Anda di halaman 1dari 3

Nama : Thoriq Wisnu Aditama

NIM : 18/428983/TK/47485
Topik : Aliansi US-Rusia pda perang dunia II dan dampaknya pada perimbangan
kekuatan pasca perang dunia II

Dampak Hubungan Uni Soviet dan Amerika di Era Perang Dunia II pada
Perkembangan Teknologi Energi Nuklir

Perang Dunia II merupakan perang global yang terjadi pada tahun 1939 hingga
1945. Perang yang melibatkan banyak sekali negara di dunia termasuk Amerika dan Uni
Soviet yang merupakan dua negara besar yang memiliki kekuatan persenjataan yang
tinggi. Perang ini memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiah
dunia untuk kepentingan persenjataan perang demi memperoleh kemenangan. Teknologi
nuklir mulai dikembangkan dengan maksimal demi menciptakan senjata yang sangat
kuat.
Uni Soviet yang begabung dengan blok sekutu pada tanggal 22 Juni 1941 dan
Amerika Serikat yang bergabung dengan sekutu pada 8 Desember 1941 untuk melawan
blok poros. Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota Poros Eropa lainnya dan
Finlandia, menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Target utama serangan
kejutan ini adalah kawasan Baltik. Hal ini. Disisi lain awalnya Amerika serikat
merupakan negara netral yang melakukan beberapa tindakan untuk membantu Tiongkok
dan Sekutu seperti memasok senjata, minyak, dan bahan industry lain. Embargo juga
dilakukan oleh Amerika Serikat dalam reaksinya terhadap pendudukan Jepang di
Indocina. Hal ini dianggap pernyataan perang secara tidak langsung oleh Jepang. Untuk
mencegah intervensi Amerika Serikat sambil mengamankan perimeter, Jepang
menyerang Pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour. Karena serangan-
serangan tersebut Amerika dan Uni Soviet resmi menyatakan untuk bergabung ke pihak
sekutu dan menyatakan perang kepada blok poros.
Pada tanggal 11 Oktober 1939 Presiden Roosevelt menerima surat dari Albert
Einstein yang berisi peringatan bahwa terdapat kemungkinan energi yang dibangkitkan
dari pembelahan inti atom ini dapat digunakan untuk membuat bom yang memiliki daya
ledak yang sangat besar. Fakta lain yang juga mendorong ditulisnya surat ini adalah
terhentinya transaksi penjualan biji uranium dari tambang yang ada di Cekoslowakia
setelah Hitler menguasai negara tersebut. Hal ini mendorong dugaan bahwa Jerman telah
berhasil menguasai teknologi pembelahan atom tersebut. Keberhasilan tiga ilmuwan
Jerman yaitu Lise Meitner, Otto Hahn dan Fritz Strassmann yang menunjukkan bahwa
inti atom uranium 235 dapat terbelah menjadi inti yang lebih ringan jika ditembak dengan
neutron semakin meningkatkan kekhawatiran ini. Dipercepatlah riset teknologi energi
nuklir untuk digunakan sebagai senjata dengan diselenggarakannya Proyek Manhattan
yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan bantuan Britania Raya dan Kanada sehingga
menghasilkan tiga bom atom. Dua dari bom atom dijatuhkan di Jepang untuk mengakhiri
perang pasifik. Pada proyek Manhattan, Uni Soviet tidak diberitahu secara resmi hingga
Stallin dijelaskan oleh Harry S. Truman pada konferensi Postdam tanggal 24 Juli 1945
delapan hari setelah uji coba bom atom pertama yang sukses, namun sebelumnya Stalin
telah mengetahui hal ini dari mata-mata Uni Soviet. Walaupun Uni Soviet merupakan
anggota sekutu, tetapi Amerika dan Britania tidak takut jika Uni Soviet tidak bisa menjaga
kerahasiaan proyek ini dari mata-mata Jerman.
Uni Soviet telah menemukan kemungkinan bom atom pada tahun 1930an, upaya-
upaya pengembangan dilakukan namun diperlambat karena ada invasi yang dilakukan
oleh Jerman. Setelah melihat dampak dan efek yang dihasilkan bom atom yang dijatuhkan
di Hiroshima dan Nagasaki, pihak Uni Soviet mempercepat risetnya dengan merekrut
bekas ilmuan Jerman dan spionase terhadap proyek Manhattan. Berkat informasi-
informasi yang didapat dari mata-mata Uni Soviet dan bantuan dari ilmuan Jerman pada
tanggal 29 Agustus 1949, Uni Soviet secara diam-diam berhasil melakukan uji senjata
atom pertama. Setelah perang dunia berakhir, Amerika memonopoli pengetahuan tentang
bom atom dan bahan bakunya. Disisi lain Uni Sosiet terus melakukan pengembangan
terhadap bom atom. Pada masa ini teknologi senjata nuklir dikemnbangkan dengan pesat
oleh kedua nengara hingga mengakibatkan perang dingin antara kedua negara tersebut.
Pengembangan teknologi nuklir sebagai senjata memiliki dampak lain salah
satunya adalah proyek pembangunan prototype reaktor nuklir pertama di dunia. Proyek
ini dilaksanakan di bawah kendali Enrico Fermi. Proyek reaktor nuklir yang pertama di
dunia ini berhasil diwujudkan di stadion University of Chicago. Reaktor ini diberi nama
Chicago Pile 1 dan mampu beroperasi dalam keadaan kritis pada 2 Desember 1942.
Teknologi lain yang mendapat imbas dari Manhattan Project adalah teknologi produksi
radiosiotop. Proyek penelitian radioisotop dimulai sesaat setelah Manhattan Project
berakhir. Proyek penelitian ini dimulai pada tahun 1946 ketika Atomic Energy
Commision mengambil alih fasilitas riset Manhattan Project untuk diarahkan pada riset
aplikasi atom untuk kepentingan damai. Radioisotop ini dapat digunakan baik untuk
keperluan riset sebagai “penanda” ataupun untuk keperluan medis.

Daftar pustaka

Dunn, Dennis J (1998). Caught Between Roosevelt & Stalin: America's Ambassadors to
Moscow. The University Press of Kentucky.
Fischer, G. (1950). Genesis of U. S.-Soviet Relations in World War II. The Review of
Politics, 12(3), 363-378. doi:10.1017/S0034670500047021
Santosa, H. B. (2017). Pengantar Teknik Nuklir. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada
Sella, Amnon (July 1978). ""Barbarossa": Surprise Attack and Communication". Journal of
Contemporary History.
Sommerville, Donald (2008). The Complete Illustrated History of World War Two: An
Authoritative Account of the Deadliest Conflict in Human History with Analysis
of Decisive Encounters and Landmark Engagements. Lorenz Books

Anda mungkin juga menyukai