Anda di halaman 1dari 9

STRUKTUR TANAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Ilmu Tanah

Nama : Muharram Indrawan

N I M : 35.2014.6.3.0899

Dosen Pengampu : Ir. Herawan Widodo

Lutfi Ditya Cahyanti, S.P., M.P

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
PONOROGO – INDONESIA
1436 / 2015
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Segala puji bagi Allah Subhaanahu Wa Ta’aala yang telah mencurahkan nikmat-
nikmat yang telah diberikan kepada kita, khususnya saya sendiri sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.

Dan tentu tak lupa sholawat dan salam selalu terucap untuk rasul kita nabi
Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya yang telah menunjukkan dan
menuntun kita menuju agama kebenaran yaitu agama islam.

Tak pernah lupa saya berterima kasih kepada dosen-dosen program studi
Agroteknologi khususnya Ustadz Herawan Widodo dan Ustadzah Lutfi Ditya Cahyanti yang
penuh kesabaran dan istiqomah mau membimbing kami dalam mata kuliah Ilmu Tanah.

Dan juga kepada semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang mau
menjadi teman saya dan memberi saya semangat hingga dapat menyelesaikan tugas makalah
ini.

Terima kasih.

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Ponorogo, 10 November 2015

Muharram Indrawan
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer


tanah (pasir,debu, dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-
partikel primer) yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bongkah). Struktur
tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi didalam
tanah.

Struktur dapat mulai berkembang dari butiran tunggal atau dari bentuk masif. Apabila
berasal dari butir-butir sungai, maka perkembangannya dimulai dari pengikatan partikel-
partikel tanah membentuk cluster (gerombol) yang kemudian menjadi ped. Klasifikasi yang
dikemukakan dibawah ini adalah klasifikasi tentang struktur tanah (bukan klasifikasi tanah
yang cocok untuk usaha pertanian). Klasifikasi struktur tanah sangat berkaitan dengan
klasifikasi lapangan yang digunakan bagi penelaahan morfologi tanah. Komponennya
meliputi:

a. Tipe struktur berupa bentuk dan susunan agregat.


b. Kelas struktur berupa ukuran.
c. Derajat struktur berupa kemantapan atau kekuatan agregat.

Dan dari struktur tanah ini kita mendapatkan banyak manfaat seperti, dengan tahu
struktur tanah di suatu daerah kita bisa memperkirakan tanaman apa yang cocok untuk
ditanam di daerah itu. Dari struktur tanah itu juga, kita bisa memperkirakan kandungan zat
apa yang mendominasi tanah itu. Dan banyak manfaat lain jika mengetahui struktur tanah
suatu daerah dan ilmu tentangnya.
ISI

I. STRUKTUR TANAH DAN BEBERAPA PENGERTIANNYA

Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer


tanah (pasir,debu, dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-
partikel primer) yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bongkah). Tanah
yang partikel-partikelnya belum bergabung terutama yang bertekstur pasir, disebut tanpa
struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah yang berstruktur liat, yang masih terlihat
masif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dan keras jika kering) atau apabla
dilumat dengan air membentuk pasta disebut juga tanpa struktur.

Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase


atau aerasi tanah, karena susunan antar ped atau agregat tanah akan menghasilkan ruang yang
lebih besar ketimbang susunan antar partikel primer. Oleh karena itu, tanah yang berstruktrur
baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih
memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorpsi (menyerap)
hara dan air, sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari
percobaan pemupukan yang mendapatkan bahwa produksi jagung pada tanah tanpa pupuk
tetapi beragregat baik ternyata 2,3 kali lebih besar ketimbang produksi pada tanah beragregat
buruk yang diberi pupuk. Penanaman melindungi tanah dari hantaman air hujan, sehingga
makin rapat tajuk tanaman akan makin baik baik pengaruhnya terhadap agregat tanah. Lal
(1979) mengemukakan bahwa struktur tanah mempunyai peran sebagai regulator yang:

1. Menyinambungkan arah pipa yang terbentuk dari berbagai ukuran pori-pori yang
berinterkoneksi, stabilitas, dan durabilitasnya.
2. Mengatur retensi dan pergerakan air tanah.
3. Difusi gas dari dan ke atmosfer.
4. Mengontrol proliferasi (pertumbuhan) akar dan perkembangannya.

Kemudian secara langsung dan tidak langsung terkait dengan:

1. Erosi air atau angin.


2. Penggenangan dan aerasi.
3. Stres tanaman akibat kekeringan.
4. Pelindian atau kehilangan hara tanaman.
5. Temperatur tanah.

Di lapangan, struktur tanah dideskripsikan menurut:

1. Tipe, indikator bentuk dan susunan ped, yaitu: bulat, lempeng, balok, dan prisma.
2. Kelas, indikator bentuk struktur yang terbentuk dari ped-ped penyusunnya,
menghasilkan 7 tipe struktur tanah.
3. Gradasi, indikator derajat agregasi atau perkembangan struktur, yang dibagi menjadi:
a. Tanpa struktur
b. Lemah
c. Sedang
d. Kuat

II. MEKANISME PEMBENTUKAN STRUKTUR

Struktur dapat mulai berkembang dari butiran tunggal atau dari bentuk masif. Apabila
berasal dari butir-butir sungai, maka perkembangannya dimulai dari pengikatan partikel-
partikel tanah membentuk cluster (gerombol) yang kemudian menjadi ped. Lima mekanisme
utama yang menyatukan partikel-partikel ini meliputi:

1. Aktivitas penetrasi akar pada saat berkembang.


2. Pergerakan air yang mengikuti arah perkembangan akar menyebabkan terjadinya
pengikisan dan pemecahan tanah yang kemudian memicu pembentukan ped.
3. Aktivitas keluar-masukya fauna tanah.
4. Pembasahan dan pengeringan yang merenggang-ciutkan paritkel-partikel.
5. Pencairan dan pembekuan yang juga merenggang-ciutkan partikel-partikel.

Stabilitas ped yang terbentuk (juga agregat) tergantung pada 2 kondisi, yaitu:

1. Keutuhan tanah permukaan ped pada saat rehidrasi.


2. Kekuatan ikatan antarkoloid-partikel didalam ped pada saat basah.

Stabilitas ped ini dapat ditentukan melalui metode penyaringan basah. Dalam metode
ini, tanah kering diletakkan dalam saringan kemudian dicelupkan ke dalam air, air segera
meresap dan mendesak udara yang terperangkap di ruang pori-pori tanah, ped yang tidak kuat
terhadap tekanan ini akan pecah dan rusak, turun lewat lubang-lubang saringan. Ped-ped yang
tertinggal merupakan ped yang stabil terhadap air.
Secara Umum terdapat tiga kelompok bahan koloidal (partikel berdiameter <1
micrometer) yang bertindak sebagai agen perekat (cementing agent) partikel-partikel dalam
proses pembentukan agregat tanah, yaitu:

1. Mineral-mineral liat koloidal.


2. Oksida-oksida besi dan mangan koloidal.
3. Bahan-bahan organik koloidal, termasuk hasil aktifitas dan perombakan sel-sel
mikrobia.

Oleh karena koloid-koloid ini bermuatan negatif, maka molekul-molekul air yang
dapat bertindak secara dipolar (bermuatan + dan -) terabsorpsi ke permukaan koloid liat
tersebut. Pada saat air menguap, maka lempeng-lempeng liat akan berdekatan dan dibantu
oleh agen perekat, maka terjadilah agregasi.

Pada horizon A di Wisconsin USA urutan kepentingan agen-agen pengikat


pembentuk ped berdiameter > 0,5 micrometer adalah sebagai berikut:

1. Secara umum : lendir mikrobial > Fe-oksida > C-organik > liat.
2. Lempung berdebu Parr : lendir mikrobial > liat > Fe-oksida > C-organik.
3. Lempung berliat Almena : lendir mikrobial > Fe-oksida.
4. Lempung berliat Miami : lendir mikrobial > Fe-oksida > C-organik.
5. Lempung berliat Kewaunee : Fe-oksida > liat > liat mikrobial.

Pentingnya peran lendir (gum) mikrobial sebagai agen pengikat adalah menjamin
kelangsungan aktivitas mikrobia dalam proses pembentukan ped (dan agregasi) tersebut.
Polimer-polimer organik yang merupakan polisakarida berbobot molekul besar dapat berasal
dari lendir ekstraseluler atau dinding-dinding sel-sel mikrobia, membentuk jaringan seperti
jala yang efektif dalam menyatuka partikel-partikel tanah. Hidroksi polimer-polimer ini dan
atom-atom oksigen permukaan liat membentuk ikatan-ikatan hidrogen sebagai jembatan
pengikat, sedangkan terhadap partikel nonkoloidal, polimer-polimer ini bertindak sebagai
sebagai lem perekat. Miselia jamur dan aktinomisetes juga efektif sebagai agen pengikat ini.
Pada tanah Latosol di daerah tropis, agen pengikat yang terpenting adalah Fe-oksida karena
tingginya kadar Fe-oksida pada tanah ini.

III. PENGGOLONGAN ATAU KLASIFIKASI STRUKTUR TANAH


Klasifikasi yang dikemukakan dibawah ini adalah klasifikasi tentang struktur tanah
(bukan klasifikasi tanah yang cocok untuk usaha pertanian). Klasifikasi struktur tanah sangat
berkaitan dengan klaisfikasi lapangan yang digunakan bagi penelaahan morfolagi tanah.
Komponennya meliputi:

d. Tipe struktur berupa bentuk dan susunan agregat.


e. Kelas struktur berupa ukuran.
f. Derajat struktur berupa kemantapan atau kekuatan agregat.

Tipe dan Kelas Struktur Tanah :

Tentang hal ini kita mengenal beberapa tipe dan ukuran/kelas tanah, antara lain :

a. Platy atau lempeng, yang dapat dibedakan menjadi kelas-kelas:


- Sangat tipis, tebal : kurang dari 1 mm.
- Tipis..........., tebal : 1 mm – 2 mm
- Sedang........, tebal : 2 mm – 5 mm
- Kasar..........., tebal : 5 mm – 10 mm
- Sangat tebal........... : lebih dari 10 mm
b. Tiang prismatik ialah yang ujung ataupun rusuknya persegi, tiang kolumner rusuknya
persegi, tetapi ujungnya membulat, dengan kelas-kelas yang sama bagi keduanya:
- Sangat halus : < 10 mm.
- Halus : 10 mm – 20 mm.
- Sedang : 20 mm – 50 mm.
- Kasar : 50 mm – 100 mm.
- Sangat kasar : > 100 mm.
c. Gumpal bersudut yang rusuk-rusuknya bersegi tajam, gumpal membulat bersusuk
persegi tidak tajam, keduanya berkelas sama:
- Sangat halus : < 5 mm.
- Halus : 5 mm – 10mm.
- Sedang : 10 mm – 20 mm.
- Kasar : 20 mm – 50 mm.
- Sangat kasar : > 50 mm.
d. Sferoid atau polyeder kersal relatif kurang/tidak berpori, Sferoid remah lebih berpori,
keduanya memiliki kelas yang sama:
- Sangat halus : < 2 mm.
- Halus : 1 mm – 2 mm.
- Sedang : 2 mm – 5 mm.
- Kasar : 5 mm – 10 mm.
- Sangat kasar : > 10 mm.
e. Tipe tidak berstruktur yang dapat dibedakan menjadi butir tunggal dan pejal (masif).

Derajat Struktur Tanah

a. Yang tidak beragregat, yaitu pejal (jika berkoherensi dan butir tunggal), lepas-lepas
(jika tidak berkoherensi).
b. Yang derajat strukturnya lemah, jika tersentuh akan mudah hancur, derajatnya dapat
dibedakan lagi menjadi ; sangat lemah dan agak lemah.
c. Yang derajat strukturnya cukup, dalam hal ini agregatnya sudah jelas terbentuk dan
masih dapat dipecah-pecah.
d. Yang derajat strukturnya kokoh, agregatnya mantap dan jika dipecahkan agak liat
(terasa ada ketahanannya), derajatnya dapat dibedakan lagi menjadi : yang sangt
kokoh dan yang cukup kokoh.

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Struktur tanah di setiap daerah itu berbeda-beda entah dari tipe, kelas, atau
penyusunnya. Bahkan petak sawah yang satu dengan yang lain mempunyai struktur yang
sudah berbeda. Dan juga banyak hal yang dapat mempengaruhi berubahnya struktur dari
tanah itu.

II. SARAN

Jika kalian melakukan penelitian terhadap struktur tanah perhatikanlah dengan


seksama dan teliti mungkin struktur yang kalian temukan bisa berbeda bahkan belum ada di
buku-buku tentang struktur tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Kemas Ali. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali press. Jakarta

Campbell, Neil. A, Jane B. Reece. 2012. Biologi Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Fried, George. H, George J. Hadenemos. 2006. Teori dan Soal-Soal Biologi Edisi Kedua.

Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai