Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan ujung tombak majunya suatu bangsa.Negara-negara yang


maju seperti amerika, jepang, Malaysia dan sebagainnya mempercayai dan menjadikan
pendidikan sebagai factor utama dalam memajukan suatu bangsa. Pendidikan yang
berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif.
Hal tersebut yang menjadikan suatu bangsa menjadi bangsa yang maju dan pesat dalam
perkembangan ilmu dan teknologi. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu
kemajuan dan teknologi yang telah menimbulkan persaingan dalam berbagai bidang
yang menuntut masyarakat Indonesia untuk memantapkan diri dalam peningkatan
kualitas dan sumber daya manusia yang unggul, mampu berdaya saing, menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi serta mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan seseorang secara sadar baik keluarga,
masyarakat maupun institusi lembaga dengan cara memberikan pengarahan, bimbingan,
pembelajaran di dalam sekolah maupun luar sekolah yang dilakukan sepanjang masa,
untuk mempersiapkan diri anak atau peserta didik dalam dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk dimasa sekarang maupun yang akan
dating. Sehingga pendidikan memiliki pera yang sangat penting untuk generasi penerus
bangsa yang mempunyai kompetensi, kualitas dan moral yang tinggi dan memenuhi
tiga aspek penting dalam pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.1

1
Evi Mahdiya Izzati, Latar Belakang Siswa Mencontek (studi kasus di MTsN 1 Kota Kediri)SKRIPSI
Pendidikan Agama Islam STAIN Kediri, 2017., 1
Sedangkan pendidikan menurut Sidiknas mengatakan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia sertaketrampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat,bangsa, dan negara. 2
Pendidikan nasional harus menyesuaikan perkembangan zaman agar pendidikan
di indonesia tidak tertinggal dengan pendidikan yang ada di luar. Untuk mengikuti
perkembangan pendidikan maka harus adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) selain itu pendidikan di indonesia harus mampu mengarahkan
peserta didik agar output yang di hasilkan berkualitas.
Berdasarkan definisi Undang-Undang diatas, dapat diambil 3 pokok pkiran utama
yang terkandung di dalamnya, yaitu:
1. Usaha sadar dan terencana
2. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinnya.
3. Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang dipelukan dirinnya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendapat lain mengatakan pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia.
Manusia akan menjadi manusia seutuhnya jika ia didik dengan sebenar-benarnya, yaitu
dengan pendidikan yang baik dan benar, kemudian akan muncul pertanyaan, seperti
apakah pendidikan sebenarnya perlu dikembalikan pada hakikat pendidikan itu sendiri.
Pendidikan merupakan proses yang harus dilakukan oleh suatu masyarakat dalam
upaya menyiapkan generasi penerus yang mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan
budaya yang mereka anut, yang mana hal tersebut sudah merupakan suatu tradisi umat

2
UU RI NO.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm 76.
manusia sejk adanya manusia itu sendiri. Dengan kata lain sesungghnya pendidikan
dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk strategi budaya tertua bagi manusia untuk
mempertahankan keberlangsungan eksistensi mereka.3
Pendidikan dan pembelajaran adalah satu kesatuan yang saling berhubungan,
pembelajaran adalah hasil dari buah pendidikan yang menghasilkan pembelajaran dan
Pendidikan merupakan induk dari pembelajaran.
Pembelajaran secara harfiah berarti proses belajar. Pembelajaran dapat dimaknai
sebagai proses penambahan ilmu pengetahuan terhadap diri siswadan wawasan melalui
serangkaian aktifitas yang dilalui secara sadar yang mengakibatkan terjadinya
perubahan dalam diri seseorang tersebut, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya
positif dan pada akhirnya akan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan
kecakapan yang baru.4
Selanjutnya winkel menjelaskan bahwa pembelajaran di bangun oleh manusia
sedikit-demi sedikit, yangnantinya hasil dari pembelajaran akan diperluas melalui
konteks yang lebih sempit dan tidak sekonyong-konyong. Pembelajaran bukanlah
seperangkat dari fakta, konsep, atau kaidah yang di ingat, manusia harus membangun
pembelajaran yang bermakna melalui pengalaman yang nyata.5

Pendidikan agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang membangun

peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh

menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan

masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional maupun global. Peranan pendidikan

3
Wahono, Francis X. Kapitalisme Pendidikan, Kompetensi Dan Keadilan, (Yogyakarta: INSIST PRESS,
2001), hlm 3.

4
Buku ari

5
ibid
agama islam disekolah dimaksudkan untuk meningkatkan potensi moral dan spiritual

yang mencakup pengenalan pemahaman, penanaman, dan pengamalan nilai-nilai

keagamaan dalam kehidupan individual maupun kolektif masyarakat. 6

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam banyak hal

yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah dalam hal penyampaian materi dari

seorang guru terhadap siswa melalui metode tertentu. Tanpa metode, suatu materi

pendidikan tidak dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar

mengajar menuju tujuan pengajaran. Oleh karena itu, metode merupakan garis-garis

haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.7

Sedangkan metode yang digunakan di sekolah dirasakan masih kurang

menciptakan suasana yang kondusif, hal ini menyebabkan siswa secara mentalitas

menganggap bahwa Pendidikan Agama Islam sebagai pelajaran yang sukar dipahami

sehingga siswa kurang bergairah dalam belajar.

Pembelajaran aktif (Active Learning) bisa dikatakan sebagai sarana untuk

mencapai keberhasilan siswa yang berkualitas. Dalam melaksanakan pembelajaran

yang aktif diperlukan partisipasi siswa yang aktif dan terampil seperti yang telah

disebutkan di atas. Selain siswa guru juga dituntut untuk menguasai model

pembelajaran aktif dan melaksanakan di kelas, guna membuat siswa belajar menjadi

lebih senang dan tidak terbebani dalam belajar.

6
Mulyono, Buku Diktat Desain dan Pengembangan Pembelaja ran PAI (Malang: Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang, 2007), 14.
7
Syaiful Bahri Djamarah, et, Al Metode Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 5.
Dari berbagai model Active Learning, terdapat berbagai macam metode yang

dapat digunakan misalnya: Metode Jigsaw Learning, Index Card Match, Team Quiz,

The Power of Two & Four, dan Role Play. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode Card Sort. Karena, Metode ini memberikan kesempatan bagi siswa

untukberfikir apa saja yang sesuai dengan kata-kata yang sudah ditempel di papan.

Metode tersebut jarang digunakan oleh Guru Pendidikan Agama Islam, dan metode

tersebut dapat dilakukan untukmenciptakan suasana belajar yang menyenangkan (aktif).

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan

penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Partisipan Belajar Al – Qur’an

Hadits Melalui Metode Pembelajaran Card Sort Siswa Kelas VIII B Madrasah

Tsanawiyah Sunan Gunung Jati Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2018 / 2019”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana upaya meningkatkan partisipan belajar Al-Qur’an Hadits melalui

metode pembelajaran card short Siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah Sunan

Gunung Jati Kabupaten Kediri?

2. Bagaimana metode pembelajaran card short dapat meningkatkan partisipan belajar

Al-Qur’an Hadits Siswa Kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah Sunan Gunung Jati

Kabupaten Kediri ?
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui upaya meningkatkan partisipan belajar Al-Qur’an Hadits melalui

metode pembelajaran card short Siswa kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah Sunan

Gunung Jati Kabupaten Kediri.

2. Untuk mengetahui metode pembelajaran card short dapat meningkatkan partisipan

belajar Al-Qur’an Hadits Siswa Kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah Sunan Gunung

Jati Kabupaten Kediri.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pemahaman terhadap

pendekatan teori dan metode pembelajaran melalui pembelajaran Card Short.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Murid

Menumbuhkan aktivitas dan kreatifitas siswa secara optimal dalam pelaksanaan

proses belajar sehingga lebih bermakna.

b. Bagi Guru

Sebagai referensi dalam proses belajar mengajar terhadap ketepatan dan

keefektifan penggunaan metode pengajaran.


c. Bagi Madrasah Tsanawiyah Sunan Gunung Jati Kabupaten Kediri.

Untuk Meningkatkan prestasi belajar siswa pada tingkat sekolah. Dan menjadi
daya tarik bagi calon siswa baru yang akan masuk pada sekolah.

3. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan

Madrasah Tsanawiyah Sunan Gunung Jati Kabupaten Kediri, sebagai lembaga

pendidikan yang dinamis dan inisiatif.

a. Bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran pada mata

pelajaran Al – Qur’an Hadits , sekaligus sebagai model yang dapat dilaksanakan

dan dikembangkan kelak.


BAB II

KAJIANKU TEORI DAN PUSTAKAKU

A. Kajian Teori Tentang Variabel Masalah


Variabel masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah nilai belajar
siswa. Pada umumnya semua penelitian tindakan kelas yang menjadi fokus variabel
masalah adalah hasil belajar atau capaian yang diperoleh oleh siswa. Karena hal
tersebut merupakan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. penjabaran tentang
hasil belajar antara lain :
1. Pengertian Hasil Belajar
Secara umum pengertian hasil belajar ialah perubahan perilaku atau sikap
dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang
wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan
oleh pengalaman. Ketiga aspek tersebut menjadi acuan guru dalam menyampaikan
materi sehingga nilai belajar yang diraih murid tidak terlepas dari ketiga aspek
tersebut.8
Menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki murid setelah menerima pengalaman belajar. Kemampuan - kemampuan
yank dimaksud ialah semua kemampuan yang didapat siswa setelah berpartisipasi
dalam proses pembelajaran. Seperti kemampuan berpendapat, bersosialisasi, dan
penguasaan materi.
Menurut Nawawi, hasil belajar ialah sebagai tingkat keberhasilan murid
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Berbeda
dengan tokoh-tokoh di atas, Nawawi mengungkapkan bahwa hasil belajar hanya

8
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), 34.
mengacu pada skor pengetahuan yang tertera pada tes. Sedangkan aspek sfektif dan
psikomotorik tidak tergolong sebagai hasil belajar siswa.
Sedangkan menurut Mulyasa, nilai belajar adalah prestasi belajar murid
secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan
perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai murid perlu
dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud nilai belajar siswa
yang mengacu pada pengalaman secara langsung. Mulyasa menitikberatkan hasil
belajar pada perubahan perilaku yaitu pada aspek afektifnya walaupun yang
dikemukakan hasil keseluruhan.9
Dari pengertian beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada murid menuju ke arah
yank lebih baik dengan mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan) setelah melalui proses belajar yang dilakukan oleh
pendidik.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor yang mempengaruhi nilai belajar Menurut Munadi antara lain meliputi
faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor Internal
1) Faktor Fisiologis
Kondisi yang ditunjukkan dari faktor fisiologis, seperti kesehatan
yang optimal, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan
cacat jasmani dan sebagainya. Semua contoh itu mampu memberi pengaruh
yang besar terhadap siswa dalam menerima dan memahami pelajaran.
2) Faktor Psikologis

9
Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),
68.
Peserta didik pasti memiliki psikologi yang berbeda, hal ini juga
turut mempengaruhi nilai belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya
nalar peserta didik.10
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi nilai belajar pada
siswa. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar
pada siang hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat
berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari
yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk
bernafas lega. Sedangkan lingkungan sosial seperti kesenjangan antar
individu, perilaku masyarakat, dan teman bergaul. Misalnya saja dari teman
bergaul, jika siswa memiliki teman yang kurang suka pada pelajaran maka
dia otomatis akan mengikutinya.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang penggunaannya dirancang
sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini diharapkan dapat
berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang
direncanakan. Faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.
Sedangkan menurut Sunarto, faktor yang mempengaruhi nilai belajar antara
lain:
a. Faktor Internal

10
Ibid, 80.
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi dalam belajarnya. Diantara faktor-faktor tersebut yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain:
1) Kecerdasan
2) Bakat
3) Minat
4) Motivasi

b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk
faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Keadaan lingkungan keluarga
2) Keadaan lingkungan sekolah
3) Keadaan lingkungan masyarakat11
Dari hasil paparan para tokoh mengenai faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa, maka dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar di antaranya faktor dari dalam diri siswa dan dari
luar diri siswa . Faktor internal contohnya berupa masalah yang berkaitan dengan
fisik dan psikologi seperti kesehatan, kegelisahan, dan kecacatan. Sedangkan yang
disebabkan dari luar (eksternal) contohnya suhu, sarana prasarana, dan hubungan
siswa dengan orang lain.

3. Indikator Hasil Belajar Siswa


Indikator bisa juga diartikan sbagai petunjuk untuk mengukur sesuatu. Jika
dikaitkan dengan hasil belajar maka indikator tersebut berfungsi sebagai penunjuk

11
Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 45.
untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar pada siswa. Berikut indikator utama
yang digunakan untuk mengukur nilai belajar siswa adalah :
a. Ketercapaian daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya
serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar
Minimal (KKM)
b. Perilaku atau sikap yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai
oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
c. Kemampuan siswa dalam melakukan atau membuat sesuatu sesuai materi yang
telah diberikan, baik secara individual maupun kelompok.12
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain indikator
yang banyak dipakai untuk tolak ukur keberhasilan adalah daya serap. Karena daya
serap yang bisa dilihat langsung berupa nilai dari tes atau ujian sehingga
memudahkan guru dalam penilaian hasil belajar. Akan tetapi jika merujuk pada
kurikulum 2013 maka yang dijadikan sebagai acuan adalah semua indikator yakni
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

4. Penilaian Hasil Belajar


Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengungkapkan, bahwa
dalam mengukur dan mengevaluasi nilai belajar yang diperoleh siswa, dapat
dilakukan melalui tes atau ujian. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes atau
ujian dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian. Beberapa jenis penilaian di
antaranya:
a. Tes Formatif

12
Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 24.
Penilaian ini dilakukan pada tengah-tengah proses seperti ulangan tengah
semester. Hal ini dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap
murid terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. Jadi diharapkan
ketika tes terakhir, hasil belajar siswa mampu meningkat.
b. Tes Subsumatif
Tes ini merupakan bagian dari tes sumatif yang mengambil peran sebagai tes
pada setiap bahasan materi seperti ulangan harian. Tes ini dilakukan lebih awal
dari pada tes formatif. Tujuan dari tes ini untuk memperoleh gambaran daya
serap siswa sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar atau hasil belajar
siswa. Hasil tes subsumatif ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
c. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok
bahasan yang telah dipelajari selama satu semester seperti ujian akhir semester.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar
siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan
untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu
sekolah.13
Dari beberapa jenis tes di atas dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam
penelitian tindakan kelas ini merupakan bagian dari tes subsumatif yaitu bertujuan
untuk membantu siswa meningkatkan daya serap terhadap materi bahasan dan
meningkatkan hasil belajar mereka. Hal ini sangat berguna bagi guru, siswa,

13
Ibid, 41.
maupun sekolah karena dengan hasil belajar siswa yang bagus akan membawa
nama baik mereka masing-masing di luar sana.

5. Materi Hukum bacaan Qalqalah, Dan Tafkhim

A.QALQALAH

1.PENGERTIAN QALQALAH
Qalqalah menurut bahasa artinya getaran suara. Sedangkan menurut istilah
artinya membunyikan dengan suara yang melebihi makhraj hurufnya atau memantul. Suara
atau bunyi qalqalah hanya berlaku ketika huruf qalqalah mati . namun kalau huruf tersebut
tidak mati maka bunyi huruf qalqalahnya pun dibaca tapi tidak terlalu keras pantulannya.
2.HUKUM BACAAN QALQALAH
Huruf qalqalah ada lima yaitu :

Qaf , tho , ba , jim dan dal

QALQALAH DIBAGI MENJADI DUA YAITU :


1. QALQALAH SURA
Sugra artinya kecil . maksudnya huruf qalqalah yang matinya asli bukan karen
adiwaqafkan . Biasanya huruf tersebut berada di tengah tengah kalimat . Cara
membacanya dengan membunyikan huruf qalqalah tidak terlalu keras . Contoh
2.QALQALAH KUBRA
Kubra artinya besar . Maksudnya huruf qalqalah yang matinya karena waqaf atau
dimatikan. Cara membacanya dengan mmebunyika suara qalqalh dengan keras dan
terdengar nyaring . contoh

B.TAFKHIM
1.PENGERTIAN TAFKHIM
Tafkhim artinya tebal . huruf yang dibaca tafkhim yaitu lam dan ra . Pada huruf lam
hanya berlaku pada kalimat lafzul jalalah atau pada kalimat lafadz ALLAH . Bacaan huruf
lam pada kalimat lain tidak ada perubahan . Lam pda lafzul jalalah di baca tafkhim jika
lafadz ALLAH didahului oleh huruf yang brharakat fathah atau dammmah . Cara
membacanya dengan menebalkan bunyi lam pada lafal tersebut mirip dengan huruf "O"
sehingga dibaca seakan akan dibaca ALLOH .
Huruf ra dalam bacaan tafkhim :
CONTOH - CONTOH TAFKHIM
E. Kerangka Berpikir
Berdasarkan dari kerangka teori diatas, Kerangka berfikir yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Siswa pasif
- Siswa kurang
memperhatikan
- Pengalaman siswa
minim
Tanpa metode
- Siswa kurang kreatifitas
pembelajaran
- siswa menjadi malu
yang tepat
bertanya
- Tujuan pembelajaran
Kegiatan kurang tercapai
pembelajaran - Hasil belajar kurang
Qalqalah dan
Tafkhim
- Siswa lebih aktif
- Siswa antusias belajar
Menggunakan - siswa menjadi tau
metode card banyak metode
sort - Kreatifitas siswa
bertambah
-tidak hening dalam
pembelajaran
- tercapainya tujuan
pembelajaran dan hasil
belajar yang optimal

Dengan penerapan metode sort card pada mata pelajaran Al- Qur’an Hadist dengan
materi Bacaan Qalqalah dan Tafkhim, pendidik mampu meningkatkan hasil belajar
siswa di MTs Sunan Gunung Jati Kab Kediri kelas VIII B tahun pelajaran 2018/2019.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pertanyaan yang ada di atas maka hipotesis tindakan yaitu,
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Materi Bacaan
Qalqalah dan Tafkhim dengan Menerapkan Metode Card Sort di MTs Sunan Gunung
Jati Kab Kediri kelas VIII B yang memakai metode tersebut hasil belajar peserta didik
akan meningkat.

B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta artinya melalui dan

hodos yang artinya jalan atau cara, dengan demikian definisi metode adalah cara

yang harus dilewati untuk mencapai tujuan.14 Sumber yang lain menyebutkan

bahwa metode berasal dari kata bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang

metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos yang artinya jalan

yang dalam bahasa Arab disebut thariq.15 Dari pengertian tersebut dapat dijabarkan

bahwa metode adalah merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu

tujuan. Adapun manfaat dari penggunaan metode dalam proses belajar mengajar

adalah sebagai alat untuk mempermudah seorang guru dalam menyampaikan materi

. Hal ini memiliki tujuan untuk memudahkan murid dalam menyerap materi yang

disampaikan oleh guru selain itu juga dapat berguna sebagai alat evaluasi

pembelajaran.

14
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997). 91.
15
Hasanuddin,Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), 35.
Pada dasarnya istilah metode telah tercakup dalam pengertian metodologi

yaitu sebagai bagian dari kumpulan dari beberapa metode yang ada dalam

pengajaran. Sebagai mana yang kita ketahui, bahwa metode mengajar merupakan

sasaran interaksi antara guru dengan murid dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah ketepatan sebuah

metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis dan juga sifat materi pengajaran,

serta kemampuan pendidik dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut.

pendidik hendaknya cermat dalam memilih dan menggunakan metode mengajar

terutama yang banyak melibatkan siswa secara aktif.

Pembelajaran adalah proses interaksi murid dengan guru dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

guru agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu murid agar dapat

belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia

serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian

yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

Dalam konteks pendidikan, pendidik mengajar supaya murid dapat belajar dan

menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek

kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta


keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi

kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan

pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan murid.

2. Pengertian Card Sort

Metode Card Sort (Mensortir kartu) yaitu strategi yang digunakan pendidik

untuk tujuan mengajak murid guna menemukan konsep serta kenyataan melalui

klasifikasi materi yang dibahas dalam proses pembelajaran.

3. Prosedur Penerapan Metode Card Sort

Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu

mendinamisir kelas yang jenuh dan bosan. Adapun langkah-langkah penerapan

metode card sort antara lain:

a. Bagikan kertas yang bertuliskan informasi tertentu secara acak.

b. Tempelkan kategori utama di papan atau kertas di dinding kelas.

c. Mintalah murid untuk mencari teman yang memiliki kertas/ kartu berisikan

tulisan yang sama untuk membentuk kelompok dan berdiskusi.

d. Mintalah mereka untuk presentasi.

Sedangkan Menurut Dedi Wahyudi Penerapan strategi (metode) belajar card

sort dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:

a. Langkah pertama, pendidik membagi selembar kertas kepada setiap murid dan

pada kartu tersebut telah dituliskan suatu materi.


b. Langkah kedua, murid diminta untuk pemegang kartu yang sesuai dengan

masalah yang ada pada kartunya untuk kumpul satu kelompok.

c. Langkah ketiga, murid akan berkelompok dalam satu kata atau masalah masing-

masing.

d. Langkah keempat, murid diminta untuk menempelkan di papan tulis bahasan

yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutan bahasannya yang dipegang

kelompok tersebut.

e. Langkah kelima, seorang murid pemegang kartu dari masing- masing kelompok

untuk menjelaskan dan sekaligus mengecek kebenaran urutan kata.

f. Langkah keenam, untuk siswa yang salah mencari kelompok sesuai bahasan atau

materi pelajaran tersebut, diberi sanksi dengan mencari judul bahasan atau materi

yang sesuai dengan kartu yang dipegang.

g. Langkah ketujuh, pendidik memberikan komentar atau penjelasan dari

permaianan tersebut.

4. Tujuan Menggunakan Metode Card Sort

Tujuan dari strategi dan metode belajar menggunakan sort card ini adalah

untuk mengungkapkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari

murid.16

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Card Sort

16
Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguran Tinggi(Yogyakarta: PT.CTSD, 2002),30.
Kelebihan
· pendidik mudah menguasai kelas.
· Mudah dilaksanakan.
· Mudah mengkondisikan kelas.
· Dapat diikuti oleh murid yang jumlahnya banyak.
· pendidik mudah menerangkan dengan baik.
· murid lebih mudah memahami tentang materi yang diajarkan dari pada
dengan menggunakan metode ceramah.
· Siswa lebih senang selama pembelajaran.

Kekurangan
· Adanya kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian murid,terutama
apabila terjadi jawaban-jawaban yang menarik perhatiannya, padahal bukan
sasaran (tujuan) yang diinginkan dalam arti terjadi penyimpangan dari
pokok persoalan semula.
· Siswa perlu perhatian lebih sehingga tidak semua murid dapat
diperhatikan dengan baik.
· Banyak menyita waktu terutama menyiapkan model pembelajaran aktif tipe
pemilahan kartu.
6. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini juga berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan mengguanakan metode pembelajaran
sort card dalam pembelajaran di sekolah. Beberapa penelitian tersebut di
antanranya:
1. Penelitian yang sama dengan penelitian ini yaitu dengan judul
“Penerapan Metode Card Sort Dalam Peningkatan Motivasi Dan
Kemampuan Belajar Siswa Bidang Studi Al-Qur’an Hadits Pada
Siswa MTs Darul Huda Kota Langsa”
2. Penelitian yang sama dengan penelitian ini yaitu dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Dan Motivasi
Belajar Dalam Mata Kuliah Keterampilan Bersastra Ke SD-AN
Mahasiswa Prodi PGSD”
3. Penelitian yang sama dengan penelitian ini yaitu dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Dengan Strategi Card Sort Pelajaran IPA
KELAS IV SDN 03 SEGEDONG”
4. Penelitian yang sama dengan penelitian ini yaitu dengan judul
“Pengaruh Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Terhadap Hasil
Belajar IPS Bagi Siswa Kelas IV SD SE-GUGUS 2
KECAMATAN PENGASIH KULON PROGO”
5. Penelitian yang sama dengan penelitian ini yaitu dengan judul
“Penerapan Strategi Pembelajaran Card Sort Untuk Meningkatkan
Keaktifan Bertanya Pada Siswa Sekolah Dasar”
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di MTs Sunan Gunung Jati Kediri yang terletak di JL. PGA

No.05 Gurah kecamatan Kediri, Kabupaten Kediri. Sedangkan waktu penelitian ini

dilaksanakan pada pertengahan bulan Oktober sampai awal November semester

ganjil 2019/2020 sejalan dengan liburnya perkuliahan Penelitian Tindakan Kelas.

Pertemuan waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan sekolah, karena

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan

proses belajar mengajar yang efektif di kelas, yaitu pada hari Selasa jam 14.40 –

16.02 WIB.Dalam penelitian ini, peneliti ikut serta sebagai guru yang melaksanakan

kegiatan pembelajaran Al- Qur’an Hadits.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah para murid kelas VIII - B yang dengan jumlah 23 anak

yang tediri dari 11 pria dan 12 wanita.

C. Rencana Tindakan

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan ini, peneliti melakukan identifikasi

masalah yang dihadapi murid dengan melakukan pengamatan. Untuk mengatasi


masalah pembelajaran sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka saya berencana

mengimplementasikan strategi pembelajaran card sort.

Masalah yang ditemui akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah

perencanaan tindakan yaitu menyusun instrument penelitian berupa: Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal tes, menyiapkan

kertas kecil untuk penerapan metode card sort dan lembar observasi.Pada tahap ini

pula, peneliti mencari teman sejawat yang akan membantu pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini. Teman sejawat dimaksudkan sebagai sumber untuk melihat

implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.

2. Implementasi Tindakan

Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program

pembelajaran, pengumpulan data hasil observasi dan tes. Adapun tindakan yang

akan diimplementasikan dalam PTK ini adalah mengimplementasikan tindakan

yang mengacu pada skenario pembelajaran. Pengamatan selain dilakukan oleh saya

sendiri juga dilakukan oleh teman saya yang mencatat apa saja yang terjadi selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan

tindakan I adalah Mendefinisikan pengertian bacaan Qalqalah dan Tafkhim.

Tindakan II adalah mendefinisikan macam-macam bacaan Qalqalah dan Tafkhim

dan Memberikan contoh bacaan Qalqalah dan Tafkhim.

3. Observasi dan Interpretasi


Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah

disiapkan yaitu catatan untuk mengumpulkan data. Menilai prestasi tindakan

dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).Tahap ini dilakukan untuk

pengumpulan data. Observasi dilakukan awal dilakukan untuk mengidentifikasi

masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Al – Qur’an Hadits Selanjutnya

dalam implementasi tindakan juga diadakan observasi untuk mengetahui perubahan

yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Observasi selain dilakukan oleh

peneliti sendiri juga dilakukan oleh teman peneliti yang ikut mengamati kegiatan

pembelajaran.

4. Analisis dan Refleksi

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan

siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentase

untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar.

Partisipan belajar dianalisis dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran Al – Qur’an Hadits Adapun yang dilakukan peneliti dalam

tahap ini adalah:

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu,

jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan

b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil penilaian tentang skenario

pembelajaran dan lembar kerja siswa


c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil penilaian, untuk digunakan pada

siklus berikutnya.

D. Jenis Dan Sumber Data

Peneliti mencari sumber data melaui imforman, kegiatan belajar mengajar dan

dokumentasi. (1) proses metode card sort, baik buku panduan pelatihan, silabus,

rencana pembelajaran, maupun buku-buku pendukung lainnya.

Secara garis besar data dalam penelitian ini dapat dipilih menjadi dua jenis

data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Adapun jenis data kualitatif diantaranya,

kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, foto. Dan data kuantitatif berupa statistik.

Dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Data kualitatif:

a) Kata-kata dan tindakan

Catatan hasil observasi kelas.

b) Sumber tertulis

Sumber tertulis tidak bisa dipisahkan dari sumber yang lain. saya mendapatkan

data tersebut berasal dari buku-buku pendukung, majalah arsip sekolah,

dokumen pribadi dan dokumen resmi.

c) Foto

saya mengambil foto sebagai salah satu bukti telah melaksanakan penelitian di

MTs Sunan Gunung Jati Kediri.


2. Data kuantitatif

Data ini diperoleh dari sekolah, seperti data prestasi siswa baik pre-test maupun

pos-test, data yang diperoleh dari lembar observasi maupun data yang lain dalam

membantu kelengkapan data yang berbentuk angka-angka.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan tes

formatif.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang sudah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan pada saat tindakan dan setelah tindakan.

Data penelitian yang akan diraih terdiri dari hasil tes awal, observasi, hasil

wawancara dan hasil catatan lapangan. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis

kualitas pembelajaran sebagai berikut.

1.Kriteria ketuntasan belajar

a) Ketuntasan perseorangan. Para murid dikatakan telah tuntas dalam pembelajaran

jika telah mencapai ketuntasan minimal 75% dengan rumus :


∑ skor tercapai
% tingkat ketuntasan =
Skor maksimal ideal 100%
b) Ketuntasan klasikal. Dalam suatu kelas dinyatakan telah mencapai ketuntasan

klasikal apabila bisa mencapai 85% dari jumlah para murid yang telah

memenuhi kriteria ketuntasan perorangan.

c) Minat murid terhadap pelajaran. Untuk mengetahui minat, perhatian dan

partisipasi siswa-siswi dalam pembelajaran digunakan rumus:


∑ skor tercapai
% skor siswa-siswi aktif = Skor maksimal ideal 100%
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Siklus Penelitian

1. Paparan Data Dan Temuan Penelitian Siklus I

a) Rencana tindakan siklus I

Pada perencanaan tindakan siklus 1, saya menerapkan strategi

pembelajaran PAIKEM dengan metode card sort. Metode tersebut

diupayakan agar siswa terbiasa membangun budaya kerjasama memecahkan

masalah, membiasakan murid memberi dan menerima kritik, untuk

mengungkapkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari

murid dan bertanggung jawab.

Selanjutnya saya melakukan tahap-tahap persiapan untuk menerapkan

metode card sort. Adapun beberapa tahap persiapan yang akan diperlukan

yaknisebagai berikut:

1. Menyiapkan Modul pembelajaran untuk murid.

2. Membagi kertas yang sudah ditulisi materi

3. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang

digunakan dalam mengukur prestasi belajar siswa.

4. Membuat rencana pembelajaran.

b) Pelaksanaan Tindakan Siklus


Pelaksanaan siklus 1 dilakukan tanggal 23 Oktober 2018 dengan

menggunakan metode card sort. Adapun indikator pencapaian yang harus

dicapai pada pertemuan siklus 1 adalah Mendefinisikan pengertian hukum

bacaan qalqalah dan tafkhim. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan

pembelajaran, siswa dimimta untuk mengambil kertas yang sudah disiapkan

peneliti.

Untuk pertemuan siklus 1 dibagi menjadi tiga tahap, yaitu kegiatan awal,

kegiatan inti dan penutup berupa refleksi dan evaluasi. Pemberian refleksi

kepada siswa sebagai aplikasi pembelajaran kontekstual, sehingga materi yang

dipelajari dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan awal dilakukan dengan memberi salam, dilanjutkan dengan

absen murid satu persatu kemudian menanyakan kesiapan seluruh siswa dalam

menerima materi. Setelah itu mengungkapkan tujuan pembelajaran dan indikator

yang akan dicapai. Kemudian guru memberitahukan kepada murid metode yang

akan diimplementasikan.

Pembelajaran dimulai ketika murid sudah mengambil kertas dimeja guru.

Agar pembelajaran lebih efektif, setiap murid dianjurkan untuk berusaha

memahami teks yang ada pada kertas yang sudah dibawa dan siswa

diperbolehkan membawa refrensi lain seperti buku panduan atau buku paket

yang terkait dengan pembahasan. Penerapan metode ini bertujuan agar murid
terbiasa membangun budaya gotong royong saling kerja sama anatar satu sama

lain untuk memecahkan sesuatu masalah, membiasakan murid memberi dan

menerima kritik serta saran, untuk mengungkapkan daya ingat terhadap materi

pelajaran yang telah dipelajari siswa dan bertanggung jawab.

guru bertugas mengontrol secara keseluruhan siswa dan membantu apabila

ada yang mengalami kesulitan dalam memahami materi dan maksud

pembahasan.

Sebagai penutup guru melakukan evaluasi dengan memberikan kesimpulan

mengenai pengertian hukum bacaan qalqalah dan tafkhim. Dan memberikan

kesempatan kepada beberapa siswa untuk menyimpulkan pertemuan hari ini.

Penilaian dilakukan dengan keaktifan siswa dalam bertanya, minat dan

perhatiannya, motivasinya, dan keseriusan murid dalam belajar. Pada tahap

penutup, guru bertanya pada murid untuk menilai strategi pembelajaran yang

telah dilaksanakannya. Mereka mengungkapkan dengan pembelajaran seperti ini

lebih aktif dan menyenangkan.

Pada tindakan refleksi, guru mengajak murid merenungkan berbagai

perbuatan yang telah dilakukan. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan

mengucapkan salam.
c) Observasi

Setelah dilakukan satu kali pertemuan siklus I, Hasil pengamatan

partisipasi belajar siswa dalam KBM selama siklus pertama dapat dilihat pada

tabel berikut:
TABEL 1

PEROLEHAN NILAI EFEKTIFITAS SISWA KELAS VIII B SEMESTER I DALAM

SIKLUS PERTAMA

NILAI
NO NAMA T TT
PEROLEHAN
1 ABDULLAH MANSYUR 64 √

2 AHMAD AZIZI FALAQI 84 √

3 ANDIKA EFENDI MEGANANDA 40 √

4 MOHAMMAD ANGGI PRASETIYO 64 √

5 MUHAMMAD SYAHRUL 88 √

6 ENDRA 80 √

7 YUDA DWI KURNIAWAN 66 √

8 WINANTO 76 √

9 PRADIPTO 64 √

10 KHAFID MASHURI 52 √

11 RYANGGA DHANU NUGROHO 76 √

12 ADINDA FATMAWATI 44 √

13 ALVINA YUNI PRAVESTI 64 √

14 DEFI ANJELI 56 √
15 DEWI ASTUTIK 84 √

16 DEWI MASITHOH 72 √

17 DWI NELY AGUSTIN 40 √

18 ELISA AYU KURNIA TASYA 42 √

19 LULUK AGUSTINA 76 √

20 NANDA NUR AINI 64 √

21 RIZQA QURROTA A'YUNIN 72 √

22 RODHIAH 76 √

23 SITI MUYASAROH 72 √

Jumlah Nilai 1324

Jumlah Nilai Ideal 1505

Rata-Rata Nilai Tercapai 57,56

Keterangan:

T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah murid yang Tuntas :7

Jumlah murid yang belum Tuntas : 16

Klasikal : Belum Lulus


Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 57,56

2 Jumlah murid yang tuntas 7

belajar

3 Persentase ketuntasan 10%

belajar (dalam %)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran dengan metode

pembelajaran card sort diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa-siswi

adalah 57,56 dan siswa yang mencapai ketuntasan 7 anak, sedangkan yang

tidak tuntas 16 anak. Sedangkan untuk ketuntasan belajar klasikal mencapai 10

% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.

Murid masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan guru

dengan menerapkan pembelajaran yang menggunakan metode card sort, banyak

murid yang belum berani mengemukakan pendapatnya, perhatian dan minat

terhadap materi kurang dengan indikasi masih ada murid yang bernyanyi saat

proses pembelajaran dan kurang aktif dalam pembelajaran.

d) Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengamati keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan tindakan yang terjadi pada siklus I maka perlu perbaikan

diantaranya:

1) pendidik belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran Al– Qur’an

Hadits melalui metode card sort. Sehingga dalam memotivasi serta

menjelaskan materi Al-Qur’an Hadits masih kurang. Hal ini diperoleh dari

hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam siklus pertama hanya memperoleh skor yang cukup pada

kategori memotivasi serta menjelaskan materi.

2) Demikian juga dengan murid belum terbiasa dengan kondisi pembelajaran

Al- Qur’an Hadits melalui metode card sort. Hal ini diperoleh hasil

observasi terhadap perolehan skor dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam siklus pertama hanya memperoleh 10%.

3) Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan maka

guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam

pembelajaran.

Kemampuan pendidik dalam mengorganisasikan murid masih perlu

perbaikan dan hendaknya pendidik memperhatikan tahap-tahap kegiatan dan

alokasi waktu yang telah ditetapkan.

e) Revisi Perencanaan
Menyikapi hasil refleksi diatas, maka perlu adanya revisi dan

improvisasi, sehingga kekurangan pada siklus sebelumnya, tidak terulang pada

siklus selanjutnya. Adapun beberapa bentuk revisi dan improvisasi tersebut

antara lain:

1) Memberikan penjelasan kepada siswa tentang metode card sort.

2) Menerapkan pembelajaran yang kontekstual dengan metode pembelajaran

bermakna, sehingga pembelajaran agama lebih aplikatif.

3) Memberi motivasi dengan memberikan trik-trik berbicara didepan kelas

sehingga tidak takut salah dan lebih berani berpendapat.

4) Mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan siklus II, sehingga

kekurangan pada siklus 1 tidak terulang pada siklus berikutnya.

2. Paparan Data Dan Temuan Penelitian Siklus II

Siklus II dilaksanakan dengan satu kali pertemuan, yaitu pada tanggal 14

Oktober 2019. Untuk mengantisipasi kekurangan pada silkusI, maka peneliti benar-

benar mempersiapkan pelaksanaan silkus II dengan membuat rencana pada tindakan

II, sehingga kesalahan yang terjadi pada silkus I tidak terulang pada siklus II.

a) Rencana tindakan siklus II


Rencana tindakan pada siklus II, Setelah melihat hasil dari observasi pada

siklus yang pertama, Peneliti pada siklus yang kedua ini masih tetap akan

menggunakan metode card sort, hal ini dikarenakan peneliti merasa apa yang

coba dilakukan ada hasilnya.

Selanjutnya peneliti melakukan tahap-tahap persiapan untuk penerapan

strategi pembelajaran yang telah direncanakan. Adapun beberapa tahap

persiapan tersebut antara lain:

1. Guru peneliti membuat perencanaan pembelajaran (skenario

pembelajaran) sesuai dengan kompetensi dasar.

2. Guru membuat panduan belajar siswa agar mudah di pahami siswa.

3. Menyiapkan waktu yang tepat agar tidak banyak waktu yang terbuang.

4. Menyiap kan materi pembelajaran dengan tujuan meningkatkan efektifitas

belajar Al-Qur’an Hadits di MTs Sunan Gunung Jati Kab Kediri

5. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang

digunakan dalam efektifitas belajar siswa.

6. Mempersiapkan dan mencari refrensi yang terkait dengan materi

pelajaran pada siklus II, adapun materi yeng disampaikan pada siklus II

adalah: mendefinisikan macam-macam bacaan Qalqalah dan Tafkhim, dan

Memberikan contoh bacaan hukum bacaan qalqalah dan tafkhim.

b) Pelaksanaan Tindakan Siklus


Pada tindakan silkus II, peneliti tetap menerapkan card sort.

Selanjutnya peneliti melakukan tahap-tahap seperti yang telah direncanakan

sebelumnya:

1. Mencatat semua peristiwa penting pada saat pembelajaran berlangsung

pada lembar observasi efektifitas belajar siswa.

2. Melaksanakan rencana pembelajaran

Adapun indikator pencapaian yang harus dicapai pada pertemuan II

adalah mendefinisikan macam-macam bacaan Qalqalah dan Tafkhim, dan

memberikan contoh bacaan qalqalah dan tafkhim.

Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran aktif dengan

metode card sort. Dan Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif

lagi dalam pembelajaran. Guru juga memberi pengakuan atau penghargaan

(reward) kepada siswa yang selalu aktif dalam pembelajaran, memberikan

kesempatan untuk menjawab secara bergantian. Sebagai fasilitator guru dapat

membantu siswa dengan mengarahkan jawaban yang lebih tepat.Selanjutnya,

guru memberikan tugas analisa kepada siswa.

Guru melakukan penilaian dari keaktifan siswa saat pembelajaran.

Sebelum pembelajaran ditutup terlebih dulu guru bertanya kepada siswa

terkait metode pembelajaran hari ini, mereka rata-rata menyatakan senang,

gembira, dan ceria, hal ini dapat dilihat pada raut wajahnya yang penuh semangat.
Mereka mengungkapkan rasa suka dengan beberapa metode yang telah

diterapkan sehingga mereka mendapatkan apa yang belum mereka ketahui

dengan senang tanpa merasa tertekan.

Penutupan dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran dimana siswa

dipersilahkan mengungkapkan kesimpulan dari pembahasan yang telah

dilaksanakan sebagai evalusai pembelajaran. Banyak siswa yang berebut

mengungkapkan pendapat dengan mengacungkan tangan, dan guru

mempersilahkan kepada siswa untuk menarik kesimpulan secara bergantian.


c) Observasi

Hasil pengamatan efektifitas siswa dalam KBM selama siklus kedua

dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 3

PEROLEHAN NILAI EFEKTIFITAS SISWA KELAS VIII B SEMESTER I

DALAM KBM SIKLUS II

NILAI
NO NAMA T TT
PEROLEHAN
1 ABDULLAH MANSYUR 85 √

2 ANDIKA EFENDI MEGANANDA 85 √

3 MOHAMMAD ANGGI PRASETIYO 75 √

4 MUHAMMAD SYAHRUL 95 √

5 ENDRA 95 √

6 YUDA DWI KURNIAWAN 80 √

7 WINANTO 75 √

8 PRADIPTO 75 √

9 KHAFID MASHURI 75 √

10 RYANGGA DHANU NUGROHO 95 √

11 ADINDA FATMAWATI 75 √
12 ALVINA YUNI PRAVESTI 95 √

13 DEFI ANJELI 95 √

14 DEWI ASTUTIK 90 √

15 DEWI MASITHOH 85 √

16 DWI NELY AGUSTIN 95 √

17 ELISA AYU KURNIA TASYA 85 √

18 LULUK AGUSTINA 80 √

19 NANDA NUR AINI 85 √

20 RIZQA QURROTA A'YUNIN 75 √

21 SAMROTUL QORIAH 95 √

22 RODHIAH 85 √

23 SITI MUYASAROH 95 √

Jumlah skor 1970

Jumlah skor maksiamal ideal 2074

Rata-rata Skor tercapai 85,65

Keterangan:

T : lulus

TT : Tidak lulus
Jumlah murid yang lulus : 23

Jumlah murid yang belum lulus :0

Klasikal : lulus

Tabel 4: Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 85,65

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 23

3 Persentase ketuntasan belajar (dalam %) 85 %

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar

85,65siswa yang mencapai ketuntasan 23 anak, sedangkan yang tidak tuntas 0

anak. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85%

(termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan jauh

lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini

dipengaruhi oleh, (1) adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan metode card sort (2) siswa-siswa sudah

terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode card sort.

d) Refleksi
Dari hasil pengamatan siklus II, tampak bahwa dengan menggunakan

metode card sort siswa-siswi lebih mudah memahami materi pada SK 7 yaitu

tentang mendefinisikan macam-macam bacaan Qalqalah dan Tafkhim dan

memberikan contoh bacaan qalqalah dan tafkhim. Kesalahan-kesalahan pada

siklus I sudah mengalami perbaikan, sehingga menjadi lebih baik, dan hasil

belajar siswa-siswi pada siklus II telah mencapai peningkatan ketuntasan

klasikal yaitu dari 10% menjadi 85,00%. Pada siklus II, guru telah menerapakan

metode pembelajaran card sort dengan baik, hal ini dapat dilihat dari aktifitas

serta hasil belajar siswa-siswi selama pelaksanaan proses belajar mengajar yang

berjalan dengan lancar. Maka, tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi

yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan

proses belajar mengajar selanjutnya menerapkan metode pembelajaran card sort

dapat meningkatkan proses belajar mengajar.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa,
dengan menggunakan metode card sord pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dengan
materi Hukum bacaan Qalqalah dan Tafkhim dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII B di MTs Sunan Gunung Jati, kab. Kediri.
Dengan di terapkannya metode card sort peserta didik lebih antusias dalam
mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dan tidak sepaneng dalam proses
pembelajaran karena secara tidak langsung terjadi interaksi antara peserta didik dengan
peserta didik lain dan peserta didik dengan pendidik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian diatas peneliti (mahasiswa) menyarankan
agar hasil belajar lebih tinggi maka sebaiknya:
1. Bagi guru
Sebaiknya guru menjalin interaksi yang lebih komunikatif agar dalam
pembelajaran siswa tidak kaku atau lebih bagus lagi di tambah dengan motivasi dan
metode yang bervariasi
2. Bagi murid
Sebaiknya, murid lebih aktif dan reaktif dalam peembelajaran sehingga apa
yang kurang di fahami guru dapat menjelaskan dan siswa mampu membangkitkan
motivasi belajar sendiri dalam dirinya.
3. bagi sekolah
sekolah memberikan dorongan motivasi pada pendidik dalam melakukan
peningkatan pengajaran guru yang nantinya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
dan selain berupa motivasi kepada pendidik sekolah dapat menyediakan sarana
berupa media pembelajaran agar siswa dapat menangkap apa yang disampaikan
oleh guru secara cepat dan jelas.

Anda mungkin juga menyukai