Tinjauan Teori TC
Tinjauan Teori TC
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa
struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan
fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009).
Cedera kepala atau atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari
fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak
tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk ke dalam jaringan otak dan
melukai atau merobek durameter menyebabkan CSS merembes, kerusakan saraf otak
Battle sign
Hemotympanum
Periorbital echymosis
Rhinorrhoe
Orthorrhoe
Brill hematom
a. Komosio
Disorientasi sementara.
Masuk rumah sakit kurang 48 jam, kontrol 24 jam pertama, observasi tanda-
tanda vital.
berdiri, pulang.
b. Kontosio
Gejala :
c. Hematom epidural
(koma), serebrasi, dekortisasi, pupil dan isokor, nyeri kepala hebat, reflek
patologik positif.
d. Hematom subdural
Akut :
o Gejala 24 – 48 jam
o TIK meningkat
Sub akut
Kronis :
e. Hematom Intrakranial
mendadak.
Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah
karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan
kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan
Thomas, 2006).
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma
kepala yaitu sebanyak 32,1 dan 29,8 per100.000 populasi. Kekerasan adalah penyebab
ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1 per100.000 populasi di
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan dengan
kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau
b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah
dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun
c. Kekerasan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).
Beberapa mekanisme yang timbul terjadi trauma kepala adalah seperti translasi yang terdiri
suatu gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat
b) Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke suatu arah secara tiba-tiba dan
dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba
D. Manifestasi Klinis
a. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid)
a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh.
f. Letargik.
atau meningkat.
ekstrimitas.
Jika skala koma glasgow antara 13-15 dapat terjadi kehilangan kesadaran antara 30 menit
tidak ada penyerta seperti fraktur tengkorak, kontusuo dan hematom, serta tidak terjadi
gangguan neurologis.
Jika skala koma glasgow antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit – 24 jam dapat
Jika skala koma glasgow antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam meliputi contisio
E. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena
akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-
primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat
langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan langsung kepala dengan
suatu benda keras maupun oleh proses akselerasi-deselerasi gerakan kepala (Gennarelli,
Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa perdarahan pada
permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater,
dan dinamakan lesi kontusio. Lesi kontusio di bawah area benturan disebut lesi kontusio
“coup”, di seberang area benturan tidak terdapat gaya kompresi, sehingga tidak terdapat
lesi. Jika terdapat lesi, maka lesi tersebut dinamakan lesi kontusio “countercoup”. Kepala
tidak selalu mengalami akselerasi linear, bahkan akselerasi yang sering dialami oleh kepala
akibat trauma kapitis adalah akselerasi rotatorik. Bagaimana caranya terjadi lesi pada
akselerasi rotatorik adalah sukar untuk dijelaskan secara terinci. Tetapi faktanya ialah,
bahwa akibat akselerasi linear dan rotatorik terdapat lesi kontusio coup, countercoup dan
intermediate. Yang disebut lesi kontusio intermediate adalah lesi yang berada di antara lesi
dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid)
dan otak (substansi semi solid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan
intra kranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan
dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan (countrecoup) (Hickey, 2003
iskemia otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade, yang efeknya merusak otak.
Cedera sekunder terjadi dari beberapa menit hingga beberapa jam setelah cedera awal.
Setiap kali jaringan saraf mengalami cedera, jaringan ini berespon dalam pola tertentu yang
dapat diperkirakan, menyebabkan berubahnya kompartemen intrasel dan ekstrasel.
Beberapa perubahan ini adalah dilepaskannya glutamin secara berlebihan, kelainan aliran
kalsium, produksi laktat, dan perubahan pompa natrium pada dinding sel yang berperan
Neuron atau sel-sel fungsional dalam otak, bergantung dari menit ke menit pada
suplai nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen, dan sangat rentan terhadap
sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang tersedia, menyebabkan iskemia
Faktor kardiovaskuler
meningkatkan tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan atrium kiri
Faktor Respiratori
o Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokonstriksi paru atau hipertensi paru
o Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida mempengaruhi aliran darah. Bila PO2
rendah, aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan
terjadi alkalosis yang menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan CBF
kranial (TIK) yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan batang otak atau
medulla oblongata.
Faktor metabolisme
o Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh lainnya yaitu
o Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap hipotalamus, yang
Faktor gastrointestinal
hari) terdapat respon tubuh dengan merangsang aktivitas hipotalamus dan stimulus
Faktor psikologis
o Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, trauma kepala pada pasien
adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala sisa yang timbul pascatrauma akan
mempengaruhi psikis pasien. Demikian pula pada trauma berat yang menyebabkan
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan konservatif
o Bedrest total di RS
o Diuretik
2. Tindakan observatif
o Observasi pernapasan
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada pasien yang mengalami trauma kapitis yaitu:
1. Shock disebabkan karena banyaknya darah yang hilang atau rasa sakit hebat. Bila
2. Peningkatan tekanan intrakranial, terjadi pada edema cerebri dan hematoma dalam
tulang tengkorak.
3. Meningitis, terjadi bila ada luka di daerah otak yang ada hubungannya dengan luar.
4. Infeksi/kejang, terjadi bila disertai luka pada anggota badan atau adanya luka pada
5. Edema pulmonal akibat dari cedera pada otak yang menyebabkan adanya peningkatan
tekanan darah sistemik sebagai respon dari sistem saraf simpatis pada peningkatan
TIK. Peningkatan vasokontriksi tubuh ini menyebabkan lebih banyak darah dialirkan
jaringan otak
3. Angiografi serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, spt pergeseran jaringan otak akibat edema,
perdarahan, trauma
4. EEG
7. Fungsi lumbal,CSS
1. Pengkajian
• Riwayat trauma saat ini dan benturan yang terjadi secara tidak sengaja.
• Gangguan penglihatan
• Gangguan kesadaran
• Mual, muntah
• Sulit menelan
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas
wheezing.
e. Pola istirahat
Pasien mengatakan intensitas sakit kepala yang tidak tetap dan lokasi sakit
kepala.
konsentrasi).
2. Diagnosa Keperawatan
d. Resiko tinggi injuri b.d adanya kejang, kebingungan dan kelemahan fisik.
e. Gangguan pertukaran gas b.d penumpukan sekresi, reflek batuk yang kurang.
f. Gangguan gambaran tubuh dan perubahan peran b.d kurang berfungsinya
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang mampu menelan
3. Perencanaan
Intervensi:
• Kaji status neurologi, tanda-tanda vital (tekanan darah meningkat, suhu naik,
R/: Panas tubuh yang tidak bisa diturunkan menunjukkan adanya kerusakan
lebih 30 derajat.
diamox
Intervensi:
R/: Melatih kemampuan pasien dalam mengenal waktu, tempat dan lingkungan
pasien.
• Kolaborasi fisioterapi
Intervensi:
keperawatan
• Perhatikan lingkungan
terhadap kenyataan.
e. Gangguan pertukaran gas b.d penumpukan sekresi, reflek batuk yang kurang.
• Pernapasan teratur.
Intervensi:
tambahan.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang mampu menelan.
Intervensi:
aspirasi
• Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
g. Defisit perawatan diri b.d kesulitan dalam mobilitas fisik dan gangguan
kognitif.
Intervensi:
sembuh.
Intervensi:
Intervensi:
R/: Penekanan yang terlalu lama pada salah satu lokasi kulit akan menimbulkan
nekrose
R/: Kain basah dan berlipat akan menimbulkan kerusakan pada kulit.
4. Discharge Planning