Anda di halaman 1dari 11

Faktor Keamanan Dalam Perancangan Elemen Mesin

Faktor Keamanan pada awalnya didefinisikan sebagai suatu bilangan pembagi kekuatan
ultimate material untuk menentukan “tegangan kerja” atau “tegangan design”. Perhitungan
tegangan design ini pada jaman dulu belum mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti impak,
fatigue, stress konsentrasi, dan lain-lain, sehingga faktor keamanan nilainya cukup besar yaitu
sampai 20-30. Seiring dengan kemajuan teknologi, factor keamanan dalam design harus
mempertimbangkan hampir semua faktor yang mungkin meningkatkan terjadinya
kegagalan. Dalam dunia modern faktor keamanan umumnya antara 1.2 – 3.

Dalam “modern engineering practice” faktor keamanan dihitung terhadap “significant strength
of material”, jadi tidak harus terhadap ultimate atau tensile strength. Sebagai contoh, jika
kegagalan melibatkan “yield” maka significant strength adalah yield strength of material; jika
kegagalan melibatkan fatigue maka faktor keamanan adalah berdasarkan fatigue; dan
seterusnya. Dengan demikian faktor keamanan didefinisikan sebagai :

N = Significant strength of the material/ Working stress

Beberapa referensi juga mendefinisikan faktor keamanan sebagai perbadingan antara “design
overload” dan “normal load”. Penentuan nilai numerik faktor keamanan sangat tergantung pada
berbagai parameter dan pengalaman. Parameter-parameter utama yang harus diperhatikan adalah
jenis material, tipe dan mekanisme aplikasi beban, state of stress, jenis komponen dan lain-lain.
Berdasarkan berbagai pengalaman dan parameter-parameter tersebut, telah dikembangkan Codes
yang memuat cara perhitungan dan penentuan faktor keamanan untuk berbagai aplikasi khusus.
Misalnya ASME B16.5 untuk Flanges, ASME Pressure Vessel Codes, DNV OS F101 Submarine
pipeline, dan Code-code yang lain.
Tingkat ketidak-pastian (uncertainty) juga merupakan hal penting yang menentukan nilai
faktor keamanan yang digunakan. Berikut adalah beberapa tingkat ketidak-pastian yang harus
dipertimbangkan untuk elemen yang mendapat beban statik :
1. Tingkat ketidak-pastian beban. Pada situasi tertentu, nilai beban yang bekerja pada suatu
komponen mesin dapat ditentukan dengan pasti. Seperti misalnya beban gaya sentrifugal pada
motor listrik, beban berat kendaraan, beban pada pegas katup sebuah engine dan lain-lain. Tetapi
pada kondisi tertentu, nilai beban yang pasti sangat sulit ditentukan. Misalnya beban yang bekerja
pada pegas sistem suspense kendaraan di mana terjadi variasi yang sangat besar tergantung kondisi
jalan dan cara kendaraan dikendarai. Bagaimana dengan mesin-mesin yang baru diciptakan di
mana belum ada pengalaman sebagai referensi? Jadi semakin tinggi tingkat ketidakpastian, maka
insinyur harus menggunakan faktor keamanan yang semakin konservatif.
2. Tingkat ketidak-pastian kekuatan material. Idealnya insinyur mesin harus memiliki
pengetahuan dan data yang luas tentang kekuatan material, baik pada kondisi fabrikasi, maupun
setelah menjadi komponen mesin. Data-data tersebut haruslah di test pada temperatur dan kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kondisi aplikasi komponen tersebut. Tetapi dalam kenyataan hal
ini sangat sulit dipenuhi.
Kebanyakan data yang tersedia adalah hasil uji pada kondisi temperatur kamar dan pembebanan
yang ideal serta ukuran yang berbeda dengan komponen yang sebenarnya. Juga perlu dicatat
bahwa sifat material dapat berubah cukup signifikan selama komponen digunakan. Jadi parameter
ketidak pastian data material ini perlu dipertimbangkan dalam penentuan faktor keamanan.
3. Tingkat ketidak-pastian metodologi design dan analysis. Metodologi design dan jenis analisis
juga sangat menentukan faktor keamanan dalam suatu perancangan komponen mesin. Hal-hal
yang perlu dieprhatikan antara lain adalah (a) seberapa valid asumsi-asumsi yang digunakan serta
persamaan standard dalam perhitungan tegangan, (b) akurasi dalam perhitungan faktor konsentrasi
tegangan, (c) akurasi dalam meng-estimasi adanya “tegangan sisa” yang timbul saat pembuatan
komponen, (d) kesesuaian teori kegagalan yang digunakan dan penentuan “significant strength”
material.
4. Konsekuensi kegagalan – keamanan manusia dan ekonomi. Konsekuensi kegagalan baik
terhadap keselamatan manusia maupun ekonomi juga merupakan parameter pertimbangan utama
dalam menentukan faktor keamanan. Jika kegagalan yang terjadi dapat membahayakan
keselamatan banyak orang atau menimbulkan konsekuensi ekonomi yang besar, maka faktor
keamanan yang konservatif perlu digunakan. Contohnya, faktor keamanan yang tinggi diperlukan
pada sarana angkutan transporatsi massa, industri minyak-gas.

Selain hal di atas, faktor ekonomi atau biaya yang dibutuhkan juga merupakan
pertimbanganutama dalam menentukan faktor keamanan. Angka numerik faktor keamanan yang
disarankan sesuai dengan beberapa parameter dan tingkat ketidakpastian
Faktor keamanan adalah perbandingan antara beban kekuatan minimum material dibagi dengan
pembebanan tegangan tertinggi yang terjadi pada material,
SF = n = Material strength / design load

Seperti disampaikan bos Hysocc, maka penentuan safety factor akan berbeda, tergantung jenis
kondisi pembebanan dan juga jenis material. Untuk material ulet, umum menggunakan teori
tegangan geser maksimum, atau teori energi distorsi maksimum. Jenis teori kegagalan masih
terdapat beberapa lainnya. Kita cobakan untuk TTGM, Teori tegangan geser maksimum.
SF = Sy / S_max, Sy = 1/2 Sss (Kekuatan yield material)
Sy = batas miminum kekuatan material
S_max = pembebanan maksimum (hasil desain ataupun olahan praktis)
Hal ini berlaku untuk suatu beban steady. Jika beban adalah bervariasi, variale loading, maka
besarnya Sy menjadi berubah.

Perubahan ini menjadi dikenal dengan endurance limit, Se. Besarnya batas ketahanan, endurance
limit.
Se = 0.35 S_ut ( hanya 35 % dari kekuatan ultimate, untuk baja paduan)
Lalu besarnya Se, akan terpengaruh oleh hal berikut,
Ka = faktor permukaan < 1
Kb = faktor ukuran < 1
Kc = faktor pembebanan < 1
Kd = faktor temperatur < 1
Ke = faktor lainnya (semisal korosi, dan ketahanan fatigue) < 1

Maka, besanya ketahanan yang telah dimodifikasi,


Se' = Ka*Kb*Kc*Kd*Ke * Se, dengan semua faktor maksimum 1
Diperoleh besarnya faktor keaamanan untuk beban variabel,
SF = n = Material strength / design load
SF = Se' / S_max

Bentuk penyelesaian SF seolah akan berbeda-beda bergantung dari beberapa hal yang telah
disebutkan, hanya secara umum akan bergantung dari ketahanan material (Se' atau Sy) dan
pembebanan maksimum(S_max) yang terjadi.

Lalu selain kriteria tegangan geser yang utamanya adalah proses yielding, fraktur, dan fatigue
juga terdapat kriteria kekuatan permukaan. Faktor keamanan permukaan dikenal dengan
kekuatan kontak, kekuatan fatigue kontak, atau kekuatan ketahanan Hertzian. Secara umum akan
meilbatkan faktor kekerasan material.
• Beban berulang : Nomor 1 s/d 5

• Beban kejut : Nomor 3 – 5

• Bahan Getas : Nomor 2 – 5 dikalikan dengan 2

Faktor Keamanan/ Safety Factor berdasarkan jenis beban adalah :

• Beban Statis : 1,25 – 2

• Beban Dinamis : 2 – 3

• Beban Kejut : 3 – 5
Metode Perencanaan

Prinsip-prinsip umum untuk mengatur faktor keamanandidefinisikan sebagai


analisis perilaku dan ketahananstruktur akibat beban yang bekerja pada struktur
tersebut.Perkembangan metode perencanaan berdasarkan faktorkeamanan dapat
diurutkan seperti berikut :

1. Metode Tegangan Kerja (Working Stress Method)


2. Metode Perencanaan Plastis (Plastic Method) dan
3.Metode Tegangan Ultimit (Ultimate Stress Method)
4. Metode Perencanaan Batas
1. Metode Tegangan Kerja

Metode tegangan kerja atau sering disebut juga dengan


metode tegangan ijin, hal ini dikarenakan penggunaan
tegangan ijin yang merupakan tegangan leleh (runtuh)
bahan dibagi dengan angka tertentu yang disebut dengan
faktor keamanan (SF) seperti Pers. 2.1.
F
𝐹𝑢
𝑆𝐹 = 𝐹𝑖
(2.1) M

C
FuA
Fy ’A B
SF = faktor keamanan
Fu = tegangan leleh/ultimit
Fi
Fi = tegangan ijin
O
εp ε
εy

Pada metode ini, struktur dikatakan gagal (failure) jika tegangan yang terjadi akibat beban yang
bekerja lebih besar dari tegangan ijin. Pada material liat (ductile), contoh baja, tegangan ultimit
diambil dari tegangan leleh. Sedangkan pada material getas (brittle), contoh beton, tegangan
ultimit diambil dari tegangan runtuh. Dengan metode ini, material masih dalam kondisi elastis,
sehingga hukum Hooke masih bisa diberlakukan.
Jika kombinasi beban diperhitungkan, sebagai contoh beban mati, DL – hidup, LL – angin, W –
gempa, E, maka tegangan ijin dinaikkan 33%. Tetapi penentuan angka 33% tersebut tidak ada
acuan yang baku, sehingga dapat dikatakan bahwa SF yang didefinisikan pada tegangan ijin
tidak menggambarkan keamanan sesungguhnya.

Keuntungan metode ini : sederhana, mudah, dan sudah biasa dilakukan. Sedangkan
kerugiannya : pada faktor keamanan yang sama tidak menjamin tingkat keamanan yang sama
pada semua struktur. Dengan kata lain, perencanaan dua buah struktur dengan menggunakan
metode tegangan kerja untuk beban yang sama akan terjadi tingkat keamanan yang berbeda.
2. Metode Perencanaan Plastis dan Metode
Tegangan Ultimit

Dalam metode ini, faktor keamanan ditentukan dengan memperbesar


nilai beban layan yang disebut juga dengan beban runtuh. Faktor
pembesaran (multiplier) ini disebut sebagai faktor beban, yang
didefinisikan sebagai rasio antara beban ultimit dengan baban layan
seperti Pers. 2.2.
𝐿𝐿
𝐿𝐿 = (2.2)
𝐿𝐿
LF = faktor beban
Pu = beban ultimit
Ps = beban layan
Dalam metode ini, faktor beban bervariasi, yang berarti untuk jenis beban yang berbeda akan
memiliki faktor beban yang berbeda pula. Sebagai contoh, faktor beban untuk LL, W, atau E
akan memiliki nilai yang lebih besar dibanding DL. Hal ini dikarenakan besarnya nilai varian
untuk LL, W, atau E. Namun demikian, besarnya faktor beban sudah dipilih berdasarkan intuisi
atau penilaian tertentu serta pengalaman para ahli rekayasa struktur yang dituangkan dalam
bentuk peraturan (code).
Beban berfaktor sebenarnya merupakan beban imajiner yang tidak pernah terjadi secara nyata
pada suatu struktur. Seperti SF, LF tidak berhubungan langsung dengan umur bangunan.
Sebagai contoh, jika LF = 2 mengasumsikan umur bangunan 50 tahun. Kemudian LF
ditingkatkan 50% menjadi 3, bukan berarti secara otomatis umur bangunan menjadi 3/2  50 =
75 tahun. Suatu struktur yang direncanakan dengan metode ini akan aman terhadap
keruntuhan, dan berarti juga aman terhadap beban layannya.
3. Metode Perencanaan Batas

Kondisi batas adalah tercapainya suatu kondisi bagian struktur atau


struktur menjadi tidak aman, atau tidak berfungsi sesuai dengan kriteria
perencanaan awal. Kondisi batas dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Kondisi batas ultimit (ultimate state)
2. Kondisi batas layan (serviceability state)

Faktor keamanan berhubungan langsung dengan kondisi batas ultimit dan batas layan, yang
berarti bahwa peningkatan beban dibandingkan dengan ketahanan yang relevan pada struktur
dimana pengaruh beban layan dibandingkan dengan harga yang spesifik. Dengan kata lain
metode ini lebih baik dibanding dengan metode sebelumnya, karena metode ini menjamin
keamanan yang pasti pada beban ultimit yang bekerja.
Kesimpulan :

Penggunaaan faktor keamanan yang paling banyak terjadi bila kita membandingkan tegangan
dengan kekuatan, untuk menaksir angka keamanannya.3 Katakanlah, sebuah elemen mesin diberi
effek yang kita sebut sebagai F. Kita umpamakan bahwa F adalah suatu istilah yang umum, dan
bisa saja berupa suatu gaya, momen puntir, momen lentur, kemiringan, lendutan, atau semacam
disorsi.

Jika F dinaikkan, sampai suatu besaran tertentu, sedemikian kalau dinaikkan sedikit saja, akan
mengganggu kemampuan mesin tersebut, untuk melakukan fungsinya secara semestinya.
seandainya kita nyatakan batasan ini, sebagai batas akhir, harga F sebagai fu , maka faktor
keamanan dapat dinyatakan sebagai : Bila F sama dengan Fu, n=1, dan pada saat ini tidak ada
keamanan sama sekali.

Akibatnya sering dipakai istilah batas keamanan (margin of safety). Batas keamanan dinyatakan
dengan persamaan. Istilah faktor keamanan dan batas keamanan banyak dipakai dalam praktik
industri, yang arti dan maksutnya diketahui jelas. Begitupun, istilah Fu dalam persamaan (1-1),
adalah istilah yang terlalu umum untuk semua jenis kegiatan, merupakan angka tersendiri yang
secara statistik bervariasi. Karena alasan ini, suatu faktor keamanan dengan > 1.
Faktor keamanan itu adalah tambahan nominal atau elemen hasil perhitungan demi
meningkatkan keamanan penggunaan suatu elemen mesin yang telah dikalkulasi
karakteristiknya.

Contoh, dalam suatu perancangan implemen traktor, sesuai dengan beban kerja maksimum
sehari-hari yang mungkin dialami oleh implemen tersebut, maka dihitung dan menghasilkan nilai
gaya aksial maksimum sebesar 13 kN. Namun material yang dicari dan perancangannya tidak
akan mengikuti nilai 13 kN, namun lebih besar dari itu, karena mungkin saja selama
penggunaannya, implemen menabrak batu, sehingga gaya aksial maksimum yang dialami
implemen melebih 13 kN, dan itu berpotensi mengakibatkan implemen patah ketika beroperasi.
Untuk itu, biasanya ditambah 10% dari nilai 13 kN itu menjadi 14.3 kN. Dan 10% itu adalah
safety factor.

Safety factor juga memperhitungkan usia penggunaan suatu komponen. Kondisi komponen yang
baru dibuat dan yang telah beroperasi selama 10 tahun akan berbeda kekuatannya, sehingga
safety factor yang ditambahkan juga mengikuti pertimbangan usia pemakaian.

Perhitungan faktor keamanan dapat bervariasi bergantung komponen apa yang diterapkan,
namun biasanya mengacu pada rasio antara beban desain dan beban failure dari suatu material.
Safety factor antara komponen implemen antara menggunakan baja karbon 5% dan baja karbon
10% akan berbeda karena kekuatannya untuk mencapai kondisi failure akan berbeda walau
didesain untuk beban yang sama.

Anda mungkin juga menyukai