Anda di halaman 1dari 45

BUKU PANDUAN KETRAMPILAN

KLINIK

BLOK REPRODUKSI

Oleh :
Ns Chandra Widjajanti SKp,Mkep.SpMat

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 1
A. DESKRIPSI
Skills-lab atau praktikum pada laboratorium ketrampilan keperawatan merupakan strategi
pembelajaran yang digunakan untuk membelajarkan secara bersama-sama kemampuan
psikomotorik (keterampilan), pengetahuan (kognitif) dan afektif (sikap). Pada blok Reproduksi satu
ini mahasiswa akan mempelajari poin-poin anamnesis, tata cara pemeriksaan fisik untuk berbagai
keadaan dan kelainan dalam sistem reproduksi.

B. KOMPETENSI
1. Kompetensi Inti
o Komunikasi efektif
o Penguasaan berbagai keterampilan dasar klinik keperawatan / maternitas
o Penerapan prinsip-prinsip ilmu keperawatan klinik dan perilaku serta komunikasi
therapeutik

2. Sasaran Penunjang
o Menggunakan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif untuk membentuk dan memelihara
etika hubungan perawat dengan pasien
o Menggunakan prinsip-prinsip komunikasi untuk mendapatkan, menyediakan dan
meningkatkan informasi tentang problem sistem reproduksi
o Mengumpulkan dan menyimpan informasi yang esensial dan akurat guna mengidentifikasi
problem sistem reproduksi
o Menguasai prosedur pemeriksaan fisik yang terampil dan menyeluruh terhadap pasien-
pasien dengan problem reproduksi.
o Menguasai prosedur laboratorium dasar dan prosedur diagnostik dalam penatalaksanaan
problem sistem reproduksi

3. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran skills lab pada blok ini mahasiswa diharapkan akan
mampu
o Mahasiswa mampu menggunakan prinsip-prinsip komunikasi efektif dalam hubungan
perawat - pasien terutama pada waktu penjelasan edukasi pada penderita dan
keluarganya
o Mahasiswa mampu menentukan jenis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang diperlukan terhadap pasien-pasien dengan problem reproduksi.
o Mahasiswa mampu assistensi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang terdapat di sarana kesehatan primer untuk menegakan diagnosis kelainan
dalam sistim reproduksi pria dan wanita.
o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ante natal (ANC=Ante Natal Care)
dengan benar
o Mahasiswa mampu mendemontrasikan penatalaksanaan persalinan Normal Kala
I, II, dan III.
o Mahasiswa mampu mendemontrasikan pemasangan kontrasepsi IUD dan Implan.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 2
o Mahasiswa mampu mendemontrasikan pemberian pelayanan kontrasepsi oral
kombinasi

C. JENIS KETERAMPILAN
Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Laboratorium
Pemeriksaan 1. Leopold I-IV Skills lab
Kehamilan 2. Mengukur tinggi fundus uteri
trimester III 3. Auskultasi Janin.
3. Pemeriksaan Dalam
4. Pemeriksaan Ukuran Panggul Dalam.
Persalinan 1. Manajemen Kala I Skills lab
Normal 2. manajemen kala II
3. Manajemen Kala III
4. Manajemen Kala IV
Kontrasepsi 1. Kontrasepsi oral kombinasi Skills lab
2. Pemasangan IUD
3. Pemasangan Implan
Pemeriksaan 1. Anamnesis Skills lab
mammae pada 2. Pemeriksaan fisik :
wanita dan pria a. Inspeksi
b. Palpasi termasuk pemeriksaan
kelenjar limfe disekitar kedua
mammae
3. Sadari
Pemeriksaan 1. Anamnesis Skills lab
ginekologi 2. Pemeriksaan umum
3. Pemeriksaan abdomen
4. Pemeriksaan dengan spekulum
5. Pemeriksaan genitalia interna dan
adneksa
6. Interpretasi hasil

PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER II DAN III :

Beberapa metode dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis presentasi dan posisi janin. Hal ini
termasuk palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, auskultasi dan pada kasus-kasus yang
meragukan dengan pemeriksaan imaging seperti ultrasonografi, CT-Scan atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI).

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 3
PEMERIKSAAN OBSTETRI

1. Pemeriksaan Leopold

Pemeriksaan leopold dilakukan pada kehamilan cukup bulan setelah uterus cukup
membesar untuk dapat membedakan bagian-bagian janin melalui palpasi. Ibu dalam posisi supine
dan nyaman dengan perut terbuka. Manuever ini akan menjadi sulit untuk dilakukan atau
diinterpretasikan jika pasiennya gemuk (obese), jika ada cairan amnion berlebihan atau jika
plasenta berimplantasi di anterior.

Pemeriksaan Leopold terdiri dari 4 manuver.

Manuver I
 Menjawab pertanyaan : Apa yang ada di bagian fundus/kutub ? Kepala atau bokong?
 Temuan : Presentasi
Manuver ini mengidentifikasi bagian janin yang terdapat di atas pintu atas panggul. Umumnya
presentasi adalah kepala (head first) atau bokong (pelvis first).

Melakukan Manuver I

 Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk
mempalpasi fundus uteri.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 4
 Bagian kepala, jika teraba bentuknya bulat, keras, mudah digerakkan / mobile dan
ballotable ( melenting).
 Bagian bokong, jika teraba bentuknya bulat tidak beraturan, lunak, dan tidak mudah
digerakkan.

Pada Manuver I dapat juga ditentukan tinggi fundus uteri. Posisi janin- hubungan antara panjang
axis janin dan panjang axis ibu. Biasanya posisi janin longitudinal atau transversal, namun bisa
juga oblik.

Manuver II
 Pertanyaan yang harus dijawab : Dimana letak punggung janin ?
 Temuan : Posisi
Manuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang atau sisi
pelvis ibu. Ada beberapa kemungkinan posisi janin

Melakukan Manuver II
 Pemeriksa menghadap ke kepala pasien.
 Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan
yang satu, dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin.
 Pada salah satu sisi, maka akan dirasakan struktur tahanan keras sebagai suatu
pungggung, sedangkan sisi lainnya terdapat bagian-bagian kecil, irreguler dan mobile
sebagai suatu ektremitas janin. Dengan mencatat bahwa, apakah punggung janin
mengarah ke anterior, transversum atau posterior, maka orientasi janin dapat ditentukan.

Manuver III
 Untuk menjawab pertanyaan : Apakah bagian bawah janin sudah masuk Pintu Atas
Panggul ?
 Temuan : Bagian presentasi.
Manuver ini mengidentifikasi bagian janin yang paling tergantung – yaitu, bagian yang terletak
paling dekat dengan serviks. Bagian janin inilah yang pertama kontak dengan jari pada saat
pemeriksaan vagina, umumnya adalah kepala atau bokong.
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 5
Melakukan Manuver III
 Pemeriksa menghadap ke kepala pasien
 Dengan menggunakan ibu jari dan 4 jari lainnya pada satu tangan, bagian terbawah
abdomen maternal dicengkeram sedikit di atas symphisis osiss pubis dan minta pasien
untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Pada saat pasien menghembuskan
nafas, tekan jari tangan kebawah secara perlahan dan dalam kesekitar bagian presentasi.
 Jika bagian presentasi belum engaged, maka akan terasa massa movable (mudah
goyang) biasanya kepala janin.
 Perbedaan antara kepala dengan bokong janin dapat ditentukan dengan manuever
Leopold pertama. Jika bagian presentasi telah deeply engaged, maka mengindikasikan
bahwa, bagian terbawah janin telah berada dalam rongga panggul ibu dan secara detail
akan mudah ditentukan dengan manuever ke empat.

Manuver IV
 Untuk menjawab pertanyaan : Sejauh mana bagian bawah janin masuk ke rongga panggul
?

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 6
Melakukan Manuver IV
 Menghadap ke kaki pasien.
 Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah abdomen kearah pelvis hingga ujung
jari salah satu tangan menyentuh tulang terakhir. Inilah bagian ujung kepala. Jika bagian
ujung terletak dibagian yang berlawanan dengan punggung, ini adalah bagian pundak
bayi, dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan
terletak pada bagian yang sama dengan punggung dan bagian oksiput menjadi ujung
kepala.
 Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada seluruh masa akhir kehamilan, dan bahkan
selama atau diantara waktu kontraksi uterus saat proses persalinan. Dengan berbagai
pengalaman, hal ini memungkinkanm untuk mengestimasi besar janin. Menurut Lydon-
Rochelle et al (1993), seorang klinisi dapat mengidentifikasi mal-presentasi dengan
menggunakan manuever Leopold mempunyai tingkat sensitifitas 88%, spesifitas
94%, nilai ramal positif 74% dan nilai ramal negatif 97%.

II. MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI

Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan sebagai salah satu
indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi fundus uteri juga
dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun
merupakan indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus yang meningkat
secara berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih dari satu atau kemungkinan adanya
hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik pengukuran yang
konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini
dapat berupa pita/tali, atau dengan menggunakan pelvimeter. Posisi yang dianjurkan pada saat
melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi sipinasi) dengan kepala sedikit terangkat
(menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. Alat ukur (pita atau pelvimeter) diletakkan
dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas atassimphisis pubis hingga batas atas
fundus. Alat ukur tersebut diletakkan mengikuti kurve fundus. Cara pengukuran lain yaitu dengan
meletakkan alat ukur dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas simphisis pubis hingga
batas fundus tanpa mengikuti kurve atas fundus.
Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengukuran digunakan rumus McDonald’s
(“McDonald’s rule). Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki
trisemester kedua dan ketia.

Rumus McDonald’s
Usia kehamilan (hitungan bln) = Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau +3.5)
Usia kehamilan (hitungan mgg) = Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 7
III. MENGHITUNG DENYUT JANTUNG JANIN
Pergerakkan janin biasanya dirasakan oleh ibu di usia kehamilan 16 minggu (multigravida)
atau 20 minggu (primigravida). Denyut jantung janin dapat terdengar melalui Doppler (12 minggu)
fetoscope (18 – 20 minggu) atau ultrasound stetjoscope (awal tri semester). Pemeriksaan USG
kehamilan dapat lebih tepat memperkirakan usia kehamilan dan digunakan apabila tanggal
menstruasi terakhir tidak dapat dipastikan atau jika ukuran uterus tidak sesuai dengan kepastian
tanggal menstruasi terakhir. Lokasi untuk mendengar denyut jantung janin berada disekitar garis
tengah fundus 2 – 3 cm diatas simphisis terus ke arah kuadran kiri bawah.

IV. PEMERIKSAAN DALAM


Didalam usaha untuk menentukan presentasi dan posisi dengan pemeriksaan vaginal ini,
maka disarankan untuk selalu memperhatikan 4 gerakan sebagai berikut :
1) Dua jari yang telah memakai sarung tangan diarahkan pada introitus vagina dan ditujukan
pada bagian terbawah janin. Untuk membedakan kepala, muka, dan bokong denag
pemeriksaan ini sudah mampu untuk mengerjakannya.
2) Apabila kepala janin sebagai bagian terbawah, maka jari-jari pemeriksa diarahkan ke
aspek posterior vagina. Jari kemudian menyapu ke depan di atas kepala ke arah simphisis
pubis ibu. Selama pergerakkan ini, maka jari akan melewati sutura sagitalis janin dan
arahnya sutura dapat direntukan.
3) Posisi dua ubun-ubun dapat segera ditentukan. Jari mengusap bagian anterior sutura
sagitalis dan ubun-ubun akan segera ditemukan dan di identifikasi.
4) Station atau seberapa dalam bagian terbawah janin telah turun dalam rongga panggul,
juga dapat ditentukan pada pemeriksaan ini.

V. Deteksi Ruptur Membran Amnion (Selaput Ketuban) :


Wanita hamil seharusnya selalu diinstruksikan selama periode antepartum untuk lebih aware
terhadap kebocoran cairan dari vagina dan segera melaporkan kejadian tersebut segera.
Pecahnya selaput ketuban ini mempunyai 3 alasan yang bermakna.
a. Bagian terbawah janin tidak terfixir sempurna dalam pelvis, sehingga memungkinkan
peningkatan risiko keluarnya tali pusat dan kompresi tali pusat.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 8
b. Persalinan kemungkinan segera akan mulai jika memang usia kehamilan sudah aterm
atau mendekati aterm.
c. Jika persalinan belum terjadi dalam waktu 24 jam atau lebih maka dengan pecahnya
selaput ketuban ini, akan berrisiko terjadi infeksi intra uterine.

Dengan pemeriksaan spekulum diagnostik, ruptur membran amnion dapat disimpulkan jika cairan
ketuban mengumpul di forniks posterior atau memang ada cairan yang jelas keluar melewati
kanalis servikalis.

VI. Pemeriksaan Kapasitas pelvis :


Apapun kejadian kesempitan diameter panggul akan menyebabkan distokia selama
persalinan Ada beberapa kesempitan panggul yaitu kesempitan panggul atas, panggul tengah dan
panggul bawah, atau umumnya seringkali kesempitan akibat kombinasi ketiga macam pintu
panggul ini.

A. Kesempitan Pintu Atas Panggul (PAP):


PAP biasanya dicurigai sempit jika diameter terpendek anteroposterior < 10 cm atau jika
diameter transversa < 12 cm. Diameter anteroposterior ini dapat diaproksimasi secara manual
dengan mengukur konjugata diagonalis , dimana ukurannya lebih besar 1,5 cm. Oleh karena
itu, kesempitan PAP terjadi yaitu dengan diperhitungkan konjugata diagonalis < 11,5 cm.

B. Kesempitan Pintu Tengah Panggul (PTP) :


Penemuan kesempitan ini lebih sering terjadi daripada kesempitan PAP. Hal ini
menyebabkan transvers arrest kepala janin yang mengakibatkan kesulitan dilakukan
ekstraksi forseps sehingga harus dikerjakan seksio caesarea.
 Plane obstetrikal PTP meluas dari batas bawah simphisis pubis berjalan melalui spina
ischiadika dan sakrum yaitu antara Vertebra IV dan V.
 Ukuran rata-rata PTP sebagai berikut : Diameter tansversus atau interspinosus 10,5 cm.
Walaupun tidak ada metode akurat untuk mengukur dimensi PTP, namun kecurigaan
kesempitan kadang-kadang dapat dianalisa, jika spinanya menonjol, dinding panggul
konvergen, atau sacrosciatic notch sempit.

C. Kesempitan Pintu Bawah Panggul (PBP):


Penemuan kesempitan biasanya ditentukan sebagai diameter interischial tuberous < 8
cm. Pintu keluar panggul terdiri dari 2 segitiga dimana diameter interiscial tuberous sebagai
basisnya. Kesempitan pintui bawah panggul tanpa disertai adanya kesemputan panggul
tengah adalah sangat jarang.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 9
PERSALINAN NORMAL
PENDAHULUAN

Definisi dan Tujuan


Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang
bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 – 24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :


- Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini berlangsung antara 18 – 24 jam terbagi dalam 2 fase, fase laten (8jam) serviks
membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm.
Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
- Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
- Kala III : Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
- Kala IV : Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post-partum.

Tabel 1: Peralatan, bahan dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk persalinan dasar.
No. Alat pertolongan persalinan/set partus Jumlah
1. Klem Kelly atau Kocher 2
2. Gunting tali pusat 1
3. Pengikat tali pusat steril 1
4. Kateter Nelaton 1
5. Gunting Episiotomi 1
6. Klem ½ Kocher atau Kelly 1
7. Sarung tangan kanan steril 2
8. Sarung tangan kiri steril 1
9. Kain kassa steril 10
10. Kapas basah steril 10
11. Alat suntik sekali pakai 2 1/2 ml berisi oksitosin 10 U 1
12. Kateter penghisap lendir De Lee 1
Lain-lain :
13. Partograf
14. Kertas kosong atau formulir rujukan
15. Pena

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 10
16. Thermometer
17 Pita pengukur
18. Fetoskop
19. Jam yang mempunyai jarum detik
20. Stetoskop
21. Tensimeter
22. Larutan Klorin 0,5% (Larutan Bayclin 5,25%)
23. Sabun dan deterjen
24. Celemek (pelindung badan) dari bahan plastik
25. Kain plastik (perlak) untuk alas ibu saat persalinan.
26. Kantong plastik
Persediaan obat-obatan untuk komplikasi
27. Larutan infus Ringer Laktat 500 ml 3
28. Set infus
29. Kateter intravena (Abocatt®) ukuran 16-18 G. 2
30. Metil ergometrin maleat injeksi (Methergin®) 0,2 mg 2 ampul
31. Oksitosin injeksi 10 U 4 ampul
32. Larutan Magnesium sulfat 40% (10 gram dalam 25 ml) 2 vial
33. Alat suntik sekali pakai ukuran 2 ½ ml 3
34. Alat suntikm sekali pakai ukuran 5 ml 2
35. Amoksisilin/ampisilin 500 mg atau penicillin procain
injeksi 3 juta unit/vial 10 ml
Bahan-bahan untuk penjahitan episiotomi
36. Alat suntik sekali pakai 10 ml beserta jarumnya 1
37. Larutan Lidokain 1% 20 ml
38. Pemegang jarum
39. Pinset
40. Jarum jahit
41. Benang catgut 3.0
42. Sarung tangan steril 5

PARTOGRAF

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam
menentukan keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf memberikan peringatan pada petugas
kesehatan bahwa suatu persalinan mungkin akan diperlama dan, tergantung pada kondisi ibu dan
janinnya, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk.

Kondisi ibu dan janin yang harus dicatat sebagai berikut :


1. Denyut jantung janin : catat setiap jam.
2. Air ketuban : Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina
3. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
4. Pembukaan serviks : Dinilai setiap pemeriksaan per vaginam.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 11
5. Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen/luar) di atas simfisis pubis.
6. Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
7. Jam : catat jam sesungguhnya.
8. Kontraksi uterus (His) : Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing kontraksi dalam
hitungan detik.
9. Oksitosin : bila memakai Oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan
infus dalam tetesan per menit setiap 30 menit apabila digunakan.
10. Obat yang diberikan : Catat semua obat lain yang diberikan.
11. Nadi : catatlah setiap 30 menit dan ditandai dengan sebuah titik besar.
12. Tekanan darah : Catatlah setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah.
13. Suhu badan : Catatalah setiap 2 jam.
14. Protein, aseton dan volume urine : Catatlah setiap kali ibu berkemih.

Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, mahasiswa harus melakukan
penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.

PENILAIAN PERSALINAN :

Kemajuan Persalinan Kondisi Ibu Kondisi Janin

Riwayat persalinan : Catatan medis : - Gerakan janin


- Permulaan timbulnya His - Riwayat kehamilan - Detak jantung janin.
- Selaput ketuban utuh atau - Riwayat kebidanan Jika selaput ketuban pecah,
robek - Riwayat penyakit sistemik maka periksalah :
- Darah lendir - Riwayat sosial - warna cairan ketuban
- Perdarahan - Kepekatan cairan ketuban
- Masalah yang pernah ada - Jumlah/banyaknya cairan
pada kehamilan terdahulu ketuban.
-Terakhir kali makan/minum

Pemeriksaan Abdomen : Pemeriksaan Umum:


- Tinggi fundus uteri - Tanda-tanda vital.
- Posis janin - Berat badan
- Tanda bekas operasi - Edema
- Kontraksi : - Refleks
- Frekwensi. - Kondisi puting susu
- Lamanya - Kandung kemih
- Kekuatannya -Pemberian
- Penurunan kepala makanan/minuman

Pemeriksaan Vagina :
- Pembukaan serviks

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 12
- Penipisan serviks.
- Penurunan bagian terendah.
- Molding/molase.
- Kondisi membran.
- Anggota tubuh bayi yang
sudah tampak.

DIAGNOSIS :

No. Kategori Keterangan


1. Sudah dalam persalinan (Inpartu) Ada tanda-tanda persalinan :

- Pembukaan serviks > 3 cm


- His adekuat (teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik).
- Lendir darah dari vagina.
2. Kemajuan persalinan normal Kemajuan berjalan sesuai dengan partograf.
3. Persalinan Bermasalah Contoh : kemajuan persalinan yang tidak sesuai
dengan partograf; melewati garis
waspada.
4. Kegawatdaruratan saat persalinan Contoh : eklampsia, perdarahan, gawat janin.

I. MANAJEMEN PERSALINAN KALA I

As soon as possible setelah masuk rumah sakit, maka pemeriksaan yang belum dilakukan segera
dikerjakan. Rencana yang rasional untuk monitoring persalinan dapat dibuat, ditujukan untuk
kebutuhan janin dan ibunya. Oleh karena terdapat variasi individual yang luas mengenai lamanya
persalinan, maka tidaklah bijaksana untuk mematok lama persalinan.
A. Monitoring Fetal Well-Being selama persalinan.
Selama Kala I persalinan tanpa diserta abnormalitas lainnya, maka pemeriksaan auskultasi
direkomendasikan tiap 30 menit dan tiap 15 menit saat kala II.

B. Kontraksi Uterus.
Kontraksi uterus dapat dievaluasi secara manual untuk menilai baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Dengan meletakkan telapak tangan pemeriksa pada uterus, maka
pemeriksa dapat menentukan onset kontraksinya. Intensitas kontraksi dapat diidentifikasi
menurut tingkat kekerasan uterus yang dapat dicapai. Pada saat kontraksi tercapai efefktif,
maka jari pemeriksa tidak akan mampu menekan uterus. Kemudian saat kontraksi
menghilang juga dicatat. Sekuens ini akan terus berulang dan dievaluasi frekwensi, durasi,
dan intensitas kontraksi uterus.

C. Vital Sign Maternal


D. Pemeriksaan Vaginal Berikutnya

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 13
E. Intake Oral.
F. Pemberian Cairan Infus.
G. Amniotomi.
H. Periksa Fungsi Kandung Kemih.

Secara umum, manajemen penanganan persalinan kala I adalah sebagai berikut :


1. Pendampingan oleh keluarga
2. Perhatikan asupan nutrisi untuk persiapan kala II
3. Dianjurkan jalan-jalan dan menjaga kebersihan diri (mandi) apabila ketuban belum pecah
4. Ajarkan baring miring kiri
5. Kala I fase laten (pembukaan <4 cm) umumnya selama 8 jam; kala I fase aktif
(pembukaan 4-10 cm) umumnya terjadi pembukaan 1 cm/ jam (6 jam).

II. MANAJEMEN PERSALINAN KALA II :

A. Pengenalan Kala II
Setelah pembukaan lengkap, maka mulailah kala II dan pasien secara khas merasa
ingin mengejan dan dengan adanya penurunan bagian terbawah janin akan mendorong
terjadinya defekasi. Kontraksi uterus yang didukung dengan tenaga mengejan ibu akan
berlangsung sekitar 1½ menit dan akan berulang dengan interval tidak lebih dari 1 menit.
Rata-rata durasi kala II adalah 50 menit pada nullipara, dan 20 menit pada multipara,
naumun interval ini juga sangat bervariasi.

B. Pemeriksaan Dalam

Persalinan kala II ditegagkkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk


memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm.

Hal-hal yang harus dipantau antara lain :

1. Pembukaan lengkap, porsio tidak teraba


2. Penurunan Hodge III+ atau ketinggian 3+
3. Penunjuk/ denominator UUK kiri atau kanan atas
4. Selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah

C. Pimpinan Kala II

- Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase acme atau puncak his dan minta ibu untuk
menarik lipat sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat siku agar tekanan abdomen
menjadi efektif
- Istirahatkan ibu apabila his menghilang, letakkan kembali tungkai ibu di atas ranjang
persalinan dan dengar denyut jantung bayi pada waktu tersebut
- Pimpin berulang-ulang hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 14
D. Ekspulsi Kepala

- Pada his berikut, minta pasien untuk mengait lipat lutut, pimpin untuk mengedan sekuat
mungkin (pada fase akme/ puncak). Minta untuk mengedan terus menerus apabila
suboksiput sudah berada di bawah simfisis (sebagai hipomochlion)
- Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur defleksi kepala), letakkan
telapak tangan lain pada perineum dengan membentangkan telunjuk dan ibu jari sehingga
bagian di antara kedua jari tersebut, dapat mendorong perineum untuk membantu lahirnya
berturut-turut UUB, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu (hilangkan tahanan pada
belakang kepala secara bertahap)
- Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, perhatikan proses putaran
paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi)
- Ambil kain/ handuk bersih, seka mulut, mulut, hidung dan kepala bayi dari darah, air
ketuban atau ferniks kaseosa. Bersihkan pula lipat paha, perineum dan daerah di sekitar
bokong ibu.

E. Melahirkan Bayi

- Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu jari pada pipi
depan, jari telunjuk dan tengah pada bawah dagu, jari manis dan kelingking pada
belakang leher dan bawah kepala).
- Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakkan bayi ke bawah sehingga lahir bahu depan.
- Gerakkan bayi ke atas sehingga lahir bahu belakang
- Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada dan lengan, perut,
pinggul dan tungkai.
Perhatikan:
 Pada pertolongan persalinan dengan meja/ ranjang persalinan yang dapat dilepas atau
meja ginekologi (bagian bokong dan kaki), setelah kedua bahu lahir, topangkan badan
bayi pada lengan bawah kanan, tangan kiri memegang bagian belakang tubuh bayi).
 Letakkan bayi di antara kedua paha ibu (untuk ranjang atau meja ginekologi, letakkan
bayi di atas perut ibu dan minta asisten untuk memegangnya agar tidak terjatuh)

Pemotongan Tali Pusat :

Tali pusat dipotong di antara dua klem yang ditempatkan 4-5 cm dari perut janin. Dan
pada klem kedua ditempatkan 2-3 cm dari perut janin.
Segera setelah lahir, newborn ditempatkan setinggi, atau dibawah dari ketinggian
introitus vaginae selama waktu 3 menit dan sirkulasi uteroplasenter jika tidak segera diklem
pada pengekleman tali pusat, maka rata-rata 80 ml darah akan berpindah dari plaenta ke
neonatus. Hal ini akan memberikan penyediaan besi kira-kira 50 mg, dimana akan
mengurangi risiko defisiensi besi saat masa kehidupan bayi yang akan datang.

III. MANAJEMEN PERSALINAN KALA III


Segera setelah lahirnya bayi, ukuran fundus uteri dan konsistensinya segera diperiksa. Jika uterus
tetap keras dan tidak ada perdarahan yang banyak, maka menunggu dengan kewaspadaan
sampai lasenta terlepas adalah satu tindakan yang sering dikerjakan dalam praktek.
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 15
Masase tidak dilakukan, tetapi fundus seringkali harus diraba untuk memastikan bahwa organ
tersebut tidak menjadi atonik dan terisi darah yang berasal dari lepasnya plasenta.

Tanda Plasenta telah lepas.


Para klinis sebaiknya waspada terhadap tanda-tanda plasenta lepas sebagai berikut:

1). Uterus menjadi lebih globuler dan lebih keras. Tanda ini merupakan tanda yang paling
dini akan nampak.
2). Seringkali keluar darah secara tiba-tiba.
3). Uterus akan naik ke abdomen karena plasenta setelah lepas akan turun melewati
segmen bawah rahim dan vagina, sehingga akan mendorong uterus ke atas.
4). Tali pusat akan keluar memanjang dari vagina mengindikasikan bahwa, plasenta telah
turun.
Tanda ini kadang-kadang nampak dalam 1 menit pasca persalinan bayi , namun biasanya
dalam waktu 5 mrenit. Bila plasenta telah lepas, maka ibu diminta untuk mengejan
dan dengan tekanan intra abdomen ini yang adekuat akan efektif mengeluarkan
plasenta.

Melahirkan Plasenta :
Penarikan tali pusat jangan pernah dilakukan sebelum plasenta lepas, dimana dapat
mengakibatkan inversio uteri.
Traksi tali pusat tidak boleh dikerjakan untuk menarik plasenta keluar dari rongga uterus.

Manajemen Aktif Kala III Persalinan :

No. Langkah-langkah inti Deskripsi dan Keterangan


1. Jepit dan gunting tali pusat Dengan penjepitan tali pusat ini akan memulai proses
sedini mungkin pelepasan plasenta.
2. Memberikan Oksitosin Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta.
- Oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika
kelahiran bahu depan bayi jika petugas lebih
dari satu dan pasti hanya ada bayi tunggal.
- Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah
kelahiran bayi jika hanya ada seorang petugas
dan yang pasti hanya ada bayi tunggal.
- Oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15
menit jika plasenta masih belum lahir.
3. Melakukan penegangan tali PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah
pusat terkendali atau PTT terlepas:
- Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat
di atas simfisis puibis. Selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso-
kranial - ke arah belakang dan ke arah kepala
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 16
ibu.
- Tangan yang satu memegang tali pusat dekat
pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali
pusat yang terus-menerus, dalam tegangan
yang sama dengan tangan ke uterus selama
kontraksi.
PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi.

Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dari jalan


lahir dengan menggerakkan tangan atau klem
pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan
plasenta dengan gerakkan ke bawah dan ke atas
sesuai jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang
plasenta dan perlahan memutar plasenta searah
jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
4. Masase fundus Segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan,
masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini
dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah
perdarahan post-partum.
Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik,
atau jika perdarahan hebat terjadi, mulailah segera
melakukan kompresi bimanual. Jika atonia uteri tidak
teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk
perdarahan post-partum.

IV. MANAJEMEN PERSALINAN KALA IV

Pemantauan :
Masa post-partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama
kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15
menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.

Hal-hal yang dilakukan pada kala IV antara lain :

1. Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang pispot datar dan lebar pada bagian
bokong untuk memantau darah yang keluar
2. Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut
3. Pantau tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit hingga 2 jam pasca kala III
4. Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum secukupnya
5. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan kasa penyerap dan
celana. Pakaikan kain dan selimut ibu. Bawa ke ruang perawatan dan lakukan rawat gabung
sesegera mungkin.

DIAGNOSIS:
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 17
No. Kategori Deskripsi
1. Involusi Normal - Tonus : uterus tetap berkontraksi.
- Posis : fundus uteri di atau di bawah
umbilikus.
- Perdarahan : tidak berlebihan.
- Cairan : tidak berbau.
2. Kala IV dengan Penyulit - Sub Involusi : uterus tidak keras,
posisi di atas umbilikus.
- Perdarahan : atonia, laserasi, bagian
plasenta tertinggal/membran/yamng
lain.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 18
KONTRASEPSI

I. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

I.1. Jenis AKDR

Walaupun di masa lampau AKDR dibuat dalam berbagai bentuk dan dari bahan yang
brebeda-beda, dewasa ini AKDR yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe saja :
a. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja anti karat (The Chinese Ring).
b. Mengandung tembaga, termasuk disini TCu 380A, TCu 200C, Multiload (MLCu 250
dan 375) dan Nova T.
c. Mengandung hormone steroid seperti Progestasert yang mengandung
progesterone dan Levonova yang mengandung Levonorgestrel.

Copper T 380 A

AKDR Copper T 380A bentuknya mirip huruf ”T”. Bentuk ini terbukti sangat efektif, aman
dan mudah beradaptasi. Pada AKDR ini terdapat pita kecil tembaga pada masing-masing
lengannya dan bagian batangnya dikelilingi oleh kawat tembaga.

Dua faktor yang memperbesar hasil guna Copper T 380A adalah :


1. Tidak AKDR lain yang mempunyai luas permukaan tembaga seperti AKDR Copper
T 380A (380 mm 2.}
2. Tembaga di kedua lengan AKDR ini menjamin tembaga akan dibebaskan di bagian
tertinggi fundus uteri.

Daya Guna:

Daya guna metoda kontrasepsi merupakan faktor yang paling penting baik untuk klien
(pasangan) yang memilih suatu metoda kontrasepsi dan untuk pemberi pelayanan KB yang
terlibat dalam konseling. Calon klien AKDR yang potensial ingin mengetahui sampai sejauh
mana daya guna metoda tertentu, sedangkan petugas KB ingin mengetahui seberapa
banyak mereka dapat berpegang kepada suatu metoda untuk mencegah kehamilan.

Pada umumnya, AKDR biasa (non-medicated IUD) seperti Lippes Loop (ukuran D) dan
cincin baja anti karat mempunyai angka kegagalan tahun pertama tinggi yaitu 2-6 untuk
setiap 100 wanita. Sebaliknya, AKDR tembaga (TCu 380A dan MLCu 375) yang mempunyai
luas permukaan tembaga yang besar adalah AKDR yang sangat efektif karena kegagalan
tahun pertamanya hanya satu atau kurang dari satu. Angka kehamilan tahun pertama dan
kumulatif dalam 8 tahun adalah 0,6 dan 2,3 untuk Copper T 380A. AKDR dengan luas
permukaan lebih kecil (TCu 200, TCu 220 dan TCu 7) dan Progestasert (AKDR yang
melepaskan progesteron) mempunyai angka kegagalan tahun pertama 1-3 per 100 wanita.

Daya Tahan

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 19
Daya tahan (shelf live) dari setiap Presterilized Copper T 380A IUD insertion packages baru-
baru ini telah diperpanjang dari 4 menjadi 7 tahun oleh FDA, Amerika Serikat.

Konseling AKDR
Jika klien memilih AKDR, maka konseling sebaiknya meliputi informasi tentang :
- Bagaimana AKDR mencegah kehamilan.
- Keuntungan dan kerugian pemakaian AKDR termasuk efek samping (terutama
yang berhubungan dengan pola perdarahan haid, mulas-mulas, ekspulsi).
- Prosedur pemasangan/pencabutan dan jangka waktu pemakaian.
- Waktu pemasangan dan metoda kontrasepsi mana yang dipakai bila pemasangan
AKDR diundurkan.
- Kebebasan bagi klien untuk tidak meneruskan memakai AKDR jika dikehendaki.
- Kembalinya fertilitas sesudah AKDR dilepaskan.

Bagaimana Cara Kerja AKDR


Sewaktu konseling, kita harus memberi kesempatan kepada klien untuk memeriksa contoh
AKDR yang akan dipasang. AKDR adalah suatu benda kecil terbuat dari plastik yang
biasanya mengandung tembaga ataupun hormon steroid. AKDR akan berada dalam uterus.
AKDR tembaga seperti Copper T 380A bekerja terutama mencegah terjadinya pembuahan
(fertilisasi) dengan memblok bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma
yang mencapai tuba falopii dan menginaktifkan sperma.

Keuntungan dan Kerugian :


Keuntungan:
- Sangat efektif. Angka kehamilan pada tahun pertama 0,3 – 1,0 per 100 wanita per
tahun.
- Efektif dengan proteksi jangka panjang (sampai 8 tahun atau lebih) untuk Copper T
380A.
- Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat.
- Tidak mengganggu hubungan seksual suami istri.
- Pemeriksaan ulang diperlukan hanya sekali dalam satu tahun.
- Murah.
- Cocok untuk ibu-ibu menyusui.
- Tidak tergantung pada usia dengan syarat wanita itu mempunyai risiko rendah
untuk menderita penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Kerugian:
- Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genitalia diperlukan sebelum
pemasangan AKDR.
- Dapat meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
- Mememrlukan prosedur pencegsahan infeksi sewaktu memasang dan
mencabutnya.
- Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada
sebagian pemakai AKDR.
- Klien tidak dapat mencabut sendiri AKDR nya.
- Tidak dapat melindungi klien terhadap PMS, AIDS/HIV.
- AKDR dapat keluar dari rahim melalui kanalis servikalis hingga keluar vagina.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 20
- Bertambahnya risiko mendapat Penyakit Radang Panggul pada pemakai AKDR
yang dahulu pernah menderita penyakit menular seksual atau mereka yang
mempunyai mitra seks banyak.

Manfaat bagi kesehatan :


- Tidak mempengaruhi ASI.

PENILAIAN KLIEN:
Umum :
- Diabetes, AIDS, atau gangguan immunologik lainnya.
- Penyakit katup jantung atau rheumatik, riwayat endokarditis, atau shunt jantung.
Reproduksi :
- Riwayat haid (nyeri dan lamanya perdarahan) dan tanggal haid terakhir (HT).
- Paritas, jumlah kehamilan dan keinginan untuk mempunyai anak lagi.
- Kontrasepsi sebelumnya
- Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik.
- Nyeri di garis tengah, kiri atau kuadran kanan bawah abdomen yang semakin
bertambah parah sewaktu berjalan atau sesudah senggama.
- Endometritis pasca persalinan dan pasca keguguran.
- Pasangan seksual majemuk (baik istri maupun suami).
- Adanya proses keganasan (serviks atau uteri).

Pengobatan yang pernah diberikan :


- Antikoagulan.
- Kortikosteroid (tiap hari atau dosis tinggi).
- Obat-obat immunosupresif.
- Terapi radiasi.

Pemeriksaan Ginekologi :
Pemeriksaan abdomen:
- Nyeri tekan di daerah suprapubik/pelvik.
- Benjolan (massa) ataupun kelainan umum.

Pemeriksaan Dalam:
Genitalia eksterna dan spekulum:
- Periksa genitalia eksterna adanya ulkus dan bubo (pembengkakan kelenjar limfe
lipat paha).
- Cek adanya keputihan dan tanda-tanda lain, adanya penyempuitan kanalis
servikalis (stenosis).
- Jika ada indikasi berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik, (dan tersedianya
mikroskop), ambil spesimen dari sekret vagina dan sekret serviks untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

Pemeriksaan Bimanual:
- tentukan ukuran, bentuk dan posisi uterus.
- Cek adanya nyeri tekan ( tenderness) dari adneksa, penyakit radang panggul aktif
dll.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 21
- Cek apakah ada kehamilan.
- Cek abnormalitas uterus.
- Pemeriksaan rektovaginal (dilakukan hanya kalau hasil temuan dengan
pemeriksaan bimanual meragukan: misalnya posisi dan ukuran uterus tidak jelas).
- Temukan ukuran dari retroversi uterus.
- Cek massa di cul-de-sac atau nyeri tekan.

PENUNTUN PEMASANGAN AKDR :

Waktu Pemasangan : walaupun AKDR dapat dipasang setiap waktu selama siklus haid,
namun terdapat keuntungan-keuntungan tertentu pada pemasangan AKDR sewaktu haid
atau pada hari-hari haid terakhir, yaitu :
- Kecil sekali kemungkinan wanita itu sedang hamil.
- Pendarahan dan kramp kurang dirasakan pada saat ini dan oleh karena itu kurang
menyebabkan kecemasan.

Persiapan Alat-alat untuk Pemasangan AKDR :

Instrumen dan Perlengkapan untuk Pemasangan AKDR:


Kit untuk pemsangan /pencabutan AKDR yang dipasok oleh USAID (Medical Kit No2)
mengandung semua instrumen dan perlengkapan yang diperlukan untuk memasang dan
mencabut AKDR. Untuk pemasangan AKDR alat-alat yang diperlukan :
1. Spekulum cocor bebek (kecil,sedang,besar).
2. Tenakulum uterus.
3. Sonde uterus.
4. Forseps.
5. Gunting
6. Baskom untuk larutan antiseptika.

Bahan-bahan lain yang diperlukan :


1. Sarung tangan (reusable yang didisinfeksi secara tingkat tinggi atau disterilisasi
atau sarung tangan disposable yang baru)
2. Larutan antiseptik untuk membersihkan serviks uteri (lebih disukai dengan iodofor
seperti povidone iodine).
3. Kain kasa atau bola kapas.
4. Sumber cahaya yang cukup untuk melihat serviks uteri (senter sudah cukup
memadai).
5. AKDR Copper T 380A dalam kemasan steril yang belum dibuka, dan belum rusak.

TEKNIK PEMASANGAN AKDR Copper T 380A:

1. Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi litotomi, tangan ada di samping


badan atau di atas kepala agar kedudukannya lebih santai dan otot tidak tegang.

2. Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan toilet dengan bahan –
bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari kulit di sekitar alat
genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang duk (kain) steril yang
berlubang

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 22
3. Spekulum yang ukurannya sesuai dipasang secara hati-hati pada vagina, sampai
porsio dapat ditampakkan dengan jelas. Sekali lagi diamati apakah ada kelainan
pada porsio dan vagina yang merupakan kontra indikasi pemasangan IUD. Rongga
vagina dan permukaan porsio dibersihkan dibersihkan dengan bahan desinfektan.

4. Dengan hati-hati porsio bagian depan dijepit dengan tenakulum, agar porsio dapat
terfiksasi. Dilakukan sondase rongga rahim dengan sonde rahim, perhatikan
kelengkungan sonde terhadap posisi dan kjedudukan uterus (ante atao retrofleksi).
Tujuan melakukan sondase adalah mengetahui arah serta panjang rongga rahim,
sehingga dapat menentukan ukuran IUD yang harus dipasang dan kedudukan elips
penghenti pada inserter.

5. Setelah kemasan dibuka, bagian sayap dari IUD Cu-T dilipat ke arah pangkalnya
dan ikut dimasukkan ke dalam inserter. Cu-T yang terlipat ini harus sesegera
mungkin dipasangkan pada akseptor, agar kedudukannya tidak tidak menetap
(terlipat). Lebih dianjurkan agar pelipatan ini dilakukan pada saat masih ada dalam
kemasan atau kemasan belum dibuka, sehingga lebih menjamin sterilitasnya.

6. Tangan kiri pemasang memegang pegangan tenakulum. Tabung inserter yang


didalamnya sudah ada IUD dan pendorong inserter secara halus dimasukkan ke
dalam rongga rahim melalui orifisium uteri eksternum dengan tangan kanan. Pada
waktu memasukkan inserter dengan IUD di dalamnya, harus sampai elips
penghenti tertahan oleh serviks uteri, sehingga ujung inserter telah mencapai
fundus. Dengan menahan pendorong inserter, maka IUD dapat dipasang dan
tertinggal di dalam kavum uteri.

7. Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan pada porsio mengeluarkan
darah. Darah yang keluar dari luka bekas jepitan dan keluar dari orifisium uteri
eksternum dibersihkan dengan kasa kering. Benang IUD yang terlalu panjang
dipotong dengan gunting, sehingga benang yang tertinggal terjulur dari orifisium
uteri eksternum sampai kira-kira 2 atau 3 cm dari introitus vagins. Dengan bahan
desinfektan dilakukan desinfeksi pada daerah orifisium uteri eksternum dan luka
bekas tenakulum.

8. Spekulum dilepas dan sebelum mengakhiri pemasangan, dilakukan pemeriksaan


colok vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah masuk ke dalam rongga
rahim sehingga ujung IUD tidak teraba lagi, serta untuk menempatkan benang IUD
pada forniks anterior vagina agar tidak memberikan keluhan pada suami saat
koitus.

9. Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada akseptor, apakah cukup nyaman dan
tidak merasa pusing atau sakit perut yang berlebihan. Awasi juga keadaan umum
akseptor sesudah pemasangan IUD.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 23
TEKNIK PENCABUTAN IUD

Kapan AKDR dikeluarkan :


1. Jika klien menginginkannya.
2. Jika klien ingin hamil.
3. Jika terdapat efek samping yang menetap atau masalah kesehatan lainnya.
4. Pada akhir masa efektif dari AKDR. Misalkanya TCu 380A harus dikeluarkan
sesudah 8 tahun terpasang.

Langkah-langkah Pencabutan AKDR :

1. Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi litotomi, tangan ada di samping


badan atau di atas kepala agar kedudukannya lebih santai dan otot tidak tegang.
2. Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan toilet dengan bahan –
bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari kulit di sekitar alat
genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang duk (kain) steril yang
berlubang
3. Sesudah spekulum dipasang dan rongga vagina dibersihkan sehingga serviks uteri
dan benang IUD tampak jelas, maka benang IUD dijepit dengan klem. Pada waktu
mencabut, benang harus ditarik perlahan-lahan. Pencabutan yang terlalu kasar
atau tergesa-gesa akan berakibat putusnya benang IUD. Lebih bijaksana
pencabutan dilakukan dengan menegangkan benang IUD, dan IUD akan tercabut
dengan sebdirinya.
4. Apabila benang IUD tidak tampak, benang putus atau pada waktu pencabutan
dirasakan tarikan berat, hendaknya akseptor dikirimkan kepada dokter yang
berwenang menanganinya lebih lanjut dengan surat rujukan.

TINDAK LANJUT PEMASANGAN IUD

 Akseptor diminta untuk datang kembali ke klinik untuk diperiksa pada 1 minggu, 1 bulan
dan 3 bulan setelah pemasangan serta sedikitnya tiap 6 bulan sesudahnya. Tindak
lanjut ini digunakan untuk mengetahui apakah adad keluhan dari akseptor, ada tidaknya
efek samping, ada tidaknya kegagalan (kehamilan), dan tentu saja untuk mengetahui
apakah IUD masih terpasang dengan baik.
 Salah satu cara untuk mengetahui apakah IUD masih terpasang adalah dengan
mengajar akseptor melakukan pemeriksaan terhadap dirinya sendiri. Akseptor diajar
untuk memeriksa IUD sendiri dengan cara membasuh tangan kemudian memasukkan
jari tangannya ke vagina hingga mencapai serviks uteri, dan meraba apakah benang
IUDnya masih bisa diraba, tetapi dianjurkan agar tidak menarik benang IUD tertsebut.
Apabila benang tidak teraba, akseptor diminta untuk tidak melakukan koitus dan segera
datang ke klinik.

EFEK SAMPING PEMASANGAN AKDR :


1. Kehamilan :

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 24
Hampir sepertiga kehamilan pada klkien AKDR adalah karena keluarnya AKDR
sebagian atau seluruhnya yang tidak terpantau. Kehamilan dapat terjadi walaupun
AKDR berada di emapat yang tepat di uterus. Pada klien yang hamil dengan AKDR in
situ akan meningkatkan insidens abortus septik, yang kadang-kadang disertai dengan
septikemia, syok septik dan kematian. Denagn alasan itu, jika diagnosis kehamilan telah
dipastikan, maka AKDR sebaiknya dicabut.

Apabila Hamil :
- Jika benang AKDR terlihat dan kehamilannya < 13 minggu, maka AKDR sebaiknya
dicabut saja
- Jika bennag AKDR tidak dapat dientukan letaknya di ostium uteri atau di bagian
distal kanalis servikalis atau kehamilannya telah lewat trimester pertama, maka
pencabutan AKDR akan lebih sukar.
- Jika klien ingin untuk meneruskan kehamilan tanpa mencabut AKDR nya,
nasihatkan bahwa risiko terjadinya abortus spontan dan sepsis akan bertambah
besar, dan kehamilan itu harus diawasi dengan ketat.

2. Kehamilan Ektopik:
Karena AKDR kurang memberi proteksi terhadap terjadinya kehamilan ekatrauterin
dibandingkan dengan kehamilan intrauterin, maka kehamilan yang terjadi pada wanita
yang sedang memakai AKDR agaknya lebih mungkin adalah kehamilan ektopik. Oleh
karena itu, hamil harus di eavaluasi tentang kemungkinan terjadinya kehamilan
ekstrauterin.

3. Penyakit Radang Panggul (PRP):


PRP yang terjadi pada klien dengan AKDR in situ dapat menyebabkan komplikasi serius
seperti abses tubo ovarial atau peritonitis umum, yang pada gilirannya akan
menyebabkan hilangnya kesuburan wanita itu. Gejala-gejala PRP adalah : cairan
vagina yang abnormal, persaan nyeri di abdomen atau pelvik, nyeri sewaktu hubungan
seksual (dispareunia), dan demam. Gejala-gejala ini bermakna jika mulai muncul pada
beberapa siklus haid sesudah pemasangan AKDR.

4. Perforasi Uterus, tertanamnya AKDR, dan perforasi serviks uteri.


Insiden perforasi uterus sangat bervariasi, karena bersifat asimtomatis. Dalam hal ini,
AKLDR mungkin terbenam/tertanam di dinding uterus, dan sebagian akan dikeluarkan
melalui forniks lateralis.
Tanda obyektif perforasi uterus adalah hilangnya benang AKDR, AKDR tidak dapat
dikeluarkan/ditarik walaupun benangnya ada, dan terjadinya pergeseran AKDR yang
ditunjukkan dengan pemeriksaan radiologi, histeroskopi atau ultrasonografi.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 25
2. KONTRASEPSI SUSUK (IMPLANT)

Susuk (implant) merupakan kontrasepsi jangka panjang. Saat ini ada dua jenis
kontrasepsi susuk (implant), yaitu :
1. Susuk Norplan.
Kontrasepsi ini terdiri dari 6 batang kapsul kecil yang fleksibel dibuat dari bahan
silastik berisi levonorgestrel (LNG) yaitu suatu progestin sintetik dengan panjang 3,4
cm dan diameter 2,4 mm. Metode ini memiliki masa kerja sampai 5 tahun
2. Susuk Implanon
Kontrasepsi ini hanya terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm dan diameter 2 mm yang telah dipersiapkan dalam suatu jarum terpasang
pada inserter khusus berbentuk semprit dispossible dalam kemasan steril kantong
aluminium. Implanon berisi progestin 3-keto-desogestrel (3-keto-DSG).
Pemasangan implanon merupakan penyuntikan subkutan biasa yang bisa dilakukan
tanpa anestesi local. Metode ini bisa efektif sampai 3 tahun.

Pada modul ini hanya akan dibahas tentang susuk Norplan.

Mekanisme Kerja
Kehamilan dicegah melalui kombinasi beberapa mekanisme. Dua diantaranya yang paling
utama ialah :
 Membuat lendir serviks menjadi kental untuk mencegah penetrasi
sperma.
 Menghambat ovulasi sekitar 50% siklus haid
Mekanisme lainnya yang dapat menambah efek kontrasepsi antara lain :
 Menekan pertumbuhan endometrium (hipoplasia)
 Mengurangi produksi progesterone alami dari ovarium selama fase pasca
ovulasi (luteal) dalam siklus tersebut dimana terjadi ovulasi.

Pengaruh pada lendir serviks


Pengaruh kontrasepsi yang paling penting dari LNG dalam implan adalah perubahan yang
terjadi pada komposisi lendir serviks walaupun siklus haid wanita tersebut teratur.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam 24 sampai 48 jam setelah
pemasangan, lendir serviks menjadi kental, jumlahnya berkurang sehingga mencegah
penetrasi sperma (Brache et al 1985; Croxatto et al 1987)..

Pengaruh pada ovulasi


Sejumlah kecil LNG yang dilepas secara terus-menerus dari kapsul bekerja pada daerah
tertentu di otak (hipotalamus dan kelenjar hipofise anterior) untuk :
 Menurunkan sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) .
 Menghambat (mengurangi) sentakan gelombahng (surge) LH pada pertengahan siklus

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 26
Dengan demikian pada pemakaian implan mekanismenya adalah mencegah ovulasi (tidak
terjadi LH surge), atau bila terjadi ovulasi kadar progesterone akan berkurang (Davies dan
Newton 1992).

Pengaruh pada endometrium


Levonorgestrel dan progestin sintetik lainnya menghambat reseptor progesterone
(protein khusus didalam sel endometrium yang mengikat progesterone). Mekanisme kerja
ini menyebabkan sel endometrium yang melapisi kavum uteri menjadi lebih sedikit, kelenjar
menjadi lebih kecil dengan fungsi yang sangat berkurang (aktivitas sekresi menurun). Hal
ini menambah efek dari LNG, sehingga mengurangi kemungkinan keberhasilan implantasi
dan ini merupakan efek sekunder yang penting pada pemakaian implan.

Efektivitas
Norplant merupakan salah satu metode kontrasepsi reversible yang sangat efektif.
Walaupun disadari bahwa tidak ada satupun metoda kontrasepsi yang memiliki hasil guna
100%, namun rentang angka kehamilan rata-rata per tahun pada penggunaan norplant
ternyata tidak lebih dari 1%.
Pulihnya kesuburan setelah pencabutan implant hanya memerlukan waktu
beberapa hari saja, dimana kadar LNG serum akan segera menghilang. Tidak ditemukan
efek jangka panjang penggunaan implant bagi kesuburan wanita tanpa memandang umur
ataupun paritas (wanita muda yang belum pernah hamil dapat dengan aman menggunakan
metode ini).

Efek samping
Pada pengguna susuk (implant) dapat terjadi perubahan pola daur haid, perubahan-
perubahan tersebut dapat berupa :
 Masa haid memanjang (terutama sering dijumpai pada bulan pertama penggunaan)
 Perdarahan bercak di antara 2 siklus
 Amenorea beberapa bulan, dan pada beberapa klien dapat berlangsung dalam skala
tahunan
 Kombinasi dari pola diatas
Efek samping lain yang jarang terjadi dapat berupa sefalgia, perubahan berat badan dan
gangguan depresi.

Keuntungan pemakaian norplant


 Daya guna tinggi
 Awitan kerja sangat cepat (< 24 jam)
 Pemulihan kesuburan cepat setelah pencabutan
 Perlindungan jangka panjang (5 tahun)
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Tidak mengandung zat aktif berisiko (bebas estrogen)
 Tidak mengganggu kegiatan sanggama
 Cara penggunaan mudah
 Ekonomis

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 27
 Proses penggunaannya mudah (setelah insersi hanya membutuhkan kunjungan
follow up dan datang kembali saat pencabutan)
 Tingkat proteksi berkesinambungan
 Reversibel
 Tidak mengganggu aktivitas keseharian
 Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
 Tidak mempengaruhi laktasi
 Mengurangi dismenorea
 Mengurangi anemia
 Menurunkan angka kejadian adenokarsinoma endometrii
 Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara
 Mencegah terjadinya kehamilan ektopik

Kerugian norplant :
 Tidak memberikan proteksi terhadap penyakit menular seksual termasuk
AIDS
 Membutuhkan tindakan bedah minor saat insersi dan pencabutan
 Ketergantungan akseptor kepada dokter untuk pemasangan dan
pencabutan
 Dapat mempengaruhi berat badan
 Memiliki risiko seperti tindakan bedah minor lainnya (infeksi, hematoma,
dan perdarahan)
 Secara kosmetik susuk dapat terlihat dari luar
 Pada beberapa klien dapat terjadi perubahan pola haid
 Pada beberapa klien timbul keluhan-keluhan nyeri, sefalgia, jerawat,
hirsutism
 Tidak memberikan jaminan pencegahan terhadap terbentuknya kista
ovarium bagi wanita yang pernah menderita kista ovarium.

Indikasi Pemakaian Norplant


Akseptor KB yang :
1. Memilih atau menghendaki kontrasepsi yang tidak perlu dipakai
setiap hari atau tidak dipakai setiap hendak sanggama.
2. Menghendaki penjarangan kehamilan
3. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
4. Memilih untuk tidak memakai kontrasepsi yang mengandung
estrogen
5. Menginginkan metode kontrasepsi hormonal, tetapi tidak dapat
memakai pil kombinasi karena alasan : perokok aktif, usia lebih dari 35 tahun,
mempunyai riwayat klinis timbulnya bekuan darah intravaskular, mengidap hipertensi.

Pada beberapa klien perlu mendapatkan perhatian khusus (kontra indikasi relatif) :
1. Dugaan terhadap adanya kehamilan
2. Sedang mengidap penyakit tromboembolik
3. Sedang mengalami perdarahan pervaginam yang belum terdiagnosis
4. Benjolan atau kanker payudara

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 28
5. Diabetes Mellitus
6. Hipertensi
7. Sakit kepala atau migren karena kelainan vascular
8. Epilepsi
9. Tuberkulosis
10. Depresi
11. Perokok
12. Wanita yang tidak dapat menerima keadaan amenorea

ALAT DAN BAHAN

1. Meja periksa untuk klien berbaring


2. Alat penyangga lengan
3. Batang Norplant (6 buah) dalam kantong steril
4. Duk steril
5. Mangkok tempat meletakkan norplant
6. Handscoen steril
7. Sabun cuci tangan
8. Larutan antiseptik (povidon iodine, lengkap dengan cawan/mangkok)
9. Zat anestesi local (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)
10. Spuit 5 ml
11. Trokar #10 dan mandrin
12. Skalpel # 11 atau # 15
13. Kasa pembalut, bandaid, atau plester
14. Kasa steril dan pembalut
15. Epinefrin untuk keperluan darurat (renjatan anafilaktik)
16. Klem penjepit atau forseps mosquito
17. Bak/tempat instrumen
18. Tempat sampah kering
19. Tempat sampah medis
20. Ember berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi instrumen yang
selesai digunakan.

PROSEDUR TINDAKAN

Pemasangan Implant
1. Konseling pra pemasangan, jelaskan hal-hal yang perlu diketahui klien
tentang norplant (indikasi, perhatian khusus, keuntungan dan kerugiannya).
2. Pastikan bahwa klien telah yakin dengan pilihannya untuk menggunakan
KB norplant.
3. Pemasangan kapsul implant
 Persiapan

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 29
1. Minta klien mencuci lengannya sebersih mungkin
dengan sabun dan air, dan membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
2. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam
lengan atas
3. Beri tanda pada tempat pemasangan
4. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT dan
keenam kapsul implant sudah tersedia

 Tindakan pra pemasangan


1. Cuci tangan dengan air dan sabun,
keringkan dengan kain bersih
2. Pakai sarung tangan steril atau DTT
3. Usap tempat pemasangan dengan larutan
antiseptik
4. Pasang duk steril atau DTT disekeliling
lengan klien

 Pemasangan kapsul implant


1. Suntikkan anestesi lokal
tepat dibawah kulit (subkutan) sampai kulit sedikit menggelembung
2. Teruskan penusukan
jarum kurang lebih 4 cm dan suntikkan masing-masing 1 cc diantara pola
pemasangan nomor 1 dan 2, 3 dan 4, 5 dan 6.
3. Uji efek anestesinya
sebelum melakukan insisi pada kulit
4. Buat insisi dangkal
selebar 2 mm dengan scalpel (alternatif lain tusukkan trokar langsung ke
lapisan dibawah kulit)
5. Sambil mengungkit kulit,
masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1 (pada pangkal
trokar) tepat pada luka insisi.
6. Keluarkan pendorong dan
masukkan kapsul kedalam trokar (dengan tangan atau pinset)
7. Masukkan kembali
pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokar sampai terasa adanya
tahanan.
8. Tahan pendorong
ditempatnya dengan satu tangan, dan tarik trokar keluar sampai mencapai
pegangan pendorong.
9. Tarik trokar dan
pendorongnya secara bersama-sama sampai batas tanda 2 terlihat pada luka
insisi (jangan mengeluarkan trokar dari tempat insisi)
10. Tahan kapsul yang telah
terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali trokar serta pendorongnya
sampai tanda 1.
11. Jangan menarik ujung
trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul sudah terpasang.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 30
12. Raba kapsul utnuk
memastikan keenam kapsul implant telah terpasang dalam pola kipas.
13. Raba daerah insisi untuk
memastikan seluruh kapsul berada jauh dari insisi.

 Tindakan pasca pemasangan


1. Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band-aid.
2. Beri pembalut tekan untuk mencegah pendarahan dan
mengurangi memar.
3. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua
peralatan dalam larutan klorin untuk dikontaminasi.
4. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke
tempatnya (kasa, kapas, sarung tangan / alat suntik sekali pakai)
5. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin .
6. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan
dengan kain bersih.

Pencabutan Implant
1. Konseling pra pencabutan (alasan pencabutan, rencana klien pasca
pencabutan)
2. Pencabutan kapsul implant
 Persiapan
1. Mintalah klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan
dengan sabun dan air yang mengalir. Pastikan tidak terdapat sisa sabun.
2. Mintalah klien berbaring dengan lengan yang diletakkan
lurus atau sedikit bengkok dan disangga dengan baik
3. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan
klien
4. Tentukan lokasi keenam kapsul dengan meraba. Untuk
menentukan tempat insisi, raba (tanpa sarung tangan ujung kapsul dekat
lipatan siku. Bila tidak dapat meraba kapsul, lihat lokasi pemasangan pada
cacatan medik klien. Beri tanda pada posisi setiap kapsul di lengan dengan
menggunakan spidol.
5. Siapkan alat-alat dengan selalu menjaga sterilitas.

 Tindakan pra pencabutan


1. Cuci tangan dengan sabun dan air,
keringkan dengan kain bersih
2. Pakai sarung tangan steril atau DTT.
3. Desinfeksi tempat pencabutan secara
sentrifugal dengan kasa iodine.
4. Pasang duksteril pada daerah
pencabutan, raba sekali lagi seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya.
5. Suntikkan obat anenstesi lokal dengan
memasukkan jarum dibawah ujung kapsul yang paling dekat dengan siku,
kemudian masukkan sampai kurang lebih sepertiga panjang kapsul pertama (1
cm ), trik jarum pelan-pelan sambil menyuntikkan obat anastesi sebanyak 0,5

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 31
ml. Tanpa mencabut jarum geser ujung jarum ke arah kapsul berikutnya, ulangi
proses ini sampai jarum keenam.

 Tindakan pencabutan dengan teknik “U”


1. Tentukan lokasi insisi
pada kulit diantara kapsul 3 dan 4 lebih kurang 5 ml di atas ujung kapsul dekat
siku.
2. Lakukan pada lokasi yang
telah ditentukan, gunakan scalpel untuk membuat insisi kecil (4 mm) dengan
arah memanjang.
3. Masukkan ujung klem
pemegang susuk secara hati-hati melalui luka insisi.
4. Fiksasi kapsul yang
letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul.
5. Masukkan klem lebih
dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan jepit kapsul denga
sudut yang tepat pada sumbu panang kapsul lebih kurang 5 mm diatas ujung
bawah kapsul. Setelah kapsul terjepit, tarik ke arah insisi dan jatuhkan klem
1800 ke arah bahu klien.untuk memaparkan ujung bawah kapsul.
6. Bersihkan kapsul dari
jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan kassa steril untuk
memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah dicabut.Bila tidak bisa
dengan kassa, boleh menggunakan sisi tumpul scalpel.
7. Gunakan klem lain untuk
menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pemegang susuk dan
cabut kapsul dengan pelan- pelan dan hati- hati. Setelah kapsul dicabut,
letakkan dalam mangkuk kecil berisi larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi.
Kapsul dapat dihitung dengan mudah dalam mangkuk kecil untuk memastikan
keenam kapsul sudah dicabut.
8. Pencabutan kapsul
berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut dengan teknik yang sama
seperti di atas.

 Tindakan pasca
pencabutan
1. Bila klien tidak ingin memakai susuk lagi, bersihkan daerah sekitar insisi
denga kasa antiseptik. Gunakan klem mosquito untuk memegang kedua tepi
luka insisi selama lebih kurang 10 – 15 detik untuk mengurangi perdarahan.
2. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan bandaid atau kasa
steril dan plester. Tutup daerah insisi dengan pembalut tekan mengelilingi
lengan untuk homeostasis dan mengurangi perdarahan di bawah kulit.
3. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam
larutan klorin untuk dikontaminasi.
4. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kasa, kapas,
sarung tangan / alat suntik sekali pakai)
5. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin .
6. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain
bersih.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 32
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 33
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan mengenai kesan umum yang didapat waktu melihat penderita pertama kali,
pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan lab rutin
Pemeriksaan Payudara
Mempunyai arti penting bagi penderita wanita, terutama dalam hubungan dengan diagnosa
kelainan endokrin kehamilan, dan Ca mammae.
Pemeriksaan Perut
Inspeksi
Perhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernapasan, kondisi kulit, parut
operasi, dll.

Palpasi, Perkusi, Auskultasi


Seperti halya pemeriksaan pada abdomen. Disini mempunyai kepentingan untuk
menegakkan diagnosa adanya kasus ginekologi seperti mioma, keganasan, kehamilan, dll.

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Letak Penderita
Untuk pemeriksaan ginekologi dikenal 3 letak penderita :
1) Letak litotomi
Letak ini paling popular, diperlukan meja ginekologi dan penyangga bagi kedua tungkai.
Penderita berbaring di atas meja gin, sambil lipat lututnya diletakkan pada penyangga dan

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 34
tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita dalam posisi mengangkang (gambar)
Dengan penerangan lampu sorot, vulva, anus dan sekitarnya dapat terlihat jelas dan
pemeriksaan baik bimanual maupun dengan speculum dapat dilakukan. Pemeriksaan
inspekulo dilakukan dengan pemeriksa duduk, sedang pemeriksaan bimanual sebaiknya
pemeriksa berdiri.

2) Letak miring
Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri, sambil paha dan lututnya
ditekuk dan kedua tungkai sejajar. Posisi ini hanya baik untuk pemeriksaan insekulo.

3) Letak Simm
Letak ini hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai kanan
ditekuk ke arah perut, dan lututnya diletakkan pada alas, sehingga panggul membuat sudut
miring dengan alas, lengan kiri di belakang badan dan bahu sejajar alas. Dengan demikian
penderita berbaring setengah tengkurap.Dengan posisi ini pemeriksaan inspekulo lebih
mudah dilakukan.

Pemeriksaan Genetalia Eksterna


Dengan inspeksi perlu diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dsb dari genetalia
eksterna, perineum, anus dan sekitarnya ; dan apakah ada fluor albus, atau darah. Apakah
himen masih utuh dan klitoris normal.
Pemeriksaan dengan Spekulum
Setelah dilakukan inspeksi alat genital, untuk pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan
pemeriksaan dengan speculum, terutama apabila akan dilakukan sitologi vagina. Namun
ada juga yang memulai dengan pemeriksaan bimanual terlebih dahulu.
Untuk wanita yang belum pernah melahirkan dipilih speculum yang kecil, atau pada anak
kecil apabila memang diperlukan memenggunakan speculum paling kecil sesuai dengan
kecilnya introitus vagina.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 35
Cara pemasangan Spekulum
Spekulum Simm
Dipasang terlebih dahulu ke dalam vagina bagian belakang. Mula-mula ujung
speculum dimasukkan agak miring ke dalam IV, didorong ke dalam sedikit, dan diletakkan
melintang dalam vagina; lalu speculum ditekan ke balakang dan didorong lebih dalam lagi,
sehingga ujung speculum menyentuh puncak vagina di fornik posterior. Setelah speculum
pertama dipasang, maka pemasangan speculum kedua yang lebih kecil menjadi sangat
mudah; ujungnya diletakkan di fornik anterior dan ditekan sedikit ke depan. Biasanya portio
langsung tampak dengan jelas. Apabila portio menghadap terlampau ke depan atau ke
belakang, maka posisi speculum disesuaikan, sehingga letak portio tepat di tengah
speculum.

Spekulum Cocor Bebek


Dalam keadaan tertutup, speculum dimasukkan ujungnya ke dalam IV sedikit
miring, kemudian diputar kembali menjadi melintang dalam vagina dan didorong masuk
lebih dalam ke arah fornik posterior sampai di puncak vagina. Lalu speculum dibuka melalui
mekanik pada tangkainya. Dengan demikian dinding vagina depan dipisah dari yang
belakang, dan portio tampak jelas. Apabila portio belum tampak jelas, posisi speculum
dapat disesuaikan. Waktu speculum dibuka daun depan tidak menyentuh portio karena
agak lebih pendek dari daun belakang.
Dengan menggunakan speculum, periksa dinding vagina (rugae, Ca, fluor albus),
dan portio ( bulat, terbelah melintang, mudah berdarah, erosio, peradangan, polip, tumor
atau ulkus, juga perhatikan warna, dan OUE membuka / menutup )
Selain itu dengan speculum dapat dilakukan usap vagina dan usap servik untuk
pemeriksaan sitologi, getah kanalis servikalis untuk pemeriksaan GO, dan getah dari fornik
posterior untuk pemeriksaan trikomoniasis dan kandidiasis. Dapat juga digunakan untuk
pelepasan AKDR.

ALAT DAN BAHAN


Untuk pemeriksaan ginekologi diperlukan alat-alat dan bahan sebagai berikut :
1. Bed litotomi
2. Sarung tangan
3. Spekulum Simm dan Spekulum cocor bebek
4. Cunam kapas / korentang
5. Kateter nelaton dan kateter logam
6. Kapas lisol
7. Kaca benda untuk pemeriksaan sitologi vagina
8. Spatel Ayre dan etil alcohol untuk sitologi vagina
9. Kapas lidi
10. Cunam porsio
11. Sonde uterus
12. Cunam biopsy
13. Mikrokuret
14. Lampu sorot

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 36
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 37
PEMERIKSAAN PAYUDARA

PENDAHULUAN
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio yaitu
berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang dari
aksila sampai regio inguinal.

Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran unilateral atau bilateral
diikuti dengan sekresi cairan keruh (mastitis neonatorum), yang disebabkan oleh
berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang
dirangsang secara tidak langsung olah tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah
bayi.

1. Anatomi
Normalnya kelenjar payudara rudimenter pada anak-anak dan laki-laki. Pada wanita
pertumbuhan mulai saat pubertas. Kelenjar susu bentuknya bulat, merupakan kelenjar kulit
atau apendiks kulit yang terletak di fasia pektoralis. Payudara kiri biasanya lebih besar
daripada payudara kanan. Pada bagian lateral atas, jaringan kelenjar ini keluar dari
bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap
payudara terdiri dari 15-20 lobulus kelenjar, yang menyalurkan ekskresinya ke duktus
laktiferus pada papila mamae. Kelenjar lemak memenuhi di antara kelenjar susu dan fasia
pektoralis serta di antara kulit dan kelenjar, sehingga kelenjar sulit untuk teraba. Di antara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka
untuk payudara.

Papila mamae bentuknya silinder dan letaknya di tengah payudara. Papila mamae
dikelilingi oleh areola mamae. Warna kulit areola mamae berkerut dan lebih berpigmen
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 38
tergantung dari jenis warna kulit individu. Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75%
ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan
medial dan ada pula penyaliran ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50
buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakhialis. Saluran
limfe dari payudara ke aksila, menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila,
kelenjar aksila bagian dalam, dan berlanjut ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di
supraklavikular.

2. Fisiologi

Payudara mengalami perubahan mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
fertilitas dan klimakterium-menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron
yang diproduksi ovarium dan hormon hipofise telah menyebabkan duktus dan asinus
berkembang.

Perubahan semasa masa fertilitas sesuai dengan siklus menstruasi. Sekitar hari kedelapan
menstruasi payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Waktu pemeriksaan payudara yang tepat berdasarkan siklus fisiologis wanita
adalah setelah menstruasi, dimana payudara tidak tegang dan nyeri dan mencegah
pemeriksaan yang false positif. Pada kehamilan dan menyusui, payudara menjadi besar
karena kelenjar mengalami hipertropi.

PEMERIKSAAN FISIK
Payudara dibagi dalam empat kuadran oleh garis horisontal dan vertikal yang melalui papilla
mamae (kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah). Untuk menunjukkan
lokasi lesi pada payudara dapat ditunjuk dengan jam dan dengan jarak tertentu dalam
sentimeter dari papila mamae.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 39
Pada wanita
1. Inspeksi
a. Posisi duduk tegak, kedua lengan menggantung di samping badan.
Amati payudara secara keseluruhan :
- Bentuk kedua payudara
- Ukuran dan simetrinya, apakah terdapat perbedaan ukuran mamae, areola
mamae dan papila mamae.
- Warna kulit, adakah penebalan atau udem, adanya kulit berbintik seperti kulit
jeruk, ulkus, gambaran pembuluh darah vena.
- Adakah tampak massa, retraksi/lekukan, tonjolan/benjolan.

Papila mamae diamati :


- Ukuran dan bentuk
- Arahnya
- Ujud kelainan kulit atau ulserasi
- Discharge

b. Posisi mengangkat kedua lengan di atas kepala.


c. Posisi kedua tangan di pinggang.
Kedua posisi ini adalah untuk melihat lebih jelas adanya kelainan retraksi atau
benjolan.
Amati sekali lagi bentuk payudara, perubahan posisi dari papila mamae, lokasi
retraksi, benjolan
d. Posisi duduk/berdiri dengan membungkukkan badan ke depan, bersandar pada
punggung kursi atau lengan pemeriksa.
Posisi ini diperlukan jika payudara besar atau pendular. Payudara akan bebas dari
dinding dada, perhatikan adakah retraksi atau massa.

2. Palpasi
Penderita disuruh berbaring, jika payudara tidak mengecil, tempatkan bantal tipis di
punggung, sehingga payudara terbentang rata, dan lebih memudahkan menemukan suatu
nodul. Palpasi dilakukan menggunakan permukaan volar tiga jari yang ditengah, dengan
gerakan perlahan-lahan, memutar menekan secara halus jaringan mamae terhadap dinding

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 40
dada. Lakukan palpasi pada setiap kuadran, payudara bagian perifer, kauda aksilaris dan
areola mamae, bandingkan payudara kanan dan kiri.

Bila ditemukan adanya nodul perhatikan dan catat :


- Lokasi, dengan cara menggunakan kuadran atau jam dengan jarak berapa centimeter dari
papila mamae.
- Ukuran (cm)
- Bentuk, bulat/pipih, halus/berbenjol-benjol
- Konsistensi, kenyal/keras
- Batas dengan jaringan sekitar, jelas atau tidak
- Nyeri tekan atau tidak
- Mobilitas terhadap kulit, fascia pektoralis dan dinding dada di sebelah bawahnya.

Palpasi papila mamae, tekan papila dan areola mamae sekitar dengan ibu jari dan telunjuk,
perhatikan adakah pengeluaran discharge. Jika dijumpai discharge, atau riwayat
mengeluarkan discharge, coba cari asalnya dengan menekan areola mamae dengan ibu jari
dan telunjuk dan pada sebelah radial sekitar papila mamae. Perhatikan adakah discharge
yang keluar dari salah satu duktus papila mamae.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 41
Pada pria
Karena rudimenter, pemeriksaan payudara pada pria lebih mudah daripada wanita.
Prinsip pemeriksaannya sama dengan wanita.
Pembesaran payudara bisa terjadi pada laki-laki mulai dari usia muda sampai tua,
yang biasanya disebabkan karena pengaruh hormonal.
Pemeriksaan :
1. Inspeksi
Inspeksi papila mamae dan areola mamae, adakah ulserasi, nodul, atau
pembengkakan.
2. Palpasi
Palpasi areola mamae, adakah nodul.

Pemeriksaan fisik aksila


Jika ditemukannya karsinoma mamae, kemungkinan sudah terjadi metastasis ke limfe nodi
regional. Posisi penderita duduk, kedua lengan rikleks di samping badan.
1. Inspeksi
Inspeksi kulit aksila, perhatikan adakah rash, infeksi, ulkus, benjolan.
2. Palpasi
Letakkan jari-jari tangan kanan di bawah aksila kiri, rapatkan untuk mencapai
sejauh mungkin apek fossa aksilaris. Suruh lengan kiri penderita rileks, dan topang
lengannya dengan tangan/lengan kiri pemeriksa. Kemudian tekan jari-jari
pemeriksa ke dinding dada, coba cari nnll grup aksila sentralis yang terletak di
tengah dinding dada dari aksila. Angkat lengan penderita lebih jauh, raba dan cari
nnll grup aksila lateral yang terletak di lengan atas dekat pangkal humerus,
kemudian raba dan cari nnll grup pectoral yang terletak di tepi lateral m. pektoralis
mayor, serta raba dan cari nnll grup subskapular yang terletak di tepi depan m.
latisimus dorsi. Nnll. aksila sering dapat diraba, biasanya lunak, kecil dan tidak
nyeri.
Pemeriksaan dilanjutkan dengan meraba nnll grup infraklavikular dan
supraklavikular. Perhatikan dan catat, adakah pembesaran nnll, perubahan
konsistensi, bentuk dan adakah nyeri tekan.
Untuk pemeriksaan aksila kanan, pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
tangan kiri pemeriksa.

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 42
DAFTAR PUSTAKA

1. Brache V et al.1985. Anovulation, inadequate luteal phase and poor


sperm penetration in cervical mucus during prolonged use of Norplant implants.
Contraception 31 (3): 261-73.
2. Croxatto HB.1987. Treatment with Norplant subdermal implants
inhibits sperm penetration through cervical mucus in vitro. Contraception 36(2): 193-
201.
3. Cunningham, MacDonald, Gant. Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1995
4. Davies GC and JA Newton.1992. A review of the effects of long
acting progesterone-only contraceptives on ovarian activity. Advances in Contraception
8(1): 1-19.
5. JHPIEGO Corporation.1990. Norplant Guide for Family Planning
Service Programs. Baltimore, Maryland. JHPIEGO.
6. Saifudin AB, Djajadilaga, Biran A, Bimo.1996. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Keluarga Berencana. NRC-POGI, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
7. Soeprono, Bharoto W. Keterampilan Terapi Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim. Laboratorium Obstetri-Ginekologi. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.
2001
8. Wiknjosastro, Hanifa dkk. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2001

Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1


Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 43
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 44
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 45

Anda mungkin juga menyukai