Anda di halaman 1dari 14

RESUME PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22


PENGERTIAN
Mardiasmo (2009 :221) mendefinisikan merupakan pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun
berjalan yang dipungut oleh:
a. Bendahara pemerintah, termasuk bendahara pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga Negara lainnya, berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang, termasuk juga dalam pengertian bendahara
adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang sama;
b. Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swsta, berkenaan dengan kegiatan
dibidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain, seperti kegiatan usaha produksi barang
tertentu antara lain otomotif dan semen; dan
c. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah. Pemungutan pajak oleh Wajib Pajak badan tertentu ini akan dikenakan
terhadap pembelian barang yang memenuhi kriteria tertentu sebagai barang yang tergolong
sangat mewah baik dilihat dari jenis barangnya maupun harganya, seperti kapal pesiar, rumah
sangat mewah, apartemen sangat mewah dan kendaraan sangat mewah.

OBJEK dan Tarif PPh PASAL 22


Objek Pemungutan PPh Pasal 22 yang dibahas Mardiasmo (2009 : 222) antara lain sebagai berikut :

Atas Impor

1. Barang tertentu (lihat lampiran I PMK 34/PMK.0102017), dikenakan PPh pasal 22 sebesar 10%
(sepuluh persen) dari nilai impor,
2. Barang tertentu lainnya (lihat lampiran II PMK Nomor 34/PMK. 010/2017) dari impor nakan PPh
pasal 22 sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen) dari nilai impor;
3. Kedelai, gandum, dan tepung trigu,dikenakan PPh pasal 22 sebesar 0,5% (nol koma lima persen)
dari nilai impor degan menggunakan Angka Pengenal Impor (API);
4. Barang selain barang tertentu, barang tertentu lainnya, kedelai, gandum, dan tepung trigu yang
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), dikenakan PPh pasal 22 sebesar 2,5% (dua koma lima
persen) dari nilai impor;
5. Barang selain barang tertentu, barang tertentu lainnya, kedelai, gandum, dan tepung trigu yang
menggunakan Angka Pengenal Impor (API), dikenakan PPh pasal 22 sebesar 7,5% (tuju koma lima
persen) dari harga jual lelang;
6. Barang tidak dikuasai dikenakan PPh pasal 22 sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen) dari harga
jual lelang;

Pemungut PPh Pasal 22

Bank devisa dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai


Saat terutang dan saat pelunasan

A. pph pasal 22 atas impor barang , terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran bea masuk.
B. Pph pasal 22 atas ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam, terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean atas ekspor.

Cara pemungutan

A. Pemungutan pph pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara penyetoran
oleh importir yang bersangkutan ke kas negara melalui kantor pos, bank devisa,
atau bank yang ditunjuk oleh menku .
B. Pemungutan pph pasal 22 atas ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam,
dan mineral bukan logam dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh eksportir yang
bersangkutan ke kas negara melalui kantor pos, bank devisa persepsi, atau bank
persepsi yang ditunjuk oleh menku.
1. PEMBELIAN BARANG OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH

Objek pajak dan tarif pph pasal 22

1. Bendahara pemerintah dan KPA sebagai pemungut pajak pada pemerintah pusat,
pemerintah daerah, instansi atau Lembaga pemerintah dan Lembaga-lembaga
negara lainnya.
2. Bendahara pengeluaran dengan mekanisme uang pada persediaan.
3. KPA atau pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA
, berkenaan pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung.

Dikenakan pph pasal 22 sebesar 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk ppn.

Pemungut pph pasal 22

Bendaharawan, KPA, dan pejabat penerbit surat perintah membayar.

Saat terutang dan saat pemungut

Pph pasal 22 atas pembelian barang oleh bendaharawan pemerintah terutang dan dipungut
pada saat pembayaran.

Cara pemungut

pemungut pph pasal 22 wajib disetor oleh pemungut pajak ke kas negara melalui kantor
pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk olek menku, dengan menggunakan surat setoran
pajak yang telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak. Surat
setoran pajak tersebut berlaku sebagai bukti pemungut pajak.
2. PEMBELIAN BARANG OLEH BUMN DAN BADAN USAHA TERTENTU

Objek pajak dan tarif pph pasal 22

1. BUMN, yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
2. Badan usaha dan BUMN yang merupakan hasil dari restrukturasi yang dilakukan oleh
pemerintah, dannresktruturasi tersebut dilakukan melalui pengalihan saham milik
negara kepada BUMN lainnya.
3. Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN.

Dikenakan pph pasal 22 sebear 1,5% diharga pembelian tidak termasuk ppn.

Pemungut pph pasal 22

BUMN dan badan usaha yang dimiliki secara langsung oleh BUMN.

Saat terutang dan saat pemungutan

Pph pasal 22 atas pembelian barang oleh BUMN dan badan usaha tertentu yang dimiliki
secara langsung oleh BUMN, terutang dan dipungut pada saat pembayaran.

Cara pemungut

Pemungutan pph pasal 22 wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui kantor pos,
bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh mentri keuangan dengan menggukan surat
setoran pajak.
3. PENJUALAN HASIL PRODUKSI INDUSTRI TERTENTU

Objek pajak dan tarif pph pasal 22

1. Penjualan semua jenis semen sebesar 0,25% dari dasar pengenaan ppn.
2. Penjualan kertas sebesar 0,1% dari dasar pengenaan ppn.
3. Penjualan baja sebesar 0,3% dari dasar pengenaan ppn.
4. Penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih, tidak termasuk
alat berat sebesar 0,45% dari dasar pengenaan ppn.
5. Penjualan semua jenis obat sebesar 0,3% dari dasar pengenaan ppn.

Pemungut pph pasal 22

Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industry semen, kertas, baja, otomotif, dan
farmasi, terutang dan dipungut pada saat penjualan.

Saat terutang dan saat pemungut

Pph pasal 22 atas penjualan hasil produksi bidang usaha industri semen, kertas, baja,
otomotif, dan farmasi, terutang dan dipungut pada saat penjualan.

Cara pemungut

Pemungutan pph pasal 22 wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui kantor pos,
bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh mentri keuangan dengan menggukan surat
setoran pajak.

4. PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS, DAN PELUMAS

Objek pajak dan tarif pph pasal 22

1. Bahan bakar minyak


2. Bahan bakar gas 0,3% tidak termasuk ppn.
3. Pelumas sebesar 0,3% tidak termasuk ppn.
Pemungut pph pasal 22

Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelunas.

Saat terutang dan saat pemungut

Pph pasal 22 terutang dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah pengeluaran barang.

Cara pemungut

Pemungutan pph pasal 22 wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui kantor pos,
bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh mentri keuangan dengan menggukan surat
setoran pajak.

5. PENJUALAN KENDARAAN BERMOTOR

Objek pajak dan tarif pph pasal 22

Dikenakan pph pasal 22 sebesar 0,45% dari dasar pengenaan ppn.

Pemungut pph pasal 22

Agen tunggal pemegang merek (APTM), agen pemegang merek (APM), dan importer
umum kendaraan bermotor.

Saat terutang dan saat pemungutan

Pph pasal 22 terutang dan dipungut pada saat penjualan.

Cara pemungut

Pemungutan pph pasal 22 wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui kantor pos,
bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh mentri keuangan dengan menggukan surat
setoran pajak.
6. PEMBELIAN BAHAN-BAHAN UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI ATAU EKSPOR

Objek pajak dan tarif pph pasal 22

Atas pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,


perternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industry manufaktur, dikenakan pph
pasal 22 sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk ppn.

Pemungut pph pasal 22

Badan usaha industry atau eksportir yang melakukan pembelian bahan-bahan berupa hasil
kehutanan, perkebunan, pertanian, perternakan, dan perikanan yang belum melalui proses
industry manufaktur, untuk keperluan industrinya atau ekspornya.

Saat terutang dan saat pemungutan

Pph pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industry atau ekspor, terutang
dan dipungut pada saat pembelian.

Cara pemungut

Pemungutan pph pasal 22 wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui kantor pos,
bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh mentri keuangan dengan menggukan surat
setoran pajak.

7. PEMBELIAN KOMODITAS TAMBANG

Objek pajak dan tarif pph pasal 22

Atas pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dikenakan pph pasal
22 sebesar 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk ppn.
Pemungut pph pasal 22

Badan usaha yang melakukan pembelian komoditas batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan.

Saat terutang dan saat pemungutan

Pph pasal 22 terutang dan dipungut pada saat pembelian.

Cara pemungut

Pemungutan pph pasal 22 wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui kantor
pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh mentri keuangan dengan menggukan surat
setoran pajak.

8. PENJUALAN EMAS

Objek pajak dan tarif pph pasal 22

Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan, dikenakan pph
pasal 22 sebesar 0,45% dari harga jual emas batangan.

Pemungut pph pasal 22

Badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan di dalam negeri.

Saat terutang dan saat pemungutan

Pph pasal 22 terutang dan dipungut pada saat penjualan.

Cara pemungut

Pemungutan pph pasal 22 wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui kantor
pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh mentri keuangan dengan menggukan surat
setoran pajak.
9. PENJUALAN BARANG YANG TERGOLONG SANGAT MEWAH

Objek pajak dan tarif pph pasal 22

1. Pesawat pribadi dengan harga jual lebih dari Rp. 20.000.000.000,00


2. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp. 10.000.000.000,00
3. Rumah besar tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp.
10.000.000.000,00 dan luas bangunan lebih dari 500m2.
4. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih lebih dari Rp. 10.000.000.000,00 dan/atau luas bangunan lebih
dari 400m2.
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utility vehicle, multi purpose, vehicle, minibus dan sejenisnya
dengan harga jual lebih dari Rp.5.000.000.000,00 dengan kapasitas silinder lebih
dari 3.000 cc.Dikenakan pph pasal 22 sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk
PPN dan PPnBM.

Pemungut pph pasal 22

Wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.

Saat terutang dan saat pemungutan

PPh pasal 22 terutang dan dipungut pada saat dilakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
Cara pemungutan

Pemungut pajak wajib memberikan tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi
atau badan yang dipungut setiap melakukan pemungutan. Pemungut pajak wajib
menyetorkan pajak penghasilan yang dipungut ke kantor pos atau bank yang
ditunjuk ole menkeu paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir dengan menggunakan surat setoran pajak, dan melaporkan hasil
pemungutannya dengan menggunakan surat pemberitahuan masa ke kantor
pelayanan pajak paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.

CONTOH KASUS PPh PASAL 22

Kasus dan Pertanyaan:


PT DTC berkedudukan di Jakarta, menjadi pemasok alat-alat tulis
kantor bagi Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan. Pada tanggal 1
Oktober 2015, PT DTC melakukan penyerahan barang kena pajak
dengan nilai kontrak sebesar Rp11.000.000 (nilai sudah termasuk
PPN). Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas
Pendidikan Kota Tangerang Selatan?
N Diketahui Nilai (Rp)
o

1 Nilai kontrak Rp11.000.00


termasuk PPN 0

2 DPP (100/110) Rp10.000.00


x Rp11.000.000 0

3 PPN dipungut Rp1.000.000


(10% dari DPP)

4 PPh Pasal 22 Rp150.000


yang
dipungut (1,5
%x
Rp10.000.000)

Jawaban:

Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan


Kota Tangerang Selatan sebesar Rp150.000. PPh Pasal 22 = 1,5% x
harga pembelian tidak termasuk PPN.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23


PENGERTIAN
Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negri dan Bentuk Usaha Tetap
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayaran oleh badan pemerintah, subjek
pajak badan dalam negri, penyelenggara kegiatan, nemtuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negri lainnya.
PEMOTONG PPh PASAL 23
Pemotong PPh Pasal 23 adalah pihak-pihak yang membayarkan penghasilan, yang
terdiri atas:
1. Badan Pemerintah.
2. Subjek Pajak badan dalam negri.
3. Penyelenggara kegiatan.
4. Bentuk usaha tetap.
5. Perwakilan perusahaan luar negri lainnya.
6. Orang peribadi sebagai Wajib Pajak dalam negri yang telah mendapat penunjukkan
dari Direktur Jendral Pajak untuk memotong pajak PPh Pasal 23.
YANG DIKENAKAN PEMOTONG PPh PASAL 23
Yang dikenakan pemotongan PPh pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam negri atau
dalam bentuk Usaha Tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang
telah dipoyong pajak penghasilan pasal 21.
OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 23
Penghasilan yang dipotong PPh 23 adalah:
1. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi,kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
3. Royalti;
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong pajak
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21;
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
tanah dan/atau bangunan; dan
6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.

PENGECUALIAN OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 23


Penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh pasal 23 adalah:
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2. Sewa yang dibayarkam atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi;
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negri, dari pernyataan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba; dan
b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
4. dividen yang diterima oleh orang peribadi;
5. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
6. Sisa hasil hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
7. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
TARIF PEMOTONGAN
Besarnya PPh pasal23 yang dipotong adalah:
1. Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
a. Dividen;
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
c. Royalti; dan
d. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan pasal;
2. Sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai, atas:
a. Sewa tanah penghasilan sehubungan dengaan penggunaan harta, kecuali sewa
tanah dan/atau bangunan; dan
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
Jasa lain terdiri dari:
1) Jasa penilai (appraisal)
2) Jasa aktuaris;
3) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4) Jasa hukum;
5) Jasa arsitektur;
6) Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7) Jasa perancang (design); dan
8) Jasa pengeboran (drilling) dibidang penambangan minyak dan gas bumi (migas),
kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT).

Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tariff pemotongan adalah lebiih
tinggi 100% (seratus persen). Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat
dibuktikan oleh Wajib Pajak, antara lain, dengan cara menunjukkan kartu Nomor
Pokok Wajib Pajak.

CARA MENGHITUNG PPh PASAL 23


a. Cara menghitung PPh Pasal 23 Aatas Dividen
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto
b. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Bunga, termasuk premium, Diskonto, dan
Imbalan Karena Jaminan Pengambilan Utang
PPh Pasal 23 =15% x Bruto
c. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Royalti
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto
d. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Hadiah, Penghargaan, Bonus, dan Sejenisnya
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto
e. Cara Menghiting PPh Pasal 23 Atas Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan
dengan Harta
PPh Pasal 23 = 2% x Bruto
f. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Imbalan Sehubungan dengan Jasa Teknik, Jasa
Manajemen, Jasa Konstruksi, dan Jasa Lain
PPh Pasal 23 = 2% x Bruto

Anda mungkin juga menyukai