OLEH
A.Latar Belakang
Kata hortikultura ( horticulture ) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti
kebun dan colere yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada
suatu medium buatan (Zulkarnain 2010). Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang
mempelajari pembudidayaan tanaman kebun atau tanaman sayuran, buah-buahan,
bunga-bungaan dan tanaman hias serta tanaman obat. Orang yang ahli mengenai
hortikultura dikenal sebagai hortikulturist.
Pada umumnya, isi kebun di Indonesia berupa tanaman sayuran, tanaman hias dan
wangi- wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat- obatan, dan tanaman penghasil
rempah. Sedangkan di negara maju, budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan
suatu usaha tani yang berpola komersial. Yaitu diusahakan secara monokultur di ladang
produksi yang luas. Seiring dengan semakin pentingnya kedudukan hortikultura dalam
kehidupan sehari-hari sebagai sumber vitamin dan mineral disamping sebagai bahan
baku produk olahan, pengusahaan hortikultura di Indonesia kini mulai dilakukan secara
monokultur dan dikelola secara agribisnis.
Tanaman-tanaman yang digolongkan ke dalam tanaman hortikultura sangat luas
dan beragam, namun tanaman hortikultura memiliki banyak kesamaan pokok.
Diantaranya mudah rusak; mutu produk ditentukan oleh kandungan air; ketersediaan
bersifat musiman; harga produk ditentukan oleh kualitas; dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah yang sedikit; sebagai sumber vitamin dan mineral serta berfungsi sebagai
pemenuhan kebutuhan rohani. Oleh karena itu, tanaman hortikultura bersifat padat
modal dan padat karya. Sehingga membutuhkan masukan yang tinggi, namun
menghasilkan keluaran yang tinggi pula persatuan luas dan persatuan waktu.
Budidaya tanaman hortikultura menghendaki perhatian yang serius, khususnya
dalam penentuan persyaratan ekologinya, hal ini dikarenakan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman hortikultura sangat tergantung pada keadaan ekologi tempat
tanaman tersebut tumbuh. Apabila tanaman tersebut diusahakan pada lingkungan yang
memenuhi kebutuhan syarat tumbuhnya, dapat dipastikan tanaman tersebut akan
tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura dapat dipengaruhi oleh faktor iklim
dan faktor medium tumbuh.
Produk hortikultura mempunyai karakteristik yang berbeda dari produk agronomi.
Komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup atau masih segar,
perisibel dan mempunyai kandungan air yang tinggi. Contoh komoditas hortikultura
seperti tanaman hias, sayur-sayuran, buah-buahan, dan sebagainya.
B.Tujuan
A.Sistem Hidroponik
Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena dapat
diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau di atas
apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan penyakit
yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak menentu, dan
mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem hidroponik. Hidroponik
dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena itu, harga jual
panennya tidak khawatir akan jatuh. Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih
mudah karena tempat budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman
terlindung dari terpaan hujan, serangan hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman
lebih sehat dan produktivitas lebih tinggi (Hartus, 2008).
Bertanam secara Hidroponik dapat berkembang dengan cepat, karena cara ini
mempunyai banyak kelebihan. Kelebihan yang utama adalah tanaman dapat tumbuh
dan berproduksi lebih baik dibandingkan dengan teknik penanaman biasa. Kelebihan
lainnya yaitu perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol, pemakaian
pupuk lebih hemat, tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru,
tidak membutuhkan tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat dan memiliki
standardisasi, tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor
dan rusak (Lingga, 2002).
Sistem sumbu (Wick system) juga dikenal dengan istilah capillary wick system
(CWS) yang merupakan suatu sistem pengairan dengan menggunakan prinsip
kapilaritas. Sistem sumbu dalam teknik hidroponik dikenal sebagai sistem pasif karena
tidak ada bagian yang bergerak, kecuali air yang mengalir melalui saluran kapiler dari
sumbu yang digunakan. Sistem sumbu memanfaatkan prinsip kapilaritas dimana
larutan nutrisi diserap langsung oleh tanaman melalui sumbu. Sistem ini merupakan
sistem yang paling sederhana. Beberapa kelebihan dari sistem ini yaitu tidak
memerlukan biaya investasi yang besar, dapat memanfaatkan barang bekas, dan bahan
yang digunakan mudah dicari. Namun sistem ini memiliki kelemahan yaitu apabila
tanaman yang ditanam membutuhkan air dalam jumlah yang banyak, maka diperlukan
daya kapilaritas yang besar untuk mengalirkan air (larutan nutrisi) ke akar tanaman
tersebut. Pada sistem ini tidak terjadi resirkulasi larutan karena proses kapilarisasi
hanya terjadi dari media larutan ke media tanam saja (Siswandi. 2008).
Perbedaan paling menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional
adalah penyediaan nutrisi tanaman. Pada budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi
untuk tanaman sangat tergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur
hara dalam jumlah cukup dan lengkap. Unsur-unsur hara itu biasanya berasal dari
dekomposisi bahanbahan organik dan anorganik dalam tanah yang terlarut dalam air.
Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara dalam tanah umumnya dipenuhi
dengan pemupukan tambahan. Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi
diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi
itu diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik
maupun anorganik. Pemberian nutrisi melalui permukaan media tanam atau akar
tanaman. Ketersediaan nutrisi dalam bentuk cair itulah yang dipakai sebagai awal
berpijak penerapan budidaya tanaman hidroponik (Siswadi, 2008).
Pupuk untuk tanaman yang ditanam di tanah juga bisa dipakai berhidroponik,
yang penting pupuk tersebut mudah larut dalam air dan tahan lama dipakai. Umumnya
yang dipakai untuk keperluan berhidroponik adalah pupuk majemuk yang mengandung
unsur hara makro dan mikro sekaligus. Beberapa merek dagang pupuk majemuk itu
antara lain Vitagro, Vitabloom, Gandasil, Hyponex, dan Gromor. Penggemar
hidroponik yang kreatif juga bisa meramu sendiri kebutuhan nutrisi untuk tanamannya
sesuai dengan pupuk buatan yang banyak beredar di pasar. Misal satu sendok makan
pupuk yang dicampur dengan 10 liter air dan ditambah satu tetes Atonik sebagai
pengganti unsur mikro dan unsur esensial lain, sudah bisa dipakai sumber nutrisi bagi
tanaman hias yang dihidroponikkan. Begitu pula satu sendok makan urea, TSP, dan
KCl yang dilarutkan dalam 10 liter air ditambah 3 tetes Atonik atau Lauxin dapat
dipakai sebagai sumber nutrisi bagi tanaman yang dihidroponikkan. Jika pupuk yang
digunakan tidak mudah larut dalam air, larutan itu sebaiknya dibiarkan dulu satu malam
sebelum dipakai (Siswadi, 2008).
B.Tanaman Hidroponik
Kangkung
Klasifikasi tanaman kangkung
Ordo : Solanales
Genus : Ipomea
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar
menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm,
dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis
kangkung air. Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak
mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki
percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar
(Sunanjono, 2004).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak
daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk
daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau
tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase
pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis
kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun
mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung (Sunanjono, 2004).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk
buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan
hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah
kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna
cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung
darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif
(Sunanjono, 2004).
Kangkung darat (Ipomea reptans) merupakan tanaman yang sangat tergolong lama
tumbuh, tanaman ini memiliki akar tunggang dan bercabang-cabang. Perakaran ini
menembus dengan kedalam 60 – 100 cm dan menyebar luas secara mendatar 150 cm
hingga lebih, terutamanya tanaman kangkung pada air. Batang pada tanaman kangkung
bult dan berlubang, berbuku-buku dan banyak mengandung air. Terkadang buku-buku
tersebut mengeluarkan akar tanaman yang serabut dan juga berwarna putih dan ada
juga berwarna kecoklatan tua (Sunanjono, 2004).
Syarat Tumbuh
1. Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat (Ipomea
reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah
curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000
mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan
subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung
pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di
padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun (Sunanjono, 2004).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan
tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi
panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak
terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu
udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka
temperatur udara turun 1 derajat C (Sunanjono, 2004).
1.Media Tanam
Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman
kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah
membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air.
Tanaman kangkung (Ipomea reptans) membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya,
sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan
air secara baik (Sunanjono, 2004).
2.Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter diatas permukaan laut. Baik kangkung darat
maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan
dicampur aduk (Sunanjono, 2004).
Dalam budidaya kangkung darat tidak diperlukan pupuk yang intensif. Kangkung
darat merupakan tanaman yang tahan pada kondisi kesuburan tanah sedang.
Sebenarnya pemupukan awal sudah cukup untuk memberikan nutrisi pada tanaman
hingga siap panen. Namun hal ini sangat tergantung pada kondisi kesuburan tanah
masing-masing.Hanya saja apabila tanaman terlihat kurang subur yang ditandai dengan
warna hijau yang pudar perlu dilakukan pemupukan tambahan. (Sunanjono, 2004 ).
C. Media Tanam
Perlakuan media tanam yang sesuai membuat tanaman sehat sehingga dapat
bertahan dari serangan hama dan penyakit. Media tanam merupakan salah satu
unsur yang paling berperan dalam pertumbuhan tanaman, selain sebagai penopang
akar tanaman, ketersediaan unsur hara yang terdapat dalam media tanam sangat
dibutuhkan. Dalam budidaya tanaman terutama sayuran media tanaman merupakan
faktor penentu berhasil tidaknya suatu budidaya. Selain itu media tanaman juga ikut
menentukan kualitas dan kuantitas tanaman yang dihasilkan.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan yaitu Media yang digunakan untuk
budidaya tanaman bayam hidroponik bisa menggunakan sekam, air, zeloit atau media
hidroponik yang lain. Bibitnya harus dipilih dari jenis unggul, biasanya ditandai dengan
warna hitam mengkilat pada bijinya. Selain media dan bibit harus dipersiapkan pula
perlengkapan lainnya. Diantaranya bak plastik yang ukurannya 30 x 35
sentimeter,rockwool,netpot dan nutrisi AB Mix.
C.Cara Kerja
Hidroponik
Adapun cara kerja Hidroponik dari budidaya tanaman kangkong dan pakcoy ini
dengan memilih benih yang baik dan mempunyai kualitas tumbuh yang baik.lalu
mengambil wadah plastic dan memotong rockwool secara persegi dengan ukuran 3x3
cm dan membasahi rockwool tersebut hingga lembab dan kadar air yang cukup untuk
menumbuhkan tanaman yag di budidayakan.lalu memberi lobang di tengah rockwool
tersebut dan meletakan benih tanaman yang akan di budidayakan,lalu tunggu sampai
benih berkecambah ± 1 minggu dan basahi terus media rockwool tersebut agar
tanaman tidak kekurangan air.setelah tumbuh lalu letakan media pada net pot yang
telah disediakan dan meletakan pada paralon yang telah di lubangi dan air yang sudah
ada nutrisi.untuk nutrisi harus di cek sekali 4-5 hari dengan pengecekan kadar pH air
dan kadar ppm pada air,dan menambahkan nutrisi AB Mix untuk kebutuhan
tanaman.untuk hama serta penyakit tanaman hidroponik haruslah di perhatikan karena
dapat membuat kerusakan pada tanaman,jika terjangkit beberapa tanaman sebaiknya di
buang saja,jika tanaman yang di serang telah banyak maka lakukan penyemprotan
melalui pestisida yang di buat secara organik
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Table 1. Hasil pengamatan tanaman kangkung dengan media tanam Rock Wool
Table 3. Hasil pengamatan tanaman kangkung dengan media tanam Arang Sekam
B. Pembahasan
Pada data yang telah di sajikan terdapat empat bagian media tanam yang di
gunakan untuk membudidayakan tanaman kangkung. Dari ke empat bagian media
tanam yang digunakan itu mempunyai nilai pertumbuhan yang berbeda, pada media
Rockwool dan Kapas pada tanaman kangkung yang sangat baik pertumbuhan di ikuti
dengan arang sekam dan gabus. Hal ini terjadi karena setiap media mempunyai daya
ikat dan daya seram air yang berbeda dan ini akan mempengaruhi ke pertumbuhan
tanaman kangkong itu sendiri.
Tanaman yang ditanam secara hidroponik tetap memerlukan tambahan nutrisi dari
luar sama seperti ketika tanaman ditanam. Oleh karna itu perlu diperhatikan pula
asupan nutrisi bagi tanaman hidroponik agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Pupuk untuk tanaman yang ditanam di tanah juga bisa dipakai berhidroponik, yang
penting pupuk tersebut mudah larut dalam air dan tahan lama dipakai. Umumnya yang
dipakai untuk keperluan berhidroponik adalah pupuk majemuk yang mengandung
unsur hara makro dan mikro sekaligus.
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa metode
hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman didalam larutan nutrisi tanpa
adanya media tanah sebagai media tumbuh.
Media pada hidroponik merupakan media yang berfungsi sebagai media penegak
tanaman agar tidak roboh dan juga sebagai penghantar cairan bernutrisi. Ada beberapa
media tanam yang digunakan pada hidroponik seperti
rockwool,pasir,arang,tembikar,dan sabut kelapa.media yang digunakan harus sesuai
dengan tanaman yang akan di tanam.
B.Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah di harapkan Hidroponik set di perbaiki
lagi, semaksimal mungkin agar praktikum yang berjalan dengan baik dan mendapatkan
hasil yang seharusnya. Terlebih pada pompa air yang hanya berfungsi satu dan
pengarahan pipa yang terkesan kurang perancangan yang matang.
DAFTAR PUSTAKA
Kristiani,A. 2002. Panduan praktis membuat dan merawat terarium agar tampil
unik dan menarik: “terarium:tanaman mungil dalam wadah kaca”:ISBN 979-
3084-96-0. Agromedia Pustaka.
Lingga, P., dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya :
Jakarta.