Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Filsafat islam Kontemporer


“ PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ALI SYARIATI “

Dengan Dosen Pengampu : Dra.Tien Rohmatien, M.A

Disusun Oleh :

SOPIYAH HASIBUAN : ( 11160331000030 )

Program Studi Aqidah Filsafat Islam

Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang karena ridho dan rahmat-Nya, makalah sederhana tentang Studi
Islam ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.

Alhamdulillah atas limpahan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang

Pemikiran Ali Syari‟ati ini, yang diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Kami menyadari
bahwa makalah ini sarat dengan kelemahan, kekurangan, dan mungkin juga kesalahan. Selanjutnya saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam
penulisan makalah ini.

Pada akhirnya, tetaplah kesempurnaan itu milik Allah. Sehingga, meskipun masih banyak kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini, semoga apa yang terkandung di dalamnya tetap membawa manfaat
yang dapat membawa kita pada Islam yang sebenarnya, sebagai agama yang rahmatan lil’alamin.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Agama Islam yang begitu pesat, menuntut kita untuk mengetahui lebih luas lagi hakikat
agama tersebut. Islam memanglah suatu agama yang tidak di ragukan lagi kebenarannya, tapi di balik
kebenaran mutlak itu, terdapat banyak hal yang harus di kaji lebih mendalam, agar kebenaran mutlak itu
tidak hanya sekedar kepercayaan yang tidak terbukti.

Diantara beberapa kajian tentang Islam tersebut, terdapat satu unsur yang sangat penting untuk di kaji
lebih intensif. Diantaranya adalah pemikiran Ali Syari‟ati, seorang tokoh Islam terkemuka dari Iran.

Dengan tersusunnya makalah ringan ini, di harapkan kita dapat mengetahui beberapa metode pendekatan
yang di gunakan oleh para tokoh terkemuka Islam, khususnya metode yang di gunakan oleh Ali Syari‟ati,
sehingga kita dapat lebih mangenal lagi agama kita.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :

a. Memperluas pengetahuan dan wawasan tentang para pemikir Islam khususnya Ali

Syari‟ati.

b. Mengetahui biografi pemikir tersebut dan pemikiran-pemikirannya tentang Islam.

c. Mengetahui karya dari ali syariati

C. Rumusan Masalah
Secara garis besar pada dasarnya terdapat beberapa rumusan masalah yang tersusun dalam makalah ini
yakni antara lain :

a) Siapakah Ali Syari‟ati itu ?

b) Apa Saja Pokok-Pokok pemikiran Ali syari‟ati tentang Islam?

c) Bagaimana Pandangan para Ulama terhadap Ali Syari‟ati?

d) Apa saja karya ali syariati


BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Ali Syari’ati

Ali Syari‟ati, anak pertama dari keluarga miskin Muhammad Taqi dan Zahra, dilahirkan pada 24
November 1933 di sebuah desa kecil di Kahak, sekitar 70 kilometer dari Sabzevar. Ia merupakan anak
pertama sekaligus anak laki-laki satu-satunya dengan tiga saudara perempuannya, Tehereh, Tayebeh, dan
Batul (Afsaneh).1

Pada masa kecilnya, Ali adalah anak yang pendiam, pemalu dan tidak mudah bersosialisasi. Dia lebih
suka menyendiri memisahkan diri dari aktivitas teman-temannya. Dia anak yang nakal dan sering bolos
sekolah. Meskipun begitu ada hal yang patut di kagumi pada diri Ali, yakni dia adalah seorang kutu buku,
bahkan selama tahun pertamanya di sekolah dasar dia telah mengenal koleksi perpustakaan ayahnya yang
memiliki koleksi dua ribu buku.2

Pada usia 17 tahun, Ali Syari‟ati belajar pada sebuah lembaga pendidikan, Primary Teacher‟s Training
College. Pada usia 20 tahun, ia mendirikan organisasi Persatuan Pelajar Islam di Masyhad, Iran. Pada
tahun 1958 (ketika berusia 25 tahun) ia meraih gelar sarjana muda dalam ilmu bahasa Arab dan Perancis.
Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Sorbonne, Paris, setelah berhasil memenangkan beasiswa
untuk belajar di negara itu. Ia belajar di Perancis sampai meraih gelar doktor pada tahun 1963.

Setahun kemudian, ia pulang ke negara kelahirannya. Setibanya di Iran, ia mengawali langkahnya dengan
menyampaikan ilmu yang diperolehnya dari berbagai sekolah dan akademi. Kemudian ia mengadakan
perjalanan keliling dalam rangka mendirikan Husyaimiah Irsyad, sebuah lembaga pendidikan pengkajian
Islam yang kelak menjadi wadah pembinaan kader militan pemuda-pemuda revolusioner.

Karena aktivitas politiknya yang menentang kediktatoran Syah Iran, Ali Syari‟ati mengalami banyak
kesulitan dalam hidupnya. Ia sudah harus menjalani kehidupan di belakang terali besi dalam usia muda.
Namun, hal tersebut tidak membuatnya mundur.

1
Ali Rahnema, Ali Syari‟ati biografi politik intelektual revolusioner, terjemah Dien wahid,
dkk.(Jakarta,Erlangga,2002),hlm.53
2
Ibid,hlm.58
Periode kedua tahun 1960-an, Ali Syari‟ati bergabung dengan Universitas Masyhad. Kuliahkuliahnya di
masjid kampus ini sangat diminati oleh sejumlah besar mahasiswa. Karena ada kekhawatiran akan
meningkatnya pengaruh Ali Syari‟ati, pada tahun 1968 pemerintah Iran memaksanya menjalani masa
pensiun pada usia yang relatif masih muda yaitu 25 tahun.

Walaupun demikian, ia tetap sering berceramah di berbagai perguruan tinggi dan masjid di kota-kota
besar Iran.

Kuliah-kuliahnya yang simpatik dan berbobot menimbulkan kepercayaan diri bagi jutaan muslimin di
Iran. Sejumlah intelektual Islam, para mahasiswa, dan masyarakat Iran tertarik kembali untuk mengkaji
Islam yang memberikan potensi besar dalam upaya memberi makna bagi kehidupan pribadi dan nasib
bangsa.

Ali Syari‟ati adalah seorang orator luar biasa, lidahnya setajam penanya. Dengan kelihaiannya, kampus
dan masjid-masjid di Iran menjadi pusat kegiatan organisasi revolusioner. Ia juga tampil memimpin
perlawanan terhadap pemerintahan Syah Iran. Oleh karena aktivitas politiknya, pada tahun 1974, Ali
Syari‟ati ditangkap. Ia kemudian menjalani tahanan rumah sampai tahun 1977.

Pada bulan Mei 1977, ia terpaksa meninggalkan Iran menuju Inggris untuk menghindarkan diri dari
kejaran penguasa. Namun, rezim Syah tidak mengizinkannya ke luar negeri untuk berbicara serta menulis
secara bebas, serta menawan istri dan anak Ali Syari‟ati.

Tidak lama setelah itu, tepatnya tanggal 21 Juni 1977, Ali Syari‟ati ditemukan tewas di rumah kerabatnya
di Southampton, Inggris.

Meskipun berita resmi menyatakan bahwa ia terkena serangan jantung, namun banyak orang percaya
bahwa ia diracuni oleh agen rahasia pemerintah Iran. Jenazahnya kemudian di kebumikan di Damaskus,
Suriah. Setahun setelah kematian Ali Syari‟ati, Dinasti Pahlevi runtuh dan lahirlah Republik Islam Iran
pada 16 Januari 1979. Ia dinilai memainkan peran penting menjelang Revolusi Iran yang dipimpin
Ayatullah Ruhullah Khomeini pada tahun 1978, yang melahirkan berdirinya Republika Islam Iran.
B. POKOK –POKOK PEMIKIRAN ALI SYARIATI

A. Metode Komparasi

Membandingkan agama Islam dengan agama lain antara ajaran dalam al-Qur,an dengan ajaran di kitab
suci lainnya, antara pribadi Rasulullah dengan tokoh besar yang lain yangb bertujuan untuk menemukan
perbedaan yang menjadi ciri khas agama Islam.

B. Pendekatan Aliran

Sesuai dengan bidang masing-masing Islam mengandung berbagai aspek sehingga dapat difahami dengan
berbagai perspektif

C. Islam Agama Pembebasan

Pemahaman Islam yang ditawarkan Ali Syari‟ati berbeda dengan pemahaman mainstream saat itu.
Islam yang dipahami banyak orang di masa Syari‟ati adalah Islam yang hanya sebatas agama ritual dan
fiqh yang tidak menjangkau persoalan-persoalan politik dan sosial kemasyarakatan. Islam hanyalah
sekumpulan dogma untuk mengatur bagaimana beribadah tetapi tidak menyentuh sama sekali cara yang
paling efektif untuk menegakkan keadilan, strategi melawan kezaliman atau petunjuk untuk membela
kaum tertindas (mustad‟afîn). Islam yang demikian itu dalam banyak kesempatan sangat menguntungkan
pihak penguasa yang berbuat sewenang-wenang dan mengumbar ketidakadilan, karena ia bisa berlindung
di balik dogma-dogma yang telah dibuat sedemikian rupa untuk melindungi kepentingannya. 3

Islam dalam pandangan Syari‟ati bukanlah agama yang hanya memperhatikan aspek spiritual dan moral
atau hanya sekadar hubungan antara hamba dengan Sang Khaliq (Hablu min Allah), tetapi lebih dari itu,
Islam adalah sebuah ideologi emansipasi dan pembebasan. Dia berpendapat :

" Adalah perlu menjelaskan tentang apa yang kita maksud dengan Islam. Islam keadilan dan
kepemimpinan yang pantas; bukan Islamnya penguasa, aristokrasi dan kelas atas. Islam kebebasan,
kemajuan (progress) dan kesadaran; bukan Islam perbudakan, penawanan dan pasivitas. Islam kaum
mujâhid; bukan Islamnya kaum ulama. Islam kebajikan dan tanggungjawab pribadi dan protes; bukan

3
Lihat dunia.pelajar-islam.or.id/.../islam-agama-pembebasan-ali-syariati.html.
Islam yang menekankan dissimulasi (taqiyeh) keagamaan, wasilah ulama dan campur tangan Tuhan.
Islam perjuangan untuk keimanan dan pengetahuan ilmiah; bukan Islam yang menyerah, dogmatis, dan
imitasi tidak kritis (taqlîd) kepada ulama" .

Syari'ati juga mengatakan masyarakat Islam sejati tak mengenal kelas. Islam menjadi sarana bagi orang-
orang yang tercerabut haknya, yang tersisa, lapar, tertindas, dan terdiskriminasi, untuk membebaskan diri
mereka dari ketertindasan itu. Syariati mendasarkan Islamnya pada kerangka ideologis. Dia memahami
Islam sebagai kekuatan revolusioner untuk melawan segala bentuk tirani, penindasan, dan ketidakadilan
menuju persamaan tanpa kelas. Syari'ati bahkan mencetuskan formula baru:‟‟Saya memberontak maka
saya ada..

Bagi Syari‟ati, Islam sejati bersifat revolusioner. Tetapi entah mengapa dalam perjalanan waktu
kemudian Islam telah berubah menjadi seperangkap doa-doa dan ritual yang tak bermakna sama sekali
dalam kehidupan. Islam hanya sebatas agama yang mengurus bagaimana orang mati, tetapi tidak peduli
bagaimana orang bisa survive dalam kehidupan di tengah gelombang diskriminasi, eksploitasi, dan aneka
penindasan dari para penguasa zalim.

Agama model seperti ini yang sangat disukai para penguasa untuk menjaga kekuasaannya tetap aman,
tanpa ada gangguan dari orang-orang yang ingin mengamalkan Islam sejati.

Gagasan Syari‟ati tentang Islam revoluioner atau Islam pembebasan sejalan dengan gagasan tentang
teologi pembebasan (theology of liberation) yang banyak diusung oleh tokoh-tokoh revolusioner baik di
Amerika Latin maupun Asia. Ide dasar keduanya hampir sama yakni ingin mendobrak kemapanan
lembaga resmi keagamaan (Ulama, Gereja) yang posisinya selalu berada pada pihak kekuasaan, dan
berpaling dari kenyataan riil umatnya yang selalu ditindas oleh kekuasaan itu. Mereka sama-sama
memberontak dan tidak puas dengan seperangkat doktrin yang telah dibuat oleh ulama atau gereja untuk
melindungi kepentingan kelas atas dan menindas kelas bawah. Islam revolusioner dan teologi
pembebasan sama-sama berupaya untuk mengakhiri dominasi lembaga resmi agama dan mengembalikan
hak menafsirkan agama itu kepada rakyat, sehingga doktrin-doktrin yang terbentuk adalah ajaran agama
sejati yang berpihak pada kepentingan rakyat.

Sejalan dengan kerangka pikir gerakan teologi pembebasan yang diusung oleh kalangan revolusioner di
lingkungan agama Katholik, Islam revolusioner atau Islam pembebasan kurang lebih mempunyai
kerangka pikir yang sama. Teologi pembebasan berbasis pada kesadaran rohani dan Islam pembebasan
juga berbasis pada kesadaran Islam sejati atau otentik. Masing-masing mempunyai tujuan untuk
menjadikan agama sebagai sarana untuk memperjuangkan tegaknya keadilan, dan menjaga agar tidak ada
penindasan di muka bumi ini.

Seperti yang telah disebut di muka, Syari‟ati "menuduh" ulama sebagai sumber utama atas
penyelewengan ajaran Islam yang bersifat revolusioner. Di tangan ulama, Islam telah menjadi agama
"orang mati" yang tidak berdaya melawan "orang-orang yang serakah.

C. Pandangan Para Ulama terhadap Ali Syari’ati

Kritik yang cukup pedas dari Syari‟ati kepada golongan ulama membuat para ulama menberikan reaksi
balik. Muthahari, salah sorang ulama terkemuka, memandang Syari‟ati telah memperalat Islam untuk
tujuan-tujuan politis dan sosialnya. Lebih jauh Muthahari menilai, aktivisme politik protes Syari‟ati
menimbulkan tekanan politis yang sulit untuk dipikul oleh sebuah lembaga keagamaan seperti
Hussainiyeh Ersyad dari rezim Syah. 4

Selain Muthahhari, masih banyak ulama sumber panutan (marja‟ taqlid) seperti Ayâtullah Khû‟i, Milani,
Rûhani, dan Thabathâba‟i yang juga turut mengecam suara-suara kritis Syari‟ati. Bahkan mereka
mengeluarkan fatwa yang melarang membeli, menjual, dan membaca tulisan-tulisan Syari‟ati. Kaum
ulama tradisional juga memandang Syari‟ati sebagai fokoli (orang berdasi) berpendidikan barat yang
arogan yang sedang mengajarkan Islam berdasarkan atas pendidikannya di universitas-universitas luar
negeri.5

Setelah Syari‟ati mengkritik ulama yang dinilainya sebagai akhund, Syari‟ati lantas menyampaikan
tipikal ulama ideal. Menurutnya, ulama ideal, secara sederhana, adalah ulama aktivis, yang menggalang
massa untuk melakukan gerakan protes. Sehingga dalam hal ini, ia menjadikan ayahnya sendiri dan
Ayâtullah Muhammad Baqir Sadr (dihukum mati oleh pemerintah Republik Islam Iran tahun 1979) atau
pemikir aktivis dari kalangan Sunni seperti al-Afghani sebagai idolanya. Khomaeni tentu saja cocok
dengan kerangka Syari‟ati mengenai ulama. Tetapi Syari‟ati tidak pernah menyatakan perasaannya secara
terbuka tentang Khomaeni. Informasi yang ada nampaknya memberikan indikasi bahwa Syari‟ati
mengakui Khomaeni sebagai pemimpin besar.

D. Karya-karya

4
Lihat dunia.pelajar-islam.or.id/.../islam-agama-pembebasan-ali-syariati.html.
5
Ibid,hlm.415
Ali Syari‟ati banyak menulis buku baik dibidang kajian politik, hukum, sosial sampai masalah ibadah dan
sebagainya. Sejak awal ia aktif menyuarakan pendapatnya melalui tulisan-tulisannya diantaranya adalah,
Abu Dzar, Pemimpin Mustad’afi>n, Haji, dan sebagainya. Berikut penulis sajika sebagian tulisan Ali
Syari‟ati yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:

a. Man and Islam (Tugas Cendekiawan Muslim)

Buku ini merupakan kumpulan ceramah-ceramah Ali Syari‟ati ketika beliau memberikan kuliah di
Universitas. Dalam buku ini Ali Syari‟ati kerap menyoal tugas-tugas yang diemban oleh seorang ilmuan
muslim.

b. Peranan Cendekiawan Muslim

Menurut Ali Syari‟ati cendikiawan memiliki peran yang sangat penting dalam reformasi sosial.
Kedudukan intelektual adalah sebagai motor penggerak penegakan keadilan.

Sehingga dalam pandangan Ali Syari‟ati seorang cendikiawan tidak sekedar berkutat pada teori saja akan
tetapi bertanggung jawab pada masyarakat sosial secara luas.

c. Red Shi’ism (Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi)

Buku ini berbicara banyak tentang mazhab dan ideology Syiah, Ideologi Syiah merah, tipe-tipe mazhab
dalam Syiah serta pembahasan lainnya. Poin yang lebih dari buku ini adalah pendekatan yang dipakai
oleh Syari‟ati adalah Antropologis dan juga filosofis.

d. Al-Ummah wa Al-Imamah (Ummah dan Imamah)

Inilah karya lengkap Ali Syari‟ati tentang kepemimpinan dalam Islam. Didalamnya dijelaskan secara
lengkap konsep imamah sekaligus hubungannya engan ummah. Perspketif yang digunakan adalah
perspektif dari ideology Syiah. Walaupun begitu Ali Syari‟ati membahasnya sesuai dengan sejarah-
sejarah kepemimpinan Islam sejak Rasulullah sampai dengan sahabat.

e. Al-Insan, Al-Islam wa Madaris Al-Gharb (humanisme Antara Islam dan Barat)

Paham tentang kemanusiaan sering diperdebatkan. Ukuran-ukuran “memanusikan manusia” acapkali


controversial. Oleh karenanya Ali Syari‟ati merasa perlu untuk membahas bagaimana sebenarnya konsep
Islam tentang humanisme. Akan tetapi dalam bahasan ini, Ali Syari‟ati juga membahas humanisme dalam
konsep barat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selain Ayatullah Ruhollah Khomeini, Iran juga memiliki tokoh besar yang amat berpengaruh khususnya
di kalangan intelektual muda, dalam memobilisasi perlawanan terhadap Syah Iran. Tokoh itu bernama Ali
Syari‟ati. Ia merupakan seorang pemikir sosial terkemuka Iran abad ke-20.Di samping juga seorang ahli
politik dan ahli syariat.

Ali Syari‟ati lahir 23 November 1933, di desa Maziman, pinggiran kota Masyhad dan Sabzavar,
Propinsi Khorasan, Iran. Desanya berada di tepi gurun pasir Dasht I Kavir, di sebelah Timur Laut Iran.
Dia lahir dari keluarga ulama. Ayahnya, Muhammad Taqi Syari‟ati adalah seorang ulama yang
mempunyai silsilah panjang keluarga ulama dari Masyhad, kota tempat pemekaman Imam Ali Al-
Ridha(w 818), Imam ke delapan dari kepercayaan Islam

Syi‟ah.

Kehidupan Syari‟ati berakar di pedesaan. Di sanalah seperti ditulisnya dalam otobiografinya pandangan
dunia Syari‟ati pertama kali dibentuk. Dia begitu bangga akan leluhurnya, yang merupakan ulama-ulama
terkemuka di masanya dan mereka memilih menyepi di gurun Kavir.

Guru pertama Syari‟ati adalah Taqi Syari‟ati, ayahnya sendiri, yang memutuskan untuk mengajar di kota
Mashyad, dan tidak kembali ke desanya seperti tradisi leluhurnya.Sang ayah adalah ulama yang berbeda
dari ulama tradisional. Sang ayah ini mempunyai perpustakaan lengkap dan besar yang selalu di kenang
Syari‟ati, yang secara metaforis dilukiskan sebagai mata air yang terus menyinari pikiran dan jiwanya.Di
masa kecilnya ini, Syari‟ati gemar membaca di perpustakaan ayahnya yang besar. Bahan bacaannya
antara lain Les Miserables (Victor Hugo), buku tentang vitamin dan sejarah sinema terjemahan Hasan
Safari, dan Great Philosophies terjemahan Ahmad Aram

Syari‟atikecil juga mulai menyukai filsafat dan mistisme sejak tahun-tahun pertamanya disekolah
menengah.
Kombinasi sosok intelektual dan aktivis yang terjun langsung ke lapangan membela ketidakadilan ini
sedikit membentuk semangat intelektual yang juga aktivis politik revolusioner. Dan dia pula, Syari‟ati
menyerap pandagan tentang konstruksi sosiologis Marx, khususnya banalisa tentang kelas social dan
truisme (itsar). Syari‟ati mengaku lebih banyak dipengaruhi Massigmon, George Gurvich, Jean-Paul
Sartre, dan Franz Fanon. Ketika berada di Perancis, dia sadar bahwa pemikiran Barat bisa mencerahkan
sekaligus memperbudak pemikiran pelajar Iran.

Modernisasi dari atas dan sentralisasi kekuasaan yang dilakukan dengan tangan besi; penerapan cara-cara
militer yang „mengharuskan represi brutal terhadap mereka yang menentang, menjadi cirri utama rezim
kekuasaan Reza Syah. Modernisasi dan Industrialisasi yang dijalankan pada dasarnya berkiblat pada
Negara-negara di Eropa Barat.

Dia melihat adanya proses pembaratan total yang membentuk Eropanoid. Dari sini muncul pemikirannya
yang memetakan intelektual menjadi Intelektual Islam yang meniru, dan „intelektual sejati‟ yang
mengikuti tradisi para nabi dan menyadarkan umatnya sekaligus punya tanggung jawab dan misi social.
Syari‟ati juga berusaha memecahkan masalah yang dihadapi Kaum Muslim berdasarkan prinsip-prinsip
Islam. Pada tanggal 18 Juni, Pouran, istri Syari‟ati, beserta tiga putrinya hendak menyusul ke London.
Tetapi, kali ini pihak berwenang menolak mengizinkan Pouran dan Mona, anaknya yang berusia 6 tahun,
untuk meninggalkan Iran. Tetapi Soosan dan Sara, dua anak lainnya, diperbolehkan. Begitu keduanya tiba
di

Heathrow, Syari‟ati menjemputnya dan membawa mereka ke sebuah rumah yang telah disewa di daerah
Southampton, Inggris.

Tetapi keesokan paginya, 19 Juni 1977, Syari‟ati ditemukan tewas di Southampton, Inggris. Pemerintah
Iaran menyatakan Syari‟ati tewas akibat penyakit jantung, tetapi banyak yang percaya bahwa dia dibunuh
oleh polisi rahasia Iran. Kematiannya menjadi mitos "Islam Militan" Popularitasnya memuncak selama
berlangsungnya revolusi Iran, Februari 1979. Saat itu, Fotonya mendominasi jalan-jalan di Teheran
berdampingan dengan Ayatullah Khomeini.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Rahnema, Ali Syari‟ati biografi politik intelektual revolusioner, terjemah Dien wahid,
dkk.(Jakarta,Erlangga,2002)

Lihat dunia.pelajar-islam.or.id/.../islam-agama-pembebasan-ali-syariati.html

] Lihat dunia.pelajar-islam.or.id/.../islam-agama-pembebasan-ali-syariati.html

Rahnema, Ali. Ali Syari’ati: Biografi Politik Intelektual Revolusioner. Jakarta :Erlangga.2002

Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama. 1999 dunia.

pelajar-islam.or.id/.../islam-agama-pembebasan-ali-syariati.html

Anda mungkin juga menyukai