Bagian
Bagian
1) Ear tips
Eartips merupakan bagian stetoskop yang menempel pada telinga, umumnya
berbahan karet yang lembut ataupun plastik yang keras. Untuk stetoskop dengan
harga murah umumnya bagian eartips berbahan plastik sedangkan untuk
stetoskop yang harganya lebih mahal bagian eartips terbuat dari karet yang
lembut. Aabila anda hendak membeli stetoskop, maka pilihlah eartips yang
terbuat dari bahan karet sebab lebih nyaman serta tidak akan menimbulkan rasa
sakit ketika digunakan.
2) Binaural atau Pipa besi
Binaural berguna menjaga stetoskop supaya tetap tegak serta tidak lembek.
Bagian binaural ini ada besi stainless lentur agar nyaman dipakai serta sesuai
dengan posisi telinga. Umumnya stetoskop tidak tegak lurus, tetapi agak bengkok
mengikuti posisi telinga kanan serta kiri. Apabila anda merasa tidak nyaman
sewaktu menggunakan stetoskop cobalah untuk ditukar antara kanan dengan kiri
eartipsnya.
3) Tubing atau Selang karet
Tubing berfungsi untuk menyalurkan suara dari chestpiece ke telinga. Bagian
ini umumnya berjumlah 1 buah. Tubing terbuat dari karet yang lentur. Ada pula
stetoskop yang terdiri dari 2 selang, disebut sprague rappaport.
4) Chestpiece
Chestpiece merupakan bagian stetoskop yang ditempelkan ke tubuh pasien
guna menangkap suara yang sedang diperiksa. Berdasarkan total kepalanya,
chestpiece terbagi menjadi 2 antara lain dual head serta single head. Untuk
chestpice Dual Head adalah stetoskop yang mempunyai dua muka depan serta
belakang, keduanya dapat dipakai untuk kebutuhan pemeriksaan yang berbeda.
Kepala pada bagian depannya yang terdapat membrannya sedangkan untuk
bagian belakangnya yang tidak terdapat membrannya. Untuk memakai salah satu
dari kedua kepala tersebut hanya dengan memutar pin pada chestpiecenya.
Tes Fungsi Pendengaran
1) Pemeriksaan audiometri
Kehilangan Klasifikasi
dalam Desibel
2) Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan
kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang
telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa aspek kemampuan
pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri
nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar
kata terpuilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat
dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan
dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke
telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu
pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali
dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk
menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata
yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan,
pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase
kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas.
Hasil ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah
intensitas suara kata-kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah
presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar. Dari audiogram tutur
dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-
kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang
lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan
satuan de-sibel (dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap
satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan
dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu
adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar,
sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan demikian, berbeda
dengan audiometri nada murni pada audiometri tutur intensitas
pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat nilai ambang (NPT),
tetapi juga jauh diatasnya.
b. Manfaat audiometri
c. Tujuan
3) Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang
dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
Ada 2 macam tes rinne , yaitu :
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih
lama)
a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)
c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada
posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-
mula timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa
maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak
lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai
aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.
4) Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran
tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu:
membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada
garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar
lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga
maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama
tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga
akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau
cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya
cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala
getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut
lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama
kerasnya.
1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan
ebih hebat.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka
di dengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada
sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.
5) Test Schwabach
Tujuan :
Dasar :
Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak,
khususnya osteo temporale
Cara Kerja :
Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak
kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin
melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala
tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala
itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya
(pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar
suara, atau tidak mendengar suara.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang kita lakukan, yaitu :
catatan: jika kecepatan nadi lebih dari 100 kali/menit akan sulit untuk mengukur JVP.
4. Jika vena jugularis internal tidak terdeteksi gunakan vena jugularis eksternal.
C. Perbedaan Vena jugularis dan arteri karotis (karena posisinya berdekatan disekitar
leher)
Pulsasi pada Vena jugularis tidak teraba, sedangkan pada arteri karotis teraba
Pulsasi pada vena jugularis lebih menonjol jika dilakukan penekanan pada
area abdomen sedangkan pada arteri karotis tidak berpengaruh
Pulsasi pada vena jugularis pada saat systole memiliki dua gelombang X dan
Y, sedangkan pada erteri karotis pada saat systole memiliki satu gelombang.
gelombang pulsasi Vena jugularis menurun pada saat inspirasi dan meningkat
pada saat ekspirasi sedangakan pada arteri karotis tidak terpengaruh.
Dyspnea
Orthopnea
Edema
Angina
Kegemukan
2. Penurunan JVP ditemukan pada pasien yang mengalami, kehilangan cairan yang
banyak atau gejala orthostatic hypotention (hipotensi yang diakibatkan perubahan
posisi tubuh dari berbaring ke duduk atau berdiri) seperti kepala pusing dan pingsan
(syncope).
CARA 2 :
Dalam bentuk kuadran merupakan bentuk garis besar dan sederhana. Penentuan
kuadran ini dengan menarik garis (horizontal dan vertikal) melalui umbilikus. Dengan
cara ini dinding abdomen terbagi atas 4 daerah yang sering disebut :
Berikut gambaran secara besar tentang organ yang terdapat pada kuadran-kuadran.
Kuadran Kanan Atas Kuadran Kiri Atas
Hati, kantung empedu, paru, esofagus Hati, jantung, esofagus, paru, pankreas,
limfa, lambung
Kuadran Kanan Bawah Kuadran Kiri Bawah
Usus 12 jari (duo denum), usus besar, Anus, rektum, testis, ginjal, usus kecil,
usus kecil, kandung kemih, rektum, usus besar
testis, anus
Regio digunakan untuk pemeriksaan yang lebih rinci atau lebih spesifik, yaitu dengan
menarik dua garis sejajar dengan garis median dan garis transversal yang
menghubungkan dua titik paling bawah dari arkus kosta dan satu lagi yang
menghubungkan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS).
Bedasarkan pembagian yang lebih rinci tersebut permukaan depan abdomen terbagi
menjadi 9 regio:
Kepentingan pembagian ini, yaitu bila kita meminta pasien untuk menunjukan
dengan tepat lokasi rasa nyeri serta melakukan deskripsi perjalanan rasa nyeri
tersebut. Dalam hal ini sangat penting untuk membuat peta lokasi rasa nyeri beserta
perjalanannya, sebab sudah diketahui karakteristik dan lokasi nyeri akibat kelainan
masing-masing organ intra abdominal berdasarkan hubungan persarafan viseral dan
somatik.
Secara garis besar organ-organ dalam abdomen dapat diproyeksikan pada permukaan
abdomen dalam bentuk regio, yaitu antara lain:
Hati atau hepar berada di regio hypocondriaca dextra, epigastrica dan sedikit
ke hypocondriaca sinistra.
Lambung berada di regio epigastrium.
Limpa berkedudukan di regio hypocondrium kiri.
Kandung empedu atau vesika felea sering kali berada pada perbatasan regio
hypocondrium kanan dan epigastica.
Kandung kemih yang penuh dan uterus pada orang hamil dapat teraba di regio
hypogastrium.
Apendiks berada di daerah antara regio inguinalis dextra, abdominalis lateral
kanan, dan bagian bawah regio umbilicalis.
Pada praktikum anatomi fisiologi manusia yang telah dilakukan bagian anggota
gerak atas terdiri dari :
1. Osteo humerus berfungsi untuk tempat melekatnya tulang radius dan ulna
2. Osteo ulna berfungsi membentuk persendian pergerakan tangan, searah dengan
kelingking
3. Osteo radius berfungsi membentuk persendian pergerakan tangan, searah dengan
ibu jari
4. Osteo carpal berfungsi untuk menyambungkan telapak tangan ke siku
5. Osteo metakarpal berfungsi untuk memegang suatu benda
6. Osteo phalanges berfungsi untung menggerakan jari-jari