Anda di halaman 1dari 19

LATAR BELAKANG

Indonesia dikelilingi oleh 3 lempengan tetonik yaitu lempengan Pasifik,


lempengan Eurasia, dan lempangan Hindia-Australia. Kondisi ini menyebabkan
Indonesia rawan aterhadap gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan
beberapa jenis bencana tektonik lainnya. Potensi bencana alam dengan frekuensi
yang cukup tinggi lainnya adalah bencana hidrometerologi, yaitu banjir, longsor,
kekeringan, puting beliung dan gelombang pasang. Frekuensi bencana
hidrometeorologi di Indonesia terus meningkat dalam 10 tahun terakhir. Bencana
ini mengancam seluruh wilayah indonesia dalam skala kecil maupun besar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Kesehatan


1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau
masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh
pelaku pendidikan, yang tersirat dalam pendidikan adalah : input adalah
sasaran pendidikan ( individu, kelompok, dan masyarakat), pendidik
adalah ( pelaku pendidikan ), proses adalah ( upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain), output adalah ( melakukan apa yang
diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo,2012)
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi, dan menurut WHO yang paling baru ini
memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya
yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah sempurna, baik fisik maupun
mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.(Notoatmodjo,2012)
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan
dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah
semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap,
praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo,2012)
2. Tujuan Pendidikan kesehatan
1) Tujuan kaitannya dengan batas sehat
2) Mengubah perilaku kaittannya dengan budaya
a. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat.
b. Secara mandiri maupun menciptakan perilaku sehat bagi dirinya
sendiri maupun menciptakan perilaku sehat didalam kelompok.
c. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sasaran pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat.
3. Sasaran pendidikan kesehatan
Menurut Susilo (2011) Sasaran pendidikan kesehatan di indonesia,
berdasarkan kepada program pembangunan diindonesia adalah :
1) Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan .
2) Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja.
3) Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok pendidikan
mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama swasta maupun
negeri.
4) Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu.
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan
dapat mencapai sasaran, yaitu :
1) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang
terhadap informasi yang diterimanya. Maka semakin tinggi tingkat
pendidikannya maka semakin mudah seseorang menerima informasi
yang didapatnya.
2) Tingkat sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah
pula dalam menerima informasi baru.
3) Tingkat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat mempengaruhi dan menanggap adat
istiadat sebagai suatu yang tidak boleh diabaikan.
4) Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang diberikan oleh
orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.
a. Ketersedian waktu di masyarakat.
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat
dalam penyuluhan.
5. Pendidikan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyrakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis (UU No. 24/2007).
Bencana dapat merusakkan kehidupan keluarga dan melumpuhkan
tatanan sosial. Terlebih lagi jika terjadi pada masyarakat dengan sosial
ekonomi rendah, potensial terjadi diskriminasi, kejahatan dan tindak
kekerasan lainnya. Selain hal tersebut bencana juga akan menyebabkan
masalah kesehatan seperti diare, influensa, tifus dan penyakit yang
lainnya.
Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi,
anak-anak dan lanjut usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pangan menjadi semakin berkurang. Air
bersih sangat langka akibat terbatasnya persediaan dan banyaknya jumlah
orang yang membutuhkan. Sanitasi menjadi sangat buruk, anak-anak tidak
terurus karena ketiadaan sarana pendidikan. Dalam keadaan yang seperti
ini risiko dan penularan penyakit meningkat. Maka dari itu perlu
dilakukannya pendidikan bencana dan juga pendidikan kesehatan terkait
bencana.
Pendidikan bencana adalah merupakan proses pembelajaran melalui
penyediaan informasi, pengetahuan, dan kewaspadaan terhadap peserta
didik guna membentuk kesiapan bencana di level individu dan komunitas.
Melalui pendidikan bencana, peserta didik didorong untuk mengetahui
resiko bencana, mengumpulkan informasi terkait mitigasi bencana, dan
menerapkannya pada situasi bencana (Shiwaku et al., 2007). Aplikasi
bencana yang secara sederhana dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari meliputi melakukan simulasi bencana di keluarga, menolong korban
bencana, memiliki perlengkapan darurat (disaster kit), mengetahui tempat
berlindung saat bencana, dan mengetahui fasilitas tanggap darurat yang
tersedia di instansi terkait (Kapucu, 2008). Selain pendidikan bencana,
penting dilakukan pendidikan kesehatan terkait bencana yang dapat
memberikan pengetahuan kepada masyarakat perlu dilakukan pendidikan
kesehatan agar:
1) Kesehatan dapat terjaga
2) Mengupayakan agar lingkungan tetap sehat
3) Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4) Anak dapat terlindungi dari kekerasan
5) Mengurangi stres pasca bencana

Kegiatan promosi kesehtan yang dilakukan:


1) Kajian dan analisis data yang meliputi:
a. Sarana dan prasarana klaster kesehatan meliputi sumber air
bersih,jamban, pos kesehatan klaster, Puskesmas, rumah sakit
lapangan, dapur umum, sarana umun seperti mushola, posko
relawan, jenis pesan dan media dan alat bantu KIE, tenaga
promkes/tenaga kesmas, kader, relawan dan lain sebagainya.
b. Data sasaran : jumlah Ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja,
lansia/ orangtua, orang dengan berkebutuhan khusus dan orang sakit
c. Jumlah titik pengungsian dan hunian sementara
d. Jumlah pengungsi dan sasaran di setiap titik pengungsian
e. Lintas program, lintas sektor, NGO, Universitas dan mitra lainnya
yang memiliki kegiatan promkes dan pemberdayaan masyarakat
f. Regulasi pemerintah setempat dalam hal melakukan upaya promotif
dan preventif.
Dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan potensi dan sumberdaya
yang ada diwilayah terdampak bencana
2) Perencanaan
Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai
program dan kegiatan, dengan mempertimbangkan sumberdaya yang
ada.
3) Implementasi kegiatan, yang mencakup:
a. Rapat koordinasi klaster kesehatan termasuk dengan pemerintah
setempat, NGOs, dan mitra potensial lainnya untuk memetakan
programdan kegiatan yang dapat diintegrasikan /kolaborasikan.
b. Pemasangan media promosi kesehatan berupa spanduk, poster, stiker
c. Pemutaran film kesehatan, religi, pendidikan, hiburan dan diselingi
pesan kesehatan,
d. Senam bersama (masyarakat umum)termasuk senam lansia
e. Konseling, penyuluhan kelompok, keluarga dan lingkungan dengan
berbagai pesan kesehatan (PHBS di pengungsian)
f. Penyelenggaraan Posyandu (darurat) integrasi termasuk Posyandu
Lansia di pengungsian atau di tempat hunian sementara.
g. Advokasi pelaksanaan gerakan hidup sehat kepada pemerintah
setempat.
h. Pendekatan kepada tokoh agama/tokoh masyarakatuntuk
menyebarluaskan informasi kesehatan.
i. Penguatan kapasitas tenaga promkes daerah melalui kegiatan
orientasi promosi kesehatan paska bencana.
j. Kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha melalui
program CSR, LSM kesehatan, kelompok peduli kesehatan, donor
agency
k. Monitoring dan evaluasi program

Sasaran promosi kesehatan adalah:


1) Petugas kesehatan
2) Relawan
3) Tokoh masyarakat, tokoh agama
4) Guru
5) Lintas sektor
6) Kader
7) Kelompok rentan: ibu hamil, anak-anak, lanjut usia
8) Masyarakat
9) Organisasi masyarakat
10) Dunia usaha

Promosi kesehatan dalam kondisi darurat untuk meningkatkan


pemahaman keluarga dan masyarakat untuk melakukan PHBS di
pengungsian , yaitu:
1) ASI terus diberikan pada bayi
2) Biasakan cuci tangan pakai sabun
3) Menggunakan air bersih
4) Buang air besar dan kecil di jamban
5) Buang sampah pada tempatnya
6) Makan makanan bergizi
7) Tidak merokok
8) Memanfaatkan layanan kesehatan
9) Mengelola strees
10) Melindungi anak
11) Bermain sambil belajar
2.2 Penanggulangan Bencana
1. Definisi Bencana
Bencana adalah segala kejadian yang menyebabkan kerugian, baik
ekonomi, kerugian jiwa manuasia dan kerugian pelayanan kesehatan/jasa
kesehatan dengan skala yang cukup besar sehingga memerlukan
penanganan diluar penanganan normal yang memerlukan bantuan daerah
Luar dari daerah dampak bencana.(WHO, 2008).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
(Peraturan pemerintah No.21 Tahun 2008).
Tiga Aspek Definisi Bencana :
1) Terjadinya peristiwa yang mengancam dan merusak (hazard).
2) Peristiwa tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari
masyarakat.
3) Ancaman tersebut mengakibatkan korban jiwa ataupun kerugian materi

2. Faktor-Faktor Penyebab Bencana


Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster)
maupun oleh ulah manusia (man-made dis aster). Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan bencana antaralain :
1) Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia yang
menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction
(UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi
(geologicalhazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological
hazards), bahaya biologi(biological hazards), bahaya teknologi
(technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan
(environmental degradation).
2) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur
sertaelemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana.
3) Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat.

Ethiopian Disaster Preparedness and Prevention Commission (DPPC)


mengelompokkan bencana berdasarkan jenis hazard, yang terdiri dari:

1) Natural hazard. Ini adalah hazard karena proses alam yang manusia
tidak atau sedikit memiliki kendali. Manusia dapat meminimalisir
dampak hazard dengan mengembangkan kebijakan yang sesuai, seperti
tata ruang dan wilayah, prasyarat bangunan, dan sebagainya.
2) Human made hazard. Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia
yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian fisik, sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Hazard ini mencakup:
3) Technological hazard sebagai akibat kecelakaan industrial, prosedur
yang berbahaya, dan kegagalan infrastruktur. Bentuk dari hazard ini
adalah polusi air dan udara, paparan radioaktif, ledakan, dan
sebagainya.
4) Environmental degradation yang terjadi karena tindakan dan aktivitas
manusia sehingga merusak sumber daya lingkungan dan keragaman
hayati dan berakibat lebih jauh terganggunya ekosistem.
5) Conflict adalah hazard karena perilaku kelompok manusia pada
kelompok yang lain sehingga menimbulkan kekerasan dan kerusakan
pada komunitas yang lebih luas.

3. Dampak Bencana
Bencana mengakibatkan kerusakan di berbagai bidang.Menurut
peraturan pemerintah no.21 th.2008 bencana dapat mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.Kejadian bencana membawa dampak bagi
masyarakat khususnya yang menjadi korban. Permasalahan nyata yang
dialami korban bencana antara lain kondisi dalam penampungan atau
pengungsian, terceraiberainya tatanan keluarga baik selama proses
pelarian maupun pengungsian, melemahnya semangat kemasyarakatan
karena padatnya kampung-kampung pengungsian, deprivasi dan
keterbatasan akses karena pengungsi datang tanpa bekal yang memadai,
sementara sumber fasilitas pelayanan setempat terbatas. Jika pengungsi
tinggal relatif lama berpotensi untuk bersaing dalam mendapatkan akses
dengan masyarakat setempat sehingga memicu terjadinya konflik. Adanya
trauma sosial psikologis karena ketidakberdayaan secara fisik, ekonomi
maupun sosial yang dialami sendiri maupun orang-orang terdekat selama
di pengungsian.

4. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Alam


Pembriati (2013) menerangkan bahwa pengertian pengetahuan
kebencanaan adalah kemampuan dalam mengingat peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia yang dapat mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
1) Penanggulangan Bencana
Undang-undang No. 24 Tahun 2007 menyebutkan bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi.
a. Pra bencana
Pada tahap prabencana dilakukan penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan), yang
merupakan rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh
tahapan/bidang kerja kebencanaan.Sedangkan pada tahap
prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan
penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan
darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu
(single hazard) maka disusun satu rencana yang disebut Rencana
Kontinjensi (Contingency Plan).
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat gunadan berdaya guna.Dalam fase ini
juga terdapat peringatan dini, yaitu serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga
yang berwenang.
b. Saat Bencana
a) Tanggap Darurat (response) Tanggap darurat adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengansegera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat
antara lain:
(a) Pengkajian yang dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya;
(b)Penentuan status keadaan darurat bencana;
(c) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
(d)Pemenuhan kebutuhan dasar;
(e) Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
(f) Pemulihan dengan segera prasaran dan sarana vital ( UU
Nomor 24 tahun 2007 pasal 48 tentang penaanggulangan
bencana).
b) Bantuan Darurat (relief) Merupakan upaya untuk memberikan
bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa :
Pangan, Sandang, Tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi
dan air bersih
c. Pasca Bencana
Tahapan yang dilakukan setelah selesai bencana :
a) Pemulihan (recovery)
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang
terkena bencana dengan memfungsikankembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
Beberapa kegiatan yang terkait dengan pemulihan adalah:
(a) Perbaikan lingkungan daerah bencana
(b)Perbaikan prasarana dan sarana umum;
(c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
(d)Pemulihan sosial psikologis;
(e) Pelayanan kesehatan
(f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
(g)Pemulihan sosial ekonomi budaya, dan
(h)Pemulihan fungsi pelayanan publik.
b) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan :
perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan
sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat,
pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan
sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban,
pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan
publik dan pemulihan sosial psikologis.
Pemulihan psikologis sendiri merupakan hal yang harus
dilakukan. Pemulihan psikologis dapat berupa pemberian
konseling ringan untuk mengurangi stress atau depresi.
Melibatkan pengungsi khususnya para ibu dan remaja putri dalam
kegiatan dapur umum sangat membantu untuk mengisi waktu
sehingga tidak jenuh.Demikian juga bagi bapak-bapak dan
pemuda dilibatkan sebagai relawan membantu evakuasi korban
yang masih berada di lokasi bencana.
c) Rekonstruksi (Reconstruction)
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta
langkah-langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan
berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua
prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat
pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan
partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat di wilayah pasca bencana.

5. Beberapa Bencana Alam Beserta Penanggulangannya


1) Banjir
Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak
diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga
merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang
yang ada di sana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran
air yang ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman
banjir
a. Penyebab Terjadinya Banjir
Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut :
a) Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
b) Pendangkalan sungai,
c) Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai
mapupungotong royong,
d) Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
e) Pembuatan tanggul yang kurang baik,
f) Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi
daratan.
b. Penanggulangan Banjir
Untuk mengantisipasi bencana banjir banyak hal yang harus
dilakukan, diantaranya adalah :
a) Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat
aliran air sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
b) Mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah
daya tampung air.
c) Membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai
baru, sistem-sistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang
berlebihan terhadap sungai.
d) Tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi
daerah lokasi penyerapan air.
e) Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang
gundul akan sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat
secara terus menerus air tidak dapat diserap secara langsung oleh
tanah bahkan akan menggerus tanah, hal ini pula dapat
menyebabkan tanah longsor.
f) Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di
sepanjang sungai, tembok-tembok laut di sepanjang pantai-pantai
dapat menjaga tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam
daratan.
2) Gempa Bumi
Jika berada di dalam ruangan: diamlah sejenak, jangan panik dan
segeralah keluar dari bangunan. Secepatnya mencari perlindungan di
bawah meja atau di dekat pintu. Jauhi tempat-tempat yang mungkin
mengakibatkan luka seperti kaca, pipa gas atau benda-benda tergantung
yang mungkin akan jatuh menimpa.
Jika berada di luar rumah: tinggallah atau carilah tempat yang
bebas dari bangunan-bangunan, pohon atau dinding. Jangan memasuki
bangunan meskipun getaran gempa sudah berhenti karena tidak
mustahil runtuhan bangunan masih dapat terjadi.
Jika berada di tengah keramaian: janganlah turut berdesak-desakan
mencari jalan keluar, meskipun orang-orang yang panik mempunyai
keinginan yang sama. Carilah tempat yang tidak akan kejatuhan
runtuhan.
Jika berada dalam bangunan tinggi: secepatnya mencari
perlindungan di bawah meja dan jauhilah jendela atau dinding luar
bangunan. Tetaplah berada di lantai di mana kamu berada ketika gempa
terjadi, dan jangan gunakan elevator atau lift yang ada.
Jika sedang mengendarai kendaraan: hentikan kendaraan kamu dan
tetaplah berada di dalam mobil dan pinggirkanlah mobil kamu. Jangan
berhenti di atas jembatan, atau di bawah jalan layang.Jika gempa sudah
berhenti, janganlah langsung melintasi jalan layang atau jembatan yang
membentang, sebelum dipastikan kondisinya aman.

3) Tsunami
Beberapa langkah dalam antisipasi dari bencana tsunami:
a) Jika kamu sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera
berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika
memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
b) Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah
ditentukan.
c) Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan No.2,
carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete
building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang
paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
d) Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan
kamu bebas dan tidak membawa apa-apa.

4) Gunung Meletus
Gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di
permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau
tempat munculnya batuan lelehan (magma)/rempah lepas/gas yang
berasal dari bagian dalam bumi. Penyebab meletusnya adalah pancaran
magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksipanas,
proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng atau kulit
bumi, akumulasi tekanan dan temperatur dari fluida magma
menimbulkan pelepasan energy. Bila suatu gunung api meletus akan
terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan
lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material
tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun
ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
Penanggulangan bencana letusan gunung api. Salah satu upaya
penanggulangan tersebut adalah upaya mitigasi. Menurut BAKORNAS
PB (2007:68) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Strategi
mitigasi apabila terjadi letusan gunung api adalah merencanakan lokasi
memanfaatkan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau diluar dari
kawasan rawan bencana, menghindari tempat-tempat yang memiliki
kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahar, memperkenalkan
struktur bangunan tahan api, menerapkan. Dusunin bangunan yang
tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api, membuat barak
pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang
sering meletus, membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke
tempat pengungsian untuk memudahkan evakuasi, menyediakan alat
transportasi bagi penduduk bila ada perintah pengungsian, kewaspadaan
terhadap risiko letusan gunung api di daerahnya, identifikasi daerah
bahaya, meningkatkan kemampuan pemadaman api, membuat tempat
penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan,
masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api harus mengetahui
posisi tempat tinggalnya pada Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung
api, masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api hendaknya
paham cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika
terjadi letusan gunung api, memahami arti dari peringatan dini yang
diberikan oleh aparat/pengamat gunung api, bersedia melakukan
koordinasi dengan aparat/pengamat gunung api.
5) Kekeringan
Beberapa cara untuk mengantisipasi kekeringan, diantaranya:
a) membuat waduk (dam) yang berfungsi sebagai persediaan air di
musim kemarau. Selain itu waduk dapat mencegah terjadinya banjir
pada musim hujan,
b) membuat hujan buatan untuk daerah-daerah yang sangat kering,
c) reboisasi atau penghijauan kembali daerah-daerah yang sudah
gundul agar tanah lebih mudah menyerap air pada musim penghujan
dan sebagai penyimpanan cadangan air pada musim kemarau
6) Tanah longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentukan lereng
berupa bebatuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran
tersebut bergerak ke bawah atau ke luar lereng. Pada prinsipnya, tanah
longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari
pada gaya penahan.
Beberapa strategi pencegahan dan upaya penanggulangan bencana
alam tanah longsor, yakni masyarakat hendaknya menghindari daerah
rawan bencana untuk didirikan pembangunan permukiman dan fasilitas
umum lainnya. Aparat setempat bersama-sama dengan masyarakat
secara bergotong royong mengurangi tingkat keterjalan lereng
pegunungan yang ada. Permukiman maupun air tanah (fungsi drainase
adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke
dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi
drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air
ke dalam tanah). Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan
pilling. Terasiring dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada
teras-teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam
tanah). Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam
dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng yang curam, dengan
kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80 persen sebaiknya
tanaman tidak terlalu rapat serta diselingi dengan tanaman yang lebih
pendek dan ringan, sedangkan di bagian dasar ditanami rumput).
Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat, melakukan pemadatan
tanah di sekitar perumahan. Pengenalan daerah rawan longsor,
pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara
cepat ke dalam tanah. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk
menghindari bahaya liquefaction (infeksi cairan). Utilitas yang ada di
dalam tanah harus bersifat fleksibel. Melarang pembangunan rumah
pada lokasi yang rawan longsor, terutama pada lereng dan kaki bukit.
Memperkuat kestabilan tanah dengan beberapa pohon yang akarnya
dapat mengikat tanah secara kuat. Memberikan penyuluhan pada
masyarakat yang tinggal di wilayah tanah longsor tentang cara
menghindari bencana tanah longsor.
DAFTAR PUSTAKA

Indah, Kartika Lenni, dkk. (September, 2015). Evaluasi Sistem Mitigasi


Penanganan Bencana GempaBumi di Kecamatan Bantul Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.Universitas Gajah Mada. No XVIII/3
Kemenkes. (2018). Promosi Kesehatan Dalam Bencana.
https://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan-dalam-bencana. Diaskes
pada tanggal 29 Oktober 2019
Pemerintah Kabupaten Grobongan. (2017, 5 juni).Pencegahan dan
Penanggulangan Bencana Tahun 2016.https://grobogan.go.id/mitigasi-
bencana/1437-pencegahan-dan-penanggulangan-bencana-tahun-2016.
Diakses pada 29 oktober 2019
Yani, Ahmad Nur. (2016). Pola dan Strategi Penanggulangan Bencana.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Vol 2 No. 2
Prabowo, N. A. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan Bencana Alam.
Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai