Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah yang cukup serius dan tidak henti-hentinya dibicarakan oleh berbagai
kalangan adalah masalah generasi muda sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan
bangsa dengan berbagai konsekuensi yang menyertainya. Generasi yang siap atau tidak
akan mengambil alih tanggung jawab kepemimpinan, mulai dari kepemimpinan rumah
tangga sampai kepemimpinan bangsa dan negara. Keadaan yang demikian mengharuskan
adanya upaya pembinaan yang dilaksanakan secara kontinyu, terprogram dan terarah, agar
potensi yang mereka miliki dapat berkembang secara optimal menjadi kekuatan konkret.
Generasi muda dengan kepribadian yang belum stabil, emosional, gemar meniru dan
mencari-cari pengalaman baru, serta konflik jiwa yang dialaminya, merupakan sasaran
utama orang, organisasi atau bangsa tertentu untuk mengaburkan nilai-nilai moral yang
akan dijadikan pegangan dalam menata masa depan mereka.
Dalam upaya pembinaan generasi muda terkadang terjadi diskomunikasi antara
generasi tua dengan generasi mudanya, sehingga sebagian generasi tua sering menyoroti
generasi mudanya dengan penilaian negatif; dianggapnya mereka kurang patuh atau tidak
mengindahkan aturan-aturan moral, tidak menghormati dan menghargai generasi tua, tidak
mampu atau kurang bertangung jawab terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepada
mereka, bahkan di antaranya ada yang mencap generasi muda sebagai generasi yang
kehilangan arah dan tujuan atau generasi yang rusak.
Generasi muda sendiri pada hakikatnya adalah kelompok masyarakat yang
menginginkan penghargaan dan peran dalam masyarakat, serta kejelasan akan masa
depannya. Apabila keinginan tersebut tidak dapat mereka peroleh secara wajar, maka
mereka pun mungkin berbuat sesuatu yang tidak wajar sifatnya dengan maksud
mendapatkan perhatian dari lingkungannya. Para pemuda perlu mengasah otaknya,
membaca dan mengambil pelajaran berbagai peristiwa masa lampau dan masa sekarang,
sehingga dapat menemukan jalan yang benar dalam mengembangkan potensi dirinya
secara maksimal. Pergaulan yang negatif adalah salah satu dari sekian banyak penyebab
kehancuran generasi muda.

1
Para Ulama (Jumhur) berpendapat, salah satu cara membangun generasi penerus
islam atau pemuda juga remaja islam yang islami di zaman modern seperti ini adalah
dengan “Pendidikan Akhlak” .Akhlak adalah adatul iradah (sesuatu yang telah menjadi
kebiasaan). Akhlak merupakan salah satu bentuk pemberian dari Allah swt kepada
makhluk pilihan seperti manusia, yang mana akhlak ini harus dibimbing dan diarahkan ke
jalan yang benar, jalan yang lurus menurut islam.
Luqmanul Hakim, seorang pemberi nasihat memberikan petunjuk kepada kita
bagaimana cara membangun akhlak yang baik dalam islam, sehingga bisa menjadi generasi
yang islami. Yaitu dengan cara kita mengetahui, apa pondasi akhlak bagi seorang muslim
agar menjadi akhlak yang baik. Pondasi akhlak bagi seorang muslim ialah akidah yang
benar, akidah yang lurus. Sebagaimana nasihat pertama luqmanul hakim atau bisa kita
sebut nasihat yang terpenting yang diabadikan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an . Jadi
akhlak yang benar adalah akhlak yang dilandasi dengan iman kepada Allah, sehingga akan
tertolak akhlak yang baik apabila tidak dilandasi keimanan kepada Allah. Selain itu, orang
tua juga berperan penting dalam membimbing anak dalam akidah dan akhlak untuk
generasi penerus yang islami, Tidak hanya terlepas dari orang tua saja, generasi mudanya
pun harus menyadari bahwa mereka harus menjadi generasi yang islami dengan
menerapkan akhlak yang baik yang telah di ajarkan orang tuanya. Mereka (generasi muda)
dituntut untuk mengembangkan atau meningkatkan keyakinan mereka dalam akidah dan
juga akhlak setelah mendapat bimbingan dari orang tuanya sebagaimana disebutkan tadi,
sehingga menjadikan “Pendidikan Akhlak” bagi generasi muda supaya menjadi generasi
yang islami akan berkelanjutan atau terus menerus menjadi kebaikan yang dibudayakan,
juga cita-cita dalam menjadikan generasi islam yang islami juga akan terwujud.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pentingnya pendidikan agama islam pada generasi muda ?
2. Bagaimana karakter pemuda islam ?
3. Bagaimana keadaan pemuda masa kini ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi kondisi pemuda?
5. Bagaimana usaha yang dapat dilakukan pemuda untuk meningkatkan nilai keislaman ?
6. Apa saja hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan generasi muda dengan nilai
islami?

C. Tujuan Penulisan
 Mengetahui pentingnya pendidikan agama islam pada generasi muda
 Mengetahui karakter pemuda islam
 Mengetahui bagaimana keadaan pemuda masa kini
 Mengetahui faktor yang mempengaruhi kondisi pemuda
 Mengetahui beberapa usaha yang dapat dilakukan pemuda untuk meningkatkan nilai
keislaman
 Mengetahui hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan generasi muda dengan nilai
islami

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranan Pemuda untuk Islam

Ada ulama yang menyatakan bahwa seorang pemuda mempunyai tiga peran, yakni:

1. Sebagai generasi penerus. Menggantikan orang-orang yang sudah rusak karakternya dan
berpegang teguh pada Islam untuk mewujudkan suatu perubahan. “Dan orang-orang yang
beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan
anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal
mereka.” (QS. Ath-Thur : 21)

2. Sebagai generasi pengganti. Melanjutkan nilai-nilai ajaran murni Islam terhadap


perkembangan masa dalam kemajuan Islam. “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa
di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintainya.” (QS. Al-Maidah : 54)

3. Sebagai agen pembaharu(reformer). Memperbaiki kerusakan yang ada yang


menghambat kemajuan Islam di masa yang akan datang. “Ingatlah ketika ia (Ibrahim)
berkata kepada bapaknya : “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang
tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun.” (QS. Maryam : 42).

B. Pentingnya Pendidikan Agama Islam pada Generasi Muda


Miris rasanya melihat generasi muda masa kini karena minimnya pengetahuan
tentang pendidikan agama islam, melalui pendidikan dan pengajaran islam berdampak
pada akhlak yang baik. Apabila seseorang yang pada awalnya belum begitu mengetahui
tentang ilmu agama, kemudian ia mempunyai niat untuk memperdalam ilmu agamanya
dengan cara menuntut ilmu di sekolahan yang berbasis agama, maka dengan seiring
berjalannya waktu ia akan mengerti tentang ilmu agama. Selain itu moralnya juga menjadi
lebih baik dari pada sebelumnya. Kemudian ketika di dalam masyarakat ia sudah siap

4
apabila di minta tolong untuk melakukan suatu hal yang berhubungan dengan
agama. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter seseorang untuk menjadi yang
lebih baik, terutama untuk generasi muda saat ini.
Pendidikan juga bertujuan agar anak dapat mengetahui akidah-akidah islam serta
ketauhidannya kepada Allah swt. Jikalau sejak dini sudah di tanamkan tentang nilai-nilai
islam dalam diri seseorang niscaya seseorang itu memiliki karakter yang islami, moral akan
selalu terkontrol, akhlak akan slalu terbentuk dan generasi muda akan semakin maju. Islam
sendiri mempunyai tujuan untuk menanamkan jiwa kemasyarakatan yang sangat penting
dan berguna ketika kelak sudah berkeluarga, maka dari itu seorang pemuda harusnya
mempunyai keinginan yang sungguh-sungguh untuk berlatih dalam bermasyarakat sedikit
demi sedikit agar kelak tidak kesulitan ketika sudah terjun di dalam masyarakat.
Hal semacam itu memerlukan kesadaran yang muncul dalam diri sendiri, atau ada
juga dorongan dari luar misalnya saja keluarga atau teman di sekelilingnya sehingga
dengan begitu ada perasaan yang membangkitkan semangat untuk mau keluar dan belajar
bermasyarakat demi tercapainya masa depan yang menjanjikan. Manusia itu dilahirkan
dalam keadaan fitrah (suci) dan tidak mengetahui apapun, kemudian Allah SWT,
menugaskan manusia agar mau untuk mencari tahu apa yang ada di sekitarnya serta mau
mempelajari setiap perubahan-perubahan yang terjadi melalui panca indra. Sudah
seharusnya sebagai generasi muda agar dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari
dan mencintai setiap proses yang terjadi. Sehingga sejak dini sudah tercipta suatu karakter
individu yang bisa menghadapi hambatan-hambatan yang suatu saat pasti akan terjadi.
Melalui pendidikan dan pengajaran berdampak pada akhlak yang baik, sudah
seharusnya setiap anak haruslah memiliki niatan untuk mau mempelajari ilmu agama,
mulai dari pesantren maupun sekolah yang berbasis islami, agar dalam dirinya sudah
tertanam nilai-nilai islam. Disaat anak sudah benar-benar mengetahui ilmu agama islam
maka anak tersebut akan lebih terkontrol, di situlah pendidikan agama islam berperan untuk
mendoktrin generasi-generasi muda agar menjadi manusia yang lebih baik. Hambatan-
hambatannya yaitu kurangnya kesadaran dalam diri manusia, masih banyak yang lalai
mengenai pendidikan islam itu sendiri. Apalagi di zaman yang semakin canggih, dimana
teknologi sudah menguasai diri manusia. Contoh saja handphone, dengan adanya

5
handphone banyak manusia yang terlena, menjadikan dirinya sebagai seseorang yang
pemalas.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Generasi muda harus pintar-pintar
dalam bertindak, mereka harus berfikir secara matang dan mengetahui akibat apa yang
akan terjadi nantinya. Dan apabila para pemuda tersebut lalai dalam melakukan suatu hal
yang kecilpun, maka akan mendatangkan suatu penyesalan yang besar nantinya. Maka
untuk itu islam mengajarkan solusi-solusinya dari setiap hambatan-hambatan
tersebut. Seperti islam mengajarkan kepada umat islam agar tidak berputus asa dalam
menghadapi sesuatu dan anjuran untuk bersungguh-sungguh untuk mendapatkan apa yang
di inginkannya sehingga apabila generasi muda mulai melemah semangatnya menjadi
bangkit kembali karena telah mendapatkan ajaran agama islam tersebut. Dan manfaatnya
pendidikan agama islam bagi generasi muda sangatlah banyak sekali, jikalau sudah
berkeluarga nantinya dia akan menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupannya, dan akan
mampu mendidik dari keturunan untuk menjadi manusia yang lebih baik, karena peran
orang tua yaitu madrasah pertama bagi anaknya, maka perkuatlah pondasi keimanan diri
seseorang melalui pendidikan agama islam, guna menghadapi perkembangan zaman.
Maka untuk itu pentingnya pendidikan agama Islam pada generasi muda yaitu
untuk mewujudkan cita-cita masyarakat indonesia terlebih yang beragama islam sesuai
dengan perintah Allah SWT dan menanamkan Akhlakul Karimah sebagai bekal menuju
jalan yang telah disiapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hambanya yang mau dengan
ikhlas belajar sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan terwujudnya suatu pendidikan islam yang berkarakter pada generasi muda
akan berdampak positif baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di
sekitarnya, dan menjadikan perubahan dalam masyarakat, yang dulunya sangat pasif tidak
mengetahui agama secara keseluruhan, dan berakhlak yang kurang, sekarang menjadi aktif
dalam segala hal, berwawasan luas, berakhlak yang baik. Karena jika seseorang
kepribadiannya masih sangat kuno, pasti akan banyak sekali masalah-masalah yang
muncul yang mengakibatkan pertentangan antar individu atau antar kelompok. Mereka
tidak bisa berfikir positif dan menjadi semena-mena dalam menentukan keputusan.

6
C. Karakter Pemuda Islam

Pertama, Pemuda yang memiliki aqidah yang benar. Akidah Islam tegak
berdasarkan peng-Esaan kepada Allah, mengakui-Nya sebagai Tuhan, penguasa, pencipta,
pemberi rizki, pemilik langit, bumi dan seisinya serta satu-satunya Zat yang akan
menghidupkan kembali yang akan memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya, dan
inti dari akidah adalah Tauhid. Tauhid menjadi misi utama para nabi dan rasul serta para
shalih terdahulu yang tidak boleh dilupakan. Apa yang dilakukan oleh Yaqub as ketika
hampir wafat, patut kita teladani dalam mempersiapkan pemuda sebagai generasi penerus.
Waktu itu, Yaqub bertanya kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah
sepeninggalanku?” semua anak-anaknya menjawab, kami akan menyembah Tuhanmu,
Tuhan bapak-bapakmu-Ibrahim, Ismail, Ishak yakni Allah SWT dan kami berserah diri
kepada-Nya (kisah ini diabadikan dalam QS. 2 Al Baqarah : 133).

Dasar pendidikan akhlak bagi seorang pemuda adalah akidah yang benar, karena akhlak
tersarikan dari akidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu jika seorang pemuda
berakidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula
sebaliknya, jika akidahnya salah dan melenceng, maka akhlaknya pun akan tidak benar.
َ ْ‫“ ا َ ْك َمل ْالمؤْ ِمنِيْنَ اِ ْي َمانًا اَح‬Mukmin yang
Dalam satu hadits Rasulullah SAW bersabda : ‫سنه ْم خلقًا‬
sempurna imannya, adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Turmudzi dari Abi
Hurairah).

Kedua, membentuk diri dengan memiliki ilmu dan tsaqafah Islam. Kita semua
terutama pemuda hendaklah senantiasa membentuk diri dan secara terus-menerus mencari
ilmu dan mengamalkannya. Tanpa ilmu pemuda akan tertinggal. Islam mengajak manusia
untuk menguasai ilmu, dalam ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang artinya : “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya” (QS. 96 Al-‘Alaq : 1-4). Betapa pentingnya ilmu bagi seorang pemuda,
Rasul yang mulia senantiasa memotivasi umatnya untuk belajar dan membaca. Ada
baiknya kita menelaah kembali kisah seorang pemuda yang usianya belum genap tiga belas
tahun berjalan mendekati barisan pasukan muslim dengan membawa sebilah pedang ia

7
mendatangi Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah, aku membaktikan hidupku kepadamu.
Izinkan aku untuk pergi bersamamu dan memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-
panjimu”. Rasulullah yang mulia memandang anak tersebut dengan penuh kekaguman dan
menepuk pundaknya. Beliau memuji keberaniannya, tetapi menolaknya untuk bergabung
dengan pasukan muslim. Anak muda itu (Zaid bin Tsabit ra.) Rasulullah pun kemudian
memberikan tugas kepadanya. “Zaid pergilah belajar tulisan Yahudi”. Zaid kemudian
belajar bahasa Ibrani. Maka kemudian ia sangat fasih berbahasa Ibrani dan menjadi
sekretaris Rasulullah SAW. Rasulullah juga memerintahkan Zaid untuk belajar bahasa
Syria. Demikian Zaid mempunyai fungsi penting ketika Rasulullah berunding dan
berkomunikasi dengan bangsa-bangsa yang tidak bisa bahasa Arab.

Ketiga, dari ciri pemuda yang diharapkan di dalam Islam adalah memiliki
keterampilan dalam berbagai hal untuk dimanfaatkan dalam kebaikan dan kebenaran dalam
upaya mencapai kemajuan diri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Pada
masa Rasulullah SAW para sahabat telah menunjukkan kemampuan yang terampil dalam
berbagai hal, ada yang terampil dalam berdagang, berperang dan sebagainya yang semua
ini tentu saja amat berguna. Kepada mereka yang memang terampil, Rasulullah SAW
sendiri tidak segan-segan memberi penghargaan dan amanah guna mengembangkan
keterampilannya itu. Maka ketika Usamah bin Zaid telah menunjukkan keterampilannya
yang luar biasa dalam berperang, beliau tidak segan-segan mengangkatnya menjadi
panglima perang meskipun umurnya baru 17 tahun, sementara Mush’ab bin Umair yang
terampil dalam dakwah, ditugaskan beliau untuk dakwah ke Yatsrib (Madinah).

Keempat, memiliki tanggung jawab, Di antara bukti kebenaran dan kemuliaan


nilai-nilai Islam adalah adanya tuntutan tanggung jawab dari setiap individu atas semua
perbuatannya. Diferensiasi yang hakiki antara manusia adalah dengan mengukur rasa
tanggung jawab serta kemauan untuk menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan.
Pada prinsipnya tanggung jawab ini mencakup kepada tiga hal, yaitu; tanggung jawab
pemuda sebagai seorang individu, tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tanggung
jawab sebagai bagian dari umat. Menunaikan kewajiban terhadap umat Islam yang tersebar
di seluruh belahan dunia dan dalam setiap bidang kehidupan. Ketiga, tanggung jawab

8
tersebut dengan segala cakupannya menurut DR. Ali Abdul Halim Mahmud mantan Syeikh
Al Azhar dalam kitabnya At-Tarbiyah al-Khuluqiyah dengan edisi Indonesia “Akhlak
mulia” menegaskan bahwa meninggalkan ketiga kewajiban ini merupakan keburukan yang
dicela oleh Islam. Ketiga tanggung jawab tersebut sangat sesuai dengan nilai-nilai
kemasyarakatan dan nilai-nilai kemanusiaan atau humanisme.
Untuk mewujudkan pemuda yang berkualitas itu, maka paling tidak ada tiga institusi yang
mempunyai pengaruh sangat efektif, yaitu :
 Keluarga, dalam pengertian sempit mencakup kedua orang tua, saudara dan kerabat.
Dalam pengertian luas mencakup teman, tetangga, masyarakat secara keseluruhan.
 Masjid, memberi pengaruh yang baik bagi jiwa orang-orang dalam berhubungan
dengan sang Pencipta.
 Sekolah, meliputi unsur-unsur yang ada di dalamnya, buku, peralatan, methode,
gedung dan hal-hal yang mempengaruhi murid.

D. Keadaan Pemuda Masa Kini


Di zaman sekarang, pola hidup pemuda muslim sudah sangat memperihatinkan.
Berapa banyak pemuda muslim yang mengunjungi masjid guna menunaikan sholat fardhu
dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya. Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji
dan menghafalkan kitabullah. Berapa banyak pemuda muslim yang mengkaji ilmu diin.
Mereka lebih senang menghabiskan waktu luang mereka dengan mengunjungi tempat-
tempat hiburan seperti Game center, rental PS,dkk. Padahal jika dilihat dari sisi ekonomi,
pergi ke tempat seperti itu mengeluarkan biaya dan tidak bermanfaat sedikitpun, bahkan
malah membawa bencana. Sedangkan untuk pergi ke masjid, kita tidak perlu mengeluarkan
uang sepeserpun. Ditambah lagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di masjid
bermanfaat, dan berpahala.

Carut-marutnya pola hidup akhirnya berefek ke pola pergaulan. Pergaulan pemuda


muslim sekarang juga sudah memperihatinkan. Bahkan telah merambah ke wilayah
pemuda yang sering disebut “ikhwan” dan “akhwat”, yakni pemuda yang terkenal alim,
sering mengikuti kajian, dll. Menurut saya yang satu ini justru lebih membahayakan.
Berbalut label halaqoh (kumpul-kumpul untuk membahas suatu masalah yang “Islami”),

9
mereka mencuri-curi kesempatan untuk mencari pasangan. Setelah mendapat target,
mereka semakin semangat dalam mengikuti halaqoh, karena otomatis mereka dapat
bertemu sang pujaan hati, minimal melihat wajahnya. Semakin sering mengikuti halaqoh,
semakin sering juga mereka bertemu. Tidak puas bertemu di halaqoh mereka berusaha
berhubungan dengan telepon dengan dalih mengingatkan sholat tahajjud, atau puasa senin-
kamis, dkk. Lama-kelamaan mereka saling curhat yang tidak ada manfaatnya sama sekali.
Dan tanpa disadari sebenarnya mereka telah terjerumus ke istilah umumnya pacaran akan
tetapi secara terselubung. Parahnya mereka menganggap bahwa hal ini biasa saja, sekadar
ta’aruf atau menganggap hal tersebut sebagai amar ma’ruf.

Kondisi di zaman sekarang seperti ini, sehingga benteng pertahanan terakhir ada
pada diri kita sendiri. Jangan sampai kita tererumus ke dalam pergaulan yang tidak sehat.
Kita harus lebih berhati-hati dalam memilih teman atau halaqoh. Kita sebagai pemuda
muslim harus sadar bahwa masa depan Islam ada ditangan kita. Islam merupakan agama
yang sempurna. Akan tetapi kesempurnaan islam malah tertutupi oleh orang-orang islam
sendiri. Yakni orang-orang yang mengaku islam akan tetapi tidak dapat mengemban
amanah Islam, tidak mengamalkan ajaran Islam secara lengkap. Oleh karena itu, sudah
seharusnya kita mulai mempersiapkan diri untuk mengemban amanah ini dengan cara
mendalami ilmu diin dan ilmu alat (ilmu dunia), karena dua hal tersebut akan
mempermudah kita dalam berdakwah. Di zaman sekarang sangat jarang orang yang
memahami ilmu diin secara kaffah sekaligus memahami ilmu keduniaan. Pada zaman
kejayaan islam dahulu semua ilmuwan muslim memahami ilmu diin dan hafal kitabullah.
Sehingga muncullah nama seperti, Al Biruni (fisika, kimia, geografi), Al Kindi (Fisika,
matematika), Ibnu Sina (kedokteran), Al khawarizmi (logaritma, penemu angka nol), dll.
Untuk menjadi seperti mereka, kita harus dapat memanfaatkan waktu yang kita miliki
secara maksimal dan secara efisien. Bukan mustahil untuk menjadi seperti mereka. Akan
tetapi, jika pemuda islam sudah rusak pola hidup dan pergaulannya, kehancuran Islam
dapat dihitung mundur. Inilah tanggung jawab kita sebagai pemuda islam. Jangan
terpengaruh oleh hal-hal sepele seperti diatas, karena sebenarnya tanggung jawab kita jauh
lebih besar dari main game dan pacaran, serta konsekuensinya juga jauh lebih hebat.

10
Perkembangan zaman pada saat ini para pemuda hendaknya menyadari bahwa
mereka haruslah menjadi kelompok yang mampu menjadi teladan dan mempresentasikan
nilai-nilai Islam secara utuh bagi masyarakat dalam mempertahankan perkembangan
kebudayaan dan peradaban, yaitu:
1. Pemuda menjadi generasi yang hidup qalbunya karena senantiasa dekat dengan al-
Qur’an, dan tenang dengan dzikrullah (QS Ar Ra’d :28), bukan generasi yang berhati
batu (QS Al Hadid :16) akibat jauh dari nilai-nilai Islam, ataupun generasi mayat (QS
Al An’am :122) yang tidak bermanfaat tetapi menebar bau busuk kemana-mana.
2. Dalam menghadapi kesulitan dan tantangan, maka para pemuda harus sabar dan terus
berjuang menegakkan Islam, hendaklah mereka berprinsip bahwa jika cintanya kepada
Allah SWT benar, semua masalah akan terasa mudah.
Dalam pergerakan dan dakwahnya, peran pemuda sebagai agen yang menyiarkan,
mempertahankan dan menegakan syariat Islam, pemuda memberikan contoh dengan
tindakan dan sikap dalam kehidupan keseharian bagi seluruh Umat Islam untuk dapat
melaksanakan misi agama Islam demi kemajuan Islam ke depannya sebagai wujud untuk
membangkitkan kejayaan Islam. Pemuda Islam yang akan menjadi penggerak dari
perkembangan Islam. Pemuda Islam seharusnya menjalankan dan mengamalkan semua
perintah dan segala larangan Allah, pemuda Islam akan menjadi generasi yang dapat
dijadikan teladan dalam segala tindakan dan perbuatannya, yang menyerukan dan saling
mengingatkan demi keselamatan Umat di dunia dan di akhirat.

E. Faktor yang mempengaruhi kondisi pemuda

 Faktor Keluarga

Sebagai pendidik pertama dan utama, orang tua memiliki peran yang sangat penting
dalam membina akhlak remaja. Nilai-nilai akhlak karimah yang bersumberkan ajaran
agama Islam harus diberikan, ditanamkan dan dikembangkan oleh orang tua terhadap para
remaja dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman akhlak tersebut penting karena inti dari
keberagamaan seseorang akan termanifestasikan dalam akhlak karimah.
Akhlak karimah yang perlu ditanamkan orang tua seperti ketaatan beribadah, berperilaku

11
baik, hormat kepada orang tua, memiliki sifat ikhlas tawadhu secara perlahan-lahan akan
terinternalisasi pada diri setiap remaja sehingga akhirnya berdampak positif bagi
kehidupan mental dan spiritualnya, sehingga dapat memberikan kekuatan yang positif bagi
remaja dalam menjalani proses hidup dan dapat menyikapi dampak negatif yang
diakibatkan oleh era globalisasi dan informasi. Agama Islam sebagai sumber nilai akhlak
harus dijadikan landasan oleh orang tua dalam membina akhlak remaja karena agama
merupakan pedoman hidup serta memberikan landasan yang kuat bagi diri setiap remaja.

Di samping itu pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan orang tua sehari-hari seperti


sholat, membaca Al-Qur’an, menjalankan puasa serta berperilaku baik merupakan bagian
penting dalam pembentukan dan pembinaan akhlak remaja. Dalam pendidikan dan
pembinaan akhlak bagi para remaja, orang tua harus dapat berperan sebagai pembimbing
spiritual yang mampu mengarahkan dan memberikan contoh tauladan, menuntun,
mengarahkan dan memperhatikan akhlak remaja sehingga para remaja berada pada jalan
yang baik dan benar. Jika remaja melakukan kesalahan, maka orang tua dengan arif dan
bijaksana membetulkannya, begitu juga sebaliknya jika remaja melakukan suatu perbuatan
yang terpuji maka orang tua wajib memberikan dorongan dengan perkataan atau pujian
maupun dengan hadiah berbentuk benda. Oleh karena itu peranan keluarga sangat besar
dalam membina akhlak remaja dan mengantarkan kearah kematangan dan kedewasaan,
sehingga remaja dapat mengendalikan dirinya, menyelesaikan persoalannya dan
menghadapi tantangan hidupnya. Untuk membina akhlak tersebut, maka orang tua perlu
menerapkan disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Disiplin yang ditanamkan
orang tua merupakan modal dasar yang sangat penting bagi remaja untuk menghadapi
berbagai macam pesoalan pada masa remaja. Peranan keluarga (orang tua) dalam membina
akhlak remaja antara lain dapat dilakukan dengan cara :

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan cara


melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana yang diperintahkan dalam ajaran
agama Islam. Dalam hal ini orang tua harus menjadi contoh yang baik dengan
memberikan bimbingan, arahan, serta pengawasan sehingga dengan kondisi seperti ini
remaja menjadi terbiasa berakhlak baik.

12
2. Meningkatkan interaksi melalui komunikasi dua arah. Orang tua dalam hal ini dituntut
untuk dapat berperan sebagai motivator dalam mengembangkan kondisi-kondisi yang
positif yang dimiliki remaja sehingga perilaku atau akhlak remaja tidak menyimpang
dari norma-norma baik norma agama, norma hukum maupun norma kesusilaan.

3. Meningkatkan disiplin dalam berbagai bidang kehidupan. Orang tua dalam


melaksanakan seluruh fungsi keluarganya baik fungsi agama, fungsi pendidikan,
fungsi keamanan, fungsi ekonomi maupun fungsi sosial harus dilandasi dengan
penanaman disiplin yang terkendali agar dapat mengendalikan akhlak atau perilaku
remaja.

 Faktor Lingkungan

Lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan menentukan


perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan anak-anak.
Lingkungan yang baik sangat diperlukan dalam masa pendidikan remaja. Dimana remaja
masih memerlukan beberapa pengetahuan mengenai nilai-nilai keislaman yang lebih
mendalam.

 Interaksi Pemuda Dalam Bergaul

Dalam bergaul, seorang pemuda harus memilih teman yang dapat mengingat dan
mengajaknya kedalam kebaikan serta teman yang senantiasa berbuat baik dan
mengutamakan akhlak yang mulia.

 Masyarakat

Pendidikan generasi merupakan aktivitas yang berkelanjutan tanpa akhir dan


sepanjang hayat manusia. Oleh karena itu, pola pendidikan Islam tidak berhenti dan
terbatas pada pendidikan formal (sekolah), namun justru pendidikan generasi Islami yang
bersifat non formal di tengah masyarakat harus beratmosfer Islam pula. Kajian tsaqofah
islam serta ilmu pengetahuan dan sarana penunjangnya menuntut peran aktif dari

13
masyarakat pula. Ada beberapa peran yang bisa dimainkan masyarakat sebagai pilar
penopang pendidikan generasi islami yaitu sebagai contoh penyelenggaraan pendidikan
oleh negara dan laboratorium permasalahan kehidupan yang kompleks.

 Madrasah/Sekolah/Lembaga Pendidikan

Tempat untuk mengkaji keilmuan lebih intensif dan sistematis terletak pada Madrasah.
Semasa Rasulullah SAW, masjid-masjid yang didirikan kaum muslimin menjadi lembaga
pendidikan formal bagi semua manusia. Didalamnya tidak semata-mata membahas ilmu
diniyah, namun juga ilmu terapan. Rasulullah menjadikan masjid untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Islam, tapi penyusunan strategi perang pun juga seringkali dilakukan oleh
Rasulullah SAW bersama para sahabat didalam masjid. Sedangkan dimasa modern saat ini
pendidikan bisa dialihkan yang semula masjid ke tempat dengan fasilitas yang menunjang
dalam proses pembelajaran lebih efektif baik itu sekolah maupun perguruan tinggi. Hal ini
sah-sah saja dan tidak bisa dianggap sebagai upaya memisahkan anak didik dari masjid.

F. Beberapa Usaha Yang Dapat Dilakukan Pemuda Untuk Meningkatkan Nilai


Keislaman

 Tekad yang Kuat

Dalam merubah diri, tentunya kita sebagai pemuda harus mempunyai tekad yang
kuat. Sebab segala sesuatu dapat terjadi karena adanya kemauan. Bila tidak memiliki
kemauan maka semua keinginan hanya menjadi angan-angan. Oleh sebab itu, awali
perubahan dengan sebuah tekad sekuat baja. Yakinkan diri kita dapat mengatasi segala
rintangan. Jangan menyerah dan percayalah bahwa kasih sayang Allah SWT kepada
hambaNya itu sangat luas.

Sebagaimana terdapat dalam QS.Al-Ankabut Ayat 69 :

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan Tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat
baik.”

14
 Memperbaiki Niat

Tidak hanya sekedar tekad, kita juga harus memperbaiki niat. Perubahan yang kita
inginkan sebaiknya memiliki niatan baik. Tujuannya harus karena Allah Ta’ala. Sebab
segala hal yang diawali dengan niat ikhlas lillahi ta’ala maka insyaAllah hasilnya akan
baik. Sebaliknya jika niat kita dengan tujuan bukan karena Allah Ta’ala, itu hanya
berlangsung sementara. Saat kita dikecewakan maka diri kita akan hancur kembali. Oleh
karena itu, hindari berharap berlebihan kepada manusia. Ingat, tak ada tempat bersandar
kecuali Sang Maha Esa, Allah SWT.

Dalam hadist dijelaskan: “Ingatlah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika
baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika rusak, maka rusaklah seluruh jasad.
Ketahuilah,bahwa (segumpal daging) itu adalah hati. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 Mencari Motivasi

Biasanya sesuatu yang dilakukan terus-menerus tanpa henti dapat menimbulkan


kejenuhan. Maka itu, kita perlu motivasi. Sebuah motivasi dapat membangkitkan semangat
dalam diri. Sehingga kita dapat mengintrospeksi diri untuk merubah keadaan menjadi lebih
baik. Untuk memperoleh motivasi, kita bisa mengikuti kajian, membaca buku, Al-Quran,
atau mengikuti suatu organisasi yang dapat membantu kita untuk memperdalam agama.

 Istiqomah

Ketika kita sedang dalam perjalanan untuk merubah diri menjadi pribadi lebih baik,
biasanya ada banyak godaan yang datang. Untuk melawannya diperlukan keistiqomahan
atau dikenal juga sebagai komitmen, yakni menguatkan kemantaban hati. Untuk menjaga
istiqomah memang tidaklah mudah. Sebaiknya perbanyak berdzikir dan mendekatkan diri
kepada Allah Ta’ala, sebab Dialah dzat yang membolak-balikan hati. Jadi mintalah
kekuatan kepadaNya.

15
 Berkumpul dengan Orang yang Baik

Terkadang memang cukup sulit jika harus merubah diri tanpa bantuan dari orang
lain. Sebab sifat dasar manusia itu saling membutuhkan. Dalam artian tidak bisa hidup
sendirian, maka dari itu, carilah teman. Seorang teman yang bisa mengingatkan kita akan
kebaikan. Mereka yang mengajak ke jalan kebenaran yakni jalannya Allah Ta’ala, dan
mereka yang punya semangat kerja tinggi. Lingkungan memiliki pengaruh cukup besar
terhadap karakter seseorang. Apabila kita hidup di lingkungan yang ‘bebas’, maka kita juga
akan menjadi bebas. Bergaul sesuka hati tanpa memperdulikan batasan-batasan dalam
agama. Begitupun jika kita berkumpul dengan pemalas, kita juga cenderung menjadi
pemalas. Sebab itu, kita harus benar-benar menyeleksi teman. Bukan berarti membeda-
bedakan. Namun carilah teman yang baik untuk membantu merubah diri kita menjadi lebih
baik pula.

 Jangan Mudah Menyerah

Selanjutnya untuk merubah diri menjadi lebih baik, kita tidak boleh mudah
menyerah. Proses berhijrah itu sulit. Bahkan mungkin menimbulkan pertentangan baik dari
dalam hati ataupun orang sekitar. Maka itu, kita harus kuat. Tidak apa-apa jika kita
melakukannya secara perlahan. Asalkan jangan mundur ke belakang kembali. Percayalah
bahwa Allah Ta’ala tidak akan membiarkan kita berjalan sendirian. Dia selalu ada di dekat
kita. Hanya saja kita tidak bisa melihatnya. Allah Ta’ala itu Maha Menyayangi dan
Mengasihi hamba-hambaNya. Jadi tidak perlu bersedih sebab selalu ada Allah Ta’ala yang
membantu perjuangan kita.

 Perbanyak Bersyukur

Kita tidak bisa berubah jadi lebih baik jika masih sering mengeluh setiap hari. Maka
itu, stop mengeluh ini itu! Baik itu tentang kondisi kita, penampilan fisik ataupun
sebagainya. Berhenti membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Sadarilah bahwa
masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita. Oleh karenanya, kita harus
memperbanyak rasa syukur. Manfaat bersyukur kepada Allah Ta’ala sangatlah luar biasa,
beberapa diantaranya yakni dosa diampuni dan dilipatgandakan pahala. Dengan adanya

16
fisik yang sempurna, kita masih bisa bekerja untuk mendapatkan uang. Kita bisa beribadah
dengan baik. Dan kita bisa menikmati dunia ini dengan nyaman. Kalaupun kita punya
kekurangan, percayalah bahwa Allah Ta’ala menyisipkan sesuatu yang istimewa dibalik
itu. Bila kita sanggup bersabar dan menjaga syukur, kelak kita akan melihat keistimewaan
tersebut di waktu yang tepat.

Dalam Al-Quran dijelaskan: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu


memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih.” (QS.Ibrahim:7) “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,
yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS.Luqman:12)

 Jadilah Pribadi yang Gemar Membantu Orang Lain

Poin yang satu ini juga tak kalah penting. Apabila kita ingin menjadi lebih baik,
maka kita juga harus baik dengan orang lain. Perbanyaklah membantu orang yang
kesusahan. Menolong tidak harus mengandalkan uang. Salah satu cara menolong paling
mudah ialah lewat doa. Apabila kita sering menolong orang lain, maka saat kita kesusahan
orang lain akan membantu kita. Begitupun ketika kita mendoakan orang lain. Malaikat juga
mendoakan hal yang sama untuk kita. Jadi intinya jangan bersikap egois. Sebab sebaik-
baiknya orang itu yang bermanfaat bagi orang lain.

Diriwayatkan dari Jabir berkata, Rasulullah saw bersabda, “Orang beriman itu bersikap
ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik
manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan
Daruquthni)

 Bertaubat

Jika kita memiliki masa lalu yang buruk ataupun dosa, maka segeralah
melakukan taubatan nasuha pada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya taubat. Dengan

17
bertaubat, maka Allah Ta’ala akan memaafkan dan memperbaiki jalan kita menuju
kebenaran. Bahkan jika perlu sempatkanlah waktu untuk muhasabah hati di malam hari.

G. Hal yang dapat dilakukan dalam mewujudkan generasi muda dengan nilai islami

1. Ajarkan ilmu tentang Islam dan tanamkan nilai-nilai keislaman sejak dini. Tak kenal
maka tak sayang. Mulailah dari kenalkan Islam kepada pemuda dan anak-anak kita agar
mereka cinta dengan Islam. Alangkah baiknya menanamkan nila-nilai-keislaman sejak dini
agar ketika dia beranjak dewasa dapat menjadi generasi muda yang memiliki nilai
keislaman yang baik.

2. Dekatkan mereka dengan masjid. Buat banyak kegiatan keagaman seperti ceramah,
kajian, diskusi agar mereka lebih mendekatkan diri kepada Allah sehingga mereka
mendapatkan petunjuk.

3. Tuntun dan bimbing mereka. Banyak pemuda yang tidak mengetahui apa makna dan
tujuan hidup. Kita harus memberikan mereka arahan dan pengetahuan yang kuat untuk
membentengi iman mereka.

4. Contohkan perilaku terpuji dan cinta Islam. Bagaimana kita ingin pemuda kita berakhlak
mulia dan cinta Islam jika orang tua tidak memberikan teladan bagi mereka.

5. Setelah melakukan upaya diatas, kita hendaknya berdoa agar Allah membukakan
petunjuk kepada pemuda dan anak-anak kita.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemuda diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak kebekuan dan kejenuhan dalam
masyarakat sehingga kita menyadari bahwa masa depan Islam terletak diatas pundak para
pemudanya. Pemuda Islamlah yang akan memegang kendali bahtera Islam selanjutnya dan
pemuda Islamlah yang akan melanjutkan peran generasi sebelumnya dalam menegakan,
mempertahankan dan memajukan Islam yang semakin luntur.

Pada zaman millennial seperti saat ini banyak generasi muda yang sudah dirusak moralnya
dan akhlaknya yang kurang baik,dikarenakan pergaulan bebas yang sedang marak dizaman
ini. Dalam mewujudkan generasi muda dengan nilai islami ,hal yang utama adalah pemuda
yang memiliki akidah yang benar dan berakhlakul karimah. Akhlak merupakan adatul
iradah (sesuatu yang telah menjadi kebiasaan), salah satu bentuk pemberian dari Allah
SWT kepada makhluk pilihan seperti manusia, yang mana akhlak ini harus dibimbing dan
diarahkan ke jalan yang benar, jalan yang lurus menurut islam. Ketika nilai-nilai keislaman
sudah ditanamkan sejak dini ,maka kelak akan tumbuh menjadi generasi muda yang
memiliki nilai keislaman yang baik. Kita semua berharap agar dizaman ini semakin banyak
pemuda yang dekat dengan masjid dan dapat menjadi generasi muda yang bernilai islami
tanpa menghindari pergaulan tetapi membatasi pergaulan agar tidak salah jalan.

B. SARAN
Agar usaha-usaha untuk menciptakan generasi muda yang bernilai islami sebagaimana
yang tercantum diatas dapat terwujud, maka sebaiknya kesadaran pemuda tersebut untuk
menjadi generasi muda yang bernilai islami harus sudah tumbuh dan melekat pada
jiwanya.

19

Anda mungkin juga menyukai