Ayat ini menjelaskan kepada kita, bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.
Tidak dibenarkan memaksa orang lain untuk mengikuti agama kita. Agama
adalah keimanan dan kesadaran, bukan kepura-puraan dan paksaan.
Ada beberapa alasan mengapa Islam melarang paksaan dan keterpaksaan dalam
beragama.
1. Alasan pertama karena agama, keyakinan dan keimanan merupakan domain hati
nurani yang identik dengan kelembutan dan kehalusa n. Suara hati tidak dapat
diubah dengan cara-cara paksa, atau bahkan dengan ancaman dan kekerasan
sekalipun.
Seseorang akan melakukan segala apa pun di dunia ini sesuai dengan kata
hatinya. Dan seseorang yang sudah meyakini sesuatu tidak akan bisa dipaksa
untuk meninggalkan keyakinannya tersebut. Apabila ia terus dipaksa (dan
kalaupun dia berubah karena paksaan tersebut), maka itu hanyalah kepura-
puraan. Islam tidak pernah menerima kepura-puraan, baik dalam ibadah, ataupun
dalam kehidupan sosial.
2. Alasan kEDUa adalah HIDAYAH, karena hidayah merupakan hak mutlak Allah.
Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang dapat memberikan hidayah kepada
orang lain. Termasuk para malaikat, bahkan Nabi sekalipun. Termasuk juga
Nabi Muhammad SAW. Hidayah hanya miliki Allah.
yang bisa dilakukan oleh umat Islam hanyalah menyampaikan dna mendakwahi
mereka dengan cara-cara yang sudah ditetapkan dalam al-Quran, yaitu santun,
bijaksana dan masuk akal. Diharapkan, cara-cara lembut seperti ini mampu
memahamkan mereka tentang esensi yang kita sampaikan. Apabila hal ini pun
tidak berhasil, maka semuanya menjadi urusan Tuhan. Dengan kata lain, kita
tidak mempunyai beban dosa apapun atas semua yang diperbuat oleh mereka.
3. Inti dari semua itu, keberimanan seseorang muncul dari lubuk hati yang paling
dalam dan kesadaran yang bersifat ilahi. Sebab itu, keberimanan lahir dan
tumbuh bukan dari paksaan, melainkan dari penghayatan yang ditransformasikan
dalam kehidupan nyata, terutama untuk membangun keadilan dan kedamaian.