Askep Struma
Askep Struma
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Struma adalah pembesaran pada kenlenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel folikel terisi
koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun folikel tumbuh semkin membesar dengan
membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler. Struma nodosa nontoksik merupakan
pembesaran kelenjar tiroid karena adanya nodul yang tidak disertai gejala hipertiroidisme
(Tarwoto,dkk, 2012)
Struma nodosa nontoksik adalah pembesaran kelenjar tiroid sebagai akibat pertambahan ukuran
jaringan.(Rendy, dkk, 2012)
Struma nodosa nontoksik adalah struma nodosa yang secara klinis teraba nodul satu atau lebih
disertai tanda tanda hipertiroidisme. (Mansjoer, 2001).
2. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan factor penyebab
pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
a. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum
dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan. (Rendy,dkk,2012)
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.(Rendy,dkk,2012)
Penghambatan sintesa hormon T4 (seperti substansi dalam kol, lobak, bayam, kacang
kedelai).
Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea
dan litium).
c. Hiperplasia dan involusi kelenjar tiroid
Pada setiap orang dapat dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap tiroksin bertambah.
Terutama masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi
atau stress lain. Pada masa masa tersebut terjadi hyperplasia dan involusi kelenjar tiroid.
Perubahan ini dapat menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur yang
dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah ke daerah tersebut sehingga terjadi iskemia.
(Mansjoer, 2001)
d. Hipotiroidisme primer yang disebabkan karena kegagalan kelenjar tiroid atau kekurangan
yodium, dimana kadar hormone tiroid dalam sirkulasi darah kurang sehingga tidak ada inhibisi
umpan balik neegatif ke hipofisis anterior.(Sherwood, 2001)
e. Penyakit Grave. Adanya TSI merangsang pertumbuhan tiroid meningkatkan sekresi hormone
tiroid.(Rendy,dkk, 2012)
3. Patofisiologi
Pembentukan hormone tiroid membutuhkan unsur yodium dan stimulasi dari TSH. Salah
penyebab paling sering penyakit gondok adalah karena kekurangan yodium,. Aktivitas utama dari
kelenjar tiroid adalah berkonsentrasi dalam pengambilan yodium dari darah untuk membuat
hormone tiroid. Kelenjar tersebut tidak cukup membuat hormone tiroid jika tidak memiliki cukup
yodium. Oleh karena itu dengan defisiensi hormone tiroid akan mengakibatkan hipotiroid.
Keadaan ini mengakibatkan terjadinya kompensasi terhadap pembesaran kelenjar, hal ini juga
merupakan proses adaptasi terhadap defisiensi hormone tiroid. Namun demikian, pembesaran ini
dapat juga terjadi sebagai respon terhadap respon meningkatnya sekresi pituitary yaitu TSH. (
Tarwoto,dkk, 2012)
Pathway
Defisiensi yodium Kelainan Kongenital Hyperplasia Kelj. Tiroid Hipotiroidisme Peny. Grave
Reaksi autoimun
TSI mirip TSH
Hipersekresi H. Tiroid
Kelenjar tidak cukup menghasilkan hormone tiroid
Nyeri Akut
e. Petanda tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin(Tg) serum. Kadar Tg serum
normal adalah 1,5-30 ng/ml. Pada kelainan jinak rata-rata 323 ng/ml dan pada keganasan rata-
rata 424 ng/ml
Penegakkan diagnose keganasan berdasarkan ketepatan gabungan diagnosis biopsi, USG, dan
sidik tiroid adalah 98 %.(Mansjoer, 2000)
6. Penatalaksaan
a. Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di daerah endemik
sedang dan berat. (Tarwoto,dkk,2012)
b. Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam beriodium. (Tarwoto,dkk,2012)
c. Penyuntikan lipidol (Yodium dalam minyak)
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik dengan dosis
untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc – 2 cc, sedang kurang dari enam tahun
diberi 0,2 cc – 0,8 cc. ini dilakukan dalam upaya pencegahan sementara kekurangan yodium
(Tarwoto,dkk,2012)
d. Strumektomi
Dilakukan pada stuma yang besar dan menyebabkan keluhan mekanik. Diindikasikan juga
pada struma yang tidak mengecil setelah dilakukan biopis aspirasi jarum halus. Nodul panas
dengan diameter > 2,5 mm dilakukan operasi karena akan mudah timbul hipertiroidisme
e. L- tiroksin selama 4-5 bulan
Preparat dini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan pemeriksaan sidik tiroid
ulang. Apabila nodul mengecil maka terapi diteruskan. Apabila tidak mengecil bahkan
membesar, dilakukan biopsi atau operas.
f. Biopsi jarum halus
Cara ini dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10 mm.
7. Komplikasi
a. Gangguan menelan atau bernafas
b. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif (jantung
tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
c. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi rapuh,
keropos dan mudah patah.
8. Pencegahan
Dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak di daerah yang kandungan
yodiumnya buruk. Hipertropi terjadi karena konsumsi yodium kurang dari 40 mg/hr. pemberian
garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit ini
dalam masyarakat yang rentan.(Rendy,dkk,2012)
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian sitem endokrin bersifat menyeluruh terhadap semua sistem tubuh, karena semua efek
hormon bekerja secara sistemik. Pengkajian pada sistem endokrin meliputi data biografi, riwayat
keperawatan, keluhan utama, dan pemeriksan fisik serta ditunjang oleh pemeriksaan penunjang.
(Tarwoto,dkk,2012)
a. Pengumpulan Data
Biodata umum
Keluhan utama klien.
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher. Kesulitan menelan dan
bernafas. Pada post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah
nyeri akibat luka operasi.
Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar
sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus
sehingga perlu dilakukan operasi.
Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok,
apakah sebelumnya pernah menderita penyakit gondok, pengobatan yang telah dilakukan,
atau pembedahan yang pernah dialami.
Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini, adakah gangguan
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami keluarga
Riwayat psikososial
Sejauh mana klien terganggu dengan keadaan dirinya terhadap pola interaksi dengan orang
lain, bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan
klien merasa malu dengan orang lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis
Kepala dan leher
Periksa kesimetrisan kepala, bentuk dan ukuran , ekspresi terhadap kecemasan. Untuk
bagian leher pada klien dengan pre operasi terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pada post
operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan
kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi
dalam dua sampai tiga hari.
Sistim pernafasan
Pada pasien struma terkadang pasien susah bernapas karena ada penekanan pada trakea.
Pada pasien post operasi biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret
efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif dan tidak ada gangguan dalam sistem ini.
Sistim gastrointestinal
Pasien akan susah menelan. Jika dioperasi akan terjadi komplikasi yang paling sering
adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya
akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
Eliminasi
Penurunan peristaltik usus dapat menimbulkan konstipasi
Mekanisme koping
Dapat mengalami stres akan perubahan bentuk tubuh. Kaji bagaimana klien mengatasi
stressor, bagaimana support sistem yang dilakukan.
Makanan/cairan
Perubahan pola makan, nafsu makan menurun disebabkan klien susah menelan,
Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri bersifat individual, tergantung pada ambang respon nyeri klien. Tetapi pada
prinsipnya nyeri sering tidak dialami klien terutama untuk klien pre operasi
2. Diagnose Keperawatan (Judith M,dkk.2012)
a. Pre Operasi
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakea
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kondisi fisiologis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
untuk menelan
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
b. Post Operasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (terputusnya kontinitas jaringan)
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersekresi mucus (efek
anastesi)
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik (tiroidektomi)
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Intervensi
a. Pre Operasi
No Rencana keperawatan
DX Tujuan Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan uoaya
keperawatan pola napas kembali pernapasan
normal dengan criteria: Auskultasi bunyi napas
Menunjukan pola pernapasan Observasi adanya tanda hipoventilasi
yang efektif, yang dibuktikan Monitor vital sign
dengan status ventilasi dan Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pernapasan yang tidak terganggu Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
Tidak ada suara napas tambahan teknik relaksasi untuk memperbaiki pola
Tidak ada penggunaan otot pernapasan. Uraikan tekniknya ( teknik bibir
aksesoris, tidak sesak mencucu dan pernapasan abdomen)
Ekspansi dada simetris Anjurkan pasien untuk istrahat dan anjurkan napas
Kedalaman inspirasi dan dalam
kemudahan pernapasan Berikan oksigen sesuai intruksi
Frekunsi pernapasan normal 16-
24 x/mnt
4 Setelah dilakukan tindakan Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien
keperawatan, gangguan citra tubuh terhadap dirinya
teratasi dengan criteria; Monitor frekuensi mengkritik dirinya dan berikan
Citra tubuh positif perawatan dengan cara tidak menghakimi, jaga
Mampu mengidentifikasi privasi dan martabat klien
kekuatan personal Pertahankan ekpresi netral ketika merawat pasien,
Mendeskripsikan secara faktual hati-hati dengan ekpresi wajah ketika merawat
perubahan fungsi tubuh pasien dengan perubahan fisik
Mempertahankan interaksi social Dukung mekanisme koping yang biasa digunakan
klien
Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
kemajuan, dan prognosis penyakit
Identifikasi arti pengurangan melalui penggunaan
alat bantu
Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
kelompok kecil
5 Setelah dilakukan asuhan Identifikasikan tingkat kecemasan
keperawatan, ansietas klien teratasi Gunakan pendekatan yang menenangkan
dengan criteria: Temani pasien untuk memberikan ketenangan dan
Klien mampu mengidentifikasi dan mengurangi ketakutan
dan mengungkapkan gejala Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
cemas Ajarkan teknik relaksasi
Mengidentifikasi dan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
menunjukan tekhnik mengurangi ketakutan dan persepsi
cemas Dengarkan dengan penuh perhatian
Vital sign dalam batas normal Berikan informasi faktual tentang diagnosis,
Postur tubuh, ekspresi, bahasa tindakan dan prognosis
tubuh dan tingkat aktivitas Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
menunjukan berkurangnya selama prosedur
kecemasan Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan
ansietas
b. Post Operasi
No Rencana keperawatan
DX Tujuan Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
keperawatan, pasien tidak seperti lokasi, karakteristik,awal kejadian, durasi,
mengalami nyeri, dengan criteria frekuensi, kualitas, dan faktor penyebab
Mampu mengontrol nyeri Monitor vital sign
Melaporkan skala nyeri Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
berkurang setelah menggunakan Control lingkungan yang dapat mempengaruhi
manajemen nyeri nyeri
Mampu mengenali nyeri Kurangi factor presipitasi nyeri
Menyatakan rasa nyaman Berikan informasi tentang nyeri
TTV dalam batas normal Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri misalnya imajinasi terpimpin,
teknik napas dalam
Kolaborasi pemberian analgetik
4. Implementasi
Implementasi merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah dirumuskan dalam
rangka memenuhi kebutuhan pasien. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan intervensi yang ada
serta disesuaikan dengan tingkat kebutuhan klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan haruslah melibatkan tim kesehatan lain dalam bentuk tindakan
kolaborasi dan serta berdasarkan atas kebijakan dari rumah sakit.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan menilai keberhasilan
dari asuhan keperawatan yang telah dibuat. Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta
implementasinya, maka evaluasi akan di fokuskan pada masing-masing criteria yang akan dicapai
pada tiap masalah keperawatan yang timbul.
Adapun hasil evaluasi yang diharapkan dapat tercapai dari masing-masing diagnosa tersebut
adalah:
a. Klien menunjukan status ventilasi dan status pernapasan yang adekuat
b. Klien menunjukkan tidak adanya hambatan komunikasi verbal dan mampu menggunakan
komunikasi alternatif
c. Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat
d. Klien menunjukkan adanya kemampuan untuk mempertahankan interaksi sosial terkait dengan
citra tubuh
e. Klien menunjukkan tidak adanya rasa cemas yang berlebihan
f. Klien terlihat nyaman dan nyeri yang dirasakan dapat ditoleransi
g. Tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi pada luka operasi
h. Klien menunjukan jalan napas yang paten
DAFTAR PUSTAKA
Judith M,dkk..2012. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi NIC,Kriteria hasil NOC. EGC.
Jakarta
Rendy, C, dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Medical Bedah Penyakit Dalam. Nuha Medika. Yogyakarta
Sylvia A dkk. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. EGC. Jakarta
Tarwoto, dkk. 2012. Keperawatan Medical Bedah : gangguan Sistem Endokrin. Trans Info Media.
Jakarta .