PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dieragolabal ini penyaki jantung sudah sering terjadi di
masyarakat.Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian terbanyak
didunia. Pada penyakit jantug ada berbagai jenis salah satunya Non-ST
Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI). Menurut Prasetyo (2007) adalah oklusi
sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium,
sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG. Hal inidiperlukannya
perwatan yang intensive untuk melakukan perawatan pada pasien dengan
penyakit jantung.
Sindroma koroner akut merupakan salah satu subset akut dari penyakit
jantung koroner (PJK) dan saat ini telah menempati angka prevalensi 7,2 %
pada tahun 2007 di Indonesia (data Riskesdas 2007). ST elevation myocardial
infarction (STEMI) merupakan salah satu spektrum sindroma koroner akut
yang paling berat. Strategi pengobatan STEMI sangat berkaitan dengan masa
awitan (time onset) dan memerlukan pendekatan yang berbeda di masing-
masing senter pelayanan kardiovaskular demi mendapatkan tatalaksana yang
tepat, cepat dan agresif. STEMI terjadi sebagian besar disebabkan karena
oklusi total trombus kaya fibrin di pembuluh koroner epikardial. Oklusi ini
akan mengakibatkan berhentinya aliran darah (perfusi) ke jaringan miokard.
Melakukan asuhan keperawatan (askep) pada pasien dengan penyakit
jantung merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model
asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Seorang perawat
profesional didorong untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan seoptimal
mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek
legal etik yang berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan
salah satu aspek yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan”
(askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional dalam pelayanan pasien
1
gangguan jantung. Pemberian asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja,
dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen
asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan
kompetensi perawat khususnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
non stemi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi non stemi
b. Mengetahui etiologi non stemi
c. Mengetahui manifesasi klinis non stemi
d. Mengetahui patofisiologi non stemi
e. Mengethaui pathway non stemi
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang non stemi
g. Mengetahui komplikasi non stemi
h. Mengetahui penatalaksanaan medis den keperawatan non stemi
i. Mengethaui asuhan keperawtan teoritis non stemi
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi
segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark
miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST
elevation myocardial infarction / STEMI). (Sudoyo ,2007)
N-STEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai
oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara
akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan.
(Sylvia,2006).
Non-ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI) adalah oklusi sebagian dari
arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak
ada elevasi segmen ST pada EKG.(Prasetyo, 2007)
B. Etiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI
terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstrikai koroner, sehingga
terjadi eskemia miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard
dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan
ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan
pelepasan penandanekrosis.
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan
dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus nonocclusive yang
telah dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu. Penyempitan
abnormal dari arteri koroner mungkin juga bertanggung jawab (Sylvia,2006).
1. Faktor resiko
a. Yang tidak dapat diubah
3
1) Umur
2) Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
3) Riwayat penyakit jantung coroner pada anggota keluarga di usia
muda (anggota keluarga laki-laki muda dari usia 55 tahun atau
anggota keluarga perempuan yang lebih muda dari usia 65 tahun).
4) Hereditas
5) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Yang dapat diubah
1) Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, Merokok, Diabete, Obesitas,
Diet tinggi lemak jenuh, kalori.
2) Minor : Inaktifitas fisik, emosional, agresif, ambisius, kompetitif,
stress psikologis berlebihan.
c. Faktor penyebab
4
penyebab keluarnya petanda kerusakan miokard pada banyak
pasien.
2) Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang
mungkin diakibatkan oleh spasme fokal yang terus menerus pada
segmen arteri koroner epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini
disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah
dan/atau akibat disfungsi endotel. Obstruksi dinamik koroner dapat
juga diakibatkan oleh konstriksi abnormal pada pembuluh darah
yang lebih kecil.
3) Obstruksi mekanik yang progresif
Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan yang hebat
namun bukan karena spasme atau trombus. Hal ini terjadi pada
sejumlah pasien dengan aterosklerosis progresif atau dengan
stenosis ulang setelah intervensi koroner perkutan (PCI).
4) Inflamasi dan/atau infeksi
Penyebab ke empat adalah inflamasi, disebabkan oleh/yang
berhubungan dengan infeksi, yang mungkin menyebabkan
penyempitan arteri, destabilisasi plak, ruptur dan trombogenesis.
Makrofag dan limfosit-T di dinding plak meningkatkan ekspresi
enzim seperti metaloproteinase, yang dapat mengakibatkan
penipisan dan ruptur plak, sehingga selanjutnya dapat
mengakibatkan SKA.
5) Faktor atau keadaan pencetus
Penyebab ke lima adalah SKA yang merupakan akibat
sekunder dari kondisi pencetus diluar arteri koroner. Pada pasien
ini ada penyebab berupa penyempitan arteri koroner yang
mengakibatkan terbatasnya perfusi miokard, dan mereka biasanya
menderita angina stabil yang kronik. SKA jenis ini antara lain
karena:
5
a) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard, seperti demam,
takikardi dan tirotoksikosis.
b) Berkurangnya aliran darah coroner.
c) Berkurangnya pasokan oksigen miokard, seperti pada
anemia dan hipoksemia.
Kelima penyebab SKA di atas tidak sepenuhnya berdiri
sendiri dan banyak terjadi tumpang tindih. Dengan kata lain tiap
penderita mempunyai lebih dari satu penyebab dan saling terkait
(Sylvia,2006).
C. Menifestasi Klinis
1. Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina
kurang dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang
dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak. Nyeri dan rasa tertekan pada
dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut.
Biasanya nyeri dada menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke
epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa hanya
sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau penderita DM
berkaitan dengan neuropathy.
2. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa
menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak
nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan
biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada
infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan.
4. Gejala Lain
6
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, gelisah
(Sylvia,2006).
D. Patofisiologi
Non ST elevation myocardial Infarction (NSTEMI) dapat disebabkan oleh
penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard
yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis
akut atau prosesvasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner
diawali dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil.
Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai
konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang
tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limfosit T
yang menunjukkan adanya proses inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan
sitokin proinflamasi seperti TNF α , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang
pengeluaran hsCRP di hati (Sylvia,2006).
E. Pathway
Lampiran 1
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Biomarker Jantung:
a. Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan yang
sangat penting pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan penderita
Sindroma Koroner Akut (SKA). Troponin T mempunyai sensitifitas
97% dan spesitifitas 99% dalam mendeteksi kerusakan sel miokard
bahkan yang minimal sekalipun (mikro infark). Sedangkan troponin I
memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan troponin T dengan troponin I:
7
1) Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu
komponen inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
2) Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang
berfungsi mengikat tropomiosin.
b. Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta. Freksi
pada prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir diastolik
dengan volume akhir sistolik dibagi dengan volume akhir diastolik.
Nilai normal > 50%. Dan apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak
normal.
8
c. Angiografi koroner (Coronari angiografi)
Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Apabila pasien
mengalami derajat stenosis 50% pad pasien dapat diberikan obat-
obatan. Dan apabila pasien mengalami stenosis lebih dari 60% maka
pada pasien harus di intervensi dengan pemasangan stent.
G. Komplikasi
Menurut Sylvia (2006) komplikasi yang bisa terjadi pada Non-ST
elevation myocardial infarction yaitu:
1. Gagal jantung kongestif
2. Defek septum ventrikel
3. Ruptur jantung
4. Ruptur septal
5. Ruptur otot papilaris
H. Penatalaksanaan Medis
Harus Istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG guna pemantauan
segmen ST dan irama jantung.
Empat komponen utama terapi yang harus dipertimbangkan pada setiap pasien
NSTEMI yaitu :
1. Terapi antiiskemia
2. Terapi anti platelet/antikoagulan
3. Terapi invasive (kateterisasi dini/revaskularisasi),
4. Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sudah perawatan RS.
9
1. Terapi
a. Terapi Antiiskemia
1) Nitrat ( ISDN )
2) Penyekat Beta
b. Terapi antitrombotik
Antitrombotik (Streptokinase, Urokinase, rt-PA)
c. Terapi Antiplatelet
Antiplatelet (Aspirin, Klopidogrel, Antagonis Platelet GP IIb/IIIa)
d. Terapi Antikoagulan
LMWH (low Molekuler weight Heparin) Fluxume injeksi
Arixtra injeksi (Fundaparine)
e. Strategi Invasif dini vs Konservasif dini
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membandingkan
strategi invasif dini (arteriografi koroner dini dilanjutkan dengan
revaskularisasi sebagaimana diindikasikan oleh temuan
10
arteriografi) dengan strategi konservatif dini (kateterisasi dan jika
diindikasikan revaskulaisasi, hanya pada yang mengalami
kegagalan terhadap terapi oral/obat-obatan).
I. Pengkajian Keperawatan
Keluhan utama dan pengkajian tanda vital. Bantuan medis harus segera
dilakukan. Lakukan pengkajian dengan menggunakan prinsip ABCDE:
Airway
1. Kaji dan pertahankan jalan napas
2. Lakukan head tilt, chin lift jika perlu
3. Gunakan alat bantu dalam membebaskan jalan napas jika diperlukan
4. Pertimbangkan untuk merujuk ke bagian anestesi untuk dilakukan
intubasi apabila tidak dapat mempertahankan jalan napas.
Breathing
1. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter dengan
tujuan mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
2. Berikan oksigen dengan alirang yang tinggi melalui bag-valve-mask
ventilation.
3. Kaji jumlah pernapasan
4. Lakukan pemeriksaan sistem penapasan
5. Lakukan pemeriksaan x-ray dada
Circulation
1. Kaji heart rate dan rhythm.
2. Ukur tekanan darah
3. Lakukan pemeriksaan EKG – mungkin normal akan tetapi biasanya
ada ST depresi
4. Pasang IV Acces (infus)
11
5. Lakukan pemeriksaan darah, enjim jantung atau troponin tergantung
dari protokol setempat (jumlah enjim dan troponin biasanya
menunjukan tingkat kerusakan myokardial).
6. Monitor gula darah
7. Ingat MONA: a. Morphine – berikan 5 mg IV, b. Oksigen – aliran
tinggi, c. Nitrat – berikan sublingual, d. Aspirin – berikan 300 mg
8. Pertimbangkan untuk memberikan heparin berat molekul rendah
sampai dengan pasien terbebas dari nyeri dalam 24 jam.
9. Pertimbangkan untuk memberikan Clopidogrel 300 mg yang diikuti
dengan pemberian 75 mg per hari
10. Pertimbangkan pemberian beta bloker dan statin harus menjadi
pertimbangan
Disability
Kaji tingkat kesaddaran dengan menggunakan AVPU.
Exposure
Lakukan pemeriksaan kesehatan dan riwayat penyakit apabila pasien stabil.
Pasien dengn NSTEMI tidak diperbolehkan untuk mengendarai kendaraan
dalam 4 (empat) minggu.
J. Diagnosa Keperwatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan, nyeri ditandai
dengan:
a. Penurunan tekanan ekspirasi
b. Pernafasan cuping hidung
c. Takipneu
d. Peneurunan ventilasi
e. Perubahan kedalaman pernafasan
Tujuan :
12
Pola nafas menjadi efektif atau menjadi paten setelah dilakukan
tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
a. Menunjukan jalan nafas yang paten
b. Klien tidak merasa sesak
c. Irama dan suara nafas normal
d. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
TD: 110/80-120/80 mmHg
N: 60-100x/menit
RR 16-24 x/ menit
T: 36,5-37,5 0C
Intervensi:
a. Lihat adanya obstruksi jalan nafas
b. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi perlunya pemasangan alat bantu nafas
d. Pertahan jalan nafas yang paten
e. Observasi akan adanya tanda-tanda hipoventilasi
f. Monitor tanda-tanda vital klien
g. Monitor warna dan suhu kulit
13
b. ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
c. tidak gelisah
d. nadi 60-100 x / menit,
e. TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :
a. Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri
dada tersebut.
b. Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan
dan istirahat.
c. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis; nafas dalam, perilaku
distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
d. Pertahankan Olsigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
e. Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
14
f. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
g. Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
h. Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
i. Berikan makanan sesuai diitnya
j. Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )
15
a. Identivfikasi aktivitas yang mampu dilakukan klien
b. Bantu klien memilih aktivitas sesuai dengan kemmpuan fisik
c. Monitor tanda-tanda vital klien
d. Sediakan penguatan positif pada klien
e. Motivasi klien dalam meningkatkan aktivitas
f. Monitor respon fisik klien terhadap aktivitas yang dilakukan
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Bp. P
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Tani
e. Alamat : Kebonkulon, Jumapolo
f. Usia : 74 Tahun
g. Diagnosa medis : NSTEMI
h. No RM : 0044xx
a. Nama : Bp. S
b. Umur : 48 Tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Swasta
e. Alamat : Kebonkulon, Jumapolo
f. Hubungan : Anak
17
B. HASIL TRIANGE :
Kuning ( kesadaran composmentis, keadaan umum pasien lemah )
C. Pengkajian Primer ( Primary Survey )
a. Air Way
Pada jalan napas klien tidak terjadi penumpukan secret,
bronkospasme, odema laring ataupun adanya benda asing.
b. Breathing
Frekuensi pernafasan : 28x/menit, irama reguler, pernafasan cepat
dan dangkal, ada penggunaan otot bantu nafas dan menggunakan kanul
nasal 3 liter/menit.
c. Circulation
Tekanan Darah : 110/80 mmHg, frekuensi nadi : 70x/menit, irama
reguler, teraba kuat, suhu : 35,50 C. Akral teraba dingin, tidak ada
sianosis, cafillary refile < 2 detik, urine output 700 cc/24 jam.
d. Disability
Kesadaran : Compos mentis, GCS : E: 4 V: 5 M: 6.
e. Exposue/Environtment
Tampak luka operasi pada testis, kondisi sudah sembuh. Klien
tampak terbaling lemas.
18
d. Suhu : 35,5 C
e. Keadaran : Composmentis
f. Keadaan umum : lemah
2. Five Intervention
Pengkajian Nyeri :
a. Pemasangan EKG : ( ya/tidak ), hasil :
b. Pemasangan NGT : ( ya/tidak ), hasil :
c. Pemasangan Folley chateter : ( ya/tidak ), hasil :
d. Pengambilan darah untuk cek Lab / pemeriksaan Radiologi bila
curiga fraktur : ( ya/tidak ), hasil :
e. Pemasnagan pulse oximetry : ( ya/tidak ), hasil :
3. Give comfort
Pengkajian Nyeri :
P: Nyeri saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat
Q: Nyeri tumpul
R: Bagian perut
S: 2
T: Hilang timbul
4. History ( SAMPLE )
S: pasien mengatakan sesak nafas dan nyeri dada badan terasa
lemah
A: pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan atau
Obat - obatan
M: pasien mengatakan belum minum obat sebelum ke rumah
sakit
P : pasien mengatakan belum pernah sakit yang sama
sebelumnya
L: pasien mengatakan hanya makan bubur 2 jam yang lalu
E : pasien datang ke IGD diantar keluarga dengan keluhan
nyeri dada sebelah kiri menjalar ke Punggung terasa ampeg,
sesak nafas badan terasa lemah
19
5. Head to Toe
1) Bentuk Kepala: normocephal
2) Kulit kepala : tampak bersih, tidak ada ketombe
3) Rambut : lurus, beruban, bersih
4) Wajah :
a) Muka : simetris, tidak ada luka
b) Mata : simetris kanan kiri
c) Palbebra : bentuk normal, tidak ada luka lecet
d) Konjungtiva : pucat, tidak ada massa
e) Sclera : tidak ikterik
f) Pupil : ( + ) / (+)
g) Diameter ka/ki : 3 mm / 3 mm
h) Reflek cahaya : positif
i) Alat bantu penglihatan : tidak ada
j) Hidung : simetris, normal
k) Mulut : bersih, tidak stomatitis
l) Gigi : bersih, ada yg berlobang
m) Telinga : simetris, normal
5) Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
6) Dada
a. Paru-paru
20
Auskultasi : Bunyi jantung SI, SII (lup dup), tidak ada
suara
7) Abdoment
21
F. Pemeriksaan Laboratorium dan data Penunjang
Tanggal/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Ket
Normal .
22 Mei 2019 Hemoglobin 14,0 g/dl 14.0-17.5
Hematokrit 27,3 % 40-52
Lekosit 17,38 103/ul 4.4-11.3
Trombosit 311 103/ul 136-380
Eritrosit 3,14 106/ul 4.5-5.9
MPV 9,0 Fl 6.5-12.00
PDW 16,9 Fl 9.0-17.0
MCV 87,0 Pg 82.0-92.0
MCH 30,0 g/dl 28-33
MCHC 34,5 % 32.0-37.0
Neutrofil% 91,4 % 5.0-7.00
Limfosit% 5,4 % 25.0-40.0
Monosit% 3,0 % 3.0-9.0
Eosinofil% 0,1 % 0.5-5.0
Basofil% 0,1 103/ul 0.0-1.0
Neutrofil# 15,87 2,00-7,00
103/ul
Limfosit# 0,94 1.25-4.0
103/ul
Monosit# 0,52 0.30-1.00
103/ul
Eosinofil# 0,03 0.02-0.50
103/ul
Basofil# 0,02 0.0-10.0
%
RDW 13,7 11-16
Fl
RDW-SD 50,5
22
G. Terapi Medis
23
II. ANALISA DATA
Nama : Bp. P No CM : 0044xx
Umur : 74 Th Diagnosa medis : NSTEMI
Hari / Symp
Data Fokus Problem Etiologi
tgl / jam tom
24
bahwa dulunya Tn. S
merokok.
DO:
- Klien tampak sesak
- Klien tampak menggunkan
otot bantu nafas
- Klien menggunakan kanul
nasal 3 liter/menit
- TTV:
TD: 110/80 mmHg
N: 70 x/menit
RR: 28 x/menit
S: 35,5 0C
Rabu DS: Intoleransi Ketidaksei
22-5-19 - Klien mengatakan sesak Aktivitas mbangan
18.30 dan mudah lelah saat antara
beraktivitas suplay dan
- Keluarga juga mengatakan kebutuhan
klien tampak lemah. O2
- Klien juga mengatakan
klien hanya bisa duduk dan
berbaring di tempat tidur.
- DO
- Klien tampak hanya
berbaring di tempat tidur.
- Klien tampak lemah
- TTV:
TD: 110/80 mmHg
N: 70 x/menit
RR: 28 x/menit
S: 35,5 0C
25
Prioritas diagnosa keperawatan :
26
- Tidak ada odema
- Dapat
mentoleransi
aktivitas
- Tidak ada
penerunan
kesadaran
Rabu 2 Setelah diberikan NIC: Air Way
22-5-19 tindakan keperawatan Management, Oxygen
selama 4x60 menit Therapy, and Vital
18.30
diharapkan pola nafas Sign Monitoring
menjadi efektif a. Identifikasi adanya
NOC: sumbatan jalan
- Respiratory Status: nafas
Ventilation b. Posisikan klien
- Respiratory Status: untuk
Air Way Patency memaksimalkan
- Vital Sign Status ventilasi
Kriteria Hasil c. Identifikasi klien
- Menunjukan jalan perlunya
nafas yang paten penggunaan alat
- Tidak ada sesak bantu nafas
nafas d. Monitor status
- Tidak ada oksigen
penggunaan otot e. Monitor vital sign
bantu nafas klien
- Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
27
Rabu 3 Setelah diberikan NIC: Activity Therapy
22-5-19 tindakan keperawatan a. Monitor tanda-
selama 4x60 menit, tanda vital
18.30
diharapkan dapat b. Pilih aktivitas
beraktivitas dengan yang sesuai
baik. dengan klien
NOC: c. Bantu klien
- Energy mengidentifikasi
conservation aktivitas yang
- Activity tolerance mampu dilakukan
- Self care: ADLs d. Motivasi klien
Kriteria Hasil: untuk latihan
- Dapat melakukan aktivitas
aktivitas sendiri e. Monitor respon
- TTV dalam fisik, emosional,
rentang normal sosial dan spiritual
- Mampu berpindah klien
- Status sirkulasi f. Bantu klien untuk
membaik melakukan
mobilisasi
g. Bantu klien
melakukan
aktivitas yang
tidak bisa
dilakukan
28
IV. TINDAKAN / IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Bp. P No CM : 0044xx
Umur : 74 Th Diagnosa medis : NSTEMI
Hari/ No Tanda
Tgl/ Diagno Implementasi Respon Klien tangan
Jam sa / nama
Rabu 1 a. Mengidentifikasi S:
22-5-19 adanya nyeri dada - Klien
b. Mencatat adanya tanda mengatakan
18.45
penurunan cardiac mudah capek
output setelah
c. Mengatur periode beraktivitas
latihan dan istirahat O:
d. Memonitor tanda-tanda - Klien tampak
vital klien lemas dan
e. Memonitor adanya hanya
sianosis perifer berbaring di
tempat tidur.
- Klien tampak
bradikardi
- Klien tampak
sesak dan
menggunakan
kanul nasal 3
liter/menit
- TTV:
TD: 110/80
mmHg
N: 70 x/menit
RR: 28 x/menit
S: 35,5 0C
29
Rabu 2 a. Mengidentifikasi S:
22-5-19 adanya sumbatan jalan - Klien
18.45 nafas mengatakan
b. Memposisikan klien sesak nafas,
untuk memaksimalkan batuk, tidak
ventilasi ada sputum.
c. Mengidentifikasi klien O:
perlunya penggunaan - Klien tampak
alat bantu nafas sesak
d. Memonitor status - Klien tampak
oksigen menggunkan
e. Memonitor vital sign otot bantu
klien nafas
- Klien
menggunakan
kanul nasal 3
liter/menit
- TTV:
TD: 110/80
mmHg
N: 70 x/menit
RR: 28
x/menit
S: 35,5 0C
Rabu 3 a. Memonitor tanda- DS:
22-5-19 tanda vital - Klien
18.45 b. Memilih aktivitas mengatakan
yang sesuai dengan sesak dan
klien mudah lelah
c. Membantu klien saat
mengidentifikasi beraktivitas
30
aktivitas yang - Klien juga
mampu dilakukan mengatakan
d. Memotivasi klien klien hanya
untuk latihan bisa duduk
aktivitas dan berbaring
e. Memonitor respon di tempat
fisik, emosional, tidur.
sosial dan spiritual O:
klien - Klien tampak
f. Membantu klien hanya
untuk melakukan berbaring di
mobilisasi tempat tidur.
g. Membantu klien - Klien tampak
melakukan aktivitas lemah
yang tidak bisa - TTV:
dilakukan TD: 110/80
mmHg
N: 70 x/menit
RR: 28
x/menit
S: 35,5 0C
31
V. CATATAN PERKEMBANGAN / EVALUASI
Nama : Bp. P No CM : 0044xx
Umur : 74 Th Diagnosa medis : NSTEMI
No Tanda
Hari/tgl/
Diagno Evaluasi tangan
jam
sa / nama
32
BAB IV
PEMBAHASAN
33
intoleransi aktivitas yaitu pilih aktivitas yang sesuai dengan klien, bantu
klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, motivasi klien
untuk latihan aktivitas,dan monitor respon fisik, emosional, sosial dan
spiritual klien.
Setealah dilakukan tindakan keperawatan selam 4 x 60 menit pada
pasien Bp. P didapatkan hasil evaluasi kondisi pasien semakin membaik,
dengan teratasinya diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas.
Kemudian untuk dua diagnosa keperawatan masih dilanjutkan
intervensinya di sesuaikan dengan kondisi pasien.
34
BAB V
A. Kesimpulan
Pasien Bp. P di diagnosakan N-STEMI dengan tanda-tanda dan gejala
yang muncul nyeri dada, sesak nafas, lemas, dan mudah lelah dan sesak nafas
setelah melakukan aktivitas yang dimana adanya ketidakseimbangan antara
pemintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan
arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang
bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel
dan jaringan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat dijadikan acuan dalam merawat
klien dengan penyakit jantung khususnya Non Stemi atau ST Elevasi
Myokard Infark.
2. Bagi Perawat
Diharapkan dapat meningkatkan perawatan yang lebih baik dalam
menangani klien dengan penyakit jantung khususnya Non Stemi atau ST
Elevasi Myokard Infark
35
DAFTAR PUSTAKA
36
37
38
39
A. Rencana Tindakan
RENCANA TINDAKAN
40
- Tidak ada odema adanya sianosis perifer
- Dapat mentoleransi aktivitas pada klien
- Tidak ada penerunan kesadaran
2 27/04/2015 Setelah diberikan tindakan keperawatan NIC: Air Way Management, a. Membantu mengetahui
14.30 WIB kepada Tn. S selama 3x24 jam Oxygen Therapy, and Vital adanya sumbatan jalan
diharapkan pola nafas menjadi efektif Sign Monitoring nafas pada klien
NOC: f. Identifikasi adanya b. Posisi klien dapat
- Respiratory Status: Ventilation sumbatan jalan nafas membantu dalam
- Respiratory Status: Air Way g. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
Patency memaksimalkan ventilasi c. Membantu dalam
- Vital Sign Status h. Identifikasi klien perlunya menentukan alat bantu
Kriteria Hasil penggunaan alat bantu nafas yang harus
- Menunjukan jalan nafas yang paten nafas digunakan klien
- Tidak ada sesak nafas i. Monitor status oksigen d. Membantu mengetahui
- Tidak ada penggunaan otot bantu j. Monitor vital sign klien status oksigenasi klien
nafas e. Memabntu mengetahui
- Tanda-tanda vital dalam rentang keadan umum klien.
normal
TD: 120/80 mmHg
N: 60-100 x/mnt
RR: 16-24 x/mnt
T: 36,5-37,5 0 C
41
3 27/04/2015 Setelah diberikan tindakan keperawatan NIC: Activity Therapy a. Membantu mengetahui
14.30 WIB kepada Tn. S selama 3x24 jam, h. Monitor tanda-tanda vital kondisi umum klien
diharapkan dapat beraktivitas dengan i. Pilih aktivitas yang sesuai b. Membantu dalam melatih
baik. dengan klien aktivitas yang mampu
NOC: j. Bantu klien dilakukan klien.
- Energy conservation mengidentifikasi aktivitas c. Menyesuiakan kemapuan
- Activity tolerance yang mampu dilakukan klien dengan aktivitas
- Self care: ADLs k. Motivasi klien untuk yang dilakukan
Kriteria Hasil: latihan aktivitas d. Membantu dalam
- Dapat melakukan aktivitas sendiri l. Monitor respon fisik, memotivasi klien dalam
- TTV dalam rentang normal emosional, sosial dan melakukan aktivitas.
TD: 120/80 mmHg spiritual klien e. Mengetahui respon klien
N: 60-100 x/mnt m. Bantu klien untuk terhadap kemampuan fisik,
RR: 16-24 x/mnt melakukan mobilisasi emosional, social, dan
T: 36,5-37,5 0 C n. Bantu klien melakukan spiritual.
- Mampu berpindah aktivitas yang tidak bisa f. Membantu dalam
- Status sirkulasi membaik dilakukan melakukan mobilsasi
g. Membantu dalam
melakukan aktivitas yang
tidak bisa dilakukan oleh
klien
42
B. Implementasi dan Evaluasi
CATATAN PERKEMBANGAN I
43
O: klien tampak sesak nafas - Balance Cairan – 200 cc
16.30 e. Monitor hasil EKG - TTV:
S:- TD: 101/77 mmHg
O: T Wave Changes In Anterolateral and N: 69 x/menit
Anteroseptal Leads, Possible RR: 24 x/menit
Biventricular Hipertrophy T: 35,5 0C
17.00 f. Memonitor tanda-tanda vital klien A:
S: klien mengatakan sesak nafas Masalah keperawatan penurunan curah jantung belum
O: klien tampak lemas dan sesak teratasi
TD: 108/81 mmHg, N: 71 x/menit, RR: P:
28 x/menit, T: 35,5 0C Intervensi dilanjutkan
17.30 g. Memonitor adanya sianosis perifer a. Identifikasi adanya nyeri dada
S:- b. Catat adanya tanda penurunan cardiac output
O: klien tampak tidak ada sianosis. c. Auskultasi bunyi jantung dan paru
18.00 h. Kolaborasi dalam pemberian obat ISDN d. Atur periode latihan dan istirahat
1x5mg, CPG 1x75mg, Aspilet 2x80 mg e. Monitor tanda-tanda vital klien
S: Klien mengatakan sudah minum obat f. Monitor hasil EKG
O: Obat tampak sudah diminum g. Monitor adanya sianosis perifer
h. Kolaborasi dalam pemberian obat.
44
2 27/04/15 14.30 a. Mengidentifikasi adanya sumbatan jalan Jam 19.30 WIB
nafas S:
S: Keluarga mengatakan tidak ada - Klien mengatakan masih mengeluh sesak nafas
sumbatan jalan nafas, klien hanya sesak - Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang
O: Klien tampak sesak nafas ketika posisi setagah duduk.
15.00 b. Memposisikan klien untuk O:
memaksimalkan ventilasi - Klien tampak masih sesak nafas
S:- - Klien menggunkan otot bantu nafas
O: Klien diposisikan semifowler - Klien tampak lemah
16.00 c. Mengidentifikasi klien perlunya - Klien menggunkan kanul nasl 3 liter/menitt
penggunaan alat bantu nafas - TTV:
S: Klien mengatakan sesak nafas TD: 101/77 mmHg
O: Klien tampak menggunakan kanul N: 69 x/menit
nasal 3 liter/menit RR: 24 x/menit
18.00 d. Memonitor vital sign klien T: 35,5 0C
S:- A:
O: TD: 108/81 mmHg, N: 71 x/menit, Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas belum
RR: 28 x/menit, T: 35,5 0C teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
a. Identifikasi adanya sumbatan jalan nafas
b. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
45
c. Identifikasi klien perlunya penggunaan alat bantu
nafas
d. Monitor vital sign klien
3 27/04/15 14.30 a. Memilih aktivitas yang sesuai dengan Jam 19.30 WIB
klien S:
S: klien mengatakan mengeluh sesak - Klien mengatakan mudah lelah dan sesak nafas
nafas setelah melakukan aktivitas setelah melakukan aktivitas
O: klien mengatakan tampak sesak nafas - Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang
dan lemas ketika posisi setagah duduk.
15.00 b. Membantu klien mengidentifikasi - Klien mengatakan sudah tidak nyeri dada
aktivitas yang mampu dilakukan O:
S: Klien mengatakan selama di rumah - Klien tampak masih sesak nafas
sakit aktivitasnya seperti makan di bantu - Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
oleh keluarganya - Klien menggunkan kanul nasl 3 liter/menitt
O: Klien tampak hanya berbaring di - TTV:
tempat tidur dan tampak sempat di bantu TD: 101/77 mmHg
keluarganya ketika makan. N: 69 x/menit
15.30 c. Memotivasi klien untuk latihan aktivitas RR: 24 x/menit
S : Klien mengatakan masih mengeluh T: 35,5 0C
lemas A:
O : Klien tampak lemas Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum
16.00 d. Monitor tanda-tanda vital teratasi
46
S: P:
O: TD: 108/81 mmHg, N: 71 x/menit, Intervensi dilanjutkan
RR: 28 x/menit, T: 35,5 0C a. Pilih aktivitas yang sesuai dengan klien
16.30 e. Memonitor respon fisik klien b. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang
S : Klien mengatakan mengeluh cepet mampu dilakukan
lelah dan sesak nafas ketika melakukan c. Motivasi klien untuk latihan aktivitas
aktivitas d. Monitor respon fisik, emosional, sosial dan
O: Klien tampakberbaring di tempat spiritual klien
tidur.
47
CATATAN PERKEMBANGAN II
48
10.30 e. Memonitor tanda-tanda vital klien TD: 111/82 mmHg
S: klien mengatakan sesak nafas N: 95 x/menit
O: klien tampak lemas dan sesak RR: 19 x/menit
TD: 109/81 mmHg, N: 82 x/menit, RR: T: 36,6 0C
22 x/menit, T: 36,6 0C A:
11.00 f. Memonitor hasil EKG Masalah keperawatan penurunan curah jantung belum
S:- teratasi
O: T Wave Changes In Anterolateral and P:
Anteroseptal Leads, Possible Intervensi dilanjutkan
Biventricular Hipertrophy a. Identifikasi adanya nyeri dada
11.30 g. Memonitor adanya sianosis perifer b. Catat adanya tanda penurunan cardiac output
S:- c. Auskultasi bunyi jantung dan paru
O: klien tampak tidak ada sianosis. d. Atur periode latihan dan istirahat
12.00 h. Kolaborasi dalam pemberian obat ISDN e. Monitor tanda-tanda vital klien
1x5mg, CPG 1x75mg, Aspilet 2x80 mg f. Monitor hasil EKG
S: Klien mengatakan sudah minum obat g. Monitor adanya sianosis perifer
O: Obat tampak sudah diminum h. Kolaborasi dalam pemberian obat
2 28/04/15 07.30 a. Mengidentifikasi adanya sumbatan jalan Jam 13.30 WIB
nafas S:
S: Keluarga mengatakan tidak ada - Klien mengatakan sesak nafas berkurang
sumbatan jalan nafas, sesaknya sudah - Klien mengatakan sesak berkuang saat duduk
berkurang O:
49
O: Tampak sesak berkurang - Klien tampak sesak nafas berkurang
08.00 b. Memposisikan klien untuk - Klien tampak lemah
memaksimalkan ventilasi - Kanul nasal tampak dilepas
S:- - TTV:
O: Klien diposisikan semifowler TD: 111/82 mmHg
09.00 c. Mengidentifikasi klien perlunya N: 95 x/menit
penggunaan alat bantu nafas RR: 19 x/menit
S: Klien mengatakan sesak nafas T: 36,6 0C
berkurang A:
O: Klien tampak tidak menggunakan Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas
kanul nasal. teratasi
09.30 d. Memonitor vital sign klien P:
S:- Intervensi dihentikan
O: TD: 109/81 mmHg, N: 82 x/menit, (Anjurkan keluarga memantau pernafasan klien dan
RR: 22 x/menit, T: 36,6 0C melaporkan bila ada sesak nafas)
3 27/04/15 07.30 a. Memilih aktivitas yang sesuai dengan Jam 13.30 WIB
klien S:
S: klien mengatakan mengeluh sedikit - Klien mengatakan mudah lelah dan sesak nafas
sesak setelah melakukan aktivitas setelah melakukan aktivitas
O: klien tampak lemas - Klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang
08.00 b. Membantu klien mengidentifikasi ketika posisi setagah duduk.
50
aktivitas yang mampu dilakukan - Klien mengatakan sudah tidak nyeri dada
S: Klien mengatakan selama di rumah O:
sakit aktivitasnya seperti makan di bantu - Klien tampak masih sesak nafas
oleh keluarganya - Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur
O: Klien tampak hanya berbaring di - Klien menggunkan kanul nasl 3 liter/menitt
tempat tidur dan tampak sempat di bantu - TTV:
keluarganya ketika makan. TD: 111/82 mmHg
08.30 c. Memotivasi klien untuk latihan aktivitas N: 95 x/menit
S : Klien mengatakan masih mengeluh RR: 19 x/menit
lemas T: 36,6 0C
O : Klien tampak lemas A:
09.00 d. Memonitor tanda-tanda vital Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum
S: teratasi
O: TD: 109/81 mmHg, N: 82 x/menit, P:
RR: 22 x/menit, T: 36,6 0C Intervensi dilanjutkan
10.00 e. Memonitor respon fisik klien a. Pilih aktivitas yang sesuai dengan klien
S : Klien mengatakan mengeluh cepet b. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang
lelah ketika melakukan aktivitas mampu dilakukan
O: Klien tampakberbaring di tempat c. Motivasi klien untuk latihan aktivitas
tidur. d. Monitor tanda-tanda vital
e. Monitor respon fisik, emosional, sosial dan
spiritual klien
51
CATATAN PERKEMBANGAN III
52
O: klien tampak sesak nafas - TTV:
10.00 e. Monitor hasil EKG TD: 101/80 mmHg
S:- N: 84 x/menit
O: T Wave Changes In Anterolateral and RR: 20 x/menit
Anteroseptal Leads, Possible T: 36,5 0C
Biventricular Hipertrophy A:
10.30 f. Memonitor tanda-tanda vital klien Masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi
S: klien mengatakan sesak nafas P:
O: TD: 91/71 mmHg, N: 76 x/menit, RR: intervensi dihentikan
20 x/menit, T: 36,5 0C
11.00 g. Memonitor adanya sianosis perifer
S:-
O: klien tampak tidak ada sianosis.
11.30 h. Kolaborasi dalam pemberian obat ISDN
1x5mg, CPG 1x75mg, Aspilet 2x80 mg
S: Klien mengatakan sudah minum obat
O: Obat tampak sudah diminum
2 27/04/15 07.30 a. Memilih aktivitas yang sesuai dengan Jam 13.30 WIB
klien S:
S: klien mengatakan akan mencoba - Klien mengatakan sudah tidak sesak setelah
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
O: klien tampak mau latihan - Klien mengatakan mau latihan aktivitas
53
08.00 b. Membantu klien mengidentifikasi - Klien mengatakan sudah tidak nyeri dada
aktivitas yang mampu dilakukan O:
S: Klien mengatakan selama di rumah - Klien tampak sudah tidakl sesak nafas
sakit aktivitasnya seperti makan di bantu - Klien tampak terbaring ditempat tidur
oleh keluarganya - Klien sudah tidak menggunkan kanul nasl TTV:
O: Klien tampak hanya berbaring di TD: 101/80 mmHg
tempat tidur dan tampak sempat di bantu N: 84 x/menit
keluarganya ketika makan. RR: 20 x/menit
08.30 c. Memotivasi klien untuk latihan aktivitas T: 36,5 0C
S : Klien mengatakan masih mengeluh A:
sedikit lemas Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
O : Klien tampak sedikit lemas P:
10.00 d. Memonitor tanda-tanda vital Intervensi dihentikan
S:
O: TD: 91/71 mmHg, N: 76 x/menit, RR:
20 x/menit, T: 36,5 0C
10.30 e. Memonitor respon fisik klien
S : Klien mengatakan mau ketika
melakukan aktivitas
O: Klien tampakberbaring di tempat
tidur.
54
55