Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia setiap tahunnya jumlah penduduk yang semakin meningkat


dari hari ke hari mengakibatkan kebutuhan akan bahan pangan juga terus
menerus bertambah. Setiap tahun jumlah impor akan kebutuhan pangan di
Indonesia terus meningkat hal ini dikarenakan Indonesia belum cukup
menghasilkan kebutuhan bahan pangan sehingga kegiatan impor terus
meningkat. Untuk itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan hasil
pertanian yang ada. Salah satu cara adalah dengan pemenuhan kebutuhan
pengairan yang merupakan hal terpenting dalam pertanian sebab tidak
semua daerah mendapatkan pengairan yang mencukupi.

Kebutuhan air untuk tanaman pada dasarnya dapat diperoleh secara


langsung dari air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan
mengalir dari hulu ke hilir, meresap kedalam tanah atau menjadi air
permukaan, dan dimanfaatkan oleh tanaman disekitarnya. Indonesia, yang
merupakan negara tropis, hanya mengenal dua musim, yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Dapat dipastikan, curah hujan tiap musimnya tidak
akan sama. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara untuk mengelola air
dengan optimal, salah satunya ialah dengan penggunaan sistem irigasi.

Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan


membuat bangunan dan saluran-saluran ke sawah-sawah atau ke ladang-
ladang dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi,
setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Pengairan mengandung
arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi
kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu
dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan
tanaman.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 1


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum
Masehi. Hal ini dapat dibuktikan oleh peninggalan sejarah, baik sejarah
nasional maupun sejarah dunia. Keberadaan bangunan tersebut disebabkan
oleh adanya bahwa sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam
sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segi teknis
dari persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari yang paling
sederhana sampai yang paling sulit. Air tunduk pada hukum gravitasi,
sehingga air dapat mengalir melalui saluran-saluran secara alamiah ke
tempat yang lebih rendah. Untuk keperluan air irigasi, dengan cara yang
paling sederhanapun telah dapat dicapai hasil yang memadai. Kemajuan
ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang dapat dicapai
dalam bidang keirigasian. Manusia mengembangkan ilmu alam, ilmu dan
juga hidrolika yang meliputi statika dan dinamika benda cair. Semua ini
membuat pengetahaun tentang irigasi bertambah lengkap.

Sebagai negara agraris, kebutuhan air bagi Indonesia sangat tinggi demi
mendukung sektor pertanian. Dan irigasi merupakan alternatif sistem
pemanfaatan air secara efisien yang sering digunakan sebagai proses
pengairan lahan pertanian. Sistem pembangunan infrastruktur irigasi
membutuhkan lahan yang cukup luas pada proses penataan dan
pengelolaannya. Namun, ada saatnya air yang tersedia cukup melimpah dan
ada saatnya ketersediaan air sangat minim tergantung pada musim. Selain
itu, lahan yang jauh dari sumber air akan mengalami kesulitan dalam
penyediaan air untuk pertanian. Dengan demikian keberadaan bangunan air
dan irigasi sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan dan distribusi air
bagi lahan baik dekat maupun jauh dari sumber mata air.

Dalam merencanakan suatu jaringan irigasi diperlukan perencanaan yang


cermat agar dapat memenuhi persyaratan teknis yang telah diatur pada
standar perencanaan irigasi yang ada, serta dapat di pergunakan selama
bertahun–tahun tanpa adanya kekeringan air di sawah.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 2


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengelolaan sistem irigasi maupun bangunan air yang sesuai


dengan kriteria perencanaan irigasi pada sungai Rokan?
2. Bagaimana menentukan kebutuhan air pada setiap petak sawah
disekitaran jaringan irigasi yang akan dibuat?
3. Bagaimana menentukan dimensi saluran pada jaringan irigasi yang akan
dibuat?

1.3. Tujuan

Tujuan dari tugas besar ini adalah:


1. Mempelajari proses dalam perancangan pembangunan irigasi yang baik
dan benar berdasarkan peta uji yang telah disiapkan.
2. Merencanakan lokasi banding dan sistem jaringan dalam pemenuhan
kebutuhan air lahan persawahan di suatu daerah yang tersedia.
3. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah SI-3231
Rekayasa Irigasi.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada laporan tugas besar ini adalah untuk melakukan
perencanaan bending dan daerah irigasi di suatu daerah studi yaitu Sungai
Rokan, Kecamatan Bangko, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dengan
menggunakan ruang lingkup penulisan laporan meliputi:
1. Perencanaan saluran irigasi
Saluran yang direncanakan adalah saluran primer dan sekunder
2. Perencanaan petak daerah irigasi
Perencanaan petak yang dimaksud adalah perencanaan luas dan batas
petak.
3. Perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 3


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

1.5. Metodologi Penyusunan

Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan
yang tertulis diatas sebagai berikut:
1. Tahapan Pengumpulan Data
Data–data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Standar kriteria perencanaan sebagai acuan.
b. Data wilayah kali dan daerah sekitarnya.
c. Data kontur.
2. Tahapan Pengerjaan
Tahapan pengerjaan adalah sebagai berikut:
a. Penentuan letak bending.
b. Perencanaan saluran dan luas petak Irigasi.
c. Penghitungan dimensi saluran dan tinggi muka air.
Ruang lingkup memuat batas-batas kajian dengan jelas termasuk asumsi-
asumsi yang digunakan selama penelitian. Batas-batas penelitian dapat
berupa komposisi bahan (diambil dari daerah tertentu atau spesies tertentu),
umpan (apakah umpan sintetik atau nyata), alat (alat jenis tertentu) dan
sebagainya.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam laporan ini, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:


1. BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, dan
sistematikan penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang penyajian studi pustaka. Teori dasar dan dasar pemikiran
tentang Irigasi serta acuan yang dipakai dalam perencanaan Irigasi.
3. BAB III METODOLOGI PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
Berisi tentang perhitungan NFR.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 4


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

4. BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS


Berisi tentang perencanaan saluran, penentuan dimensi saluran,
perhitungan tinggi muka air, dan analisis perhitungan.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil laporan.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 5


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Irigasi

Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belanda atau irrigation
dalam bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan
pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara teratur dan setelah
digunakan dapat pula dibuang kembali. Istilah pengairan yang sering pula
didengar dapat diartikan sebagai usaha pemanfaatan air pada umumnya,
berarti irigasi termasuk didalamnya.
Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 4 jenis sistem irigasi yang
biasa digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut:
1. Irigasi Gravitasi
Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan air.
Bentuk rekayasa ini tidak memerlukan tambahan energi untuk
mengalirkan air sampah ke petak sawah.
2. Irigasi Bawah Tanah
Tanah akan dialiri dibawah permukaannya. Saluran yang ada disisi petak
sawah akan mengalirkan air melalui pori-pori tanah. Sehingga air akan
sampai ke akar tanaman.
3. Irigasi Siraman
Air akan disemprotkan ke petak sawah melalui jaringan pipa dengan
bantuan pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien karena
dapat dikontrol dengan sangat mudah.
4. Irigasi Tetesan
Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan atau disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan
untuk mengalirkan air.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 6


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan lengkapnya


fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan lihat tabel
2.1.
Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi
No Uraian
Teknis Semi Teknis Sederhana
Bangunan
Bangunan Bangunan
1 Bangunan Utama Permanen atau
Permanen Sementara
semipermanen
Kemampuan
Bangunan dalam
2 Baik Sedang Buruk
mengukur dan
mengatur debit
Saluran Irigasi
Saluran
dan pembuang Saluran Irigasi
Irigasi dan
3 Jaringan Saluran tidak dan Pembuang
Pembuang
sepenuhnya jadi satu
Terpisah
terpisah
Belum
Belum ada
Dikembang dikembangkan
jaringan
4 Petak Tersier kan atau densitas
terpisah yang
Seluruhnya bangunan
dikembangkan
tersier jarang
Efisiensi secara
5 50% - 60% 40% - 50% <40%
keseluruhan
Tidak ada
6 Ukuran ≤ 2000 Ha < 500 Ha
batasan
(Sumber: Perencanaan Jaringan Irigasi KP-01)

1. Jaringan Irigasi Sederhana


Prasarana yang ada seperti bangunan pengatur debit atau pembagi sama
sekali tidak ada. Hal ini terjadi karena sumber air sangat berlimpah
sehingga hampir sama sekali tidak diperlukan rekayasa irigasi. Jaringan
utama air hanya perlu disadap sesuai keinginan sehingga petak-petak
sawah dapat tergenangi air. Selain itu tidak ada pembagi antara saluran
pembuang dan irigasi.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 7


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01)


Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Sederhana

Kelemahan dari tipe jaringan ini adalah pemborosan air, karena


penyadapan yang sesuka hati. Selain itu biaya untuk penyadapan sangat
mahal karena saluran tersebut harus dapat mengairi seluruh petak sawah
tanpa sebelum direkayasa sehingga efisiensinya sangat rendah.
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Tidak banyak perbedaan dengan jaringan sederhana kecuali bangunan-
bangunan irigasi mulai digunakan pada jaringan ini. Jaringan
pembuangan dan irigasi masih menyatu. Akan tetapi sudah dapat
mengairi petak sawah yang lebih besar daripada irigasi sederhana.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 8


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01)


Gambar 2.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis

3. Jaringan Irigasi Teknis


Jaringan ini jauh lebih maju daripada 2 jaringan lainnya dalam hal
rekayasa irigasi. Bangunan air banyak digunakan pada jaringan ini.
Sepenuhnya saluran irigasi dan pembuang bekerja secara terpisah.
Sehingga pembagian air dan pembuangan air optimum. Selain itu ada
petak tersier yang menjadi ciri khas jaringan teknis. Petak tersier
kebutuhannya diserahkan petani dan hanya perlu disesuaikan dengan
saluran primer dan sekunder yang ada.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 9


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01)


Gambar 2.3. Jaringan Irigasi Teknis

Keuntungan dari jaringan ini adalah pemakaian air yang efektif dan
efisien, menekan biaya perawatan, dan dibuat sesuai kondisi dan
kebutuhan. Kelemahannya adalah biaya pembuatan yang mahal dan
pegoperasian yang tidak mudah.

2.2. Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air

Dalam teori perencanaan petak terdapat petak primer, sekunder dan tersier,
pada teori perencanaan saluran terdapat saluran pembawa dan saluran
pembuang, dan teori perencanaan bangunan air terdapat bangunan utama
dan bangunan pelengkap.

2.2.1. Teori perencanaan petak

Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu
sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai
melalui bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis, yaitu
sebagai berikut.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 10


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

1. Petak Tersier
Petak ini menerima air yang disadap dari saluran tersier. Karena luasnya
yang tergolong kecil maka petak ini menjadi tanggung jawab individu
untuk eksploitasinya. Idealnya daerah yang ditanami berkisar 50-100 Ha.
Jika luas petak lebih dari itu dikhawatirkan pembagian air menjadi tidak
efisien. Petak tersier dapat dibagi menjadi petak kuarter, masing-masing
seluas 8-15 Ha. Dimana bentuk dari tiap petak kuarter adalah bujur
sangkar atau segi empat.
Petak tersier haruslah juga berbatasan dengan petak sekunder. Yang
harus dihindari adalah petak tersier yang berbatasan langsung dengan
saluran irigasi primer. Selain itu disarankan panjang saluran tersier tidak
lebih dari 1500 m.
2. Petak Sekunder
Petak sekunder adalah petak yang terdiri dari beberapa petak tersier yang
berhubungan langsung dengan saluran sekunder. Petak sekunder
mendapatkan airnya dari saluran primer yang airnya dibagi oleh
bangunan bagi dan dilanjutkan oleh saluran sekunder. Batas sekunder
pada umumnya berupa saluran drainase. Luas petak sekunder berbeda-
beda tergantung dari kondisi topografi.
3. Petak Primer
Petak primer merupakan gabungan dari beberapa petak sekunder yang
dialiri oleh satu saluran primer. Dimana saluran primer menyadap air dari
sumber air utama. Apabila saluran primer melewati daerah garis tinggi
maka seluruh daerah yang berdekatan langsung dilayani saluran primer.

2.2.2. Teori perencanaan saluran

Dalam mengalirkan dan mengeluarkan air ke dan dari petak sawah


dibutuhkan suatu saluran irigasi. Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2
jenis berdasarkan fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk ke
petak sawah dan saluran pembuang yang akan mengalirkan kelebihan air
dari petak-petak sawah.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 11


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

1. Saluran Pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah
yang disadap. Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi 3,
yaitu:
a. Saluran Primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air dari
sumbernya. Dan selanjutnya dibagikan kepada saluran sekunder yang
ada. Saluran ini dapat menyadap dari sungai, waduk, atau waduk.
Bangunan sadap terakhir yang terdapat di saluran ini menunjukan
batas akhir dari saluran ini.
b. Saluran Sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder. Saluran
sekunder nantinya akan memberikan air kepada saluran tersier. Akan
sangat baik jika saluran sekunder dibuat memotong atau melintang
terhadap garis tinggi tanah. Sehingga air dapat dibagikan ke kedua sisi
dari saluran.
c. Saluran Tersier
Merupakan hierarki terendah yang berfungsi mengalirkan air yang
disadap dari saluran sekunder ke petak-petak sawah. Saluran ini dapat
mengairi kurang lebih 75-125 Ha.
2. Saluran Pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air yang
terjadi pada petak sawah. Umumnya saluran ini menggunakan saluran
lembah. Saluran lembah tersebut memotong garis tinggi sampai ketitik
terendah daerah sekitar.
3. Dimensi Saluran
Pada saluran terbuka dikenal berbagai macam bentuk saluran seperti
persegi, setengah lingkaran, elips , dan trapesium. Untuk pengaliran air
irigasi, penampang saluran yang digunakan adalah trapesium karena
umum dipakai dan ekonomis. Dalam mendesain saluran digunakan
rumus-rumus sebagai berikut.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 12


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

a. Debit Rencana ( )

(2.1)

b. Rumus Strickler
(2.2)
c. (Kecepatan aliran)
Didapat berdasarkan Kriteria Perencanaan 03 – Saluran
d. (Luas Penampang Basah)

(2.3)

e. Kemiringan Talud ( )
Didapat berdasarkan Kriteria Perencanaan 03 –Saluran halaman 29-
30.
f. Lebar dasar saluran ( )
(2.4)
g. Checking Luas (Luas dasar Rencana) ( )
(2.5)
h. 2 Keliling basah Penampang ( )
√ (2.6)
i. Jari – Jari Hidrolis I
(2.7)

j. Koefisien Strickler (K)


Diperoleh melalui tabel di Kriteria Perencanaan 03 - Saluran (Tabel 5-
4. Harga-harga Kecepatan Maksimum dan K (Strickler).
k. Kemiringan Dasar Saluran (I)
(2.8)

l. Tinggi Jagaan ( )
Didapat melalui tabel di Kriteria Perencanaan 03

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 13


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 2.2. Nilai n dan m dari fungsi Q


Q (m3 /det) b/h (n) v (m/det) Talud (m)
0.00 - 0.15 1 0.25 - 0.30 1 : 1.00
0.15 - 0.30 1 0.30 - 0.35 1 : 1.00
0.30 - 0.40 1.5 0.35 - 0.40 1 : 1.00
0.40 - 0.50 1.5 0.40 - 0.45 1 : 1.00
0.50 - 0.75 2 0.45 - 0.50 1 : 1.00
0.75 - 1.50 2 0.50 - 0.55 1 : 1.00
1.50 - 3.00 2.5 0.55 - 0.60 1:1.5
3.00 - 4.50 3 0.60 - 0.65 1:1.5
4.50 - 6.00 3.5 0.65 - 0.70 1:1.5
6.00 - 7.50 4 0.70 1:1.5
7.50 - 9.00 4.5 0.70 1:1.5
9.00 - 11.0 5 0.70 1:1.5
11.0 - 15.0 6 0.70 1:1.5
15.0 - 25.0 8 0.70 1:1.5
(Sumber: Kriteria Perencanaan 03)

Tabel 2.3. Nilai kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran irigasi
tanah
3
Debit rencana (m /det) Koefisien Kekasaran untuk Saluran Tanah
Q>10 45
5<Q<10 42.5
1<Q<5 40
Q<1 35
(Sumber: Kriteria Perencanaan 03)

Tabel 2.4. Nilai W (Tinggi jagaan)


Debit rencana (m3 /det) W (m)
0.0<Q<0.5 0.40
0.5<Q<1.5 0.50
1.5<Q<5.0 0.60
5.0<Q<10 0.75
10<Q<15 0.85
Q>15 1.00
(Sumber: Kriteria Perencanaan 03)
Keterangan :
= Kecepatan aliran
= Jari-jari hidraulik
= Kemiringan saluran

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 14


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

= Koefisien saluran

Dalam merencanakan debit rencana efisiensi yang digunakan untuk saluran


tersier adalah 80%, sekunder 70%, dan primer 70%. Dalam penggunaan a
(kebutuhan air) dihitung berdasarkan pada perhitungan yang sudah dibahas
pada pembahasan sebelumnya. Dalam merencanakan lebar saluran yang
dipergunakan di lapangan, dari b (b perhitungan), dibulatkan 5 cm terdekat.
Perhitungan dimensi saluran dimaksudkan untuk memperoleh dimensi dari
saluran yang dipergunakan dalam jaringan irigasi serta untuk menentukan
tinggi muka air yang harus ada pada bendung agar kebutuhan air untuk
seluruh wilayah irigasi dapat terpenuhi. Perhitungan dimensi saluran ini ada
dua tahap yaitu tahap penentuan dimensi untuk setiap ruas saluran dan tahan
perhitungan ketinggian muka air pada tiap-tiap ruas saluran. Hasil
perhitungan tersebut lebih efisien ditampilkan dalam bentuk tabel dimana
urutan pengerjaan sudah diurutkan perkolom.

2.2.3. Teori perencanaan bangunan air

1. Bangunan Utama
Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran utama yang
membagi air ke saluran sekunder atau tersier. Dan juga dari saluran
sekunder ke tersier. Bangunan ini dengan akurat menghitung dan
mengatur air yang akan dibagi ke saluran-saluran lainnya.
Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran primer ataupun
sekunder yang member air ke saluran tersier.
Bangunan bagi-sadap adalah bangunan bagi yang juga bangunan sadap.
Bangunan ini merupakan kombinasi keduanya.
2. Bangunan Pelengkap
a. Bangunan pengatur
Bangunan/pintu pengatur akan berfungsi mengatur taraf muka air
yang melaluinya di tempat-tempat dimana terletak bangunan sadap
dan bangunan bagi. Khususnya di saluran-saluran yang kehilangan
tinggi energinya harus kecil, bangunan pengatur harus direncanakan

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 15


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan tinggi energi dan


sekaligus mencegah penggerusan, disarankan membatasi kecepatan di
bangunan pengatur sampai + 1,5 m/dt. Bangunan pengatur tingggi
muka air terdiri dari jenis bangunan dengan sifat sebagai berikut :
a) Bangunan yang dapat mengontrol dan mengendalikan tinggi muka
air di saluran. Contoh : pintu schot balk, pintu sorong.
b) Bangunan yang hanya mempengaruhi tinggi muka air.
Contoh : merce tetap, kontrol celah trapesium.
3. Bangunan pembawa
Bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan untuk membawa
air melewati bawah saluran lain, jalan, sungai, ataupun dari suatu ruas ke
ruas lainnya. Bangunan ini dibagi menjadi 2 kelompok:
a. Bangunan aliran subkritis : gorong-gorong, flum, talang, dan sipon.
b. Bangunan aliran superkritis : bangunan pengukur dan pengatur debit,
bangunan terjun, dan got miring.

2.3. Sistem Tata Nama (Nomenklatur)

Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang,


bangunan- bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis. Nama yang
diberikan harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu).
Nama-nama harus dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat
bangunan baru kita tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada.
1. Daerah Irigasi
Nama yang diberikan sebaiknya menggunakan nama daerah atau desa
terdekat dengan bangunan air atau dapat juga menggunakan nama sungai
yang airnya disadap. Akan tetapi ketika sumber air yang disadap lebih
dari satu maka sebaiknya menggunakan nama daerah.
2. Jaringan Irigasi Primer
Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi
yang dilayani, contoh: Saluran Primer Makawa. Saluran sekunder sering
diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak di petak sekunder.
Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan nama saluran

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 16


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

sekundernya. Sebagai contoh saluran sekunder Sambak mengambil


nama desa Sambak yang terletak di petak sekunder Sambak.

(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01)


Gambar 2.4. Standar Sistem Tata Nama untuk Bangunan

Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas sama. Misalnya, RS


2 adalah Ruas saluran sekunder Sambak (S) antara bangunan sadap BS 1
dan BS 2. Bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir di
suatu ruas. Bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu tetapi
huruf R (Ruas) diubah menjadi B (Bangunan). Misalnya BS 2 adalah
bangunan pengelak di ujung ruas RS 2.

Bangunan-bangunan yang ada di antara bangunan-bangunan bagi sadap


(gorong- gorong, jembatan, talang bangunan terjun, dan sebagainya)
diberi nama sesuai dengan nama ruas dimana bangunan tersebut terletak
juga mulai dengan huruf B (Bangunan) lalu diikuti dengan huruf kecil
sedemikian sehingga bangunan yang terletak di ujung hilir mulai dengan
"a" dan bangunan-bangunan yang berada lebih jauh di hilir memakai
hurut b, c, dan seterusnya. Sebagai contoh BS2b adalah bangunan kedua
pada ruas RS2 di saluran Sambak terletak antara bangunan-bangunan
bagi BS 1 dan BS 2.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 17


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Bagian KP–07 Standar Penggambaran dan BI–01 Tipe Bangunan irigasi


memberikan uraian lebih rinci mengenai sistem tata nama.
3. Jaringan Irigasi Tersier
Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan
utama. Misalnya petak tersier S1 kiri mendapat air dari pintu kiri
bangunan bagi BS 1 yang terletak di saluran Sambak.
a. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang
terletak di antara kedua boks. misalnya (T1 - T2), (T3 - K1).
b. Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah
jarum jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier:
T1, T2 dan sebagainya.
c. Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan
nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C
dan seterusnya menurut arah jarum jam.
d. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah
jarum jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan
nomor urut tertinggi: K1, K2 dan seterusnya.

(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01)


Gambar 2.5. Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Kuarter

e. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter


yang dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2 dan
seterusnya.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 18


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

f. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter


yang dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk,
misalnya dka1, dka2 dan seterusnya.
g. Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah
jarum jam.
4. Jaringan Pembuangan
Setiap pembangunan jaringan irigasi dilengkapi dengan pembangunan
jaringan drainase yang merupakan satu kesatuan dengan jaringan irigasi
yang bersangkutan. Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-
sungai alamiah, yang kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada
saluran-saluran pembuang primer baru yang akan dibuat, maka saluran-
saluran itu harus diberi nama tersendiri. Jika saluran pembuang dibagi
menjadi ruas-ruas, maka masing-masing ruas akan diberi nama, mulai
dari ujung hilir.

Pembuang sekunder pada umumnya berupa sungai atau anak sungai yang
lebih kecil. Beberapa di antaranya sudah mempunyai nama yang tetap
bisa dipakai, jika tidak sungai/anak sungai tersebut akan ditunjukkan
dengan sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini
akan diawali dengan huruf d (d = drainase).

Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-


bagi menjadi ruas-ruas dengan debit seragam, masing-masing diberi
nomor. Masing-masing petak tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-
sendiri.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 19


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi 01)


Gambar 2.6. Sistem Tata Nama Jaringan Pembuangan

Syarat-syarat dalam menentukan indeks adalah sebagai berikut:


a. Sebaiknya terdiri dari satu huruf,
b. Huruf itu dapat menyatakan petak, saluran atau bangunan,
c. Letak objek dan saluran beserta arahnya,
d. Jenis saluran pembawa atau pembuang,
e. Jenis bangunan untuk membagi atau member air, sipon, talang dan
lain-lain,
f. Jenis petak, primer atau sekunder.
Cara pemberian nama:
a. Bangunan utama diberi nama sesuai dengan desa terdekat daerah
irigasi yang sungainya disadap.
b. Saluran induk diberi nama sungai atau desa terdekat dengan diberi
indeks 1,2,3 dan seterusnya yang menyatakan ruas saluran.
c. Saluran sekunder diberi nama sesuai kampong terdekat.
d. Bangunan bagi/sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulu
dengan diberi indeks 1,2,3 dan seterusnya.
e. Bangunan silang seperti sipon, talang jembatan, dan sebagainya diberi
indeks 1a, 1b, 2a, 2b, dan seterusnya

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 20


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

BAB III
DATA PERENCANAAN

3.1. Data Hidrologi

Koordinat Stasiun Hidrologi : 9,5 LS dan 101,5 BT


Elevasi Lokasi : 90 m (dpl)
Data Curah Hujan : tahun 1995 s.d. tahun 2001
Data Iklim : sesuai lampiran
Perbandingan Usiang/Umalam :3
Debit Andalan Sungai : 3,13 m3/det
Masa Penyiapan Lahan : 30 hari
Pola Tanam : Padi – Padi – Bera

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 21


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 3.1. Data Curah Hujan Bangko Jaya Tahun 1995


DATA CURAH HUJAN BIASA
Tahun : 1995 Lokasi Stasiun : 1º 40' 42" LU / 100º 15' 19" BT
Stasiun : BANGKO JAYA No. Stasiun : 141-15
Kecamatan : Bangko No. Kadaster : 58
Kabupaten : Bengkalis Tinggi D P L : 60 m
Propinsi : Riau Thn Pendirian : 1981
Pada D A S : Rokan Dibangun oleh : DPUP Dati I Riau

Tanggal Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 - - 5 - 12 - 10 - 2 2,5 - -
2 25 - - - - 6 - - - 1 - -
3 11 21 - - - - 18,5 - - - 32 -
4 5 - 8 31 - - 2,5 21 - - 2 -
5 31 - 1 - 41 - - 7 34,6 - - -
6 - - - 6 23 - - - - 15,5 - 4
7 - - - - 4 - - - - - - 5,5
8 - - - - - - - - - 4,5 - -
9 52 - - - - - - 10,5 - - - -
10 4,5 - - - - 10 - - - - - -
11 - - - - - - - - - - - -
12 - - - - - - - - - - 47 -
13 - - - - 3 - - - - - - -
14 - - - 41 5 28 - - - - 27 -
15 - - - - - - - 4,5 26,5 - - -
16 - - - 25 12 - - 8,5 - - 50 17
17 - - - - 42 - - - 57,5 - - 20,5
18 41 - - - - - - - 7,5 35 - -
19 6 - - - - 21 - 10 28 - - -
20 - 28 35 - - - - - - - 31 -
21 - - 6 - 54 - - - 14,5 - - -
22 - 6 - - 18 - - - - - 6,5 -
23 - - - - - - 28 - 74 94 - 25
24 - - 26 16 27 - 38 - - 27 - -
25 - - 38 27 - - - - - - 18,5 5
26 75 21,5 - 8 18,5 - - - - - - -
27 21 4 5 - - - - 49 - 6,5 10 -
28 11 - - - - 4 15 - - - 2,5 24
29 - - - - 13,5 14 - - - - - -
30 - 16 - 10 - - - - - - -
31 - 27 - - - 4 -
Jumlah 282,5 80,5 167 154 283 83 112 110,5 244,6 190 226,5 101
Rata" 9,1 2,8 5,4 5,1 9,1 2,8 3,6 3,6 8,2 6,1 7,6 3,3
Max 75 28 38 41 54 28 38 49 74 94 50 25
J.H.H 11 5 10 7 14 6 6 7 8 9 10 7
R Min 4,5 4,0 1,0 6,0 3,0 4,0 2,5 4,5 2,0 1,0 2,0 4,0
R 1/2 B1 128,5 21,0 14,0 78,0 88,0 44,0 31,0 43,0 63,1 23,5 108,0 9,5
R 1/2 B2 154,0 59,5 153,0 76,0 195,0 39,0 81,0 67,5 181,5 166,5 118,5 91,5

Keterangan : - Tidak ada hujan


O Hujan dibawah 0.1 mm
X Tidak ada data
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 22


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 3.2. Data Curah Hujan Bangko Jaya Tahun 1996


DATA CURAH HUJAN BIASA
Tahun : 1996 Lokasi Stasiun : 1º 40' 42" LU / 100º 15' 19" BT
Stasiun : BANGKO JAYA No. Stasiun : 141-15
Kecamatan : Bangko No. Kadaster : 58
Kabupaten : Bengkalis Tinggi D P L : 60 m
Propinsi : Riau Thn Pendirian : 1981
Pada D A S : Rokan Dibangun oleh : DPUP Dati I Riau

Tanggal Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 4 - 24 - 15 7 15 - 13 - - 9,5
2 - - - 26 25 - 4 - - - - 6
3 5,5 - - 4,5 7 20 - - - 61 - -
4 - - - - - - - - - - - 2
5 - 4,5 4 - - - - 5 - 41 26 31
6 - - - - - - - - - - - 30
7 - - - 44 - - - - - - - -
8 - - 15 - 3,5 - - 1 - 10 - -
9 - - 7 - - - - 3,5 - - - 27,5
10 - - - 31 - 36 34 - - 9 - -
11 21 - - 2 15 21,5 - - - - - -
12 3 1,5 - 10 64 - - 6 - 20 - 32,5
13 5 - - - 25 - - 41 - 9,5 - -
14 - 28 35,5 - - - 10 34,5 - 15 41 -
15 - - 17 - 16 15,5 - - - - - -
16 - - - - - 40 - 31,5 56 - - -
17 20 - 29 - 17,5 - - 48,5 - - - -
18 - - 51 - - - 5,5 - 10 16 40 -
19 12 - - - - - 15 - - 1,5 19,5 -
20 - - 14 13,5 - 8,5 - 5 - - - -
21 - 34,5 - - - - - - - - - -
22 25 - - - - - - - 12,5 - - -
23 17 9 - 50 8 - - - - - 32 -
24 34 - - 3 3,5 - - - - - - -
25 - - - - - - - - - - 5,5 -
26 1,5 - 16 - - - - 59 - - - -
27 - - 2,5 - - 2 - 19 - - 6 3
28 22 - - - - - - - - - - -
29 - - 5 - - 1,5 - 16,5 5 3 - -
30 - - - - - - - 16 - - -
31 22 - 5,5 - 9,5 4 -
Jumlah 192 77,5 220 184 205 152 83,5 280 112,5 190 170 141,5
Rata" 6,2 2,7 7,1 6,1 6,6 5,1 2,7 9 3,8 6,1 5,7 4,6
Max 34 34,5 51 50 64 40 34 59 56 61 41 32,5
J.H.H 13 5 12 9 12 9 6 13 6 11 7 8
R Min 1,5 1,5 2,5 2,0 3,5 1,5 4,0 1,0 5,0 1,5 5,5 2,0
R 1/2 B1 38,5 34,0 102,5 117,5 170,5 100,0 63,0 91,0 13,0 165,5 67,0 138,5
R 1/2 B2 153,5 43,5 117,5 66,5 34,5 52,0 20,5 189,0 99,5 24,5 103,0 3,0

Keterangan : - Tidak ada hujan


O Hujan dibawah 0.1 mm
X Tidak ada data
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 23


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 3.3. Data Curah Hujan Bangko Jaya Tahun 1997


DATA CURAH HUJAN BIASA
Tahun : 1997 Lokasi Stasiun : 1º 40' 42" LU / 100º 15' 19" BT
Stasiun : BANGKO JAYA No. Stasiun : 141-15
Kecamatan : Bangko No. Kadaster : 58
Kabupaten : Bengkalis Tinggi D P L : 20 m
Propinsi : Riau Thn Pendirian : 1981
Pada D A S : Rokan Dibangun oleh : DPUP Dati I Riau

Tanggal Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 9,5 - - 14 - - - - - 15 - -
2 - - - - 79 - 16,5 - - - 25 12,5
3 - - 2 7 - - - - - - - -
4 - - - - - 46 - - 12 - - 16,5
5 - - - 5 15 - - 15 - - - -
6 - - - - - - 56 - - 24 - 37,5
7 - - - 14 - - - - - - - 25
8 - - - 24,5 34 - - - - - - -
9 - - - 32,5 50,5 - - - - 25 16,5 -
10 - - - - 19 18 - 46 - - 20,5 50
11 - - - 25 12,5 - - - - - 15 23,5
12 15 35 - 24 - - - - - 15,5 43 -
13 - 5 16,5 - - - - - - - - 27,5
14 - 30 - 16 - - 11,5 - - 22,5 16,5 17,5
15 - - - 22 12 - - 9 - - 15 40
16 10 - 15 - - 12 - - - 17,5 - -
17 - - - - - - - - - - 22 12,5
18 21 - 16 17,5 - - - - - - 25 21
19 25 - - - - - - - - - - 31,5
20 16 - 49,5 23 - - 9,5 - - 20 11 -
21 50 - 36 - - - 17 - - - 18 -
22 - - 65 - - 7,5 - - - 29 - 12
23 - - - - - - 14 - - - 10 -
24 - - - - - 14 - - 2 25 77 37,5
25 65 - - - 5 - - - - - 9 -
26 - - 27,5 - - - - - - 67 11,5 11,5
27 - 4 - - - - - - - - - 15
28 - 6 - - - - - - - 6 - -
29 - - 35 - - - 2 - - 21 - 31
30 - - - - - - - - 25,5 8 15,5
31 - - - - - 7,5 -
Jumlah 211,5 80 262,5 224,5 227 97,5 126,5 70 14 320,5 343 437,5
Rata" 6,8 2,8 8,5 7,5 7,3 3,3 4,1 2,3 0,5 10,3 11,4 14,1
Max 65 35 65 32,5 79 46 56 46 12 67 77 50
J.H.H 8 5 9 12 8 5 7 3 2 14 16 18
R Min 9,5 4,0 2,0 5,0 5,0 7,5 2,0 9,0 2,0 6,0 8,0 11,5
R 1/2 B1 24,5 70,0 18,5 184,0 222,0 64,0 84,0 70,0 12,0 102,0 151,5 250,0
R 1/2 B2 187,0 10,0 244,0 40,5 5,0 33,5 42,5 0,0 2,0 218,5 191,5 187,5

Keterangan : - Tidak ada hujan


O Hujan dibawah 0.1 mm
X Tidak ada data
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 24


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 3.4. Data Curah Hujan Bangko Jaya Tahun 1998


DATA CURAH HUJAN BIASA
Tahun : 1998 Lokasi Stasiun : 1º 40' 42" LU / 100º 15' 19" BT
Stasiun : BANGKO JAYA No. Stasiun : 141-15
Kecamatan : Bangko No. Kadaster : 58
Kabupaten : Bengkalis Tinggi D P L : 20 m
Propinsi : Riau Thn Pendirian : 1981
Pada D A S : Rokan Dibangun oleh : DPUP Dati I Riau

Tanggal Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 61,5 - - 31 - - - - 5,5 - - -
2 - - - - - - 22,5 - - - - -
3 - - - 12 - - 18 - 20 - 21,5 -
4 23 - 8 - - 17,5 - - - - - -
5 36 - - 10 23 - 14,5 10,5 72 - - 125
6 14 37 - - 8 - - 4,5 - 52 - 75,5
7 23 - 14 - - - 27,5 - 22,5 - - 47
8 8 - 9 - - - - - - - - 22
9 - - 13,5 - 6 7,5 - - 17,5 73 15 -
10 - - - - - - 17,8 - 21 71,5 - 21,5
11 - - 12 - 17 - 28 73 57 - - 17,5
12 21 - - 50 - - - - - 10 17 -
13 16,5 - - 55 26 - 55 - 27,1 - - -
14 - - 24,5 - - - 75,5 - - 27 - -
15 - - - - 21,5 - - - - - - -
16 7 32 - 13 3 - 22 - 7 - - -
17 - - 11,5 - 60 - 27 - 15 - - -
18 - - 21,5 - 78 - 12,5 - - - - 21,5
19 - - - - - - 28 - 10 - - -
20 - - 20 - 19 5,5 10 55,5 - 9 - 65
21 - - - 10,5 25,5 - 7,5 - - - - -
22 - 2,5 16 - - 6,5 - - 18,2 13 - 33
23 - - - - 12 - - 16,5 5 - - -
24 14,5 - - 26,5 - 8 70 17 - 15 - 13,5
25 - - - - 32 - 26,5 - 16,5 17 2 21,5
26 - - - - - - - 16,5 - - - 20
27 - - - 11,5 51 18,5 54,8 - - - - 18
28 - - 53 - - - - 15,5 - - - 7,5
29 - - - 25 22 15 - - - - - -
30 - - 13 - 21 16,4 71 - 12,5 - 17
31 - - - 22 - - 25
Jumlah 224,5 71,5 203 257,5 404 99,5 555,5 280 314,3 300 55,5 550,5
Rata" 7,2 2,5 6,5 8,6 13 3,3 17,9 9 10,5 9,7 1,9 17,8
Max 61,5 37 53 55 78 21 75,5 73 72 73 21,5 125
J.H.H 10 3 11 11 15 8 19 9 14 10 4 16
R Min 7,0 2,5 8,0 10,0 3,0 5,5 7,5 4,5 5,0 9,0 2,0 7,5
R 1/2 B1 203,0 37,0 81,0 158,0 101,5 25,0 258,8 88,0 242,6 233,5 53,5 308,5
R 1/2 B2 21,5 34,5 122,0 99,5 302,5 74,5 296,7 192,0 71,7 66,5 2,0 242,0

Keterangan : - Tidak ada hujan


O Hujan dibawah 0.1 mm
X Tidak ada data
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 25


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 3.5. Data Curah Hujan Bangko Jaya Tahun 1999


DATA CURAH HUJAN BIASA
Tahun : 1999 Lokasi Stasiun : 1º 40' 42" LU / 100º 15' 19" BT
Stasiun : BANGKO JAYA No. Stasiun : 141-15
Kecamatan : Bangko No. Kadaster : 58
Kabupaten : Bengkalis Tinggi D P L : 20 m
Propinsi : Riau Thn Pendirian : 1981
Pada D A S : Rokan Dibangun oleh : DPUP Dati I Riau

Tanggal Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 31 29,5 47,5 - 2,7 - - - - - - -
2 - - - - - - 7 - 16 41 - -
3 24 45 25 - 1 - - 2,8 28 - - -
4 - - - 10,8 - - 19 - - 16 - 42
5 13 - - - 51,5 - - - 32 42 - 42,5
6 - 67 - 0,7 5 - 8 - - - - -
7 - 21,5 - - - 15 - - - 14,5 - -
8 - - - - 7,5 9 - - 49 62 - -
9 16 41 - 0,5 - 21,8 18,5 - - 45 - -
10 23,5 - - - - - - 23 - 41 - -
11 - 15 - - - 13 - - - 54 - -
12 13 - - - - - - 35 - 29,5 - -
13 16 10,5 - - - 27 40 - 49 - 17 -
14 - 17 - - - 25 - - - 13 - -
15 25 - - - - 1,2 0,5 9,2 - - - -
16 - 12 - 3,5 - - - 8 12 21 21 -
17 22,5 - 24 - - - 21 - - - - 60
18 42 12,5 - - - - - 4 - - - -
19 55 - - - - - - - - 16 31 -
20 - - - - - - - 25 - - - -
21 - - - 13,5 20,8 27 - - - 25 - -
22 26 - - - 32 13,5 - - 33 - 17 -
23 - - - - 21,5 - - 39 - 23 - 4
24 64 - - - - - - 42 - - - -
25 - - - - - - - - 23 - 67 -
26 - - 2 - - - - 36 - - - -
27 - - 27 - 29,5 2 - 23 19 - 34,5 -
28 - 24,5 56 - - 37 - - 16 - - -
29 - - - 39,5 - 16 - - 42 - - -
30 - - - - - - - 23 - 70,5 -
31 - - - - 2 - -
Jumlah 371 295,5 181,5 68,5 171,5 207,5 114 249 342 443 258 148,5
Rata" 12 10,2 5,9 2,3 5,5 6,9 3,7 8 11,4 14,3 8,6 4,8
Max 64 67 56 39,5 51,5 37 40 42 49 62 70,5 60
J.H.H 13 11 6 6 9 12 7 12 12 14 7 4
R Min 13,0 10,5 2,0 0,5 1,0 1,2 0,5 2,0 12,0 13,0 17,0 4,0
R 1/2 B1 161,5 246,5 72,5 12,0 67,7 112,0 93,0 70,0 174,0 358,0 17,0 84,5
R 1/2 B2 209,5 49,0 109,0 56,5 103,8 95,5 21,0 179,0 168,0 85,0 241,0 64,0

Keterangan : - Tidak ada hujan


O Hujan dibawah 0.1 mm
X Tidak ada data
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 26


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 3.6. Data Curah Hujan Bangko Jaya Tahun 2000


DATA CURAH HUJAN BIASA
Tahun : 2000 Lokasi Stasiun : 1º 40' 42" LU / 100º 15' 19" BT
Stasiun : BANGKO JAYA No. Stasiun : 141-15
Kecamatan : Rimbo Melintang No. Kadaster : 58
Kabupaten : Rokan Hilir Tinggi D P L : 20 m
Propinsi : Riau Thn Pendirian : 1981
Pada D A S : Rokan Dibangun oleh : DPUP Dati I Riau

Tanggal Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 13,5 - - 126 - 16,5 60 22 - - - -
2 - - - 8,5 - 11,5 - - - 21,5 - -
3 17,5 - - 2 - 27 - 3,5 - - - -
4 13 - - - - - - 9,5 - - - -
5 - - - 27 - - - - - - - -
6 19,5 - - 29 61 26 - 23 - - 16 -
7 - - - - - 9 - - - - - -
8 45 - - 18 - 2,5 - - - - 24 16,5
9 13 - - 27,5 - - - - 12 - 26 -
10 - - - 21 - 7 - 26 - - 10 -
11 19,5 - - - - - - - - - 22 -
12 - - - - - 25 - - - - 4,5 41
13 41 - - 14 - 1,5 - 37,5 9 11 6 -
14 - - - - - 20,5 - - - - - -
15 22 - - 15 - - - - - - 20 -
16 - - - 9 - 41 - - 14 - 36 -
17 - - - - - 20 - - - - 19 1,5
18 - 14 - - - - - - 26 - - 3
19 - - - 101 - 42 - - - - 16 -
20 - - 18 - - - - - 29 9 12 -
21 - - - 36 40 61 70,5 - - - - -
22 - - 14 - - - 16 - - - 14 -
23 - - - 51 12 - 40,5 - 75 - - -
24 - 24 16 - - 31,5 13 - 61 16 - -
25 - 16 - 16 15 - 27 - 32 - 7,5 -
26 - - 16 - 4 41 - - - - - -
27 - - 18 - 27 16 - 16 - - - -
28 - - - - - - 25 - - - - -
29 - - 64 - - 27,5 - - - - - 13
30 - 117 - 7 - - - - - - -
31 - 104 - 16 - - 24
Jumlah 204 54 367 501 166 426,5 268 137,5 258 57,5 233 99
Rata" 6,6 1,9 11,8 16,7 5,4 14,2 8,6 4,4 8,6 1,9 7,8 3,2
Max 45 24 117 126 61 61 70,5 37,5 75 21,5 36 41
J.H.H 9 3 8 15 7 18 8 7 8 4 14 6
R Min 13,0 14,0 14,0 2,0 4,0 1,5 13,0 3,5 9,0 9,0 4,5 1,5
R 1/2 B1 204,0 0,0 0,0 288,0 61,0 146,5 60,0 121,5 21,0 32,5 128,5 57,5
R 1/2 B2 0,0 54,0 367,0 213,0 105,0 280,0 208,0 16,0 237,0 25,0 104,5 41,5

Keterangan : - Tidak ada hujan


O Hujan dibawah 0.1 mm
X Tidak ada data
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 27


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 3.7. Data Curah Hujan Bangko Jaya Tahun 2001


DATA CURAH HUJAN BIASA
Tahun : 2001 Lokasi Stasiun : 1º 40' 42" LU / 100º 15' 19" BT
Stasiun : BANGKO JAYA No. Stasiun : 141-15
Kecamatan : Rimbo Melintang No. Kadaster : 58
Kabupaten : Rokan Hilir Tinggi D P L : 20 m
Propinsi : Riau Thn Pendirian : 1981
Pada D A S : Rokan Dibangun oleh : DPUP Dati I Riau

Tanggal Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
1 160,0 - - - 32,0 4,0 - - 5,0 21,0 - 45,5
2 21,0 14,0 - - 6,5 - - - 17,0 35,0 16,5 -
3 - - 16,0 15,0 - 6,5 - - 26,0 6,0 - -
4 26,0 - - 5,0 15,0 - - - - 12,0 - 17,5
5 - 12,0 - 4,0 54,0 - - - 52,0 - 61,5 -
6 - - - - - - - 2,0 - - 30,0 -
7 - 16,0 - - - - - - - - - -
8 107,0 - 8,5 41,0 17,5 - - 25,0 - - 7,0 -
9 - - - - - - - - - - - -
10 14,5 28,0 - - - - - - - - - -
11 - - - - - - 2,5 - - - - -
12 - - - - - - - - - - - -
13 - 3,0 - - - - 21,0 26,5 - - - 16,5
14 21,0 - - - - 16,5 - - 21,0 - - 75,0
15 - - - - - - - - - - - -
16 - 16,0 - - 4,0 - 17,0 - - - - -
17 - - - 40,5 - - - - - 2,5 - -
18 - 20,0 - - - - - - 25,5 - 20,0 -
19 16,0 - - - - 25,0 - 35,0 - 45,5 - 13,0
20 - - - - - 2,5 - 7,0 - - 15,0 2,5
21 22,0 22,0 - 25,0 - - - 8,0 - - - -
22 - - 116,0 - - - - - - - - 5,0
23 25,0 - 18,0 - - - 54,0 - - - 55,0 -
24 5,5 2,0 - - - - 2,0 - - 56,0 43,0 -
25 19,0 10,0 - - - 24,0 - - - 10,0 - -
26 - 12,5 - - 28,0 16,0 - 3,5 31,5 - - 4,0
27 - 4,5 - 31,5 - - - 11,5 6,0 17,0 - 31,0
28 - - - - - - - - 72,0 - - 121,0
29 17,0 - - - 14,0 - 6,5 - 4,0 31,0 2,0 -
30 22,0 - 16,0 132,0 - 15,0 - 11,0 - - -
31 15,0 - 21,0 5,0 - - 4,0
Jumlah 491,0 160,0 158,5 178,0 324,0 94,5 123,0 118,5 271,0 236,0 250,0 335,0
Rata" 15,8 5,5 5,1 5,9 10,5 3,2 4,0 3,8 9,0 7,6 8,3 10,8
R Max 160,0 28,0 116,0 41,0 132,0 25,0 54,0 35,0 72,0 56,0 61,5 121,0
J.H.H 14,0 12,0 4,0 8,0 10,0 7,0 8,0 8,0 11,0 10,0 9,0 11,0
R Min 5,5 2,0 8,5 4,0 4,0 2,5 2,0 2,0 4,0 2,5 2,0 2,5
R 1/2 B1 349,5 73,0 24,5 65,0 125,0 27,0 23,5 53,5 121,0 74,0 115,0 154,5
R 1/2 B2 141,5 87,0 134,0 113,0 199,0 67,5 99,5 65,0 150,0 162,0 135,0 180,5

Keterangan : - Tidak ada hujan


O Hujan dibawah 0.1 mm
X Tidak ada data
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 28


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

3.2. Data Klimatologi

3.2.1. Data Temperatur Maksimum dan Minimum

Tabel 3.8. Data Temperatur Maksimum


Bulan Temperatur Maksimum
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1994 32,0 32,8 33,5 33,7 32,6 32,2 32,2 31,6 30,2 34,6 31,3 33,2
1995 34,0 32,1 31,2 34,8 33,6 33,9 34,9 31,9 32,5 30,2 34,5 30,6
1996 33,2 34,2 34,7 34,7 34,6 32,2 30,1 34,6 32,6 31,2 32,5 31,6
1997 31,6 34,2 31,8 32,9 34,2 34,2 31,2 33,0 32,4 33,0 31,9 32,2
1998 32,6 33,5 30,5 31,5 31,2 32,5 32,5 34,5 33,5 32,5 30,2 31,1
1999 31,7 32,9 33,1 32,8 31,6 34,1 34,0 33,6 34,1 32,2 32,1 30,9
2000 33,8 32,8 33,2 32,9 31,5 32,5 33,8 32,9 34,5 32,5 34,0 33,1
2001 30,4 33,5 32,9 30,1 32,6 31,6 32,5 31,2 33,4 34,1 32,5 34,0
2002 34,0 30,3 30,2 33,6 32,8 31,0 31,5 30,9 31,1 32,6 33,6 31,2
2003 32,5 31,1 30,8 34,0 32,0 32,5 34,2 31,1 32,6 30,9 31,9 32,5
2004 33,2 30,2 33,2 30,6 30,7 31,6 33,0 33,8 31,2 31,2 34,2 32,9
2005 31,7 30,2 32,4 30,5 33,3 34,9 34,1 34,8 33,5 33,1 34,8 34,6
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

Tabel 3.9. Data Temperatur Minimum


Bulan Temperatur Minimum
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1994 18,2 23,1 18,2 20,3 22,5 20,1 19,8 19,3 19,0 20,4 20,7 18,4
1995 21,2 21,4 19,8 22,6 18,2 19,2 19,3 19,9 19,3 22,6 20,5 20,0
1996 20,1 19,1 22,8 21,6 19,3 19,8 20,4 21,5 18,2 20,9 21,9 21,3
1997 24,3 23,6 20,6 22,1 20,6 20,2 20,1 20,9 21,3 20,1 22,5 20,8
1998 20,3 22,6 23,5 18,8 21,3 22,5 23,8 24,0 22,5 22,3 22,3 21,5
1999 20,1 21,9 22,6 19,2 22,3 21,2 21,9 20,2 20,3 22,5 19,8 22,9
2000 19,8 21,5 23,0 21,6 22,5 20,9 20,3 21,5 19,9 22,9 19,8 21,8
2001 18,1 18,3 21,2 21,9 22,9 20,3 23,6 20,3 19,3 21,8 24,0 22,4
2002 19,3 22,5 22,0 20,1 20,2 19,2 20,5 21,6 22,5 22,7 23,1 22,8
2003 23,0 19,0 19,0 22,1 22,4 19,8 18,3 23,5 20,3 19,5 20,5 23,5
2004 20,5 23,4 21,4 19,9 19,2 20,1 22,0 22,2 21,3 19,8 20,3 19,2
2005 23,2 22,2 23,0 21,3 18,2 18,2 18,9 20,1 20,5 21,6 18,6 21,0
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

3.2.2. Data Kelembapan Maksimum dan Minimum

Tabel 3.10. Data Kelembapan Maksimum


Bulan Kelembaban Maksimum
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1994 82,0 80,0 90,0 86,0 92,0 90,0 91,0 91,0 91,0 82,0 91,0 87,0
1995 87,0 92,0 81,0 95,0 88,0 87,0 90,0 92,0 88,0 91,0 90,0 82,0
1996 81,0 85,0 90,0 87,0 91,0 81,0 96,0 89,0 84,0 90,0 89,0 80,0
1997 80,0 81,0 86,0 89,0 89,0 83,0 91,0 82,0 81,0 82,0 81,0 90,0
1998 92,0 83,0 86,0 90,0 86,0 82,0 88,0 80,0 92,0 85,0 80,0 88,0
1999 91,0 94,0 87,0 82,0 86,0 94,0 86,0 89,0 80,0 97,0 82,0 92,0
2000 90,0 93,0 91,0 95,0 94,0 90,0 87,0 86,0 85,0 94,0 94,0 81,0
2001 90,0 82,0 89,0 88,0 90,0 82,0 88,0 97,0 92,0 82,0 87,0 87,0
2002 82,0 83,0 90,0 87,0 86,0 88,0 81,0 94,0 91,0 87,0 82,0 80,0
2003 86,0 90,0 84,0 92,0 89,0 90,0 92,0 88,0 86,0 87,0 80,0 82,0
2004 88,0 91,0 93,0 81,0 87,0 89,0 85,0 92,0 95,0 82,0 91,0 80,0
2005 90,0 82,0 91,0 85,0 82,0 95,0 82,0 80,0 93,0 87,0 82,0 87,0
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 29


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 3.11. Data Kelembapan Minimum


Bulan Kelembaban Minimum
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1994 61,0 53,0 46,0 45,0 71,0 56,0 70,0 56,0 74,0 67,0 60,0 62,0
1995 58,0 67,0 72,0 48,0 46,0 46,0 72,0 49,0 76,0 64,0 62,0 56,0
1996 57,0 71,0 70,0 60,0 48,0 48,0 68,0 48,0 65,0 50,0 68,0 57,0
1997 56,0 48,0 56,0 52,0 72,0 62,0 52,0 57,0 49,0 61,0 60,0 61,0
1998 67,0 54,0 48,0 56,0 58,0 56,0 48,0 64,0 54,0 70,0 52,0 52,0
1999 49,0 67,0 52,0 70,0 56,0 57,0 45,0 70,0 56,0 68,0 70,0 63,0
2000 60,0 47,0 46,0 67,0 50,0 51,0 58,0 45,0 52,0 45,0 46,0 70,0
2001 54,0 73,0 56,0 46,0 56,0 46,0 56,0 48,0 48,0 45,0 46,0 61,0
2002 46,0 56,0 59,0 49,0 48,0 48,0 54,0 56,0 50,0 56,0 57,0 68,0
2003 47,0 57,0 47,0 56,0 45,0 54,0 46,0 60,0 49,0 62,0 48,0 50,0
2004 56,0 53,0 48,0 60,0 67,0 52,0 71,0 67,0 64,0 72,0 43,0 46,0
2005 67,0 73,0 62,0 56,0 48,0 67,0 67,0 71,0 61,0 70,0 65,0 46,0
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

3.2.3. Data Rata-rata Penyinaran Matahari (%)

Tabel 3.12. Data Rata-rata Penyinaran Matahari (%)


Bulan Rata-rata Penyinaran Matahari (%)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1994 64,0 34,5 45,6 56,0 35,6 39,0 39,5 40,6 41,7 65,2 51,0 43,0
1995 71,0 68,2 40,2 59,2 54,1 49,0 58,9 38,9 55,6 36,6 36,0 42,0
1996 43,2 42,2 40,1 38,7 48,3 48,0 33,2 40,4 58,3 56,3 67,7 56,0
1997 40,0 40,2 72,0 57,8 29,3 52,0 65,3 26,4 42,9 43,0 40,6 58,2
1998 42,9 42,0 68,0 38,9 56,2 54,7 45,0 43,4 35,9 44,5 56,4 45,6
1999 45,6 45,6 45,6 41,3 45,2 67,0 30,9 36,7 67,0 48,6 38,9 69,2
2000 41,2 35,9 47,3 56,2 41,3 41,3 42,3 29,8 56,8 26,5 43,8 43,2
2001 36,5 36,5 65,3 41,2 38,9 45,0 42,5 67,0 56,7 40,2 36,5 45,5
2002 67,0 45,6 45,6 35,8 35,2 54,1 32,6 38,2 35,6 43,2 38,9 37,2
2003 68,9 45,6 32,3 67,7 70,0 39,8 47,2 35,2 45,2 71,2 70,0 27,6
2004 32,6 35,0 34,0 40,2 67,2 62,3 46,8 70,3 38,9 65,1 71,1 45,6
2005 57,8 24,7 72,0 48,9 31,5 65,0 31,2 32,2 71,3 56,1 45,6 32,5
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

3.2.4. Data Rata-rata Kecepatan Angin (Km/jam)

Tabel 3.13. Data Rata-rata Kecepatan Angin (Km/jam)


Bulan Rata-rata Kecepatan Angin (Km/jam)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1994 8,9 10,6 9,5 10,3 8,6 12,3 15,6 22,3 4,5 15,6 7,9 20,3
1995 5,6 9,8 14,3 15,2 16,5 18,0 11,2 13,2 14,9 11,0 12,3 9,3
1996 7,5 12,6 8,6 6,1 7,3 19,2 9,8 14,7 9,8 16,8 8,5 15,8
1997 10,2 2,6 9,7 3,0 10,9 10,8 10,2 8,5 8,5 18,7 7,8 16,2
1998 21,0 12,0 15,2 12,6 6,5 8,7 16,8 20,1 13,2 21,2 15,6 4,5
1999 8,2 10,3 14,5 5,6 11,2 6,7 13,5 7,8 10,3 12,4 6,1 9,5
2000 10,3 11,4 12,7 9,4 17,2 12,0 10,2 9,3 11,4 20,5 11,2 11,3
2001 4,5 7,6 5,6 17,3 10,2 7,8 22,0 10,2 8,2 18,3 15,3 4,5
2002 17,8 6,5 11,9 12,3 11,1 10,6 13,6 7,8 3,6 12,3 10,1 12,2
2003 9,5 4,5 15,0 9,8 18,3 12,9 15,0 9,2 15,2 15,0 9,2 5,6
2004 11,2 12,1 12,3 10,5 12,3 14,5 14,9 4,5 14,2 21,8 15,3 4,7
2005 10,3 8,5 10,3 5,4 14,5 8,7 18,7 12,3 11,2 22,0 12,3 9,2
(Sumber: Data Bambang Sujatmoko)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 30


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

3.3. Data Topografi

(Sumber: Peta Kontur DAS)


Gambar 3.1. Peta Topografi

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 31


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Analisa Hidrologi

4.1.1. Perhitungan Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi.


Evapotranspirasi merupakan gabungan dua proses yaitu evaporasi dan
transpirasi. Evaporasi adalah perpindahan uap air dari permukaan tanah ke
atmosfer, sedangkan transpirasi adalah perpindahan uap air melalui
tumbuhan menuju atmosfer. Evapotranspirasi merupakan proses yang
sangat penting bagi tanaman karena berpengaruh langsung terhadap
transport nutrien dan hasil metabolisme tanaman. Selain itu,
evapotranspirasi mendapat banyak perhatian karena kehilangan air dari
tanaman maupun permukaan tanah dapat berakibat langsung terhadap
ketersediaan air. Salah satu metode untuk menghitung evapotranspirasi
adalah dengan Metode Pennman.

Metode Pennman merupakan metode untuk menentukan evapotranspirasi.


Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0 pada lokasi yang luas dan
memiliki data yang lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan
kesalahan mimimum untuk tanaman acuan. Metode Penman-Monteith
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut yaitu dapat
diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan parameter lain,
selain itu metode ini sudah dikalibrasi dengan beberapa software dan
beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998). Kelemahan utama dalam
metode ini adalah membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak
seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Dimana
hanya beberapa stasiun cuaca yang menyediakan data tersebut dalam per
jam dan harian (Irmak et al. 2003).

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 32


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman-


Monteith (Monteith, 1965) adalah:
Eto = c. [W.Rn + (1-W).f(u).(ea-ed)] .......................................................(4.1)
Dimana:
Eto : Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
c : Faktor koreksi terhadap perbedaan cuaca antara siang dan malam
W : Faktor koreksi temperatur terhadap radiasi
f(u) : Faktor pengaruh kecepatan angin (km/hari)
Rn : Radiasi netto (mm/hari)
ea : Tekanan uap jenuh (m.bar)
ed : Tekanan uap nyata (m.bar)
(ea-ed) : Perbedaan antara tekanan uap jenuh pada temperatur rata-rata
udara dengan tekanan rata-rata air di udara yang sebenaRH x ea =
Tekanan uap nyata (m.bar),
RH : Kelembaban relatif (%)
f(u) : 0,27(1 + u/100)
1-w : Faktor pembobot, dimana w Faktor pemberat
Rs : (0,25+0,5.n/N)
Ra : Radiasi gelombang pendek (mm/hari)
n/N : Rasio lama penyinaran
N : Lama penyinaran maksimum
Rns : Rs.(1-α) = Radiasi netto gelombang pendek, dimana α = 0,25
F(T) : σ. T4 = Fungsi Temperatur
F(ed) : 0,33 - 0,44.(ed).0,5 = Fungsi tekanan uap nyata
F(n/N) : 0,1 + 0,9.n/N = Fungsi rasio lama penyinaran
Rnl : f(T).f(ed).f(n/N) = Radiasi netto gelombang panjang
Rn : Rns – RnI = Radiasi netto

Berikut ini adalah contoh perhitungan evapotranspirasi pada bulan Januari.


Dengan data sbb:
Temperatur (t) = 26.05⁰C
Kelembaban Udara (RH) = 70,50 %

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 33


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Penyinaran Matahri (n/N) = 71 %


Kecepatan Angin (U) = 21 km/jam
Tinggi Pengukuran (x) = 90 Mdpl
Penyelesaian:
Untuk temperature (t) = 26.05⁰ C berdasarkan tabel ea diperoleh harga ea
dengan cara interpolasi:

ea = = 33.71 m.bar

ed = ea x (RH/100)
= 33.71 x (70,50/100)
= 23.76 m.bar
Nilai (w) dicari berdasarkan tabel w dengan acuan terhadap nilai
temperature, perhitungan didapatkan dengan cara interpolasi:

w = = 0.75

(1-w) = (1 – 0.75)
= 0.25
Nilai Ra untuk bulan Januari berdasarkan tabel 2.7 untuk 9,5 LS dan 101,5
BT, perhitungan didapatkan dengan cara interpolasi:

Ra = = 16.33 mm/hari

Rs = (0.25 + 0.5 n/N) x Ra


= (0.25 + 0.5 x 71%) x 16.33
= 9,88 mm/hari
Untuk tanaman hijau r = 0,2 (dari tabel 2.2)
Rns = (1 - r) x Rs
= (1 – 0.2) x 9,88 mm/hari
= 7,90 mm/hari
f(ed) = 0.34 – 0.044 ed0.5
= 0.34 – 0.044 x 23.760.5
= 0,13 mm/hari
f(n/N) = 0.1 + 0.9 n/N
= 0.1 + (0.9 x 71%)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 34


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

= 0,74 mm/hari
Nilai f(t) dicari berdasarkan tabel f(t) dengan cara interpolasi:

f (t) = = 15.91 mm/hari

Rnl = f(t) x f(ed) x f(n/N)


= 15.91 x 0.13 x 0.74
= 1,48 mm/hari
Rn = Rns – Rnl
= 7,90 – 1,48
= 6,43 mm/hari
U = 21 km/jam
U2 = U x 24
= 42 km/hari
f(U) = 0,27 x (1 + U/100)
= 0.27 x (1 + 42/100)
= 0,38 m/dt
Nilai C berdasarkan 9 kali interpolasi dari tabel 2.5 adalah sebagai berikut:
Interpolasi untuk RHmax = 90%

a. = 1,058

b. = 1,174

c. = 1,142

Interpolasi untuk RH max = 87%

a. = 1,1303

Sehingga nilai C adalah 1,17


Eto = C (W . Rn + (1-w) . f(U) . (ea-ed))
= 1,17 (0,75 x 6,43 + 0,25 x 0,38 x 9,94)
= 6,77 mm/hari

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 35


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Eto rata-rata perbulan adalah:


Eto x jumlah hari (Masing-masing dalam bulan)
Eto = 6,77 x 30
= 209,87 mm/bulan

Untuk bulan Februari dan seterusnya perhitungan disajikan dalam tabel 4.1.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 36


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 4.1. Data Hasil Perhitungan Evapotranspirasi

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 37


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

4.2. Perhitungan Curah Hujan Efektif pada Tanaman


Perhitungan curah hujan efektif ini diambil dari harga curah hujan bulanan.
Data yang digunakan adalah data hujan selama 7 tahun dari tahun 1995 –
2001.
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan tahun dasar perencanaan dari curah hujan diurutkan
dari nilai terkecil sampai nilai yang terbesar. Berikut tabel urutan
rangking jumlah curah hujan bulan Januari.
Tabel 4.2. Curah Hujan Maksimum Pada Bulan Januari
Bulan
Tahun Tahun Ke
Januari
Tengah Bulan
n 1 2
Ke
1995 1 128,5 154,0
1996 2 38,5 153,5
1997 3 24,5 187,0
1998 4 203,0 21,5
1999 5 161,5 209,5
2000 6 204,0 0,0
2001 7 349,5 141,5
(Sumber: Hasil Perhitungan)

2. Berdasarkan metode R80 dan R50 yang telah dijelaskan sebelumnya,


maka:
a. Tanaman Padi, (R80) =

= 2,4
Jadi data yang dipergunakan untuk perhitungan hujan efektif tanaman
padi adalah antara tahun ke 2 dan ke 3 dari tabel 4.2, maka untuk
mendapatkan R80 harus diinterpolasikan.
b. Tanaman Bera, =0

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 38


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

3. Perhitungan curah hujan efektif tanaman padi pada bulan Januari adalah
sebagai berikut:
a. 15 harian I:
Re = 1/15 x 70% x R80
= 1/15 x 0,7 x 264,99
= 12,37 mm/hari
b. 15 harian II:
Re = 1/15 x 70% x R80
= 1/15 x 0,7 x 278,46
= 13,00 mm/hari
4. Perhitungan curah hujan efektif bera = 0, karena tidak terdapat tanaman
sehingga tidak memerlukan air untuk pola tanam nya.

Untuk perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel 4.3.


Tabel 4.3. Data Curah Hujan Efektif (Re) Padi per Setengah Bulan
Tabel 15 hari ke-I bulan Januari

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 128,5 2,11
2 1996 38,5 1,59
3 1997 24,5 1,39
4 1998 203 2,31
5 1999 161,5 2,21
6 2000 204 2,31
7 2001 349,5 2,54
Cs = -0,87 STDEV = 0,42
Kt = 0,8546 Yrata" = 2,06
Re = 264,99 R80 = 12,37
Tabel 15 hari ke-II bulan Januari

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 154 2,19
2 1996 153,5 2,19
3 1997 187 2,27
4 1998 21,5 1,33
5 1999 209,5 2,32
6 2000 0 0,00
7 2001 141,5 2,15
Cs = -1,97 STDEV = 0,85
Kt = 0,7805 Yrata" = 1,78
Re = 278,46 R80 = 13,00

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 39


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 15 hari ke-I bulan Februari

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 21 1,32
2 1996 34 1,53
3 1997 70 1,85
4 1998 37 1,57
5 1999 246,5 2,39
6 2000 0 0,00
7 2001 73 1,86
Cs = -1,47 STDEV = 0,75
Kt = 0,8266 Yrata" = 1,50
Re = 131,60 R80 = 6,14
Tabel 15 hari ke-II bulan Februari

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 59,5 1,77
2 1996 43,5 1,64
3 1997 10 1,00
4 1998 34,5 1,54
5 1999 49 1,69
6 2000 54 1,73
7 2001 87 1,94
Cs = -1,71 STDEV = 0,30
Kt = 0,8075 Yrata" = 1,62
Re = 71,98 R80 = 3,36
Tabel 15 hari ke-I bulan Maret

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 14 1,15
2 1996 102,5 2,01
3 1997 18,5 1,27
4 1998 81 1,91
5 1999 72,5 1,86
6 2000 0 0,00
7 2001 24,5 1,39
Cs = -1,43 STDEV = 0,69
Kt = 0,8298 Yrata" = 1,37
Re = 87,83 R80 = 4,10

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 40


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 15 hari ke-II bulan Maret

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 153 2,18
2 1996 117,5 2,07
3 1997 244 2,39
4 1998 122 2,09
5 1999 109 2,04
6 2000 367 2,56
7 2001 134 2,13
Cs = 1,28 STDEV = 0,20
Kt = 0,7210 Yrata" = 2,21
Re = 223,47 R80 = 10,43
Tabel 15 hari ke-I bulan April

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 78 1,89
2 1996 117,5 2,07
3 1997 184 2,26
4 1998 158 2,20
5 1999 12 1,08
6 2000 288 2,46
7 2001 65 1,81
Cs = -1,41 STDEV = 0,45
Kt = 0,8314 Yrata" = 1,97
Re = 219,76 R80 = 10,26
Tabel 15 hari ke-II bulan April

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 76 1,88
2 1996 66,5 1,82
3 1997 40,5 1,61
4 1998 99,5 2,00
5 1999 56,5 1,75
6 2000 213 2,33
7 2001 113 2,05
Cs = 0,63 STDEV = 0,23
Kt = 0,7971 Yrata" = 1,92
Re = 127,81 R80 = 5,96

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 41


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 15 hari ke-I bulan Mei

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 88 1,94
2 1996 170,5 2,23
3 1997 222 2,35
4 1998 101,5 2,01
5 1999 67,7 1,83
6 2000 61 1,79
7 2001 125 2,10
Cs = 0,36 STDEV = 0,21
Kt = 0,8188 Yrata" = 2,03
Re = 159,43 R80 = 7,44
Tabel 15 hari ke-II bulan Mei

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 195 2,29
2 1996 34,5 1,54
3 1997 5 0,70
4 1998 302,5 2,48
5 1999 103,8 2,02
6 2000 105 2,02
7 2001 199 2,30
Cs = -1,52 STDEV = 0,61
Kt = 0,8227 Yrata" = 1,91
Re = 257,06 R80 = 12,00
Tabel 15 hari ke-I bulan Juni

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 44 1,64
2 1996 100 2,00
3 1997 64 1,81
4 1998 25 1,40
5 1999 112 2,05
6 2000 146,5 2,17
7 2001 27 1,43
Cs = -0,17 STDEV = 0,30
Kt = 0,8465 Yrata" = 1,78
Re = 110,32 R80 = 5,15

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 42


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 15 hari ke-II bulan Juni

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 39 1,59
2 1996 52 1,72
3 1997 33,5 1,53
4 1998 74,5 1,87
5 1999 95,5 1,98
6 2000 280 2,45
7 2001 67,5 1,83
Cs = 1,28 STDEV = 0,31
Kt = 0,7213 Yrata" = 1,85
Re = 118,27 R80 = 5,52
Tabel 15 hari ke-I bulan Juli

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 31 1,49
2 1996 63 1,80
3 1997 84 1,92
4 1998 258,8 2,41
5 1999 93 1,97
6 2000 60 1,78
7 2001 23,5 1,37
Cs = 0,50 STDEV = 0,34
Kt = 0,8080 Yrata" = 1,82
Re = 124,75 R80 = 5,82
Tabel 15 hari ke-II bulan Juli

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 81 1,91
2 1996 20,5 1,31
3 1997 42,5 1,63
4 1998 296,7 2,47
5 1999 21 1,32
6 2000 208 2,32
7 2001 99,5 2,00
Cs = 0,07 STDEV = 0,46
Kt = 0,8378 Yrata" = 1,85
Re = 171,22 R80 = 7,99

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 43


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 15 hari ke-I bulan Agustus

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 43 1,63
2 1996 91 1,96
3 1997 70 1,85
4 1998 88 1,94
5 1999 70 1,85
6 2000 121,5 2,08
7 2001 53,5 1,73
Cs = -0,15 STDEV = 0,15
Kt = 0,8429 Yrata" = 1,86
Re = 97,72 R80 = 4,56
Tabel 15 hari ke-II bulan Agustus

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 67,5 1,83
2 1996 189 2,28
3 1997 0 0,00
4 1998 192 2,28
5 1999 179 2,25
6 2000 16 1,20
7 2001 65 1,81
Cs = -1,65 STDEV = 0,83
Kt = 0,8125 Yrata" = 1,67
Re = 218,84 R80 = 10,21
Tabel 15 hari ke-I bulan September

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 63,1 1,80
2 1996 13 1,11
3 1997 12 1,08
4 1998 242,6 2,38
5 1999 174 2,24
6 2000 21 1,32
7 2001 121 2,08
Cs = -0,08 STDEV = 0,55
Kt = 0,8374 Yrata" = 1,72
Re = 149,52 R80 = 6,98

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 44


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 15 hari ke-II bulan September

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 181,5 2,26
2 1996 99,5 2,00
3 1997 2 0,30
4 1998 71,7 1,86
5 1999 168 2,23
6 2000 237 2,37
7 2001 150 2,18
Cs = -2,34 STDEV = 0,72
Kt = 0,7327 Yrata" = 1,88
Re = 257,68 R80 = 12,03
Tabel 15 hari ke-I bulan Oktober

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 23,5 1,37
2 1996 165,5 2,22
3 1997 102 2,01
4 1998 233,5 2,37
5 1999 358 2,55
6 2000 32,5 1,51
7 2001 74 1,87
Cs = -0,25 STDEV = 0,44
Kt = 0,8515 Yrata" = 1,99
Re = 227,57 R80 = 10,62
Tabel 15 hari ke-II bulan Oktober

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 166,5 2,22
2 1996 24,5 1,39
3 1997 218,5 2,34
4 1998 66,5 1,82
5 1999 85 1,93
6 2000 25 1,40
7 2001 162 2,21
Cs = -0,46 STDEV = 0,39
Kt = 0,8556 Yrata" = 1,90
Re = 171,78 R80 = 8,02

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 45


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 15 hari ke-I bulan November

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 108 2,03
2 1996 67 1,83
3 1997 151,5 2,18
4 1998 53,5 1,73
5 1999 17 1,23
6 2000 128,5 2,11
7 2001 115 2,06
Cs = -1,53 STDEV = 0,33
Kt = 0,8226 Yrata" = 1,88
Re = 141,65 R80 = 6,61
Tabel 15 hari ke-II bulan November

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 118,5 2,07
2 1996 103 2,01
3 1997 191,5 2,28
4 1998 2 0,30
5 1999 241 2,38
6 2000 104,5 2,02
7 2001 135 2,13
Cs = -2,44 STDEV = 0,71
Kt = 0,7199 Yrata" = 1,89
Re = 250,40 R80 = 11,69
Tabel 15 hari ke-I bulan Desember

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 9,5 0,98
2 1996 138,5 2,14
3 1997 250 2,40
4 1998 308,5 2,49
5 1999 84,5 1,93
6 2000 57,5 1,76
7 2001 154,5 2,19
Cs = -1,43 STDEV = 0,51
Kt = 0,8295 Yrata" = 1,98
Re = 254,71 R80 = 11,89

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 46


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 15 hari ke-II bulan Desember

No Tahun Xi Y = Log Xi
1 1995 91,5 1,96
2 1996 3 0,48
3 1997 187,5 2,27
4 1998 242 2,38
5 1999 64 1,81
6 2000 41,5 1,62
7 2001 180,5 2,26
Cs = -1,75 STDEV = 0,66
Kt = 0,8035 Yrata" = 1,83
Re = 224,82 R80 = 10,49
(Sumber: Hasil Perhitungan)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 47


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

4.3. Perhitungan Kebutuhan Air


Adapun perhitungan kebutuhan air dengan pola tanam padi-padi-bera adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan air penyiapan lahan untuk tanaman padi adalah 30 hari (Bulan
Oktober)
Eto = 5,868 mm/hari
Re = 10,620 mm/hari
T = 30 hari
S = 300 mm (Dari Tabel)
M = (Eto x 1,1) + P
= (5,868 x 1,1) + 3,00
= 9,455 mm/hari

k =Mx

= 9,455 x

= 0,945
Harga IR ini juga dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
IR = M x ek/ (ek – 1)
= 9,455 x e1,15 / (e1,15 – 1)
= 15,462 mm/hari
Kebutuhan air irigasi (NFR) untuk penyiapan lahan adalah sebagai
berikut:
NFR = IR – Re
= 15,462 – 10,620
= 5,620 mm/hari

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 48


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Perhitungan kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan pada masa


penyiapan lahan adalah sebagai berikut:
Luas daerah irigasi = 585,81 ha
Bulan Oktober periode I:

DR =

= 0,650 lt/dt/ha
Maka kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan untuk area seluas 585,81
ha perbulannya adalah sebagai berikut:
= 0,650 x 585,81 = 380,77 lt/dt
2. Kebutuhan air masa tanaman padi (Bulan November Periode I)
Eto = 6,692 mm/hari
Re = 6,610 mm/hari
Etc = Eto x Kc
= 6,692 x 1,267
= 0,00 mm/hari
Wlr = 2,00
Kebutuhan air irigasi (NFR) untuk masa tanam adalah sebagai berikut:
NFR = Etc + P + Wlr – Re
= 8,477 + 3,00 + 2,00 – 6,610
= 6,866 mm/hari
Perhitungan kebutuhan air irigasi dipintu pengambilan pada masa tanam
adalah sebagai berikut:
Luas daerah irigasi = 1903 ha
Bulan Oktober Periode I

DR =

= 0,795 lt/dt/ha

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 49


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Maka kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan untuk area seluas


585,81 ha perbulannya adalah sebgai berikut:
= 0,795 x 585,81 = 465,71 lt/dt
Untuk hasil perhitungan kebutuhan air selanjutnya dapat dilihat pada
tabel 4.4.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 50


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 4.4. Kebutuhan Air untuk Pola Tanam Padi-Padi-Bera

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 51


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 52


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

4.4. Perhitungan Debit Saluran

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air di sawah dari tabel diperoleh


NFR maksimal adalah 1,08 lt/dt/ha, sehingga dari hasil tersebut dapat
dihitung debit saluran primer dan saluran sekunder yang mengalir ke sawah
tersebut, adapaun perhitungan itu adalah sebagai berikut:
1. Saluran Sekunder (SKA1)
Q = A x NFR x efisiensi
= 161,66 x 1,08 x0,65
= 268,31 lt/dt
= 0,27 m3/dt
2. Saluran Primer (SP)
Q = A x NFR x efisiensi
= 585,81 x 1,08 x0,65
= 972,30 lt/dt
= 0,97 m3/dt
Untuk perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
Tabel 4.5. Perhitungan Debit Saluran Primer dan Sekunder
SALURAN UTAMA
Jenis Petak Luas (Ha) NFR max Efisiensi Kapasitas Q (l/dt) Kapasitas Q (m3/dt)
BBSPBJ1 1 585,81 1,08 0,65 972,30 0,97
BBSSBJ1 2 424,15 1,08 0,65 703,99 0,70
BBSSBJ2 3 333,31 1,08 0,65 553,21 0,55
BBSSBJ3 4 253,38 1,08 0,65 420,55 0,42
BBSSBJ4 5 174,90 1,08 0,65 290,29 0,29
BBSSBJ5 6 90,70 1,08 0,65 150,53 0,15
Jumlah kapasitas Q (m3/dt) 3,09
Debit Andalan Sungai Q (m3/dt) 3,13

SALURAN PEMBUANG
Jenis Petak Luas (Ha) NFR max Efisiensi Kapasitas Q (l/dt) Kapasitas Q (m3/dt)
SPBJ1 1 161,66 1,08 0,65 268,31 0,27
SSBJ1 2 90,85 1,08 0,65 150,78 0,15
SSBJ2 3 79,93 1,08 0,65 132,66 0,13
SSBJ3 4 78,48 1,08 0,65 130,25 0,13
SSBJ4 5 84,21 1,08 0,65 139,76 0,14
SSBJ5 6 90,70 1,08 0,65 150,53 0,15
Jumlah kapasitas Q (m3/dt) 0,97
Debit Andalan Sungai Q (m3/dt) 3,13
(Sumber: Hasil Perhitungan)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 53


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

4.5. Perhitungan Dimensi Saluran

Perhitungan dimensi saluran yang direncanakan adalah dengan bentuk


penampang trapezium dengan alasan penampang ini paling sering
digunakan karena paling ekonomis dan dari segi bentuk konstruksinya
direncanakan dari beton. Hal ini bertujuan untuk mencegah kehilangan air
akibat rembesan, mencegah gerusan serta erosi, sehingga dapat mengurangi
biaya pemeliharaan.
Perhitungan untuk dimensi saluran adalah sebagai berikut:
Dari tabel nilai m, K, V, dan b/h dengan parameter debit (Q) saluran yang
diketahui diatas sehingga didapat nilai pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Perhitungan Nilai m, K, V, dan b/h
SALURAN UTAMA
Jenis Petak Kapasitas Q (m3/dt) K b/h V m
BBSPBJ1 1 0,97 35 2 0,51 1,5
BBSSBJ1 2 0,70 35 2 0,49 1,5
BBSSBJ2 3 0,55 35 2 0,46 1,5
BBSSBJ3 4 0,42 35 1,5 0,41 1,5
BBSSBJ4 5 0,29 35 1 0,35 1,5
BBSSBJ5 6 0,15 35 1 0,30 1,5
SALURAN PEMBUANG
Jenis Petak Kapasitas Q (m3/dt) K b/h V m
SPBJ1 1 0,27 35 1 0,34 1,5
SSBJ1 2 0,15 35 1 0,30 1,5
SSBJ2 3 0,13 35 1 0,29 1,5
SSBJ3 4 0,13 35 1 0,29 1,5
SSBJ4 5 0,14 35 1 0,30 1,5
SSBJ5 6 0,15 35 1 0,30 1,5
(Sumber: Hasil Perhitungan)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 54


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Dengan diketahui nilai-nilai tersebut diatas maka dapat kita hitung untuk
dimensi saluran primer dan sekunder.
1. Perhitungan pada saluran primer/utama (BBSPBJ1)
Q = 0,97 m3/dt
V = 0,51 (dari nilai V di tabel)
A = b(asumsi) + (m x h) x h
= 1,30 + (1,50 x 0,65) x 0,65
= 1,93 m2
b/h = 2,00 (dari nilai b/h di tabel)
m = 1,50 (dari nilai m di tabel)
fb = 0,5 (dari nilai tinggi jagaan di tabel)
b = asumsi

h =

= 0,65 m
P = 3,14 m

R =

= 0,62 m
K = 35,00 (dari nilai K di tabel)
R2/3 = 0,622/3
= 0,72

I =

= 0,0006

Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel 4.7.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 55


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 4.7. Dimensi Saluran Primer/Utama

Tabel 4.8. Dimensi Saluran Sekunder

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 56


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Dari perhitungan desain saluran yang telah di hitung sebelumnya didapatkan


bentuk saluran seperti di bawah ini.

(Sumber: Dokumen Pribadi)


Gambar 4.1. Potongan Melintang Saluran

(Sumber: Dokumen Pribadi)


Gambar 4.2. Potongan Memanjang Saluran

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 57


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

2. Perhitungan Tinggi Muka Air

Tabel 4.9. Perhitungan TMA Pada Saluran Utama


SALURAN UTAMA
No Jenis x h TMA
1 BBSPBJ1 74,32 0,65 74,97
2 BBSSBJ1 73,96 0,50 74,46
3 BBSSBJ2 73,23 0,45 73,68
4 BBSSBJ3 72,63 0,47 73,10
5 BBSSBJ4 72,17 0,50 72,67
6 BBSSBJ5 71,68 0,30 71,98
(Sumber: Hasil Perhitungan)

Tabel 4.10. Perhitungan TMA Pada Saluran Pembuang


SALURAN PEMBUANG
No Jenis x h TMA
1 SPBJ1 72,43 0,45 72,88
2 SSBJ1 71,85 0,35 72,20
3 SSBJ2 71,42 0,30 71,72
4 SSBJ3 70,93 0,30 71,23
5 SSBJ4 70,51 0,30 70,81
6 SSBJ5 70,27 0,35 70,62
(Sumber: Hasil Perhitungan)

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 58


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan untuk


merencanakan daerah irigasi Bangko Jaya, dapat diperoleh beberapa hal
sebagai berikut.
1. Pada sistem irigasi Sungai Rokan direncanakan 1 saluran primer dengan
luas primer 161,66 Hektar, serta 5 saluran sekunder dengan luas sekunder
keseluruhan 424,15 Hektar.
2. Pada petak primer mempunyai syarat minimal luasan petak sebesar 150
Ha, petak sekunder mempunyai syarat minimal luasan petak sebesar 75
Ha, dan petak tersier mempunyai syarat minimal luasan petak sebesar
<50 Ha.
Petak sawah yang direncanakan adalah sebanyak 6 petak dengan luas
masing-masing petak antara 78,48 Ha hingga 161,66 Ha.
3. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis.
4. Luas daerah irigasi yang dialiri adalah 585,81 Ha.
5. Untuk menentukan dimensi saluran pada Sungai Rokan dibutuhkan nilai
luasan, debit, dan panjang saluran tiap petak. Setelah itu kita dapat
menentukan nilai b/h, k, fb (tinggi jagaan), dan V menurut tabel yang
ada.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat menentukan sebuah sistem
irigasi yang benar adalah:
a. Peta topografi daerah.
b. Jumlah air yang dapat dimanfaatkan berdasarkan debit sumber airnya.
c. Keadaan tanah daerah pengairan untuk memperkirakan banyaknya air
yang hilang melalui rembesan, serta menentukan bentuk tampang
saluran.
d. Kebutuhan air pada area irigasi sesuai jenis tanaman.
e. Data klimatologi.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 59


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

f. Peta lahan tanah.


g. Keadaan air menyangkut kualitasnya.

5.2. Saran

Dari pengerjaan tugas ini penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Selama pengerjaan tugas besar ini penulis menyarankan agar data yang
diberikan sebaiknya lebih lengkap dikarenakan banyaknya data yang
kurang lengkap sehingga membuat proses pengerjaan tugas besar ini
menjadi kurang efektif.
2. Seharusnya dalam pengerjaan tugas besar ini penulis menyarankan agar
di adakan tutorial per minggu untuk setiap langkah kerja yang akan
dilakukan.
3. Mahasiswa diharapkan lebih sering untuk berkoordinasi dengan asisten
agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan perhitungan dikarenakan
rumus perhitungan yang diajarkan saat kuliah berbeda dengan metode
yang diajarkan oleh asisten.
4. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat,
maka perlu diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti, mengingat
pada kenyataan di lapangan sulit sekali menemukan kondisi ideal, di
mana semua kebutuhan air untuk semua areal sawah bisa dipenuhi secara
bersamaan.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 60


LAPORAN TUGAS BESAR SI-3231 REKAYASA IRIGASI

DAFTAR PUSTAKA

Dapartemen PU, Derjen Pengairan, Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria


Perencanaan Bagian Bangunan, (KP 04), CV. Galang Persada, Bandung,
1986.
Suyono Sosrodarsono, Ir., Kensaku Takeda, Dr., Hidrologi Untuk Pengairan,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1993.
Universitas Gunadarma, Irigasi dan Bangunan Air, Penerbit Gunadarma, Jakarta
1997.

SEPTIAN HIDAYAT – 21116062 61

Anda mungkin juga menyukai