1) Natural hazard. Ini adalah hazard karena proses alam yang manusia
tidak atau sedikit memiliki kendali. Manusia dapat meminimalisir
dampak hazard dengan mengembangkan kebijakan yang sesuai, seperti
tata ruang dan wilayah, prasyarat bangunan, dan sebagainya.
2) Human made hazard. Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia
yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian fisik, sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Hazard ini mencakup:
3) Technological hazard sebagai akibat kecelakaan industrial, prosedur
yang berbahaya, dan kegagalan infrastruktur. Bentuk dari hazard ini
adalah polusi air dan udara, paparan radioaktif, ledakan, dan
sebagainya.
4) Environmental degradation yang terjadi karena tindakan dan aktivitas
manusia sehingga merusak sumber daya lingkungan dan keragaman
hayati dan berakibat lebih jauh terganggunya ekosistem.
5) Conflict adalah hazard karena perilaku kelompok manusia pada
kelompok yang lain sehingga menimbulkan kekerasan dan kerusakan
pada komunitas yang lebih luas.
3. Dampak Bencana
Bencana mengakibatkan kerusakan di berbagai bidang.Menurut
peraturan pemerintah no.21 th.2008 bencana dapat mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.Kejadian bencana membawa dampak bagi
masyarakat khususnya yang menjadi korban. Permasalahan nyata yang
dialami korban bencana antara lain kondisi dalam penampungan atau
pengungsian, terceraiberainya tatanan keluarga baik selama proses
pelarian maupun pengungsian, melemahnya semangat kemasyarakatan
karena padatnya kampung-kampung pengungsian, deprivasi dan
keterbatasan akses karena pengungsi datang tanpa bekal yang memadai,
sementara sumber fasilitas pelayanan setempat terbatas. Jika pengungsi
tinggal relatif lama berpotensi untuk bersaing dalam mendapatkan akses
dengan masyarakat setempat sehingga memicu terjadinya konflik. Adanya
trauma sosial psikologis karena ketidakberdayaan secara fisik, ekonomi
maupun sosial yang dialami sendiri maupun orang-orang terdekat selama
di pengungsian.
3) Tsunami
Beberapa langkah dalam antisipasi dari bencana tsunami:
a) Jika kamu sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera
berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika
memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
b) Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah
ditentukan.
c) Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan No.2,
carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete
building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang
paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
d) Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan
kamu bebas dan tidak membawa apa-apa.
4) Gunung Meletus
Gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di
permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau
tempat munculnya batuan lelehan (magma)/rempah lepas/gas yang
berasal dari bagian dalam bumi. Penyebab meletusnya adalah pancaran
magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksipanas,
proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng atau kulit
bumi, akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma
menimbulkan pelepasan energy. Bila suatu gunung api meletus akan
terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan
lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material
tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun
ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
Penanggulangan bencana letusan gunung api. Salah satu upaya
penanggulangan tersebut adalah upaya mitigasi. Menurut BAKORNAS
PB (2007:68) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Strategi
mitigasi apabila terjadi letusan gunung api adalah merencanakan lokasi
memanfaatkan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau diluar dari
kawasan rawan bencana, menghindari tempat-tempat yang memiliki
kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahar, memperkenalkan
struktur bangunan tahan api, menerapkan. Dusunin bangunan yang
tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api, membuat barak
pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang
sering meletus, membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke
tempat pengungsian untuk memudahkan evakuasi, menyediakan alat
transportasi bagi penduduk bila ada perintah pengungsian, kewaspadaan
terhadap risiko letusan gunung api di daerahnya, identifikasi daerah
bahaya, meningkatkan kemampuan pemadaman api, membuat tempat
penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan,
masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api harus mengetahui
posisi tempat tinggalnya pada Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung
api, masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api hendaknya
paham cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika
terjadi letusan gunung api, memahami arti dari peringatan dini yang
diberikan oleh aparat/pengamat gunung api, bersedia melakukan
koordinasi dengan aparat/pengamat gunung api.
5) Kekeringan
Beberapa cara untuk mengantisipasi kekeringan, diantaranya:
a) membuat waduk (dam) yang berfungsi sebagai persediaan air di
musim kemarau. Selain itu waduk dapat mencegah terjadinya banjir
pada musim hujan,
b) membuat hujan buatan untuk daerah-daerah yang sangat kering,
c) reboisasi atau penghijauan kembali daerah-daerah yang sudah
gundul agar tanah lebih mudah menyerap air pada musim penghujan
dan sebagai penyimpanan cadangan air pada musim kemarau
6) Tanah longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentukan lereng
berupa bebatuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran
tersebut bergerak ke bawah atau ke luar lereng. Pada prinsipnya, tanah
longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari
pada gaya penahan.
Beberapa strategi pencegahan dan upaya penanggulangan bencana
alam tanah longsor, yakni masyarakat hendaknya menghindari daerah
rawan bencana untuk didirikan pembangunan permukiman dan fasilitas
umum lainnya. Aparat setempat bersama-sama dengan masyarakat
secara bergotong royong mengurangi tingkat keterjalan lereng
pegunungan yang ada. Permukiman maupun air tanah (fungsi drainase
adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke
dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi
drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air
ke dalam tanah). Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan
pilling. Terasiring dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada
teras-teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam
tanah). Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam
dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng yang curam, dengan
kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80 persen sebaiknya
tanaman tidak terlalu rapat serta diselingi dengan tanaman yang lebih
pendek dan ringan, sedangkan di bagian dasar ditanami rumput).
Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat, melakukan pemadatan
tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah rawan longsor,
pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara
cepat ke dalam tanah. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk
menghindari bahaya liquefaction (infeksi cairan). Utilitas yang ada di
dalam tanah harus bersifat fleksibel. Melarang pembangunan rumah
pada lokasi yang rawan longsor, terutama pada lereng dan kaki bukit.
Memperkuat kestabilan tanah dengan beberapa pohon yang akarnya
dapat mengikat tanah secara kuat. Memberikan penyuluhan pada
masyarakat yang tinggal di wilayah tanah longsor tentang cara
menghindari bencana tanah longsor.
DAFTAR PUSTAKA