Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan


segalakelebihan dan kekurangannya pasti ada yang menciptakan. Siapa
Dia? Sudah tentu “Sang Pencipta” Dialah Allah SWT. Untuk
mengakui kebenaran dan keberadaan Allah SWT dibutuhkan dalam
hati, mengakuidan membenarkan tentang adanya Allah SWT.

Allah SWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta


dansegala isinya, Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat
Allah SWThanya satu, tidak dua, tidak tiga, dan tidak pula lebih. Zat
Allah SWT tidaksama atau serupa dengan zat selainnya. Allah SWT
Esa dalam sifat-Nya,maksudnya sifat Allah SWT walaupun banyak,
tetapi hanya dimiliki olehAllah SWT sendiri. Tidak ada zat selain
Allah SWT yang memiliki ataumenandingi sifat-sifat Allah SWT.
Allah SWT Esa dalam perbuatan-Nya,maksudnya perbuatan-perbuatan
Allah tidak terhingga banyaknya, tetapihanya dimiliki oleh Allah SWT
sendiri. Tidak ada zat selain Allah SWTyang dapat menandingi,
apalagi melebihi perbuatan-Nya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Iman Kepada Allah SWT ?
2. Apa saja Ma’rifat Kepada Allah SWT dengan Pikiran ?
3. Bagaimana Ma’rifat Kepada Allah SWT dengan Memahami
Nama-nama dan Sifat-sifat Allah SWT ?
4. Apa Kemustahilan untuk menemukan Dzat Allah SWT ?
5. Apa saja Sifat-sifat Allah SWT ?
6. Apa Hikmah Iman Kepada Allah SWT ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Definisi dari Iman Kepada Allah SWT.
2. Untuk mengetahui Ma’rifat Kepada Allah SWT dengan Pikiran.

1
3. Untuk mengetahui Ma’rifat Kepada Allah SWT dengan
Memahami Nama-nama dan Sifat-sifat Allah SWT.
4. Untuk mengetahui Kemustahilan untuk menemukan Dzat Allah
SWT.
5. Untuk mengetahui Sifat-sifat Allah SWT.
6. Untuk mengetahui Hikmah Iman Kepada Allah SWT.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dari Iman Kepada Allah SWT.


Iman kepada Allah artinya meyakini bahwa Allah adalah Rabb
segala sesuatu, Penciptanya, Pemiliknya, dan Pengatur seluruh
alam. Bahwa hanya Allah yang berhak untuk disembah, tidak ada
sekutu bagi-Nya, dan semua yang disembah selain Allah adalah
batil. Dan bahwa Allah memiliki Nama-nama yang mulia serta
memiliki Sifat-sifat yang sempurna, dan suci dari segala macam
kekurangan dan aib. Iman kepada Allah mencakup tiga unsur,
antara lain :
1. Tauhid Rububiyyah Tauhid Rububiyyah yaitu mengesakan
Allah dalam hal penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan. Allah
berfirman;
“Ingatlah, yang menciptakan dan yang memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.”
2. Tauhid Uluhiyyah Tauhid Uluhiyyah yaitu mengesakan Allah q
dalam hal peribadahan, agar manusia tidak menyekutukan
Allah dengan sesuatu apapun. Sehingga tidak ada yang diseru
dalam doa kecuali Allah , tidak ada yang dimintai pertolongan
kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung
kecuali Dia, tidak boleh menyembelih qurban atau bernadzar
kecuali untuk-Nya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh
ibadah kecuali untuk-Nya dan karena-Nya semata.
Sebagaimana firman Allah

2
“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah
menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar
kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap. Dan Dia yang
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buahbuahan sebagai rezki untuk kalian.
Maka janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kalian mengetahui.”
Tauhid rububiyyah mengharuskan adanya tauhid
uluhiyyah. Sehingga barangsiapa yang mengakui tauhid
rububiyyah untuk Allah (dengan mengimani bahwa tidak ada
pencipta, pemberi rizki, dan pengatur alam kecuali Allah ),
maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang berhak
menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah . Dan
itulah tauhid uluhiyyah.
3. Tauhid Asma’ wa Sifat Tauhid Asma‟ wa Sifat yaitu
mengesakan Allah sesuai dengan Nama dan Sifat yang Ia
sandangkan sendiri kepada Diri-Nya, di dalam Kitab-Nya, atau
melalui lisan Rasul-Nya Muhammad . Hal ini sebagaimana
hadits yang diriwayatkan dari „Abdullah (bin Mas‟ud)
ytentang doa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah ;
“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-
Mu (Adam) dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa). Ubun-
ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadha‟-
Mu kepadaku adalah adil. Aku memohon kepada-Mu dengan
setiap Nama (yang Baik) yang telah Engkau pergunakan untuk
diri-Mu, yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, Engkau
ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau
khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu ghaib di sisi-Mu.”
Dikatakan beriman kepada Allah SWT apabila Meyakini
bahwa hanya Allah subhanahu wataala satu-satu-Nya pencipta
alam mayapada ini, menguasai, mengatur, mengurus segala
sesuatu di dalamnya, memberi rizki, kuasa, menjadikan,
mematikan, menghidupkan dan yang mendatangkan manfaat
3
serta madharat. Dia berbuat segala sesuatu sesuai dengan
kehendak-Nya, menghukum sesuai dengan kehendakNya,
memuliakan siapa yang dikendaki-Nya dan menghinakan siapa
saja yang dikendaki-Nya, ditanganNya semua kekuasaan langit
dan bumi, Maha Kuasa atas segala sesuatu, Maha Mengetahui
segala sesuatu, tidak butuh kepada siapapun, bagi-Nya segala
urusan, di tangan-Nya semua kebaikan, tidak ada sekutu bagi-
Nya, tidak satupun yang bisa menghalangi-Nya.

B. Ma’rifat Kepada Allah SWT dengan Pikiran


Setiap anggota tentu ada tugasnya, tugas akal ialah merenung,
memeriksa, memikirkan dan mengamati. Jika kekuatan semacam
ini menganggur maka hilang pulalah pekerjaan akal, juga
menganggurlah tugasnya yang terpenting dan ini pasti akan diikuti
oleh terhentinya kegiatan hidup. Jika ini sudah terjadi, akan
menyebabkan pula adanya kebekuan, kematian dan kerusakan akal
itu sendiri. Agama Islam menghendaki agar akal bergerak dan
melepaskan kekangannya segera bangun dari tidur nyenyaknya
kemudian mengajak untuk mengadakan perenungan dan
pemikiran. Pekerjaan yang sedemikian ini termasuk inti
peribadatan kepada Tuhan. Allah Taala berfirman, “Katakanlah!
‘Perhatikanlah olehmu semua apa-apa yang ada di langit dan
bumi." (Q.S. Yunus:101)

Allah Taala berfirman pula, “Katakanlah! ‘Aku hanya hendak


mengajarkan kepadamu semua satu perkara saja yaitu hendaklah
kamu semua berdiri di hadapan Allah, dua-dua orang atau seorang-
seorang, kemudian berpikirlah kamu semua (gunakanlah akal
pikiranmu)’" (Q.S. Saba:46)

Barangsiapa yang mengingkari kenikmatan akal dan tidak suka


menggunakannya untuk sesuatu yang semestinya dikerjakan oleh
akal, melalaikan ayat-ayat dan bukti-bukti tentang wujud dan
kekuasaan Allah Taala, maka orang semacam itulah yang patut
4
sekali mendapat cemoohan dan hinaan. Malah Allah Taala sendiri
telah mencela sekali orang semacam itu dengan firman-Nya,
“Alangkah banyaknya ayat (tanda kekuasaan Tuhan) di langit dan
di bumi yang mereka lalui, tetapi mereka itu semua
membelakanginya saja (tidak memperhatikannya).” (Q.S.
Yusuf:105)

Allah Taala berfirman pula, “Tidaklah datang kepada mereka


itu suatu ayat dari beberapa ayat Allah melainkan mereka itu
membelakanginya saja (tidak memperhatikannya).” (Q.S.
Yasin:46)

Menganggurkan akal dari tugas utamanya, akan menurunkan


manusia itu sendiri ke suatu taraf yang lebih rendah dan lebih hina
dari taraf binatang. Keadaan seperti itulah yang merupakan
penghalang besar bagi umat yang dahulu untuk langsung
menembus kepada hakikat-hakikat yang ada di dalam diri, jiwa dan
alam semesta.

Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi


neraka Jahanam itu kebanyakan dari jin dan manusia, yang
mempunyai hati, tetapi tidak mengerti dengan hatinya, mempunyai
mata tetapi tidak melihat dengan matanya dan mempunyai telinga
tetapi tidak mendengarkan dengan telinganya. Orang-orang itu
seperti binatang ternak bahkan lebih sesat. Itulah orang-orang yang
lalai (dari kebenaran).” (Q.S. Al-A’raf:179)

C. Ma’rifat Kepada Allah SWT dengan Memahami Nama-nama


dan Sifat-sifat Allah SWT.
Jalan lain dalam mencapai makrifat kepada Allah swt. ialah
memahami nama-nama Allah Taala yang baik-baik serta sifat-
sifat-Nya yang luhur dan tinggi. Jadi nama-nama dan sifat-sifat
itulah yang merupakan perantara yang digunakan oleh Allah Taala
agar makhluk-Nya dapat bermakrifat pada-Nya. Inilah yang dapat

5
dianggap sebagai saluran yang dari situ hati manusia dapat
mengenal Allah Taala secara spontan. Malah itu pulalah yang
dapat menggerakkan cara penemuan yang hakiki dan membuka
alam yang amat luas terhadap kerohanian guna menyaksikan
cahaya Allah SWT.

Nama-nama itu adalah yang disebutkan oleh Allah dalam firman-


Nya, “Katakanlah, ‘Serulah Allah atau serulah Rahman. Mana saja
nama Tuhan yang kamu semua seru, Dia adalah mempunyai nama-
nama yang baik.’" (Q.S. Al-Isra:110)

Dengan nama-nama itulah yang kita semua diperintah untuk


menyerunya. Allah Taala berfirman, “Bagi Allah adalah nama-
nama yang baik, maka serulah dengan menggunakan nama-nama
itu.” (Q.S. Al-A’raf:180)

Adapun jumlah nama-nama Allah yang baik (asmaul husna) itu


ada sembilan puluh sembilan nama. Imam Bukhari, Muslim dan
Tirmizi meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya
Rasulullah saw. bersabda, “Allah itu mempunyai sembilan puluh
sembilan nama. Barangsiapa menghafalnya ia masuk surga.
Sesungguhnya Allah itu Maha Ganjil (tidak genap) dan cinta sekali
pada hal yang ganjil (tidak genap).” (H.R. Ibnu Majah)

D. Kemustahilan untuk menemukan Dzat Allah SWT.


Hakikat dari zat Ketuhanan tidak mungkin dimakrifati oleh
akal pikiran dan sudah pasti tidak akan dapat dicapai betapa
keadaan yang sebenarnya atau puncaknya. Sebabnya ialah karena
pikiran manusia tidak dapat menjangkau hal tersebut, karena
manusia tidak diberi dan tidak ditunjuki pula jalan menemukannya
atau wasilah mencapainya. Akal manusia bagaimana cerdik dan
pandainya, begitu kuat daya tangkapnya, tetapi tetap terbatas
dalam suatu batas yang tertentu dan malah lemah sekali atau belum
dapat memakrifati hakikat berbagai benda yang dilihatnya sehari-

6
hari. Manusia sampai saat ini masih belum dapat mengetahui
secara benar tentang hakikat jiwa manusia itu sendiri. Bahkan
pengetahuan tentang hal jiwa ini hingga sekarang tetap merupakan
penyelidikan yang hangat dalam rangkaian persoalan-persoalan
yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan filsafat.

Manusia itu pun tidak dapat menguraikan hakikat cahaya atau


sinar, padahal cahaya atau sinar itu sebenarnya adalah benda yang
amat terang dan jelas sekali. Juga belum dapat diketahui hakikat
sesuatu benda serta hakikat dari atom yang setiap benda itu pasti
tersusun dari himpunan atom-atom itu, padahal semuanya ini
adalah yang terdekat sekali hubungannya dengan manusia itu
sendiri. Maka dari itu sampai saat sekarang ini pun ilmu
pengetahuan modern masih belum mampu menguraikan berbagai
hakikat benda yang ada di alam semesta ini. Ringkasnya kata
terakhir masih belum dapat dijelaskan, sebagai tanda bahwa
hakikat apa yang dicari itu belum terpecahkan dengan
memuaskan.

Seorang profesor terkenal bernama Kamyl Flamaryon menulis


dalam buku “Kekuatan Alam Yang Belum Dikenal” sebagai
berikut: “Kita semua tahu bahwa kita ini berpikir, tetapi apakah
sebenarnya makna berpikir itu? Rasanya tidak ada seorang pun
yang dapat menjawab pertanyaan ini. Kita semua mengerti bahwa
kita ini berjalan. Tetapi apakah sebenarnya pekerjaan otot itu? Pun
tidak seorang dapat mengetahui hakikatnya. Saya menyadari
bahwa kehendak saya adalah merupakan suatu kekuatan yang
bukan termasuk dalam kebendaan (materi) dan saya menyadari
pula bahwa segala sifat khusus diri saya bukan termasuk
kebendaan juga. Namun demikian, setiap saya berkehendak
mengangkat tangan, saya tahu bahwa kehendak itulah yang
menggerakkan benda milikku yakni tangan tadi. Jadi bagaimana
hal itu dapat terjadi secara spontan sekali. Apakah kiranya yang
menjadi perantara yang berada di tengah-tengah antara kekuatan
7
akal dalam menimbulkan suatu hasil yang mempengaruhi gerakan
kebendaan itu? Tentang pertanyaan ini pun belum ada orang yang
dapat memberikan jawaban pada saya. Atau secara mudahnya
cobalah katakan pada saya dan jawablah ini, ‘Bagaimana urat-urat
saraf mata itu dapat memindahkan gambar benda sampai ke dalam
akal? Coba jawab pula, ‘Bagaimana akal dapat menerimanya? Lagi
pula di mana letak akal tersebut? Bagaimana tabiat pekerjaan otak
itu? Cobalah katakan pada saya, hai tuan-tuan (yang dimaksudkan
ialah orang-orang yang membantah)..... Tetapi, yah..... cukuplah
sudah, cukup..... Mungkin saya dapat bertanya kepada tuan-tuan
selama duapuluh tahun, tetapi saya percaya bahwa orang yang
paling cerdas di antara tuan-tuan itu pasti tidak dapat
mengemukakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
serendah-rendahnya.”

Jika demikian kedudukan akal dalam menghadapi persoalan


hakikat jiwa, cahaya dan benda, serta apa yang ada dalam alam
semesta ini, baik yang dapat dilihat oleh mata atau pun yang tidak,
maka bagaimana akal dapat memakrifati zat Tuhan Yang Maha
Menciptakan semuanya itu yang bersifat Maha Luhur keadaan-
Nya. Bagaimanakah akal yang lemah itu dapat mencapai zat Tuhan
Yang Maha Tinggi itu? Sesungguhnya zat Allah masih jauh lebih
besar dari apa yang dapat dicapai oleh akal atau pun yang dapat
dijangkau oleh pemikiran-pemikiran. Oleh sebab itu alangkah
tepatnya firman Allah swt., “Allah tidak akan dapat dicapai oleh
penglihatan-penglihatan dan Dia dapat mencapai penglihatan-
penglihatan itu dan Dia adalah Maha Halus dan Waspada.” (Q.S.
Al-An’am:103)

E. Sifat-sifat Allah SWT.


Sebelum kita membahas mengenai Sifat Wajib dan Mustahil
Allah. Kita harus mengetahui apa makna Sifat – sifat Allah sendiri
yang berarti sifat sempurna yang tak terhingga bagi Allah. Dan

8
sebagai muslim kita wajib mempercayai bahwa terdapat sifat
keempurnaan yang tak terhinggan bagi Allah.
1. Sifat Wajib
a. Wujud(Ada)
Sifat wajib Allah yang pertama adalah wujud yang artinya
ada. Maksudnya, Allah adalah Dzat yang pasti ada. Dia
berdiri sendiri, tidak diciptakan oleh siapapun, dan tidak
Ada tuhan selain Allah SWT.Ayat yang menjelaskan dalam
Al Qur’an :
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudia
ia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain
daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi Syafa’at 1190. Maka kamu tidak
memperhatikan?” (QS. As – Sajadah : 4)“Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
Aku”. (QS. Thaha : 14)
b. Qidam (Terdahulu/Awal)
Dialah sang pencipta yang menciptakan alam semesta
beserta isinya. Maksudnya, Allah telah ada lebih dulu
daripada apa yang diciptakannya.Ayat yang menjelaskan
dalam Al Qur’an :
“Dialah yang awal dan yang akhir. Yang zhahir dan yang
bathin, dan Dia maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al
– Hadid : 3)
c. Baqa’ (Kekal)
Maksudnya Allah maha kekal. Tidak akan punah, binasa,
atau mati. Dia akan tetap ada selamanya.Ayat yang
menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Tiap – tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNya-
lah segala penentuan, dan hanya kepadaNya-lah kamu
dikembalikan”. (QS. Al – Qasas : 88)“Semua yang ada di
bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Rabb mu yang
9
mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (QS. Ar – Rahman
: 26-27)
d. Mukholafatul Lilhawaditsi (Berbeda dengan makhluk
ciptaanya)
Allah sudah pasti berbeda dengan ciptaanya. Dialah dzat
yang Maha Sempurna dan Maha Besar. Tidak ada
sesuatupun yang mampu menandingi dan menyerupai
keagunganNya.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
(QS. Al – Ikhlas : 4)“Tidak ada satupun yang serupa
dengan Dia dan Dialah yang Maha Mendengan dan
Melihat”. (QS. Asy – Syura : 11)
e. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri)
Maksudnya Allah itu berdiri sendiri, tidak bergantung pada
apapun dan tidak membutuhkan bantuan siapapun.Ayat
yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Sesungguhnya Allah benar – benar Maha kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari alam semesta”. (QS. Al –
Ankabut : 6)
f. Wahdaniyah (Tunggal/Esa)
Allah maha esa atau tunggal. Maksudnya, tidak ada sekutu
bagiNya. Dialah satu – satunya Tuhan pencipta alam
semesta.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Seandainya di langit dan di bumi ada tuhan – tuhan
selain Allah, tentulah keduanya itu akan binasa”. (QS Al –
Anbiya : 22)
g. Qudrat (Berkuasa)
Maksudnya, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak
ada yang bisa menandingi kekuasaan Allah SWT.Ayat
yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS.
Al – Baqarah : 20)
h. Iradat (Berkehendak)
Maksudnya, apabila ALlah berkehendak maka jadilah hal
10
itu dan tidak ada seorangpun yang mampu
mencegahNya.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,
kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain).
Sesungguhnya Tuhanmu maha Pelaksana terhadap apa
yang Dia kehendaki”. (QS. Hud : 107)
i. ‘ilmun (Mengetahui)
Maksudnya, Allah SWT Maha Mengetahui atas segala
sesuatu. Baik yang tampak maupun yang tidak
tampak.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami
lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (QS. Qaf :
16)
j. Hayat (Hidup)
Allah SWt adalah Maha Hidup, tidak akan pernah mati,
binasa, ataupun musnah. Dia kekal selamanya.Ayat yang
menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup (kekal) yang
tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya”. (QS. Al
– Furqon : 58)
k. Sama’ (Mendengar)
Maksudnya, Allah Maha Mendengar baik yang diucapkan
maupun yang disembunyikan dalam hati.Ayat yang
menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. (QS. Al – Maidah : 76)
l. Basar (Melihat)
Maksudnya, Allah melihat segala sesuatu. Pengelihatan
Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apapun yang terjadi di
dunia ini.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan Allah melihat atas apa yang kamu kerjakan”. (QS.
Al – Hujurat : 18)“Dan perumpamaan orang – orang yang
membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah
11
dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan
lebat, maka kebun itu menghasilkan buah dua kali
lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan
gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang
kamu perbuat”. (QS Al – Baqarah : 265)
m. Qalam (Berfirman)
Allah itu berfirman. Dia bisa berbicara atau berkata secara
sempurna tanpa bantuan dari apapun. Terbukti dari adanya
firmanNya dari kitab – kitab yang diturunkan lewat para
Nabi.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami)
pada waktu yang telah kami tentukan dan Tuhan telah
berfirman (langsung) kepadanya”. (QS. Al – A’raf : 143)
n. Qadiran (Berkuasa)
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam
semesta.Ayat yang menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Hampir kilat itu menyambar pengelihatan mereka. Setiap
kali sinar itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah
sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka
berhenti. jika Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan
pendengaran dan pengelihatan mereka. Sesungguhnya
Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al – Baqarah :
20)
o. Muridan (Berkehendak)
Maksudnya, bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara
maka tidak ada yang bisa menolak kehendakNya.Ayat yang
menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,
kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain).
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksanya terhadap apa
yang Dia kehendaki”. (QS. Hud : 107)
p. ‘Aliman (Mengetahui)
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Baik yang
12
ditampakan maupun disembunyikan. Tidak ada yang bisa
menandingi pengetahuan Allah Yang Maha Esa.Ayat yang
menjelaskan dalam Al Qur’an :
“Dan Allah Maha Mengetahui sesuatu” … (QS. An – Nisa
: 176)
q. Hayyan (hidup)
Allah adalah dzat yang hidup. Allah tidak akan mati, tidak
akan tidur ataupun lengah.Ayat yang menjelaskan dalam Al
Qur’an :
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup, yang tidak
mati, dan bertasbihlah denga memuji-Nya. Dan cukuplah
dia Maha Mengetahui dosa – dosa hambaNya”. (QS. Al –
Furqon : 58)
r. Sami’an (Mendengar)
Maksudnya, Allah selalu mendengar pembicaraan manusia,
permintaan, ataupun doa hambaNya.
s. Bashiran (Melihat)
Keadaan Allah yang melihat tiap – tiap yang maujudat
(benda yang ada). Allah selalu melihat gerak gerik kita.
Oleh arena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.
t. Mutakalliman (Berfirman atau berkata – kata)
Sama dengan Qalam, Mutakalliman juga berarti berfirman.
Firman Allah terwujud lewat kitab – kitab suci yang
diturunkan lewat para nabi.

2. Sifat Mustahil
a. ‘Adam = Tiada (bisa mati).
b. Huduth = Baharu (bisa di perbaharui).
c. Fana’ = Binasa (tidak kekal/mati).
d. Mumatsalatu lil hawaditsi = Menyerupai makhluknya.
e. Qiyamuhu Bighayrihi = Berdiri dengan yang lain.
f. Ta’addud = Berbilang – bilang (lebih dari satu).
g. Ajzun = Lemah.

13
h. Karahah = Terpaksa.
i. Jahlun = Bodoh.
j. Mautun = Mati.
k. Shamamun = Tuli.
l. ‘Umyun = Buta.
m. Bukmun = Bisu.
n. Kaunuhu ‘Ajizan = Zat yang lemah.
o. Kaunuhu Karihan = Zat yang terpaksa.
p. Kaunuhu Jahilan = Zat yang bodoh.
q. Kaunuhu Mayyitan = Zat yang mati.
r. Kaunuhu Asshama = Zat yang tuli.
s. Kaunuhu ‘Ama = Zat yang buta.
t. Kaunuhu Abkama = Zat yang bisu.

F. Hikmah Iman Kepada Allah SWT.


1. Jalan untuk mendapatkan petunjuk dan perlindungan Allah.
2. Semakin termotivasi untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya.
3. Semakin sungguh-sungguh untuk menjauhi segala larangan-Nya.
4. Hati menjadi lebih tenang, damai, tidak resah, tidak galau, tidak
gelisah.
5. Menjadi sosok yang peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya.
6. Termotivasi untuk senantiasa melakukan amal sholeh.
7. Termotivasi untuk selalu mencegah kemungkaran.
8. Selalu bersyukur dengan apa yang didapatkan atau diperoleh.
9. Besabar dalam menghadapi setiap problematika dalam hidup ini.
10. Berusaha untuk berakhlakul karimah setiap waktunya.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang kita bahas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Iman kepada Allah artinya meyakini bahwa Allah adalah Rabb
segala sesuatu, Penciptanya, Pemiliknya, dan Pengatur seluruh
alam. Bahwa hanya Allah yang berhak untuk disembah, tidak
ada sekutu bagi-Nya, dan semua yang disembah selain Allah
adalah batil.
2. Jalan lain dalam mencapai makrifat kepada Allah swt. ialah
memahami nama-nama Allah Taala yang baik-baik serta sifat-
sifat-Nya yang luhur dan tinggi. Jadi nama-nama dan sifat-sifat
itulah yang merupakan perantara yang digunakan oleh Allah
Taala agar makhluk-Nya dapat bermakrifat pada-Nya. Inilah
yang dapat dianggap sebagai saluran yang dari situ hati
manusia dapat mengenal Allah Taala secara spontan. Malah itu
pulalah yang dapat menggerakkan cara penemuan yang hakiki
dan membuka alam yang amat luas terhadap kerohanian guna
menyaksikan cahaya Allah SWT.
3. Agama Islam menghendaki agar akal bergerak dan melepaskan
kekangannya segera bangun dari tidur nyenyaknya kemudian
mengajak untuk mengadakan perenungan dan pemikiran.
B. Saran
Tentunya dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan olehnya itu :
1. Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan perbaikan yang
semestinya demi kesempuranaan makalah ini.
2. Diharapkan agar pembaca memberikan koreksi terhadap materi-materi
“Iman Kepada Allah SWT “ yang sekiranya ada tidak sesuai dengan
yang sebenarnya.
3. Diharapkan kepada para pembaca untuk mencari referensi lain agar
dapat menambah wawasan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ginanjar. M Fauzi, aqidah akhlak dan kolerasinya, Edukasi Islam,


Vol.6 , No.12 , (juli,2017).
Nizami. Ahmad , Iman Islam dan Ihsan , Surabaya , Media Islam,
2008.
Tarmizi. Erwandi , Rukun Iman , Madinah , Islam House , 2007.
Mulyadi, Aqidah Akhlak , Semarang , PT. Karya Thoha Putra ,
2005.
Alim. Muhammad , Pendidikan Agama Islam, Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya, 2006.
Daulay. Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Prespektif Islam,
Jakarta, Kencana, 2014.
http://kabayanthea07.blogspot.com/2011/05/makrifat-kepada-
allah.html
https://www.yuksinau.id/sifat-wajib-dan-mustahil-allah/

16

Anda mungkin juga menyukai