N I M : 35.2014.6.3.0899
Segala puji bagi Allah Subhaanahu Wa Ta’aala yang telah mencurahkan nikmat-
nikmat yang telah diberikan kepada kita, khususnya saya sendiri sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Dan tentu tak lupa sholawat dan salam selalu terucap untuk rasul kita nabi
Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya yang telah menunjukkan dan
menuntun kita menuju agama kebenaran yaitu agama islam.
Tak pernah lupa saya berterima kasih kepada dosen-dosen program studi
Agroteknologi khususnya Ustadz Herawan Widodo dan Ustadzah Lutfi Ditya Cahyanti yang
penuh kesabaran dan istiqomah mau membimbing kami dalam mata kuliah Ilmu Tanah.
Dan juga kepada semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang mau
menjadi teman saya dan memberi saya semangat hingga dapat menyelesaikan tugas makalah
ini.
Terima kasih.
Muharram Indrawan
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Struktur dapat mulai berkembang dari butiran tunggal atau dari bentuk masif. Apabila
berasal dari butir-butir sungai, maka perkembangannya dimulai dari pengikatan partikel-
partikel tanah membentuk cluster (gerombol) yang kemudian menjadi ped. Klasifikasi yang
dikemukakan dibawah ini adalah klasifikasi tentang struktur tanah (bukan klasifikasi tanah
yang cocok untuk usaha pertanian). Klasifikasi struktur tanah sangat berkaitan dengan
klasifikasi lapangan yang digunakan bagi penelaahan morfologi tanah. Komponennya
meliputi:
Dan dari struktur tanah ini kita mendapatkan banyak manfaat seperti, dengan tahu
struktur tanah di suatu daerah kita bisa memperkirakan tanaman apa yang cocok untuk
ditanam di daerah itu. Dari struktur tanah itu juga, kita bisa memperkirakan kandungan zat
apa yang mendominasi tanah itu. Dan banyak manfaat lain jika mengetahui struktur tanah
suatu daerah dan ilmu tentangnya.
ISI
1. Menyinambungkan arah pipa yang terbentuk dari berbagai ukuran pori-pori yang
berinterkoneksi, stabilitas, dan durabilitasnya.
2. Mengatur retensi dan pergerakan air tanah.
3. Difusi gas dari dan ke atmosfer.
4. Mengontrol proliferasi (pertumbuhan) akar dan perkembangannya.
1. Tipe, indikator bentuk dan susunan ped, yaitu: bulat, lempeng, balok, dan prisma.
2. Kelas, indikator bentuk struktur yang terbentuk dari ped-ped penyusunnya,
menghasilkan 7 tipe struktur tanah.
3. Gradasi, indikator derajat agregasi atau perkembangan struktur, yang dibagi menjadi:
a. Tanpa struktur
b. Lemah
c. Sedang
d. Kuat
Struktur dapat mulai berkembang dari butiran tunggal atau dari bentuk masif. Apabila
berasal dari butir-butir sungai, maka perkembangannya dimulai dari pengikatan partikel-
partikel tanah membentuk cluster (gerombol) yang kemudian menjadi ped. Lima mekanisme
utama yang menyatukan partikel-partikel ini meliputi:
Stabilitas ped yang terbentuk (juga agregat) tergantung pada 2 kondisi, yaitu:
Stabilitas ped ini dapat ditentukan melalui metode penyaringan basah. Dalam metode
ini, tanah kering diletakkan dalam saringan kemudian dicelupkan ke dalam air, air segera
meresap dan mendesak udara yang terperangkap di ruang pori-pori tanah, ped yang tidak kuat
terhadap tekanan ini akan pecah dan rusak, turun lewat lubang-lubang saringan. Ped-ped yang
tertinggal merupakan ped yang stabil terhadap air.
Secara Umum terdapat tiga kelompok bahan koloidal (partikel berdiameter <1
micrometer) yang bertindak sebagai agen perekat (cementing agent) partikel-partikel dalam
proses pembentukan agregat tanah, yaitu:
Oleh karena koloid-koloid ini bermuatan negatif, maka molekul-molekul air yang
dapat bertindak secara dipolar (bermuatan + dan -) terabsorpsi ke permukaan koloid liat
tersebut. Pada saat air menguap, maka lempeng-lempeng liat akan berdekatan dan dibantu
oleh agen perekat, maka terjadilah agregasi.
1. Secara umum : lendir mikrobial > Fe-oksida > C-organik > liat.
2. Lempung berdebu Parr : lendir mikrobial > liat > Fe-oksida > C-organik.
3. Lempung berliat Almena : lendir mikrobial > Fe-oksida.
4. Lempung berliat Miami : lendir mikrobial > Fe-oksida > C-organik.
5. Lempung berliat Kewaunee : Fe-oksida > liat > liat mikrobial.
Pentingnya peran lendir (gum) mikrobial sebagai agen pengikat adalah menjamin
kelangsungan aktivitas mikrobia dalam proses pembentukan ped (dan agregasi) tersebut.
Polimer-polimer organik yang merupakan polisakarida berbobot molekul besar dapat berasal
dari lendir ekstraseluler atau dinding-dinding sel-sel mikrobia, membentuk jaringan seperti
jala yang efektif dalam menyatuka partikel-partikel tanah. Hidroksi polimer-polimer ini dan
atom-atom oksigen permukaan liat membentuk ikatan-ikatan hidrogen sebagai jembatan
pengikat, sedangkan terhadap partikel nonkoloidal, polimer-polimer ini bertindak sebagai
sebagai lem perekat. Miselia jamur dan aktinomisetes juga efektif sebagai agen pengikat ini.
Pada tanah Latosol di daerah tropis, agen pengikat yang terpenting adalah Fe-oksida karena
tingginya kadar Fe-oksida pada tanah ini.
Tentang hal ini kita mengenal beberapa tipe dan ukuran/kelas tanah, antara lain :
a. Yang tidak beragregat, yaitu pejal (jika berkoherensi dan butir tunggal), lepas-lepas
(jika tidak berkoherensi).
b. Yang derajat strukturnya lemah, jika tersentuh akan mudah hancur, derajatnya dapat
dibedakan lagi menjadi ; sangat lemah dan agak lemah.
c. Yang derajat strukturnya cukup, dalam hal ini agregatnya sudah jelas terbentuk dan
masih dapat dipecah-pecah.
d. Yang derajat strukturnya kokoh, agregatnya mantap dan jika dipecahkan agak liat
(terasa ada ketahanannya), derajatnya dapat dibedakan lagi menjadi : yang sangt
kokoh dan yang cukup kokoh.
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Struktur tanah di setiap daerah itu berbeda-beda entah dari tipe, kelas, atau
penyusunnya. Bahkan petak sawah yang satu dengan yang lain mempunyai struktur yang
sudah berbeda. Dan juga banyak hal yang dapat mempengaruhi berubahnya struktur dari
tanah itu.
II. SARAN
Hanafiah, Kemas Ali. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali press. Jakarta
Campbell, Neil. A, Jane B. Reece. 2012. Biologi Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Fried, George. H, George J. Hadenemos. 2006. Teori dan Soal-Soal Biologi Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta.