KESELAMATAN
RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT TAHUN 2019
I. PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah suatu tempat yang terorganisasi dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien, baik yang bersifat dasar, spesialistik,
maupun subspesialistik. Jika memperhatikan hal tersebut diatas maka jelaslah
bahwa rumah sakit termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
kepada pekerja di RS tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS.
VI. SASARAN
a. Program dapat terselenggara 100%
b. Laporan dan evaluasi program dilakukan rutin sesuai jadwal
NO KEGIATAN BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Membuat inventarisasi
program
2 Membuat laporan program
3 Membuat evaluasi
program
UTK SK
X. DASAR HUKUM
Penyelenggaraan program K3 di RS/RS Hermina dilaksanakan dengan
mengacu kepada :
1. Undang-undang No.1 th 1970 tentang keselamatan kerja
2. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
3. Keputusan Menkes No. 876/Menkes/VIII/2001 tentang pedoman teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
4. Keputusan Menkes No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan Industri
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1204/MenKes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
BAB II
KEGIATAN TIM
KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN, DAN KEWASPADAAN
BENCANA
● PENDAHULUAN :
Latar belakang :
Bahaya Potensial di RS dapat mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Yaitu disebabkan oleh faktor
biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik, gas anestesi) ;
faktor ergonomi (cara kerja yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya,
bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir,
hubungan sesama karyawan/atasan), Faktor Lingkungan ( wilayah tempat
kerja, terpeleset )
Tim K3 RS berupaya meminimalkan terjadinya PAK / KAK melalui upaya
promotif, preventif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja, dan
lingkungan sehingga setiap pekerja dapat bekerja dengan aman, nyaman
dan bebas dari penyakit
Tujuan :
Agar bahaya potensial yang mengakibatkan penyakit akibat kerja dan
Kecelakaan akibat kerja dapat dideteksi, dicegah dan ditanggulangi sedini
mungkin
Sasaran :
a. Setiap petugas RS mengetahui faktor resiko bahaya potensial di rumah
sakit
b. Setiap petugas dapat menentukan ada tidaknya risiko bahaya potensial
yang dapat menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.
c. Faktor Resiko bahaya potensial dapat dikendalikan melalui 4 tingkatan
yaitu menghilangkan bahaya, penggantian resiko, administrasi, dan
penggunaan alat pelindung diri.
d. Menurunkan angka PAK dan KAK
● DASAR HUKUM :
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Permennaker No. 5/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
4. Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
● KEBIJAKAN DIREKSI :
Bahwa dalam pelaksanaan Program Pengelolaan Bahaya Potensial RS maka :
1. Setiap unit kerja dapat melakukan Identifikasi bahaya potensial di
lingkungan kerjanya
2. Setiap Unit kerja dapat melakukan penilaian faktor risiko dalam
menentukan ada tidaknya risiko bahaya potensial yang dapat menimbulkan
risiko kesehatan dan keselamatan.
3. Setiap unit kerja dapat melakukan pengendalian faktor risiko
4. Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni :
menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada
(engineering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung diri (APD)
5. Setiap unit kerja melakukan pencatatan dan pelaporan kejadian penyakit
dan kecelakaan akibat kerja
● RINCIAN KEGIATAN :
1. Kegiatan Identifikasi risiko bahaya potensial
2. Kegiatan Penilaian faktor risiko bahaya potensial
3. Kegiatan Pengendalian faktor resiko bahaya potensial
4. Kegiatan Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi
● PENDAHULUAN :
Latar Belakang :
Bencana merupakan kejadian yang tidak dapat diduga kapan dan
bagaimana terjadinya, dan dapat terjadi didalam maupun luar RS, baik
karena kelalaian maupun karena Alam. Oleh sebab itu perlunya kesiapan
bagi RS dan seluruh komponen didalamnya agar senantiasa siap bila
terjadi bencana.
Tujuan :
RS Hermina mempunyai program penanggulangan bencana yang
menciptakan sistem
yang secara tepat dan akurat dalam menanggulangi bencana
Sasaran :
Terciptanya lingkungan RS Hermina yang aman, nyaman dan minimal
bencana
● PELAKSANAAN :
1. Penanggung Jawab : Kepala IGD
2. Pelaksana kegiatan : seluruh manajer
● PELAKSANAAN KEGIATAN :
1. Penanggulangan Bencana (kebakaran, keracunan makanan, korban
massal)
2. Penetapan Rambu-rambu tanda khusus / jalur evakuasi
3. Pendidikan dan pelatihan
● JADWAL KEGIATAN :
● PENDAHULUAN :
Latar Belakang :
Sumber Daya Manusia untuk selanjutnya disebut tenaga kerja merupakan
penggerak organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tenaga
Kerja yang sehat baik fisik maupun mental dapat diharapkan mencapai
tujuan organisasi secara optimal. Rumah Sakit sebagai sebuah organisasi
yang padat modal, padat karya , padat teknologi dan padat risiko
membutuhkan sistem pengelolaan kesehatan Tenaga Kerja agar dapat
mencapai tujuan organisasi Rumah Sakit dalam hal ini memberikan
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. Untuk
menjamin kemampuan fisik dan kesehatan tenaga kerja yang sebaik-
baiknya maka diadakan program pemeriksaan kesehatan tenaga Kerja
secara terarah yaitu Program Pemeriksaan Kesehatan Karyawan.
Tujuan :
Agar produktifitas karyawan terjaga
Sasaran :
a. Setiap calon karyawan diketahui kondisi kesehatannya dan dapat
ditentukan kelanjutan proses rekrutmennya
b. Setiap karyawan dapat diketahui secara berkala kondisi kesehatannya
dan dapat disusun rencana tidaklanjut sehubungan dengan kondisi
kesehatan dan kelanjutan penugasannya
c. Dapat diketahui hal-hal yang mengganggu kesehatan karyawan
sehubungan dengan kondisi di unit kerja dan penugasan karyawan
untuk kemudian disusun rencana tindaklanjut
d. Menurunkan angka kesakitan karyawan
● KEBIJAKAN DIREKSI :
Bahwa dalam pelaksanaan Program Pemeriksaan Kesehatan Karyawan maka :
1. Dilakukan Pemeriksaan Kesehatan bagi calon karyawan
2. Dilakukan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala terhadap :
a. Karyawan di unit-unit yang berisiko terkena infeksi dalam hal ini :
1) Instalasi Kamar Bedah
2) Instalasi Kamar Bersalin
3) Instalasi Perina/NICU
4) Instalasi Poliklinik yaitu Poliklinik Gigi
5) Instalasi Laboratorium
6) Instalasi Radiologi
b. Karyawan Tidak Tetap yang hendak dilakukan perpanjangan kontrak
dilakukan Pemeriksaan Kesehatan Khusus bila diduga ada gangguan
kesehatan yang diakibatkan pekerjaan
● RINCIAN KEGIATAN :
1. Pemeriksaan Kesehatan Calon Karyawan
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
● JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN :
2. calon karyawanForm
Membuat Pemeriksaan
Kesehatan Calon Karyawan
● PENDAHULUAN
Latar Belakang :
Kemajuan program keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan
bencana terkait erat dengan sumber daya manusia. Untuk itu dilakukan
pendidikan dan latihan bidang keselamatan kerja, kebakaran dan
kewaspadaan bencana melalui kerja sama dengan bidang Diklat .
Tujuan :
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan semua karyawan
mengenai Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana.
b. Meningkatkan pengetahuan panitia K3 sehingga lebih profesional
dalam mengelola program K3.
Sasaran :
● PELAKSANA :
1. Penanggung Jawab : Manajer Personalia
2. Pelaksana Kegiatan :
a. Bagian Diklat Departemen HRD
b. Urusan Diklat RS
● PELAKSANAAN KEGIATAN :
1. Diklat internal
a. Dilaksanakan didalam RS atau di departemen HRD HHG
b. Diperuntukkan untuk karyawan baru maupun tetap, baik medis
maupun non medis.
2. Diklat eksternal
Kegiatan diklat di luar RS, berupa : Pelatihan, Seminar, Workshop, dll
3. Materi Diklat : ( silabus terlampir )
a. Diklat Disaster plan
b. Diklat Penanggulangan Kebakaran (Bekerja sama dengan Dinas
Kebakaran)
c. Diklat Kesehatan Lingkungan
4. Metode Pelatihan
a. Ceramah, Role Play
b. Diskusi
c. Praktek lapangan
5. Biaya : dimasukkan kedalam biaya operasional RS
● JADWAL KEGIATAN :
● PENDAHULUAN :
Latar Belakang :
B3 yang digunakan di rumah sakit bermacam karakteristiknya dimana
bahan tersebut beresiko menyebabkan kecelakaan dan bahaya bagi
penggunanya. Untuk itu perlu dibuat teknis pengelolaan B3 agar resiko-
resiko tersebut dapat diminimalisasi.
Tujuan :
a. Meminimalisasi resiko penyakit dan kecelakaan kerja akibat B3.
b. Memberikan informasi kepada pengguna B3 tentang bahaya B3 yang
digunakan
Sasaran :
● DASAR HUKUM :
Peraturan Menteri Kesehatan 472/MENKES/Per/V/1996 tentang pengamanan
bahan berbahaya bagi kesehatan.
● KEBIJAKAN :
1. Setiap rekanan pemasok B3 harus menyediakan lembar data
pengaman/Material Safety Data Sheet (MSDS).
2. Setiap pengguna/user B3 harus memahami sifat dan karakteristik bahan,
cara penyimpanan, pengamanan, dan penanggulangan bila terjadi
kontaminasi B3.
3. Kegiatan pengelolaan B3 meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
dan penanggulangan kontaminasi B3.
● PELAKSANA :
1. Penanggung Jawab : Manajer Rumah Tangga
2. Pelaksana kegiatan : Staf Kesling
● URAIAN KEGIATAN :
1. Perencanaan
a. Pembuatan zooning daerah beresiko B3
b. Perencanaan pengadaan B3 oleh pengguna dan logistik umum/farmasi
2. Pengadaan
Dalam pengadaan, rekanan wajib menyertakan MSDS
3. Penyimpanan
a. Penyimpanan disesuaikan karakteristik B3
b. Pemberian label
4. Penanggulangan kontaminasi B3
a. Inventarisasi MSDS
b. Pendistribusian MSDS ke pengguna
c. Pertolongan Pertama Gawat Darurat B3
● JADWAL KEGIATAN :
No KEGIATAN FREKUENSI PELAKSANA
1 Perencanaan :
a. Pembuatan zooning B3 Per tahun
b. Perencanaan pengadaan B3 2 kali seminggu
2 Pengadaan :
a. Kontrak kerjasama pihak ketiga Per tahun
b. Pengadaan B3 oleh pihak ketiga 2 kali seminggu
3 Penyimpanan :
a. Perbaikan tempat penyimpanan Per triwulan
b. Penggantian label Per triwulan
4 Penanggulangan kontaminasi :
a. Inventarisasi MSDS Per semester
b. Distribusi MSDS Per semester
c. PPGD B3 Saat kejadian
● LAPORAN DAN EVALUASI :
1. Pencatatan dilakukan setiap kali dilaksanakannya kegiatan menggunakan
format....(terlampir)
2. Evaluasi dilakukan setiap semester (2 kali setahun dalam rapat Tim K3
RS)
● PENDAHULUAN :
Latar Belakang :
Rumah Sakit merupakan salah satu sarana upaya kesehatan, dimana
banyaknya alat-alat dan bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan
terjadinya bahaya kebakaran selain faktor eksternal lainnya seperti
kalalaian pasien, petugas dan pengunjung. Karena itu dibutuhkanlah
sistem penanggulangan bahaya kebakaran.
Tujuan :
a. Memberikan perlindungan dan pengamanan jiwa kepada pasien,
pengunjung dan karyawan pada saat terjadi bencana kebakaran di
rumah sakit.
b. Mencegah meluasnya bencana kebakaran di area RS
Sasaran :
RS mempunyai sistem penanggulangan kebakaran yang baik dan selalu
siap dalam menghadapi dan menangani setiap saat bencana kebakaran
terjadi.
● PELAKSANA :
1. Penanggung Jawab : Manajer Rumah Tangga
2. Pelaksana kegiatan :
a. Pemeliharaan alat : Staf IPSRS
b. Pelaksanaan Diklat : Ur.Diklat
● FASILITAS / PERALATAN :
● KEGIATAN :
1. Melaksanakan simulasi penanggulangan kebakaran untuk seluruh
karyawan satu tahun seksesuai SOP Penanggulangan Kebakaran
berkoordinasi dengan bagian Diklat
2. Melakukan pemeliharaan APAR setahun sekali sesuai dengan SOP
Pemeliharaan APAR
VIII. PROGRAM PEMELIHARAAN DAN SERTIFIKASI
PERALATAN
● PENDAHULUAN :
Latar Belakang :
Dalam melaksanakan kegiatan operasional, Rumah Sakit harus didukung
dengan fasilitas peralatan kesehatan dan peralatan umum yang memadai
dan siap pakai setiap saat dibutuhkan. Oleh karena itu perlu program
pemeliharaan alat kesehatan dan umum secara rutin.
Tujuan
a. Tujuan Umum :
Tercapainya pelayanan kesehatan kepada user, pasien, dan masyarakat
yang optimal dan
aman
b. Tujuan Khusus :
Menyiapkan agar RS dapat melakukan pemeliharaan alat kesehatan
dan alat umum
sehingga peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Sasaran
a. Terlaksananya pemeliharaan seluruh peralatan sehingga dapat
beroperasi secara optimal.
b. Memperpanjang masa pakai alat.
c. Seluruh peralatan harus dilengkapi dengan buku manual.
d. Tersedianya petunjuk tekhnis operasional/pemeliharaan yang
digantung pada setiap alat.
● KEBIJAKAN :
1. Semua peralatan harus dilengkapi manual
2. Kegiatan pemeliharaan peralatan dilakukan secara teratur.
3. Seluruh peralatan yang digunakan di RS harus mempunyai sertifikasi kelaikan
dan sertifikasi mayor untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketentuan
Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan dan BAPETEN
● CAKUPAN KEGIATAN :
1. PEMBUATAN MANUAL/PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN
PERALATAN MEDIS DAN UMUM :
a. Pengertian :
Manual alat adalah informasi atau keterangan dari pabrik / supplier
peralatan yang menjelaskan cara- cara menghidupkan / menjalankan
peralatan.
b. Tujuan :
Pembuatan manual alat adalah agar seluruh pengguna alat (user) dapat
mengoperasionalkan peralatan dengan cara yang benar
c. Kegiatan :
Petugas IPSRS wajib membuat manual pada setiap peralatan yang
digunakan dengan cara menempelkan atau menggantungkan manual
peralatan yang telah dilaminating pada masing- masing alat.
(terlampir)
Manual setiap peralatan harus selalu tersedia dan dapat dibaca oleh
setiap orang
Pada sudut kanan bawah dari setiap manual peralatan yang
ditempelkan / digantungkan harus ditulis : “ IPSRS “ atau “K-3
RS”, sebagai penanggung jawab terhadap pembuatan manual alat.
● PENDAHULUAN :
Latar Belakang :
Rumah sakit mempunyai fasilitas sistem komunikasi yang terintegrasi
dengan baik untuk memberikan kemudahan dalam berkomunikasi yang
bertujuan untuk menunjang pelayanan
dan bagi keselamatan pasien.
Tujuan :
1) Memudahkan sistem komunikasi antara dokter, perawat, dan petugas
lainnya saat memberikan pelayanan terhadap pasien dan mendukung
program keselamatan pasien RS
2) Mempercepat penyampaian informasi penting didalam RS maupun
informasi dari luar RS
3) Memberikan akses informasi yang cepat yang memudahkan
komunikasi dan memberikan kenyamanan bagi pasien dan pengunjung
akan kebutuhan fasilitas internet.
Sasaran :
Memberikan mutu pelayanan yang lebih baik dengan tersedianya fasilitas
komunikasi yang cepat, tepat, akurat dan mutakhir sebagai faktor
pendukung layanan kesehatan dan sebagai salah satu daya tarik kepada
pasien dan pengunjung RS
● PELAKSANAAN :
Sistem komunikasi RS Hermina berupa :
1. Jaringan telepon :
a. Internal :
Jaringan telepon yang hanya dapat digunakan di lingkungan dalam RS,
dengan memakai extension untuk nomor yang dituju, berpusat pada
PABX .
Terdapat di setiap ruangan kecuali ruang perawatan kelas 2&3
b. External :
Hunting :
Line telepon yang dapat digunakan langsung dari Telkom melalui PABX
untuk induk Hunting dan anak hunting yang berada di ruang Front Office
Non Hunting :
Line telepon yang dapat digunakan langsung dari Telkom yang digunakan
untuk percakapan maupun faximili tanpa melalui PABX yang berada di
ruangan tertentu, seperti VK, OK, Perina, ruang manajemen (mesin fax)
2. Telepon Seluler
Jaringan telepon nirkabel berbasis CDMA yang digunakan untuk
komunikasi bergerak (mobile) terdapat pada : Front Office,
Direksi, Ruang Administrasi medis dan non medis
3. SMS Center :
Fasilitas untuk mendaftar pasien rawat jalan melalui telepon seluler dengan
cara mengirimkan pesan singkat (SMS)
4. Jaringan Radio :
Radio komunikasi (HT) : sarana komunikasi nirkabel yang menggunakan
frekuensi tertentu, yang digunakan oleh petugas keamanan / Yanum
5. Jaringan Internet :
Sarana komunikasi melalui Provider Telkom Speedy untuk fasilitas jaringan
internet berlangganan dan memakai perangkat komputer sebagai sarananya.
a. Fasilitas Wifi / Hotspot
Fasilitas jaringan internet nirkabel terintegrasi yang bisa didapatkan di
area yang telah ditentukan dan bisa diakses oleh sarana komputer / telepon
seluler yang mempunyai fitur wi fi
b. Fasilitas internet melalui WLAN
Fasilitas internet yang terhubung oleh server yang menggunakan kabel
jaringan untuk dapat terhubung
ke komputer yang akan mengakses internet.
1. FASILITAS :
a. TEKNIS PELAKSANAAN :
● Teknis pelaksanaan diatur dalam SOP
● Pembuatan buku telepon RS Hermina
b. JADWAL PENGUJIAN :
Pengujian dilakukan secara berkala dengan jadwal sebagai berikut:
No. Sarana Kegiatan Jadwal Pelaksana
1. Jaringan telepon
a.Internal
b.External
c.Telepon Seluler
d. SMS Center
2. Jaringan Radio
3. Jaringan Internet
WAKIL DIREKTUR
(UMUM / MEDIS) ?
KETUA TIM K3 RS
Kepala IGD
Sekretaris
Mnj. Personalia
BAB IV
SARANA DAN FASILITAS
ALAT PELINDUNG DIRI
2 Topi x x x x x x
Helm x
3 Kaca mata / x x x x x x
4 Apron x x x x x x x
5 Sarung x x x x x x x
tangan karet
6 Sarung x
tangan kulit
7 Sepatu Boot x x x x x x x
8 Ear Muff x
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN
C. KEGIATAN RAPAT
1. Rapat Rutin :
● Dilakukan satu kali sebulan.
● Dipimpin oleh IPCO
● Dihadiri oleh Sekretaris dan seluruh anggota Panitia PPI RS, staf K-3
RS
● Agenda Rapat : Laporan kegiatan bulanan, Evaluasi kegiatan,
pembahasan permasalahan terkait Program PPI
● Notulen rapat dan diberikan kepada Direktur melalui Wakil Direktur
Medis sebagai masukan dan evaluasi.
2. Rapat Panitia PPI Grup :
● Dilakukan 1 kali / 3 bulan
● Dilaksanakan di Hermina Hospital Group
● Dihadiri oleh IPCO, IPCN, Wakil Direktur medis dan staf Departemen
terkait
● Agenda Rapat : Laporan kegiatan bulanan, Evaluasi kegiatan,
pembahasan permasalahan terkait Program PPI
● Notulen rapat dan diberikan kepada Direktur Utama melalui Direktur
Medis sebagai masukan dan evaluasi.
I. PENDAHULUAN
● Latar Belakang :
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS melalui program K-3 RS
yang menunjang kegiatan pelayanan untuk keselamatan dan kesehatan
pasien, pengunjung dan petugas RS serta mempeRSpkan segala elemen
RS pada saat terjadi bencana baik di dalam maupun RS. maka disusun
suatu indikator untuk mengukur kualitas pelayanan. Berdasarkan hasil
evaluasi kinerja tahunan Panitia PPI maka disusun program peningkatan
mutu pelayanan tahun berikutnya
● Tujuan :
1. Meningkatkan mutu pelayanan RS dengan program K-3 RS secara
efektif dan efisien
2. Tercapainya
● Sasaran :
Tercapainya mutu pelayanan yang dapat menunjang mutu pelayanan
medis sesuai dengan tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
● Tindak lanjut :
Tindak lanjut perbaikan mutu yang dituangkan dalam program kerja tahun
berikutnya berdasarkan hasil evaluasi kinerja tahun berjalan.
● Jika terjadi hal – hal yang berpotensi menggangu pelayanan maka tindak
lanjut harus segera dilakukan dengan mengambil tindakan – tindakan
yang diperlukan.
Surveyor :