2
A. KOLONISASI - INFLAMASI
KOLONISASI:
• suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, pada permukaan
jaringan, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak,
tetapi tanpa disertai adanya respons imun atau gejala klinik
INFLAMASI/PERADANGAN:
• Respon jaringan terhadap adanya gangguan dari luar
• Jenis Gangguan: Fisik (trauma), Kimia, Biologis (infeksi)
• Tanda khas:
- Rubor(merah) - Tumor (bengkak)
- Calor (panas) - Dolor (sakit)
3
Inflammation Steps
4
Respon peradangan
Merupakan respon jaringan terhadap berbagai
rangsangan kimia:
– Histamine dari mast cell
– Serotonin dari platelets
– Lysosomal enzyme dari kerusakan sel darah putih
– Prostaglandin dari kerusakan membran sel
PERADANGAN
5
• Masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme pada
jaringan host
6
Proses Infeksi:
Adherence
Colonization
Invasi - Multiplication
Death
Uncertainty region
No disease
Time Cure
Incubation
period 8
B. MEKANISME PENYAKIT INFEKSI
(PATOGENESIS)
Mekanisme: Contoh:
Efek langsung toksin diphteria, tetanus
Efek langsung enzim S. aureus, C. perfringens
Respon peradangan (non-
spesifik)
- Lokal abses
- sistemik sepsis, septic shock
Respon imun reumatic fever
Gangguan pertumbuhan sel ca cervix, ca lambung
9
1. Efek Langsung dari Toksin:
• Sistemik:
– Diphtheri
– Tetanus
– Botulinum
• Lokal:
– Enterotoksin: V. cholerae
– Food poisoning: Staph. aureus
10
Tetanus toksin
11
Difteri
12
Enterotoxin & Food Poisoning
13
2. Efek Enzim dari Patogen:
Pembentukan abses
15
3b. Akibat Respon Peradangan (sistemik)
pd Infeksi: Sepsis dan Syok Septik
16
4. Penyakit akibat Reaksi Imun
17
5. Infeksi dan induksi Neoplasma
• Hepatitis B, C vs Hepatoma
• Papilloma virus vs Ca Cervix
• Helicobacter pylori vs Ca
lambung
18
C. SEGITIGA EPIDEMIOLOGIINFEKSI :
AGENT-HOST-ENVIRONTMENT
Lingkungan
(Environtment)
Mikroba
(Agent)
– Virus Manusia
– Bakteri (Host)
– Fungi
– Parasit
19
Unsur infeksi 1: Agents
LINGKUNGAN
• Mikroba:
– Virus
– Bakteri Manusia
– Fungi
– Parasit
20
Agen infeksi menurut Patogenitasnya
• Patogen murni:Terbukti mempunyai unsur
patogenisitas: enzim, toxin dan lainnya
Contoh: Staphylococcuc aureus, Salmonella typhi,
Mycobaterium tuberculosis
• Patogen oportunistik: Menyebabkan sakit hanya
pada kondisi tertentu: gangguan sistem imun host,
pindah lokasi.
Contoh: Staphylococcus epidermidis, E. coli, kebanyakan
jenis jamur
• Non-patogen: belum pernah terbukti
menyebabkan infeksi.
Contoh: umumnya bakteri2 lingkungan
21
Jenis agen infeksi
22
The Size of Infection agents
LINGKUNGAN
• Mikroba:
Host/ • Faktor
– Virus
Manusia predisposisi
– Bakteri
• Faktor risiko
– Fungi
– Parasit
24
Agent vs Immune System:
• Viruses
• Bacteria Patogenisity Immune respons
• Fungal
• Parasytes
Antibiotic is not
the only
recovery
determinant ..!
25
Predisposisi : Sistem Pertahanan Host
(Sistem Imun)
1. Sistem Imun Nonspesifik
– Pasif:
• Struktur pelindung (kulit, selaput lendir)
• Bahan-bahan kimia: asam lambung
• Flora normal
– Aktif:
• Peradangan
• Fagositosis
27
Faktor Predisposisi Host dalam Infeksi
• Faktor yang mempengaruhi:
– status imun dan imunisasi,
– umur,
– status gizi,
– penyakit kronis (mis : DM)
– luka bakar yang luas,
– trauma atau pembedahan,
– pengobatan dengan imunosupresan
• Faktor lain:
– jenis kelamin, ras atau
– etnis tertentu/genetik
28
Faktor Risiko Host dalam Infeksi
• Tindakan medis invasif: operasi, ventilator,
kateter, infus
• Pekerjaan
• Gaya Hidup
• Kebudayaan
• Tingkat pendidikan
• Sosial Ekonomi
29
Unsur infeksi 3: Lingkungan
LINGKUNGAN
• Mikroba:
– Virus
– Bakteri Manusia
– Fungi
– Parasit
30
Lingkungan sebagai Sumber Infeksi:
1. Benda hidup:
1. Manusia:
– Pasien (Sakit)
– Karier: (dalam masa inkubasi, masa
penyembuhan, fase kronis asimtomatis)
– Endogen: flora normal/komensal, infeksi laten
2. Benda mati:
• Makanan/minuman
• Udara, air
• Peralatan: rumah tangga, medis
31
PPI:
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
32
Cara penularan:
• Utama (dari manusia):
– Kontak:
• Langsung
• Tidak langsung
– Droplet
– Airborne
• Hewan :
– Zoonosis
– Gigitan
• Lingkungan
33
Prinsip Dasar PPI:
KEWASPADAAN ISOLASI:
1. Standard Precaution: Kewaspadaan Standar
34
Kewaspadaan Standar:
• Gabungan dari:
– Universal Precautions/ Kewaspadaan Universal
– Body Substance Isolation/ Isolasi duh tubuh
• Merupakan kewaspadaan terhadap darah dan semua
cairan tubuh (termasuk: feses, lendir hidung,
sputum, urin, atau muntahan, kecualikeringat)
• Diterapkan/ditujukan terhadap semua orang
(petugas kesehatan, klien, pengunjung, keluarga)
1. Cuci tangan
2. Sarung tangan
3. Masker,pelindung mata & pelindung wajah
4. Gaun/apron
5. Peralatan perawatan Pasien
6. Pengendalian lingkungan – limbah
7. Penanganan Linen
8. Kesehatan karyawan
9. Penempatan pasien
10. Etika batuk/higiene saluran nafas
2-36
5-36
Kewaspadaan Standar (1):
cuci tangan
Cuci tangan (reguler,prosedural):
sebelum dan sesudah menyentuh
darah/cairan tubuh
setelah melepas sarung tangan
setelah & sebelum kontak dengan pasien
yang berbeda.
37
Kewaspadaan Standar (2): sarung
tangan
Memakai sarung tangan (kedua tangan):
Sarung tangan bersih sebelum menyentuh
benda basah (kulit terkelupas, selaput
mukosa, darah/cairan tubuh, peralatan kotor,
sampah terkontaminasi
38
Kewaspadaan Standar (3): APD dan teknik
aseptik
Pakai pembatas fisik:
goggles, masker ,gaun dan celemek - jika
mungkin terpercik atau terkena tetesan
darah maupun cairan tubuh lain
40
Luka tusuk jarum
Yunihastuti, et al. Health Care Workers’ Behaviour during HIV Occupational Exposure Reported to Pokdisus AIDS Jakarta
2004-2006
Penanganan benda tajam
Jangan recapping jarum bekas pakai (kategori IB),
kecuali dengan tehnik 1 tangan
Dilarang mematahkan jarum, melepaskan,
membengkokkan jarum bekas pakai.
2-42
5-42
Proses recapping
yang aman:
Metoda satu tangan
2-43
5-43
Penanganan sampah/limbah
Warna Tempat Sampah:
Kuning:sampah Infeksius
Hitam:non infeksius/
domestik
Merah:Radioaktif
Ungu :Cytotoksik
Wadah:
Tahan bocor dan tahan
tusukan
Harus mempunyai pegangan
yang dapat dijinjing dengan
satu tangan
mempunyai penutup yang44
Kewaspadaan Standar (3)
2-45
Alur Pemrosesan Alat Medis Bekas Pakai
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0.5 % selama 10 menit
Pembersihan
(Cuci bersih, tiriskan, keringkan)
2-47
Penempatan pasien
Tempatkan pasien yang infeksius dalam ruang
terisolasi.
Bila tidak memungkinkan dilakukan kohorting
2-48
5-48
Etika batuk/higiene sal nafas
• Komponen baru Kewaspadaan Standar
• Berasal dr kontrol terhadap MTB
• Target:pasien,keluarga dan teman pasien dg diagnosis
infeksi sal nafas yg dapat di transmisikan,batuk,
rhinorrhoe , pilek:
Program:
1. edukasi pasien,keluarga,pengunjung
2. beri gambar dg bahasa mudah difahami bagi pasien
3. menutup mulut/hidung dg tisu saat batuk,pakai
masker
4. cuci tangan setelah kontak dg sekresi sal nafas
5. beri jarak >3 feet bg pasien infeksi saluran nafas di
ruang tunggu pasien (bila memungkinkan) ,pakaikan
masker 5-49
Etika batuk/higiene sal nafas
• Efektif menurunkan transmisi patogen droplet
melalui saluran nafas (influenza,adenovirus, B
pertusis, Mycoplasma pneumoniae)
• Petugas dg infeksi sal nafas menjauhi kontak
langsung dg pasien, memakai masker
5-50
Praktek menyuntik yang aman
• Pakailah jarum yang steril, disposable,pada
tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pd
peralatan injeksi dan terapi
• Pd saat melakukan tindakan lumbal punksi,
anastesi spinal dan epidural, klinisi memakai
masker, unt mencegah transmisi droplet flora
orofaring
5-51
Kewaspadaan Berdasarkan
Transmisi
5-52
Transmission Base Precaution/
Kewaspadaan Berdasarkan Penularan:
Terbagia atas
1. Contact Precaution
2. Droplet Precaution
3. Airborne Precaution
2-54
Penularan Kontak:
• ~ semua jenis infeksi dapat menular melalui
kontak
• Penyebab utama penularan
• Paling mudah dicegah: cuci tangan, sarung
tangan
• Kontak:
– Langsung
– Tidak langsung
Purnomo Hadi 55
Contact Precaution:
• Merupakan mode penularan infeksi utama
56
Kewaspadaan Transmisi Kontak
Penempatan pasien :
• 1 kamar tersendiri atau kohor (dikumpulkan) dengan
pasien yang terinfeksi agen infeksi sama
• Pemindahan pasien :
– Pastikan tindakan kewaspadaan terhadap pasien telah dilakukan agar tidak
menjadi sumber penularan selama proses transportasi
• Peralatan pasien :
• Sedapat mungkin berikan peralatan tersendiri.
• Bila tidak memungkinkan lakukan pembersihan dan
disinfeksi sebelum digunakan untuk pasien lain.
Droplet Precaution:
• Cairan yang dikeluarkan, terutama pada
waktu:
– Bicara
– Bersin
– Batuk
• Droplet:
– Percikan >5µm melayang di udara jatuh mengenai mukosa
mata, hidung atau mulut yang ada pada jarak dekat
– Droplet tidak selamanya melayang diudara
• Mengkontaminasi sekitarnya penularan
kontak
2-59
Purnomo Hadi 60
Pakai masker tetap cantik
Purnomo Hadi 61
Team work
Kewaspadaan Transmisi Droplet
Tempatkan pasien di kamar tersendiri atau dengan
pasien infeksi yg sama (bila tidak memungkinkan) dan
beri jarak antar pasien 1m
Pemindahan pasien :
Minimalisasi transportasi pasien, pasangkan masker
pada pasien saat proses pemindahan
Airborne Precaution:
• Udara/Airborne
– Percikan/partikel berukuran kecil < 5mm yang
melayang/menetap di udara
2-64
Penularan droplet Udara
Purnomo Hadi 65
Penularan udara: tidak terbatas
Purnomo Hadi 66
Kewaspadaan Transmisi Udara/Airborne
1. Penempatan pasien :
• Di ruangan dengan tekanan negatif termonitor
• Pertukaran udara setiap 5-10 menit atau 6-12 x per jam
• Jangan gunakan AC sentral, tapi gunakan AC + filter HEPA
(high efficiency particulate air) yang menyaring udara
ruangan yang dibuang keluar.
• Pintu harus selalu tertutup rapat.
• Bila tdk memungkinkan, kumpulkan pasien (kohor) dengan
pasien infeksi sama
Suplai udara R. negatif (R. Isolasi AI)
--
-
Kewaspadaan Transmisi Udara (2)
2. Perlindungan jalan napas :
• Gunakan proteksi (respirator N95) bila memasuki ruangan
pasien dg TB paru.
• Individu yg sudah imun tidak perlu menggunakan proteksi jalan
napas
3. Individu rentan tidak diperbolehkan masuk
4. Pemindahan pasien :
• Minimalisasi pemindahan pasien, pasangkan masker bedah pada
pasien saat transportasi
5. Diterapkan pada tindakan yang menghasilkan aerosol,
yang sangat diperlukan
Air Purifying Respirators –N95
(filter)
Masker bedah N95: 85-95% effective
Powered Air Purifying Respirators (PAPR) –
Hooded (versus face-piece)
• 99.99% effective
PPI-airborne: Ruang Rawat Jalan
72
PPI-airborne: Ruang perawatan
73
Salam dari Sabang…
Refferences:
1. Koneman EW, Allen SD, Dowell VR, Janda WM, Sommers HM, Winn WC.
Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. 3rded. 1988. JB
Lippincott Co. Pennsylvania.
2. Mims CA, Playfair JHL, Roitt IM, Wakelin DW, Williams R, Anderson RM.
Medical microbiology. Mosby. London. 1995
3. Talaro K, Talaro A. Foundations in micrbiology. McGraw-Hill. London. 1996.
4. Murray PR, Baron EJ, Jorgensen JH, Pfaller MA, Yolken RH. Manual of clinical
microbiology. 8thed. ASM Press. Washington DC. 2003.
5. Mandell, GL., Bennett JE., Dolin R., Mandell, Douglas, and Bennett’s:
Principle and practice of infectious disesases. 5th. ed. Churchill Livingstone.
2000.
6. Neal R. Chamberlain, Ph.D.: Infectious Diseases Fall 2005. Internet. Internet
75