Anda di halaman 1dari 30

Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................................................................... 1

Skenario ..................................................................................................................................... 2

Pertanyaan .................................................................................................................................. 3

Jawaban ...................................................................................................................................... 3

Hipotesis .................................................................................................................................... 4

Sasaran Belajar........................................................................................................................... 5

L.I 1 Memahami dan Menjelaskan Sistem Pembayaran Klinik Dokter Keluarga ..................... 6

L.I.2 Memahami dan Menjelaskan Prosedur Standar Pemeriksaan Dokter Keluarga ............. 10

L.I 3 Memahami dan Menjelaskan Manajemen Klinik Dokter Keluarga ............................... 14

L.I 4 Memahami dan Menjelaskan Alur Rujukan ................................................................... 20

L.I 5 Memahami dan Menjelaskan Peran Dokter Keluarga dengan Mitra Kerjanya dalam
Pelayanan Dokter Keluarga ..................................................................................................... 23

L.I 6 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Mengenai Adab dan Tata Cara Dokter
Muslim dalam Menangani Pasien ............................................................................................ 28

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 30

1
Skenario

PEMBIAYAAN KESEHATAN

Seorang pasien, perempuan berusia 38 tahun dengan kehamilan trimester 1 pada G5P2A2
datang ke klinik Dr. Ahamad. Pasien ingin melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di
klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa pelayanan di ini baik. Pasien
mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas, cepat lelah, dan sesak. Dokter kemudian
melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan. Pada pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan
dalam posisi yang baik namun ibu tampak pucat, takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat
nyeri tekan epigastrium. Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga yang
bekerja sama dengan BPJS. Klinik ini dikelola dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif
singkat mengalami kemajuan yang cukup pesat dan dikenal luas di masyarakat

Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur sampai saat
melahirkan. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan pembiayaan persalinan, mengingat
kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih besar.

2
Pertanyaan

1. Bagaimana cara kerja BPJS?


2. Bagaimana sistem pembayaran di klinik dokter keluarga?
3. Apa saja ketentuan dari klinik dokter keluarga yang baik?
4. Apa perbedaan sistem pembayaran klinik dokter keluarga dan klinik biasa?
5. Syarat klinik dokter keluarga yang ingin bekerja sama dengan BPJS?
6. Bagaimana alur pasien BPJS ke dokter spesialis?
7. Bagaimana pandangan Islam tentang BPJS dan asuransi kesehatan?
8. Apa saja larangan yang terdapat di klinik dokter keluarga?
9. Siapa saja yang mendapat tangguangan dari BPJS?

Jawaban

1. BPJS seperti asuransi, ada iuran tiap bulan dari seluruh anggota, lalu digunakan untuk
pasien yang membutuhkan.
2. Dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Umum : bayar sendiri
b. Asuransi : pemerintah (BPJS) atau swasta
3. Ada limbah pembuangan, ada kerja sama dengan polres, dan tidak boleh ada rumah
sakit dalam 1 wilayah
4. Klinik dokter keluarga
a. Di awal: deposit
b. Di akhir: di total seluruhnya
5. Adanya dokter minimal 2, tempat, fasilitas, pasien maksimal 15.000 yang terdaftar
6. Pasien datang ke fasilitas kesehatan tingkat 1 (yang bekerja sama dengan BPJS) jika
tidak bisa ditangani maka akan dirujuk
7. Asuransi/BPJS hukumnya boleh karena ada unsur tolong menolong asalkan berbasis
syariah. Namun ada yang berpendapat haram karena ada unsur riba.
8. Hampir sama, yang membedakan diagnosisnya menggunakan diagnosis holistik.
9. Semua yang mempunyai BPJS, yang membedakan tindakan dan rumah sakitnya.

3
Hipotesis

Klinik dokter keluarga yang baik memiliki ciri seperti adanya limbah pembuangan, ada kerja
sama dengan polres, tidak boleh ada rumah sakit dalam 1 wilayah, dan diagnosisnya
menggunakan diagnosis holistik. Cara pembayarannya umum dan asuransi (pemerintah atau
swasta), pembayaran dapat dilakukan di awal maupun di akhir. Klinik dokter keluarga
memiliki ketentuan berupa adanya dokter minimal 2, adanya tempat, fasilitas, pasien maksimal
15.000 yang terdaftar, jika pasien memiliki BPJS maka tindakan dan rumah sakitnya sesuai
dengan ketentuan dari BPJS. Menurut Islam asuransi boleh jika berbasis syariah.

4
Sasaran Belajar

L.I 1 Memahami dan Menjelaskan Sistem Pembayaran Klinik Dokter Keluarga

L.I.2 Memahami dan Menjelaskan Prosedur Standar Pemeriksaan Dokter Keluarga

L.I 3 Memahami dan Menjelaskan Manajemen Klinik Dokter Keluarga

L.I 4 Memahami dan Menjelaskan Alur Rujukan

L.I 5 Memahami dan Menjelaskan Peran Dokter Keluarga dengan Mitra Kerjanya dalam
Pelayanan Dokter Keluarga

L.I 6 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Mengenai Adab dan Tata Cara Dokter
Muslim dalam Menangani Pasien

5
L.I 1 Memahami dan Menjelaskan Sistem Pembayaran Klinik Dokter Keluarga

A. Sumber-Sumber Dana pada Klinik Kedokteran Keluarga

Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara garis besar berasal
dari:

1. Bersumber dari anggaran pemerintah. Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Untuk negara yang
kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan
dana yang sangat besar.
2. Bersumber dari anggaran masyarakat. Dapat berasal dari individu ataupun perusahaan.
Sistem ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam
penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya
pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan
penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau
penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya
untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit tertentu sering diperoleh dari bantuan biaya
pihak lain, misalnya dari organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. misalnya
untuk penanganan HIV dan virus H5N1.
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem ini banyak diambil oleh
negara-negara di dunia karena dapar mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang
timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan
yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan
kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam
memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.

B. Prinsip Pembiayaan

Penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip sebagai


berikut:

1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-guna,
adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang
terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan
kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela, yang
dilaksanakan secara bertahap
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau
memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan)
untuk kepentingan kesehatan
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di
daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan
pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant) bagi
daerah yang kurang mampu
6
C. Jenis Sistem Pembiayaan

Jenis pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan antara lain :

1. Penataan Terpadu (managed care)


Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan pelayanan kesehatan.
Pada saat ini penataan terpadu telah banyak dilakukan di masyarakat dengan program
Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed care membuat biaya
pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien. Persyaratan agar pelayanan
managed care di perusahaan dapat berhasil baik, antara lain:
a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan harus sadar bahwa
kesehatannya merupakan tanggung jawab masing-masing atau tanggung jawab
individu. Perusahaan akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut sistem rujukan.
c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat, misalnya
obat yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan tertentu memerlukan
life saving.
d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan

2. Sistem reimbursement
Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem ini
memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan yang
dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis layanan oleh
karyawan maupun provider layanan kesehatan.

3. Asuransi
Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya melaksanakan
pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi yang diambil adalah
asuransi kesehatan yang mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive),
yaitu kuratif dan preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh biaya kesehatan,
atau group health insurance (namun kepada pekerja dianjurkan agar tidak berobat
secara berlebihan).

4. Pemberian Tunjangan Kesehatan


Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan tunjangan kesehatan
atau memberikan biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit
maupun tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk
mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance). Tujuannya adalah menghindari
pembelanjaan biaya kesehatan untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok,
minuman beralkohol, dan hal – hal lain yang malah merugikan kesehatannya.

5. Rumah Sakit Perusahaan


Perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih diuntungkan apabila
mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan pegawainya dan keluarga pegawai
yang ditanggungnya. Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit perusahaan
harus menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu dievaluasi secara
periodik. Perlu diingatkan bahwa pelayanan kesehatan yang didapat dari rumah sakit
7
perusahaan diupayakan bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit
lain. Dengan demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan merasa puas dan bangga
terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa senang menerima fasilitas kesehatan ini akan
membuahkan semangat bekerja untuk membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.

D. Jenis Asuransi Kesehatan:


1. Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)
Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan
sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status
sosial mayarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan
kesehatan. Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :
• Keikutsertaan bersifat wajib
• Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
• Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan
• Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS
• Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan
tenaga kerja
• Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resiko
kelompok
• Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal
• Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh
• Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi
kesehatan sosial di Indonesia
Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di Indonesia, asuransi
kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola oleh PT. Askes
2. Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)
Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik
oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas. Asuransi kesehatan
komersial perorangan mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :
• Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela
• Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis tanggungan
yang dipilih
• Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh faktor usia, jenis
kelamin, dan jenis pekerjaan
• Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
• Santunan diberikan sesuai kontrak
• Peranan pemerintah relatif kecil
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life,
Tugu mandiri dan sebagainya
3. Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary Health Insurance)
Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
• Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok
• Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
• Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok
masyarakat
• Santunan diberikan sesuai kontrak
• Tidak diperlukan pemeriksaan awal
• Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang
Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT. Askes
8
E. Tujuan Pembiayaan Kesehatan

Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna,
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan
adalah:

• Mengupayakan kucukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat


pusat dan daerah
• Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan
pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin
dan rentan melalui pengembangan jaminan
• Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan

F. Bentuk-Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya

Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saaat
ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk
pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan. Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:

• Sistem kapitasi (capitation system)


Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu.
Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan
pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan
kesepakatan jangka waktu jaminan.
• Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu.
Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket
pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan
paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait
(diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.
• Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara
pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini,
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.

9
L.I.2 Memahami dan Menjelaskan Prosedur Standar Pemeriksaan Dokter Keluarga

A. Standar Pelayanan Paripurna (Standard of Comprehensive of Care)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk
semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and
spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability
limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan
sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.

1. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang

Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan kedokteran


keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh
dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin
pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan pemeliharaan


kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.

3. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan


dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.

4. Deteksi dini

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan


dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat
untuk itu.

5. Kuratif medik

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan kesehatan


dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk
kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan / atau dirujuk ke pusat
pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.

6. Rehabilitasi medik dan sosial

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala kesempatan


rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan
atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.

7. Kemampuan sosial keluarga

10
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial pasien
dan keluarganya.

8. Etik medikolegal

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal dan etik
kedokteran.

B. Standar Pelayanan Medis (Standard of Medical Care)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang melaksanakan
pelayanan kedokteran secara lege artis.

1. Anamnesis.

Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien


(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh
keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis

2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik
secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional,
efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.

3. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding

Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa
diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.

4. Prognosis

Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien


berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence
based).

5. Konseling

Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan


untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap
perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.

6. Konsultasi

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada

11
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan,
demi kepentingan pasien semata.

7. Rujukan

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

8. Tindak lanjut

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan
tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.

9. Tindakan

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan
demi kepentingan pasien.

10. Pengobatan rasional

Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional,


berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan
pasien.

11. Pembinaan keluarga

Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila
adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga,
termasuk konseling keluarga.

C. Standar Pelayanan Menyeluruh (Standard of Holistic of Care)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta
berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.

1. Pasien adalah manusia seutuhnya

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai manusia
yang seutuhnya.

2. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai bagian
dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi

12
dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.

3. Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya

Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien


untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.

D. Standar Pelayanan Terpadu (Standard of Integration of Care)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan
antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan
kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran,
baik dari formal maupun informal.

1. Koordinator penatalaksanaan pasien

Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan pasien yang


diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter-pasien-keluarga, maupun bersama
antar dokter – pasien - dokter spesialis / rumah sakit.

2. Mitra dokter – pasien

Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter dan pasien
pada saat proses penatalaksanaan medis.

3. Mitra lintas sektoral medik

Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan
berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.

4. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik

Pelayanan dokter keluarga mempedulikan dan memperhatikan kebutuhan dan perilaku


pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai pelayanan
kesehatan nonformal di sekitarnya.

E. Standar Pelayanan Bersinambung (Standard of Continuum Care)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang


melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi
kesehatan pasien.

1. Pelayanan proaktif

Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif.

2. Rekam medik bersinambung

13
Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang, digunakan
untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien
yang bersangkutan.

3. Pelayanan efektif efisien

Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif dan efisien
bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.

4. Pendampingan

Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan dokter keluarga
menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien.

L.I 3 Memahami dan Menjelaskan Manajemen Klinik Dokter Keluarga

A. Struktur Organisasi
1. Kepala klinik
a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan yang ada di klinik dokter keluarga
b. Menetapkan kebijakan dalam bidang medis yang berguna bagi peningkatan
pelayanan medik pada klinik dokter keluarga
c. Melakukan pemeriksaan laporan pembukuan
d. Menandatangani dokumen penting dan menyusun program kerja klinik
e. Mengatur dan mengontrol semua kegiatan yang dipimpinnya melalui staf-staf nya.
2. Kepala bagian medis
a. Membantu kepala klinik dalam koordinasi pemberian pelayanan medis
b. Bertanggung jawab atas pelayanan pengobatan umum, pecegahan penyakit
menular, dan kesehatan ibu-anak.
3. Seksi pengobatan umum
Bertanggung jawab dalam melayani pasien yang berobat.
4. Seksi pencegahan penyakit menular
Bertanggung jawab dalam melayani pasien secara teliti dan hati-hati.
5. Seksi Kesehatan Ibu Anak
Melayani dan memperhatikan kesehatan ibu dan anak.
6. Bagian kasir
a. Memberikan pelayanan kepada pasien yang melakukan pembayaran-pembayaran
b. Sebagai tempat pembayaran atas pemeriksaan yang diberikan dokter, yaitu
pembayaran biaya pengobatan dan biaya pembayaran resep obat.
7. Bagian administrasi
a. Membuat laporan dan bertanggung jawab terhadap masalah pembukuan
b. Menginput data diagnosis pasien setelah berobat untuk mengetahui biaya
pengobatan pasien
8. Bagian pendaftaran
a. Sebagai tempat mendaftar bagi pasien yang berobat
b. Memberikan pelayanan terhadap pasien yang berobat
c. Menginput dan mendata hasil diagnosis pasien yang selesai berobat
9. Bendahara
a. Mengatur pengeluaran dan pemasukan pada klinik dokter keluarga
b. Mengatur dan merencanakan inventarisasi penyediaan barang.
14
10. Bagian farmasi
a. Sebagai tempat pelayanan yang memberikan obat kepada pasien yang sudah
mendapatkan resep obat dari dokter
b. Sebagai tempat pengadaan obat untuk keperluan klinik
c. Mengatur persediaan obat.

B. Manajemen Klinik

Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic). Pada
bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang
didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family
clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik
keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit
tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter
keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang
pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit.

Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya
merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin
hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat
inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter
keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu
kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan
adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan
gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.

Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama.
Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-
sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan
15
pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen
personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek
berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark,
1971) :

a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu Penyebab


utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok,
para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para
dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.
Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak,
serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau Penyebab
utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok,
pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis dapat dilakukan
bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama,
menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan
mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya
ini apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter
keluarga yang lebih terjangkau.

C. Menjaga Mutu
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambunagn, sistematis dan objektif
dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggrakan dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memeperbaiki mutu
pelayanan. (Maltos and Keller, 1989)

Karakteristik program menjaga mutu ada empat macam :

1) Program menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan. Artinya


pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali, tetapi harus terus
menerus. Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat berkesinambungan, program
menjaga mutu sering pula disebut dengan nama program meningkatkan mutu
berkelanjutan (continous quality improvement program).
2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara simpatis. Artinya pelaksanaan
program menjaga mutu harus mengikuti alur kegiatan serta sasaran yang baku. Alur
kegiatan yang dimaksud dimulai dengan menetapkan masalah dan penyebab
masalah mutu, dilanjutkan dengan menetapkan dan melaksanakan upaya
penyelesaian masalah, untuk kemudian diakhiri dengan melakukan penilaian serta
menyusun saran-saran untuk tindak lanjut. Sedangkan sasaran yang dimaksud
adalah semua unsur pelayanan yakni lingkungan, masukan proses serta keluaran
pelayanan.
3) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif. Artinya pelaksanaan
program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan masalah penyebab
masalah dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan lain. Kecuali
atas dasar data yang ditemukan. Untuk menjamin objektifitas, dipergunakanlah
berbagai standar dan indikator.
16
4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu. Artinya pelaksanaan
program menjaga mutu harus terpadu dengan pelayanan yang diselengarakan,
bukanlah program menjaga mutu yang baik. Karena adanya sifat terpadu ini.
Program menjaga mutu disebut pula sebagai manajamen mutu terpadu (total
quality management).

Unsur program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang dimaksud :

1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah menunjuk kepada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggrakan, yang di satu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tinkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai dengan kode etik
dari standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
2) Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan empat
hal:
a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam hal ini adalah
tenaga pelaksana, sarana dan dana.
b. Unsur lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu saran pelayanan kesehatan
yang terpenting adalah kebijakan (policy), struktur organisasi (organization)
serta sistem manajemen (management) yang diterapkan.
c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di sini adalah semua
tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan ini secara umum
dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, tindakan medis (medical
procedure) mulai dari anamesis sampai dengan pengobatan. Kedua, tindakan
non medis (non medical procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan
tindakan medis, penerimaan dan perawatan pasien dan lain selanjutnya yang
seperti ini.
d. Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang
menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua macam :
 Penampilan aspek media (medical performance) seperti misalnya
kesembuhan penyakit, kecacatan dan atau kematian.
 Penampilan aspek non medis (non mediacal performance) seperti misalnya
kepuasan dan keluhan pasien.

D. Syarat Pembangunan

1. Fasilitas praktik

Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama yang lengkap
serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya.

a. Fasilitas untuk praktik. Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan
dan keamanan pasien, pegawai dan dokter yang berpraktik.
b. Kerahasiaan dan privasi. Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan
kerahasiaan dan privasi pasien.

17
c. Bangunan dan interior. Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan
bangunan permanen atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan medis strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi
pasien.
d. Alat komunikasi. Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat
sekitarnya.
e. Papan nama. Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah
diatur oleh organisasi profesi.

2. Peralatan klinik

Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer).

a. Peralatan medis. Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang
minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia
layanan strata pertama.
b. Peralatan penunjang medis. Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan
penunjang medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat
berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama.
c. Peralatan non medis. Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang
minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia
pelayanan strata pertama.

3. Tenaga pelaksana

Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidaklah
berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran lainnya. Tenaga pelaksana
yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :

a. Tenaga medis

Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family
doctor/physician). Tergantung dari sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan
dokter keluarga serta beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan
dapat berbeda. Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana pelayanan tersebut adalah
rumah sakit serta beban kerjanya lebih berat, maka jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan
akan lebih banyak. Sedangkan jika pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan
oleh suatu klinik dokter keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit.
Klinik dokter keluarga memang dapat diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter
keluarga (solo practice) ataupun oleh sekelompok dokter keluarga (group practice). Telah
disebutkan, dari kedua bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang
diselenggarakan oleh satu kelompok dokter keluarga.

b. Tenaga paramedis

Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga paramedis.
Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogoyanya yang telah mendapatkan pendidikan
dan latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga, baik aspek medis dan ataupun aspek
18
non medis. Jumlah tenaga paramedis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter
keluarga yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan
untuk setiap satu orang dokter keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis terlatih.

c. Tenaga non-medis

Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter keluarga, perlu
pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada dua katagori tenaga non-
medis tersebut. Pertama, tenaga administrasi yang diperlukan untuk menangani masalah–
masalah administrasi. Kedua, pekerjasosial (social worker) yang diperlukan untuk
menangai program penyuluhan/nasehat kesehatan dan atau kunjungan rumah misalnya.
Jumlah tenaga non medis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga,
dibutuhkan sekurang-kurangnya satu orang tenaga administrasi serta satu orang pekerja
sosial.

4. Proses-proses penunjang praktik

Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang menunjang kegiatan


pelayanan dokter keluarga.

a. Pengelolaan rekam medik

Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi rekam medik


dengan dasar rekam medik berorientasikan pada masalah (problem oriented medical
record).

b. Pengelolaan rantai dingin

Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain
management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.

c. Pengelolaan pencegahan infeksi

Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management yang


mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayanannya.

d. Pengelolaan limbah

Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan limbah, baik
limbah medis maupun limbah nonmedis agar ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat
sekitar klinik.

e. Pengelolaan air bersih

Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah sehingga
aman digunakan.

19
f. Pengelolaan obat

Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai prosedur yang
berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang kadaluwarsa.

E. Manajemen Keuangan

Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan bersifat
transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan praupaya maupun
sistem pembiayaan fee for service.

L.I 4 Memahami dan Menjelaskan Alur Rujukan

A. Definisi

Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya). Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalah-
masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya.

B. Klasifikasi

Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni :

I. Rujukan medik

Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien.
Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan
pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status kesehatan
pasien

1. Rujukan pasien (transfer of patient). Penatalaksanaan pasien dari strata


pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut

20
2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge). Pengiriman dokter/ tenaga
kesehatan yang lebih ahli dari strata pel. kes. Yang lebih mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau
sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens). Pengiriman
bahanbahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan
yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak
lanjut.

II. Rujukan kesehatan masyarakat

Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Tujuan:
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di
masyarakat.

1. Rujukan tenaga. Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan


kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu
untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau
sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
2. Rujukan sarana. Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau
sebaliknya untuk tindak lanjut.
3. Rujukan operasional. Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dari strata pelayanan kesehatan
yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau
sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
4. Rujukan kesehatan:
- Lingkup: Masalah kesehatan masyarakat
- Tujuan: Pemeliharaan den pencegahan
- Jalur: Dinas Kesehatan secara bertingkat

C. Karakteristik

1. Ruang lingkup kegiatan


Konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ketiga. Rujukan, melimpahkan
wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi
kepada pihak ketiga
2. Kemampuan dokter
Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih pengalaman.
Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
3. Wewenang dan tanggung jawab
Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta
konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.

D. Manfaat

1. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan


21
- Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
- Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara
kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
- Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan
2. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
- Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang
- Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan
3. Dari sudut tenaga kesehatan
- Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif,
semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.
- Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan
kerjasama
- Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu

E. Tata Cara

Dasar: Kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama, dan sistem kesehatan
terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku. Tata cara konsultasi (McWhinney,
1981):

a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi


b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, form khusus, catatan
di rekam medis, formal/ informal lewat telfon
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi

Tata cara rujukan

a. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja


b. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
c. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

F. Pembagian Wewenang dan Tanggungjawab

a. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya


kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu
tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya
b. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja
c. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya
d. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

22
dr. Rina Amelia, Departemen IKM/ IKP/ IKK, Fakultas Kedokteran USU

L.I 5 Memahami dan Menjelaskan Peran Dokter Keluarga dengan Mitra Kerjanya
dalam Pelayanan Dokter Keluarga

A. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK)

Pada dasarnya sistem perlayanan dokter keluarga (selanjutnya digunakan SPDK), haruslah
menerapkan ketiga tahapan pelayanan medis sesempurna mungkin. Komponen sistem, yang
sekarang biasa disebut sebagai “pemegang saham” (stakeholders), paling tidak terdiri atas:

1. DPU/DK (Sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Primer)


2. DSp (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Sekunder)
3. DSpK (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Tersier)
4. Dokter gigi
5. Pihak pendana (Asuransi Kesehatan, Pemerintah, dsb.)
6. Regulasi (perundangan, Sistem Kesehatan Nasional, dsb.)
7. Pasien (dengan keluarga dan masyarakatnya)

23
8. Farmasi (profesional dan pengusaha)
9. Staf klinik selain dokter (Bidan, perawat, dsb)
10. Karyawan non-medis
11. Dsb.

Mereka harus bekerjasama secara mutualistis mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Semua pemegang saham mempunyai andil, hak dan kewajiban yang sama dalam mewujudkan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi pasien, tidak melanggar aturan atau
perundangan maupun etika profesi, dan menjamin kesejahteraan bagi penyelenggaranya. Jika
salah satu komponen sistem “merusak” tatanan, menyalahi aturan main agar memperoleh
keuntungan bagi dirinya, maka akibat negatifnya akan dirasakan oleh seluruh komponen sistem
termasuk, pada akhirnya, yang menyalahi aturan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama
profesional yang mutualistis di antara anggota sistem.

Dengan kata lain, dalam sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan oleh
“tim” kesehatan yang bahu-membahu mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap
komponen sistem mempunyai tugas masing-masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh
sesuai dengan tatanan yang berlaku. Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya,
memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan perawat tidak
memberikan obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan perintah
tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat dibenarkan
mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau belum dicantumkan.
Demikian pula dokter keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum dibenarkan
mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada dokter spesialis yang dikonsuli atau
dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat. Demikianpula komponen system
yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan saling kontrol saling
mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di
lakukan dalam berbagai hal seperti :

1. Merujuk pasien

Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan,
dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya.

2. Bekerjasama dengan sejawat

Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, ras, usia,
kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikan hubungan
profesional antar sejawat.

3. Bekerja dalam tim

Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.

4. Mengatur dokter pengganti.

24
Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta
mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti.

5. Mematuhi tugas

Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran harus
mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.

6. Pendelegasian wewenang

Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis, mahasiswa


kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus
disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan
peraturan baru.

B. Komunikasi Dokter-Profesi Lain

1. Kolaborasi

a. Pengertian Menurut Shortridge, et al (1986). Hubungan timbal balik di mana


[pemberi pelayanan] memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan
pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka.
b. Elemen-elemen Kolaborasi

- Struktur
- Proses
- Hasil Akhir

c. Model Kolaboratif Tipe I

- Menekankan Komunikasi Dua Arah


- Masih menempatkan Dokter pada posisi utama
- Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien

d. Model Kolaboratif Tipe II

- Lebih berpusat pada Pasien


- Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama
- Ada kerja sama dengan Pasien
- Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus

e. Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda
dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-
hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologis keilmuan
dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini
memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya
lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.

25
f. Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional
dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama
ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi.
Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih
besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih medukung
dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada
perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi
diantara keduanya.
g. Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik
bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup
praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi
petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan
suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan
mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-
batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek
terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan
masyarakat.
h. Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan
untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
- Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlian unik profesional.
- Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
- Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
- Meningkatnya kohesifitas antar profesional
- Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
- Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang
lain
i. Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-
faktor
- Faktor interaksi ( interactional determinants), yaitu hubungan interpersonal
diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan untuk berkolaborasi, percaya,
saling menghargai dan berkomunikasi .
- Faktor Organisasi (organizational determinants) yaitu kondisi di dalam
organisasi tersebut yang terdiri dari:
a. Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil daripada
struktur hierarkis);
b. Organization’s philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran, kebebasan
berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap saling percaya;
c. administrative support (kepemimpinan);
d. team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi, membagi
lingkup praktek dengan profesional lain, bekerja dalam suatu unit yang
kecil)
e. coordination mechanism (pertemuan formal untuk diskusi, standarisasi
prosedur dalam bekerja).
- Faktor lingkungan organisasi(organization’s environment/ systemic
determinants) yaitu elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial, budaya,
pendidikan dan profesional.

C. Pendekatan Praktik Hirarkis


26
a. Menekankan Komunikasi satu arah
b. Kontak Dokter dengan Pasien terbatas
c. Dokter merupakan Tokoh yang dominan
d. Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGD

- Sebelum ada model Kolaborasi, hubungan yang ada adalah Model PRAKTIK
HIRARKIS.
- Praktik Hirarkis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan sebelum profesi
perawat semakin berkembang.
- Selanjutnya dikenal ada 2 (dua) model Kolaborasi yang lain (Model 1 dan
- Pendekatan Praktik Hirarkis
 menekankan komunikasi satu arah.
 kontak dokter dengan pasien terbatas.
 dokter merupakan tokoh yang dominan.
 cocok untuk ditetapkan di keadaan tertentu , seperti: IGD
 pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktek dokter di Indonesia

DOKTER

REGISTERED NURSE

PEMBERI PELAYANAN LAIN

PASIEN

D. Komunikasi Dokter-Apoteker

Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dokter perlu mengetahui apa yang menjadi tanggung
jawab profesi apoteker dalam pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi dapat dilakukan di
berbagai tempat seperti rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik, Apotek, dll. Adanya pemahaman
masing-masing pada profesi mitra kerjanya akan memudahkan terjadinya komunikasi yang
baik antar profesi

E. Empat unsur Pelayanan Farmasi


1. Pelayanan Farmasi yang baik.
2. Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat.
3. Praktik dispensing yang baik.

Pelayanan profesional apoteker yg proaktif dalam berbagai kegiatan yg bertujuan untuk


meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.

27
L.I 6 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Mengenai Adab dan Tata Cara
Dokter Muslim dalam Menangani Pasien

Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar manusia dan manusia. Dalam
hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara dokter dan pasien, karena masing-masing
mempunyai nilai yang berbeda. Masalah semacam ini akan dihadapi oleh Dokter yang bekerja
di lingkungan dengan suatu sistem yang berbeda dengan kebudayaan profesinya.

Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter harus berjuang lebih dulu
melawan tradisi yang telah tertanam dengan kuat. Dalam hal ini, seorang Dokter Muslim tidak
mungkin memaksakan kebudayaan profesi yang selama ini dianutnya.

Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan bahwa seorang Dokter
Muslim wajib:
a. Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit, kekuatan tubuh
orang sakit, keadaan resam tubuh yang tidak sewajarnya, umur si sakit dan obat yang
cocok dengan musim itu, negeri si sakit dan keadaan buminya, iklim di mana ia sakit,
daya penyembuhan obat itu.
b. Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat yang
dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah dalam mengobati penyakit.
c. Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang sempurna,
mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan pengobatannya, berlaku lemah
lembut, menggunakan cara keagamaan dan sugesti, tahu tugasnya.

1. Adab Dokter terhadap Bayi Baru Lahir


a. Mengadazankan (HR. Abu Dawud & Ibnu Sunni))
b. Mentahnihkkannya (mencicipkan Manisan) (HR. Bukhari-Muslim)
c. Mendoakannya (HR. Bukhari)
2. Adab terhadap Pasien Sakit Ringan
a. Menganjurkan, memperingatkan serta memberi kesempatan kepada penderita agar
senantiasa ingat kepada Allah, mengerjakan semua amal ibadah baik yang fardu
maupun sunat, seperti shalat, berdsikir serta membaca Al-Qur’an
b. Terkait dengan hal di atas, dokter muslim harus menyediakan fasilitas yang
mendukung, seperti musholla khusus di tempat kerjanya (RS), bahan-bahan bacaan
ringan dan hiburan yang bernafaskan keagamaan seperti radio, kaset, video serta
menciptakan suasana keagamaan di lingkungan kerja (RS, klinik atau sarana
kesehatan lainnya) di mana penderita dirawat.
c. Mengusahakan agar kecemasan dan kekhawatiran pasien tidak mengagnggu
keseimbangan fisiknya. Besarkan hatinya debgan sedapat mungkin
menggembirakan hatinya.
3. Adab terhadap Pasien Sakit Berat dan Menghadapi Sakharatul Maut
a. Menghadapkan penderita ke kiblat (HR. Hakim)
b. Mengatakan kepada pasien agara berwasiat (QS. Al Baqarah: 180)
c. Memperingatkan dan mengajari pasien mengucapkan kalimat “La-illaha-il-
llallah”. (HR. Jama’ah kecuali Bukhari, HR. Ahmad & Abu Dawud)
d. Memerikan nasehat kepada pasien agar berobat dan berbaik sangka kepada Allah
dengan mengharapkan keampuhan dan rahmat-Nya, sekalipun pasien merasa
berdosa, yakinkan bahwa Allah akan memberi rahmat. (HR. Muslim, HR. Ibnu
Majjah & Tirmidzi)
28
e. Menjaga pakaiak dan tempat pasien senantiasa bersih dan suci. (HR. Abu Daud)
f. Mendoakan (HR. Abu Daud & Nasa-‘i, HR. Muslim).
g. Menjaga jangan samapi pasien terganggu (HR. Bukhari).
h. Membacakan Al-Qur’an (HR. Abu Daud, Ibnu Majjah & Ahmad).
4. Adab terhadap pasien yang meninggal
a. Menutupkan matanya (HR. Ibu Majah & Ahmad)
b. Mengatupkan rahang atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya
mulutnya tidak menganga.
c. Memperlemah persendian anggota gerak.
d. Menutupinya dengan kain (HR. Bukhari Muslim)
e. Menanggalkan pakaian yang dipakai di bawah kain tersebut.
f. Mendekapkan kedua tangan (tangan kanan di atas kiri), di atas pusat di bawah dada,
seperti orang sholat.
g. Meletakkan sesuatu yang berat di atas perutnya.
h. Menghadapkan ke kiblat (HR. Hakim & Baihaqi)

29
Daftar Pustaka

Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu. Semarang.

Azwar, Azrul (1995): Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, PT. Binarupa Aksara,
Jakarta.

Azwar, Azrul (1995): Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan; Yayasan Penerbitan IDI;
Jakarta.

Azwar, Azrul, Justam, Judil dan Bustami, Nilda S (1983) : Bunga rampai, dokter keluarga;
Kelompok Studi Dokter Keluarga, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1986): Survai Nasional Kesehatan Rumah Tangga tahun


1985/1986, DEPKES RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1989): Sistem Kesehatan Nasional, DEPKES RI, Jakarta.

Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 1996

Prasetyawati AE. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya.. Diakses melalui:


http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
pada 20 Desember 2013

Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 2010

Sudjoko Kuswadji (1996), Penjaminan Mutu Praktek Dokter Keluarga, Widya Medika,
Jakarta.

Sulastomo (1984), Bunga Rempa Pelayanan Kesehatan, Jakarta.

Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran Dan Residen.


FK UGM.

30

Anda mungkin juga menyukai