KLINIK
BLOK REPRODUKSI
Oleh :
Ns Chandra Widjajanti SKp,Mkep.SpMat
B. KOMPETENSI
1. Kompetensi Inti
o Komunikasi efektif
o Penguasaan berbagai keterampilan dasar klinik keperawatan / maternitas
o Penerapan prinsip-prinsip ilmu keperawatan klinik dan perilaku serta komunikasi
therapeutik
2. Sasaran Penunjang
o Menggunakan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif untuk membentuk dan memelihara
etika hubungan perawat dengan pasien
o Menggunakan prinsip-prinsip komunikasi untuk mendapatkan, menyediakan dan
meningkatkan informasi tentang problem sistem reproduksi
o Mengumpulkan dan menyimpan informasi yang esensial dan akurat guna mengidentifikasi
problem sistem reproduksi
o Menguasai prosedur pemeriksaan fisik yang terampil dan menyeluruh terhadap pasien-
pasien dengan problem reproduksi.
o Menguasai prosedur laboratorium dasar dan prosedur diagnostik dalam penatalaksanaan
problem sistem reproduksi
3. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran skills lab pada blok ini mahasiswa diharapkan akan
mampu
o Mahasiswa mampu menggunakan prinsip-prinsip komunikasi efektif dalam hubungan
perawat - pasien terutama pada waktu penjelasan edukasi pada penderita dan
keluarganya
o Mahasiswa mampu menentukan jenis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang diperlukan terhadap pasien-pasien dengan problem reproduksi.
o Mahasiswa mampu assistensi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang terdapat di sarana kesehatan primer untuk menegakan diagnosis kelainan
dalam sistim reproduksi pria dan wanita.
o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ante natal (ANC=Ante Natal Care)
dengan benar
o Mahasiswa mampu mendemontrasikan penatalaksanaan persalinan Normal Kala
I, II, dan III.
o Mahasiswa mampu mendemontrasikan pemasangan kontrasepsi IUD dan Implan.
C. JENIS KETERAMPILAN
Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Laboratorium
Pemeriksaan 1. Leopold I-IV Skills lab
Kehamilan 2. Mengukur tinggi fundus uteri
trimester III 3. Auskultasi Janin.
3. Pemeriksaan Dalam
4. Pemeriksaan Ukuran Panggul Dalam.
Persalinan 1. Manajemen Kala I Skills lab
Normal 2. manajemen kala II
3. Manajemen Kala III
4. Manajemen Kala IV
Kontrasepsi 1. Kontrasepsi oral kombinasi Skills lab
2. Pemasangan IUD
3. Pemasangan Implan
Pemeriksaan 1. Anamnesis Skills lab
mammae pada 2. Pemeriksaan fisik :
wanita dan pria a. Inspeksi
b. Palpasi termasuk pemeriksaan
kelenjar limfe disekitar kedua
mammae
3. Sadari
Pemeriksaan 1. Anamnesis Skills lab
ginekologi 2. Pemeriksaan umum
3. Pemeriksaan abdomen
4. Pemeriksaan dengan spekulum
5. Pemeriksaan genitalia interna dan
adneksa
6. Interpretasi hasil
Beberapa metode dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis presentasi dan posisi janin. Hal ini
termasuk palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, auskultasi dan pada kasus-kasus yang
meragukan dengan pemeriksaan imaging seperti ultrasonografi, CT-Scan atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI).
1. Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan leopold dilakukan pada kehamilan cukup bulan setelah uterus cukup
membesar untuk dapat membedakan bagian-bagian janin melalui palpasi. Ibu dalam posisi supine
dan nyaman dengan perut terbuka. Manuever ini akan menjadi sulit untuk dilakukan atau
diinterpretasikan jika pasiennya gemuk (obese), jika ada cairan amnion berlebihan atau jika
plasenta berimplantasi di anterior.
Manuver I
Menjawab pertanyaan : Apa yang ada di bagian fundus/kutub ? Kepala atau bokong?
Temuan : Presentasi
Manuver ini mengidentifikasi bagian janin yang terdapat di atas pintu atas panggul. Umumnya
presentasi adalah kepala (head first) atau bokong (pelvis first).
Melakukan Manuver I
Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk
mempalpasi fundus uteri.
Pada Manuver I dapat juga ditentukan tinggi fundus uteri. Posisi janin- hubungan antara panjang
axis janin dan panjang axis ibu. Biasanya posisi janin longitudinal atau transversal, namun bisa
juga oblik.
Manuver II
Pertanyaan yang harus dijawab : Dimana letak punggung janin ?
Temuan : Posisi
Manuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang atau sisi
pelvis ibu. Ada beberapa kemungkinan posisi janin
Melakukan Manuver II
Pemeriksa menghadap ke kepala pasien.
Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan
yang satu, dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin.
Pada salah satu sisi, maka akan dirasakan struktur tahanan keras sebagai suatu
pungggung, sedangkan sisi lainnya terdapat bagian-bagian kecil, irreguler dan mobile
sebagai suatu ektremitas janin. Dengan mencatat bahwa, apakah punggung janin
mengarah ke anterior, transversum atau posterior, maka orientasi janin dapat ditentukan.
Manuver III
Untuk menjawab pertanyaan : Apakah bagian bawah janin sudah masuk Pintu Atas
Panggul ?
Temuan : Bagian presentasi.
Manuver ini mengidentifikasi bagian janin yang paling tergantung – yaitu, bagian yang terletak
paling dekat dengan serviks. Bagian janin inilah yang pertama kontak dengan jari pada saat
pemeriksaan vagina, umumnya adalah kepala atau bokong.
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 5
Melakukan Manuver III
Pemeriksa menghadap ke kepala pasien
Dengan menggunakan ibu jari dan 4 jari lainnya pada satu tangan, bagian terbawah
abdomen maternal dicengkeram sedikit di atas symphisis osiss pubis dan minta pasien
untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Pada saat pasien menghembuskan
nafas, tekan jari tangan kebawah secara perlahan dan dalam kesekitar bagian presentasi.
Jika bagian presentasi belum engaged, maka akan terasa massa movable (mudah
goyang) biasanya kepala janin.
Perbedaan antara kepala dengan bokong janin dapat ditentukan dengan manuever
Leopold pertama. Jika bagian presentasi telah deeply engaged, maka mengindikasikan
bahwa, bagian terbawah janin telah berada dalam rongga panggul ibu dan secara detail
akan mudah ditentukan dengan manuever ke empat.
Manuver IV
Untuk menjawab pertanyaan : Sejauh mana bagian bawah janin masuk ke rongga panggul
?
Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan sebagai salah satu
indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi fundus uteri juga
dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun
merupakan indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus yang meningkat
secara berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih dari satu atau kemungkinan adanya
hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik pengukuran yang
konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini
dapat berupa pita/tali, atau dengan menggunakan pelvimeter. Posisi yang dianjurkan pada saat
melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi sipinasi) dengan kepala sedikit terangkat
(menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. Alat ukur (pita atau pelvimeter) diletakkan
dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas atassimphisis pubis hingga batas atas
fundus. Alat ukur tersebut diletakkan mengikuti kurve fundus. Cara pengukuran lain yaitu dengan
meletakkan alat ukur dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas simphisis pubis hingga
batas fundus tanpa mengikuti kurve atas fundus.
Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengukuran digunakan rumus McDonald’s
(“McDonald’s rule). Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki
trisemester kedua dan ketia.
Rumus McDonald’s
Usia kehamilan (hitungan bln) = Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau +3.5)
Usia kehamilan (hitungan mgg) = Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7
Dengan pemeriksaan spekulum diagnostik, ruptur membran amnion dapat disimpulkan jika cairan
ketuban mengumpul di forniks posterior atau memang ada cairan yang jelas keluar melewati
kanalis servikalis.
Tabel 1: Peralatan, bahan dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk persalinan dasar.
No. Alat pertolongan persalinan/set partus Jumlah
1. Klem Kelly atau Kocher 2
2. Gunting tali pusat 1
3. Pengikat tali pusat steril 1
4. Kateter Nelaton 1
5. Gunting Episiotomi 1
6. Klem ½ Kocher atau Kelly 1
7. Sarung tangan kanan steril 2
8. Sarung tangan kiri steril 1
9. Kain kassa steril 10
10. Kapas basah steril 10
11. Alat suntik sekali pakai 2 1/2 ml berisi oksitosin 10 U 1
12. Kateter penghisap lendir De Lee 1
Lain-lain :
13. Partograf
14. Kertas kosong atau formulir rujukan
15. Pena
PARTOGRAF
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam
menentukan keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf memberikan peringatan pada petugas
kesehatan bahwa suatu persalinan mungkin akan diperlama dan, tergantung pada kondisi ibu dan
janinnya, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk.
Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, mahasiswa harus melakukan
penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.
PENILAIAN PERSALINAN :
Pemeriksaan Vagina :
- Pembukaan serviks
DIAGNOSIS :
As soon as possible setelah masuk rumah sakit, maka pemeriksaan yang belum dilakukan segera
dikerjakan. Rencana yang rasional untuk monitoring persalinan dapat dibuat, ditujukan untuk
kebutuhan janin dan ibunya. Oleh karena terdapat variasi individual yang luas mengenai lamanya
persalinan, maka tidaklah bijaksana untuk mematok lama persalinan.
A. Monitoring Fetal Well-Being selama persalinan.
Selama Kala I persalinan tanpa diserta abnormalitas lainnya, maka pemeriksaan auskultasi
direkomendasikan tiap 30 menit dan tiap 15 menit saat kala II.
B. Kontraksi Uterus.
Kontraksi uterus dapat dievaluasi secara manual untuk menilai baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Dengan meletakkan telapak tangan pemeriksa pada uterus, maka
pemeriksa dapat menentukan onset kontraksinya. Intensitas kontraksi dapat diidentifikasi
menurut tingkat kekerasan uterus yang dapat dicapai. Pada saat kontraksi tercapai efefktif,
maka jari pemeriksa tidak akan mampu menekan uterus. Kemudian saat kontraksi
menghilang juga dicatat. Sekuens ini akan terus berulang dan dievaluasi frekwensi, durasi,
dan intensitas kontraksi uterus.
A. Pengenalan Kala II
Setelah pembukaan lengkap, maka mulailah kala II dan pasien secara khas merasa
ingin mengejan dan dengan adanya penurunan bagian terbawah janin akan mendorong
terjadinya defekasi. Kontraksi uterus yang didukung dengan tenaga mengejan ibu akan
berlangsung sekitar 1½ menit dan akan berulang dengan interval tidak lebih dari 1 menit.
Rata-rata durasi kala II adalah 50 menit pada nullipara, dan 20 menit pada multipara,
naumun interval ini juga sangat bervariasi.
B. Pemeriksaan Dalam
C. Pimpinan Kala II
- Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase acme atau puncak his dan minta ibu untuk
menarik lipat sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat siku agar tekanan abdomen
menjadi efektif
- Istirahatkan ibu apabila his menghilang, letakkan kembali tungkai ibu di atas ranjang
persalinan dan dengar denyut jantung bayi pada waktu tersebut
- Pimpin berulang-ulang hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva
- Pada his berikut, minta pasien untuk mengait lipat lutut, pimpin untuk mengedan sekuat
mungkin (pada fase akme/ puncak). Minta untuk mengedan terus menerus apabila
suboksiput sudah berada di bawah simfisis (sebagai hipomochlion)
- Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur defleksi kepala), letakkan
telapak tangan lain pada perineum dengan membentangkan telunjuk dan ibu jari sehingga
bagian di antara kedua jari tersebut, dapat mendorong perineum untuk membantu lahirnya
berturut-turut UUB, dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu (hilangkan tahanan pada
belakang kepala secara bertahap)
- Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, perhatikan proses putaran
paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi)
- Ambil kain/ handuk bersih, seka mulut, mulut, hidung dan kepala bayi dari darah, air
ketuban atau ferniks kaseosa. Bersihkan pula lipat paha, perineum dan daerah di sekitar
bokong ibu.
E. Melahirkan Bayi
- Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu jari pada pipi
depan, jari telunjuk dan tengah pada bawah dagu, jari manis dan kelingking pada
belakang leher dan bawah kepala).
- Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakkan bayi ke bawah sehingga lahir bahu depan.
- Gerakkan bayi ke atas sehingga lahir bahu belakang
- Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada dan lengan, perut,
pinggul dan tungkai.
Perhatikan:
Pada pertolongan persalinan dengan meja/ ranjang persalinan yang dapat dilepas atau
meja ginekologi (bagian bokong dan kaki), setelah kedua bahu lahir, topangkan badan
bayi pada lengan bawah kanan, tangan kiri memegang bagian belakang tubuh bayi).
Letakkan bayi di antara kedua paha ibu (untuk ranjang atau meja ginekologi, letakkan
bayi di atas perut ibu dan minta asisten untuk memegangnya agar tidak terjatuh)
Tali pusat dipotong di antara dua klem yang ditempatkan 4-5 cm dari perut janin. Dan
pada klem kedua ditempatkan 2-3 cm dari perut janin.
Segera setelah lahir, newborn ditempatkan setinggi, atau dibawah dari ketinggian
introitus vaginae selama waktu 3 menit dan sirkulasi uteroplasenter jika tidak segera diklem
pada pengekleman tali pusat, maka rata-rata 80 ml darah akan berpindah dari plaenta ke
neonatus. Hal ini akan memberikan penyediaan besi kira-kira 50 mg, dimana akan
mengurangi risiko defisiensi besi saat masa kehidupan bayi yang akan datang.
1). Uterus menjadi lebih globuler dan lebih keras. Tanda ini merupakan tanda yang paling
dini akan nampak.
2). Seringkali keluar darah secara tiba-tiba.
3). Uterus akan naik ke abdomen karena plasenta setelah lepas akan turun melewati
segmen bawah rahim dan vagina, sehingga akan mendorong uterus ke atas.
4). Tali pusat akan keluar memanjang dari vagina mengindikasikan bahwa, plasenta telah
turun.
Tanda ini kadang-kadang nampak dalam 1 menit pasca persalinan bayi , namun biasanya
dalam waktu 5 mrenit. Bila plasenta telah lepas, maka ibu diminta untuk mengejan
dan dengan tekanan intra abdomen ini yang adekuat akan efektif mengeluarkan
plasenta.
Melahirkan Plasenta :
Penarikan tali pusat jangan pernah dilakukan sebelum plasenta lepas, dimana dapat
mengakibatkan inversio uteri.
Traksi tali pusat tidak boleh dikerjakan untuk menarik plasenta keluar dari rongga uterus.
Pemantauan :
Masa post-partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama
kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15
menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.
1. Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang pispot datar dan lebar pada bagian
bokong untuk memantau darah yang keluar
2. Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut
3. Pantau tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit hingga 2 jam pasca kala III
4. Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum secukupnya
5. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan kasa penyerap dan
celana. Pakaikan kain dan selimut ibu. Bawa ke ruang perawatan dan lakukan rawat gabung
sesegera mungkin.
DIAGNOSIS:
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 17
No. Kategori Deskripsi
1. Involusi Normal - Tonus : uterus tetap berkontraksi.
- Posis : fundus uteri di atau di bawah
umbilikus.
- Perdarahan : tidak berlebihan.
- Cairan : tidak berbau.
2. Kala IV dengan Penyulit - Sub Involusi : uterus tidak keras,
posisi di atas umbilikus.
- Perdarahan : atonia, laserasi, bagian
plasenta tertinggal/membran/yamng
lain.
Walaupun di masa lampau AKDR dibuat dalam berbagai bentuk dan dari bahan yang
brebeda-beda, dewasa ini AKDR yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe saja :
a. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja anti karat (The Chinese Ring).
b. Mengandung tembaga, termasuk disini TCu 380A, TCu 200C, Multiload (MLCu 250
dan 375) dan Nova T.
c. Mengandung hormone steroid seperti Progestasert yang mengandung
progesterone dan Levonova yang mengandung Levonorgestrel.
Copper T 380 A
AKDR Copper T 380A bentuknya mirip huruf ”T”. Bentuk ini terbukti sangat efektif, aman
dan mudah beradaptasi. Pada AKDR ini terdapat pita kecil tembaga pada masing-masing
lengannya dan bagian batangnya dikelilingi oleh kawat tembaga.
Daya Guna:
Daya guna metoda kontrasepsi merupakan faktor yang paling penting baik untuk klien
(pasangan) yang memilih suatu metoda kontrasepsi dan untuk pemberi pelayanan KB yang
terlibat dalam konseling. Calon klien AKDR yang potensial ingin mengetahui sampai sejauh
mana daya guna metoda tertentu, sedangkan petugas KB ingin mengetahui seberapa
banyak mereka dapat berpegang kepada suatu metoda untuk mencegah kehamilan.
Pada umumnya, AKDR biasa (non-medicated IUD) seperti Lippes Loop (ukuran D) dan
cincin baja anti karat mempunyai angka kegagalan tahun pertama tinggi yaitu 2-6 untuk
setiap 100 wanita. Sebaliknya, AKDR tembaga (TCu 380A dan MLCu 375) yang mempunyai
luas permukaan tembaga yang besar adalah AKDR yang sangat efektif karena kegagalan
tahun pertamanya hanya satu atau kurang dari satu. Angka kehamilan tahun pertama dan
kumulatif dalam 8 tahun adalah 0,6 dan 2,3 untuk Copper T 380A. AKDR dengan luas
permukaan lebih kecil (TCu 200, TCu 220 dan TCu 7) dan Progestasert (AKDR yang
melepaskan progesteron) mempunyai angka kegagalan tahun pertama 1-3 per 100 wanita.
Daya Tahan
Konseling AKDR
Jika klien memilih AKDR, maka konseling sebaiknya meliputi informasi tentang :
- Bagaimana AKDR mencegah kehamilan.
- Keuntungan dan kerugian pemakaian AKDR termasuk efek samping (terutama
yang berhubungan dengan pola perdarahan haid, mulas-mulas, ekspulsi).
- Prosedur pemasangan/pencabutan dan jangka waktu pemakaian.
- Waktu pemasangan dan metoda kontrasepsi mana yang dipakai bila pemasangan
AKDR diundurkan.
- Kebebasan bagi klien untuk tidak meneruskan memakai AKDR jika dikehendaki.
- Kembalinya fertilitas sesudah AKDR dilepaskan.
Kerugian:
- Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genitalia diperlukan sebelum
pemasangan AKDR.
- Dapat meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
- Mememrlukan prosedur pencegsahan infeksi sewaktu memasang dan
mencabutnya.
- Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada
sebagian pemakai AKDR.
- Klien tidak dapat mencabut sendiri AKDR nya.
- Tidak dapat melindungi klien terhadap PMS, AIDS/HIV.
- AKDR dapat keluar dari rahim melalui kanalis servikalis hingga keluar vagina.
PENILAIAN KLIEN:
Umum :
- Diabetes, AIDS, atau gangguan immunologik lainnya.
- Penyakit katup jantung atau rheumatik, riwayat endokarditis, atau shunt jantung.
Reproduksi :
- Riwayat haid (nyeri dan lamanya perdarahan) dan tanggal haid terakhir (HT).
- Paritas, jumlah kehamilan dan keinginan untuk mempunyai anak lagi.
- Kontrasepsi sebelumnya
- Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik.
- Nyeri di garis tengah, kiri atau kuadran kanan bawah abdomen yang semakin
bertambah parah sewaktu berjalan atau sesudah senggama.
- Endometritis pasca persalinan dan pasca keguguran.
- Pasangan seksual majemuk (baik istri maupun suami).
- Adanya proses keganasan (serviks atau uteri).
Pemeriksaan Ginekologi :
Pemeriksaan abdomen:
- Nyeri tekan di daerah suprapubik/pelvik.
- Benjolan (massa) ataupun kelainan umum.
Pemeriksaan Dalam:
Genitalia eksterna dan spekulum:
- Periksa genitalia eksterna adanya ulkus dan bubo (pembengkakan kelenjar limfe
lipat paha).
- Cek adanya keputihan dan tanda-tanda lain, adanya penyempuitan kanalis
servikalis (stenosis).
- Jika ada indikasi berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik, (dan tersedianya
mikroskop), ambil spesimen dari sekret vagina dan sekret serviks untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan Bimanual:
- tentukan ukuran, bentuk dan posisi uterus.
- Cek adanya nyeri tekan ( tenderness) dari adneksa, penyakit radang panggul aktif
dll.
Waktu Pemasangan : walaupun AKDR dapat dipasang setiap waktu selama siklus haid,
namun terdapat keuntungan-keuntungan tertentu pada pemasangan AKDR sewaktu haid
atau pada hari-hari haid terakhir, yaitu :
- Kecil sekali kemungkinan wanita itu sedang hamil.
- Pendarahan dan kramp kurang dirasakan pada saat ini dan oleh karena itu kurang
menyebabkan kecemasan.
2. Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan toilet dengan bahan –
bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari kulit di sekitar alat
genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang duk (kain) steril yang
berlubang
4. Dengan hati-hati porsio bagian depan dijepit dengan tenakulum, agar porsio dapat
terfiksasi. Dilakukan sondase rongga rahim dengan sonde rahim, perhatikan
kelengkungan sonde terhadap posisi dan kjedudukan uterus (ante atao retrofleksi).
Tujuan melakukan sondase adalah mengetahui arah serta panjang rongga rahim,
sehingga dapat menentukan ukuran IUD yang harus dipasang dan kedudukan elips
penghenti pada inserter.
5. Setelah kemasan dibuka, bagian sayap dari IUD Cu-T dilipat ke arah pangkalnya
dan ikut dimasukkan ke dalam inserter. Cu-T yang terlipat ini harus sesegera
mungkin dipasangkan pada akseptor, agar kedudukannya tidak tidak menetap
(terlipat). Lebih dianjurkan agar pelipatan ini dilakukan pada saat masih ada dalam
kemasan atau kemasan belum dibuka, sehingga lebih menjamin sterilitasnya.
7. Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan pada porsio mengeluarkan
darah. Darah yang keluar dari luka bekas jepitan dan keluar dari orifisium uteri
eksternum dibersihkan dengan kasa kering. Benang IUD yang terlalu panjang
dipotong dengan gunting, sehingga benang yang tertinggal terjulur dari orifisium
uteri eksternum sampai kira-kira 2 atau 3 cm dari introitus vagins. Dengan bahan
desinfektan dilakukan desinfeksi pada daerah orifisium uteri eksternum dan luka
bekas tenakulum.
9. Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada akseptor, apakah cukup nyaman dan
tidak merasa pusing atau sakit perut yang berlebihan. Awasi juga keadaan umum
akseptor sesudah pemasangan IUD.
Akseptor diminta untuk datang kembali ke klinik untuk diperiksa pada 1 minggu, 1 bulan
dan 3 bulan setelah pemasangan serta sedikitnya tiap 6 bulan sesudahnya. Tindak
lanjut ini digunakan untuk mengetahui apakah adad keluhan dari akseptor, ada tidaknya
efek samping, ada tidaknya kegagalan (kehamilan), dan tentu saja untuk mengetahui
apakah IUD masih terpasang dengan baik.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah IUD masih terpasang adalah dengan
mengajar akseptor melakukan pemeriksaan terhadap dirinya sendiri. Akseptor diajar
untuk memeriksa IUD sendiri dengan cara membasuh tangan kemudian memasukkan
jari tangannya ke vagina hingga mencapai serviks uteri, dan meraba apakah benang
IUDnya masih bisa diraba, tetapi dianjurkan agar tidak menarik benang IUD tertsebut.
Apabila benang tidak teraba, akseptor diminta untuk tidak melakukan koitus dan segera
datang ke klinik.
Apabila Hamil :
- Jika benang AKDR terlihat dan kehamilannya < 13 minggu, maka AKDR sebaiknya
dicabut saja
- Jika bennag AKDR tidak dapat dientukan letaknya di ostium uteri atau di bagian
distal kanalis servikalis atau kehamilannya telah lewat trimester pertama, maka
pencabutan AKDR akan lebih sukar.
- Jika klien ingin untuk meneruskan kehamilan tanpa mencabut AKDR nya,
nasihatkan bahwa risiko terjadinya abortus spontan dan sepsis akan bertambah
besar, dan kehamilan itu harus diawasi dengan ketat.
2. Kehamilan Ektopik:
Karena AKDR kurang memberi proteksi terhadap terjadinya kehamilan ekatrauterin
dibandingkan dengan kehamilan intrauterin, maka kehamilan yang terjadi pada wanita
yang sedang memakai AKDR agaknya lebih mungkin adalah kehamilan ektopik. Oleh
karena itu, hamil harus di eavaluasi tentang kemungkinan terjadinya kehamilan
ekstrauterin.
Susuk (implant) merupakan kontrasepsi jangka panjang. Saat ini ada dua jenis
kontrasepsi susuk (implant), yaitu :
1. Susuk Norplan.
Kontrasepsi ini terdiri dari 6 batang kapsul kecil yang fleksibel dibuat dari bahan
silastik berisi levonorgestrel (LNG) yaitu suatu progestin sintetik dengan panjang 3,4
cm dan diameter 2,4 mm. Metode ini memiliki masa kerja sampai 5 tahun
2. Susuk Implanon
Kontrasepsi ini hanya terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm dan diameter 2 mm yang telah dipersiapkan dalam suatu jarum terpasang
pada inserter khusus berbentuk semprit dispossible dalam kemasan steril kantong
aluminium. Implanon berisi progestin 3-keto-desogestrel (3-keto-DSG).
Pemasangan implanon merupakan penyuntikan subkutan biasa yang bisa dilakukan
tanpa anestesi local. Metode ini bisa efektif sampai 3 tahun.
Mekanisme Kerja
Kehamilan dicegah melalui kombinasi beberapa mekanisme. Dua diantaranya yang paling
utama ialah :
Membuat lendir serviks menjadi kental untuk mencegah penetrasi
sperma.
Menghambat ovulasi sekitar 50% siklus haid
Mekanisme lainnya yang dapat menambah efek kontrasepsi antara lain :
Menekan pertumbuhan endometrium (hipoplasia)
Mengurangi produksi progesterone alami dari ovarium selama fase pasca
ovulasi (luteal) dalam siklus tersebut dimana terjadi ovulasi.
Efektivitas
Norplant merupakan salah satu metode kontrasepsi reversible yang sangat efektif.
Walaupun disadari bahwa tidak ada satupun metoda kontrasepsi yang memiliki hasil guna
100%, namun rentang angka kehamilan rata-rata per tahun pada penggunaan norplant
ternyata tidak lebih dari 1%.
Pulihnya kesuburan setelah pencabutan implant hanya memerlukan waktu
beberapa hari saja, dimana kadar LNG serum akan segera menghilang. Tidak ditemukan
efek jangka panjang penggunaan implant bagi kesuburan wanita tanpa memandang umur
ataupun paritas (wanita muda yang belum pernah hamil dapat dengan aman menggunakan
metode ini).
Efek samping
Pada pengguna susuk (implant) dapat terjadi perubahan pola daur haid, perubahan-
perubahan tersebut dapat berupa :
Masa haid memanjang (terutama sering dijumpai pada bulan pertama penggunaan)
Perdarahan bercak di antara 2 siklus
Amenorea beberapa bulan, dan pada beberapa klien dapat berlangsung dalam skala
tahunan
Kombinasi dari pola diatas
Efek samping lain yang jarang terjadi dapat berupa sefalgia, perubahan berat badan dan
gangguan depresi.
Kerugian norplant :
Tidak memberikan proteksi terhadap penyakit menular seksual termasuk
AIDS
Membutuhkan tindakan bedah minor saat insersi dan pencabutan
Ketergantungan akseptor kepada dokter untuk pemasangan dan
pencabutan
Dapat mempengaruhi berat badan
Memiliki risiko seperti tindakan bedah minor lainnya (infeksi, hematoma,
dan perdarahan)
Secara kosmetik susuk dapat terlihat dari luar
Pada beberapa klien dapat terjadi perubahan pola haid
Pada beberapa klien timbul keluhan-keluhan nyeri, sefalgia, jerawat,
hirsutism
Tidak memberikan jaminan pencegahan terhadap terbentuknya kista
ovarium bagi wanita yang pernah menderita kista ovarium.
Pada beberapa klien perlu mendapatkan perhatian khusus (kontra indikasi relatif) :
1. Dugaan terhadap adanya kehamilan
2. Sedang mengidap penyakit tromboembolik
3. Sedang mengalami perdarahan pervaginam yang belum terdiagnosis
4. Benjolan atau kanker payudara
PROSEDUR TINDAKAN
Pemasangan Implant
1. Konseling pra pemasangan, jelaskan hal-hal yang perlu diketahui klien
tentang norplant (indikasi, perhatian khusus, keuntungan dan kerugiannya).
2. Pastikan bahwa klien telah yakin dengan pilihannya untuk menggunakan
KB norplant.
3. Pemasangan kapsul implant
Persiapan
Pencabutan Implant
1. Konseling pra pencabutan (alasan pencabutan, rencana klien pasca
pencabutan)
2. Pencabutan kapsul implant
Persiapan
1. Mintalah klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan
dengan sabun dan air yang mengalir. Pastikan tidak terdapat sisa sabun.
2. Mintalah klien berbaring dengan lengan yang diletakkan
lurus atau sedikit bengkok dan disangga dengan baik
3. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan
klien
4. Tentukan lokasi keenam kapsul dengan meraba. Untuk
menentukan tempat insisi, raba (tanpa sarung tangan ujung kapsul dekat
lipatan siku. Bila tidak dapat meraba kapsul, lihat lokasi pemasangan pada
cacatan medik klien. Beri tanda pada posisi setiap kapsul di lengan dengan
menggunakan spidol.
5. Siapkan alat-alat dengan selalu menjaga sterilitas.
Tindakan pasca
pencabutan
1. Bila klien tidak ingin memakai susuk lagi, bersihkan daerah sekitar insisi
denga kasa antiseptik. Gunakan klem mosquito untuk memegang kedua tepi
luka insisi selama lebih kurang 10 – 15 detik untuk mengurangi perdarahan.
2. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan bandaid atau kasa
steril dan plester. Tutup daerah insisi dengan pembalut tekan mengelilingi
lengan untuk homeostasis dan mengurangi perdarahan di bawah kulit.
3. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam
larutan klorin untuk dikontaminasi.
4. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kasa, kapas,
sarung tangan / alat suntik sekali pakai)
5. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin .
6. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain
bersih.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Letak Penderita
Untuk pemeriksaan ginekologi dikenal 3 letak penderita :
1) Letak litotomi
Letak ini paling popular, diperlukan meja ginekologi dan penyangga bagi kedua tungkai.
Penderita berbaring di atas meja gin, sambil lipat lututnya diletakkan pada penyangga dan
2) Letak miring
Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri, sambil paha dan lututnya
ditekuk dan kedua tungkai sejajar. Posisi ini hanya baik untuk pemeriksaan insekulo.
3) Letak Simm
Letak ini hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai kanan
ditekuk ke arah perut, dan lututnya diletakkan pada alas, sehingga panggul membuat sudut
miring dengan alas, lengan kiri di belakang badan dan bahu sejajar alas. Dengan demikian
penderita berbaring setengah tengkurap.Dengan posisi ini pemeriksaan inspekulo lebih
mudah dilakukan.
PENDAHULUAN
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio yaitu
berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang dari
aksila sampai regio inguinal.
Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran unilateral atau bilateral
diikuti dengan sekresi cairan keruh (mastitis neonatorum), yang disebabkan oleh
berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang
dirangsang secara tidak langsung olah tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah
bayi.
1. Anatomi
Normalnya kelenjar payudara rudimenter pada anak-anak dan laki-laki. Pada wanita
pertumbuhan mulai saat pubertas. Kelenjar susu bentuknya bulat, merupakan kelenjar kulit
atau apendiks kulit yang terletak di fasia pektoralis. Payudara kiri biasanya lebih besar
daripada payudara kanan. Pada bagian lateral atas, jaringan kelenjar ini keluar dari
bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap
payudara terdiri dari 15-20 lobulus kelenjar, yang menyalurkan ekskresinya ke duktus
laktiferus pada papila mamae. Kelenjar lemak memenuhi di antara kelenjar susu dan fasia
pektoralis serta di antara kulit dan kelenjar, sehingga kelenjar sulit untuk teraba. Di antara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka
untuk payudara.
Papila mamae bentuknya silinder dan letaknya di tengah payudara. Papila mamae
dikelilingi oleh areola mamae. Warna kulit areola mamae berkerut dan lebih berpigmen
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi 1
Ns Chandra Widjajanti , SKp.Mkep.SpMat Page 38
tergantung dari jenis warna kulit individu. Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75%
ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan
medial dan ada pula penyaliran ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50
buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakhialis. Saluran
limfe dari payudara ke aksila, menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila,
kelenjar aksila bagian dalam, dan berlanjut ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di
supraklavikular.
2. Fisiologi
Payudara mengalami perubahan mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
fertilitas dan klimakterium-menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron
yang diproduksi ovarium dan hormon hipofise telah menyebabkan duktus dan asinus
berkembang.
Perubahan semasa masa fertilitas sesuai dengan siklus menstruasi. Sekitar hari kedelapan
menstruasi payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Waktu pemeriksaan payudara yang tepat berdasarkan siklus fisiologis wanita
adalah setelah menstruasi, dimana payudara tidak tegang dan nyeri dan mencegah
pemeriksaan yang false positif. Pada kehamilan dan menyusui, payudara menjadi besar
karena kelenjar mengalami hipertropi.
PEMERIKSAAN FISIK
Payudara dibagi dalam empat kuadran oleh garis horisontal dan vertikal yang melalui papilla
mamae (kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah). Untuk menunjukkan
lokasi lesi pada payudara dapat ditunjuk dengan jam dan dengan jarak tertentu dalam
sentimeter dari papila mamae.
2. Palpasi
Penderita disuruh berbaring, jika payudara tidak mengecil, tempatkan bantal tipis di
punggung, sehingga payudara terbentang rata, dan lebih memudahkan menemukan suatu
nodul. Palpasi dilakukan menggunakan permukaan volar tiga jari yang ditengah, dengan
gerakan perlahan-lahan, memutar menekan secara halus jaringan mamae terhadap dinding
Palpasi papila mamae, tekan papila dan areola mamae sekitar dengan ibu jari dan telunjuk,
perhatikan adakah pengeluaran discharge. Jika dijumpai discharge, atau riwayat
mengeluarkan discharge, coba cari asalnya dengan menekan areola mamae dengan ibu jari
dan telunjuk dan pada sebelah radial sekitar papila mamae. Perhatikan adakah discharge
yang keluar dari salah satu duktus papila mamae.