oleh motor bakar di hasilkan dari proses
pembakaran yang kurang sempurna, untuk campuran kaya konsentrasi CO pada gas
buang akan meningkat sedangkan untuk campuran miskin konsentrasi CO pada gas
buang akan menurun. Polutan CO mempunyai sifat yang tidak berwarna, tidak berbau
dan beracun, bila terhirup manusia dalam paparan jam dapat menyebabkan kematian.
Dengan pemasangan katalis berbahan tembaga sebagai Catalytic Converter
diharapkan mampu mengurangi kandungan zat yang bersifat toksin.
Gambar 12. Grafik hubunganantaraEmisi CO dengan Variable putaran
2CO + O2 → 2CO2
Emisi CO2 yang dikeluarkan oleh motor bakar dihasilkan dari proses pembakaran yang
kurang sempurna. Untuk campuran kaya konsentrasi CO2 pada gas buang akan
meningkat sedangkan untuk campuran miskin konsentrasi CO2 pada gas buang sangat
kecil. Polutan CO2 mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berbau dan beracun, bila
terhirup oleh manusia untuk paparan 8 jam dapat menyebabkan kematian. Dengan
pemasangan katalis tembaga sebagai Catalytic Converter dapat dilihat pada gambar 13
bahwa bahan katalis tembaga dapat menekan kadar polutan (emisi CO 2) yang keluar
darik nalpot, terliahat dari grafik perbandingan dengan kondisi tanpa adanya Catalytic
Converter (sebelum memasuki Catalytic Converter).
Secara umum dapat dilihat dari gambar 4.3 bahwa pengaruh tembaga terhadap emisi
CO2 dapat mengoksidasi dengan baik, hal ini disebabkan karena tembaga
meningkatkan luas permukaan katalis yang mendukung. Untuk menjadi katalis yang
dapat mengoksidasi CO menjadi CO2 dengan baik, sehingga emisi gas buang yang
keluar dari knalpot lebih rendah dari pada sebelum memasuki Catalytic Converter.
Menurut data penelitian sebelumnya, Catalytic Converter dengan material tembaga dan
kuningan prosentase O2 pada variasi katalis 12 keping sel lebih tinggi dibandingkan
dengan katalis 6 keping sel.
ReduksiNOx :
2NO+2CO N2+ 2CO2
KESIMPULAN
Dari eksperimen, analisa dan diskusi dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang
pengaruh pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang dengan
menggunakan bahan Tembaga (Cu) sebagai berikut:
1. Penggunaan plat tembaga bermodel sarang lebah mempunyai hasil yang lebih baik
dibandingkan tanpa menggunakan katalis. Ditinjau dari emisi berikut :
- Emisi gas HC mengalami penurunan yang cukup baik dengan menunjukan
prosentase penurunan sebesar 23.449 %, di bandingkan tanpa adanya katalis.
Emisi gas CO mengalami penurunan yang sangat baik dengan menunjukan
prosentase penurunan sebesar 32.284 %, dibandingkan tanpa adanya katalis.
SARAN
1. Untuk selanjutnya membentuk katalis model sarang lebah dapat di bentuk dengan
lebih rapi dan lebih rapat lagi celah antara sirip-siripnya, hal ini menyebabkan
meningkatnya efisiensi reduksi dan mengoksidasi gas buang.
2. Model katalis (sarang lebah) yang sama tetapi dengan material berbeda untuk
penelitan selanjutnya.