Anda di halaman 1dari 10

1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Asyari dan Choirul Fatah (2011), makanan bagi ikan merupakan

faktor yang menentukan populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan. Macam

makanan satu spesies ikan tergantung pada umur, tempat, waktu dan alat

pencernaan dari ikan itu sendiri. Pakan ikan secara ekologis merupakan hal yang

utama dalam mempengaruhi penyebaran ikan khususnya ikan air tawar. Dengan

mengetahui makanan atau kebiasaan makan satu jenis ikan dapat dilihat

hubungan ekologi antara ikan dengan organisme lain yang ada di satu perairan.

Misalnya bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan. Makanan ikan

adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dikonsumsi ikan di

habitatnya, dapat berupa tumbuhan (makrofita), alga, plankton, ikan, udang,

cacing, benthos dan serangga atau larva serangga.

Menurut Taunay et al. (2013), makanan merupakan faktor biologi yang

sangat menentukan bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu

organisme. Oleh karena itu studi mengenai food and feeding habits ikan sangat

diperlukan karena dapat digunakan sebagai acuan dasar pengelolaannya. Selain

kegiatan makan, kegiatan reproduksi merupakan kunci stok rekruitmen dalam

populasi ikan sehingga antara food habits, feeding habits, reproduksi serta

morfometri ikan sangat penting diketahui untuk bisa lebih mempelajari populasi

stok alami ikan. Pengetahuan tentang aspek biologi berguna untuk mendapatkan

pemahaman lebih baik pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan stok ikan

karena berdasarkan informasi biologis semua konsekuensi mungkin timbul oleh

sejumlah alternatif dapat dikurangi. Salah satu informasi biologi yang penting

adalah hubungan panjang-berat, food habits, feeding habits dan kondisi

morfometri.

Menurut Effendie (1979) dalam Irawati (2011), kebiasaan makan ikan dapat

digunakan untuk melihat hubungan ekologi diantara organisme di perairan


tempat mereka berada, misalnya bentuk pemangsaan, persaingan dan rantai

makanan. Jadi, makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi

keberadaan populasi. Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dapat

dibedakan atas 3 golongan, yaitu herbivora, karnivora dan omnivora. Namun di

alam sering kali ditemukan tumpang tindih yang disebabkan oleh keadaan habits

di sekeliling tempat ikan itu hidup. Tetapi apabila dalam waktu relatif singkat ikan

tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan

terjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang menyebabkan kematian.


Salah satu faktor yang menentukan populasi, pertumbuhan dan kondisi

ikan adalah makanan. Yang termasuk makanan ikan yaitu organisme air berupa

tumbuhan, alga, plankton, ikan, udang, cacing dan serangga. Makanan

merupakan faktor biologi yang menentukan kelangsungan hidup ikan,

pengetahuan aspek biologis untuk mengetahui pertumbuhan stok ikan. Informasi

biologis yaitu hubungan panjang-berat, food habits, feeding habits, dan kondisi

morfometri. Kebiasaan makan ikan merupakan faktor yang menentukan populasi.

Kebiasaan makan ikan dibagi 3 golongan yaitu herbivora, karnivora, dan

omnivora.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum biologi perikanan tentang food and feeding habits

adalah sebagai berikut :


a) Mengetahui kebiasaan makan dan variasi makan ikan, dapat dilihat dari

hubungan ekologi antar organisme perairan.


b) Mengetahui isi (fitoplankton dan zooplankton) dari alat pencernaan

makanannya.
c) Mengetahui jenis ikan berdasarkan kebiasaan makan dan variasi

makanannya.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi perikanan tentang food and feeding habits

adalah sebagai berikut:


a) Mampu mempraktikan cara pengambilan dan perhitungan plankton yang ada

dalam lambung ikan.


b) Mampu membedakan jenis ikan berdasarkan makanan yang dimakan

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Perikanan materi Food and Feeding Habits dilaksanakan

pada tanggal 12 November 2016 pukul 13.00 sampai dengan 13 November 2016

pukul 12.00 yang bertempat di Laboratorium Budidaya Ikan (Divisi Reproduksi

Ikan) Gedung D lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Brawijaya.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Food and Feeding Habits

Menurut Effendi (2002) dalam Anisa et al. (2015), kebiasaan makanan ikan

(Food Habits) adalah kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan,

sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) adalah waktu, tempat dan

caranya makanan itu didapatkan oleh ikan. Kebiasaan makanan dan cara

memakan ikan secara alami bergantung pada lingkungan tempat ikan hidup.

Tujuan mempelajari kebiasaan makanan (food habits) ikan dimasukkan untuk

mengetahui pakan yang dimakanoleh setiap jenis ikan. Makanan alami biasanya

berupa plankton, baik fitoplankton atau zooplankton, kelompok cacing, tumbuhan

air, organisme bentos dan ikan maupun organisme lain yang berukuran lebih

kecil dari pada organisme yang dipelihara. Hidup secara bebas diperairan
menyebabkan ikan bisa memakan apa saja yang ia temukan. Makanan tersebut

dapat berupa lamun, zooplankton, zoobentos ataupun ikan kecil lainnya.

Menurut Sharma (2013), makan dan kebiasaan makan berbagai jenis ikan

dan udang pada budidaya berbeda secara signifikan satu sama lainnya, bahkan

untuk spesieskelompok ukuran yang berbeda. Dalam kasus ikan, masing-masing

spesies memiliki kebiasaan makan mereka sendiri yang spesifik dan lebih

memilih untuk mengambil jenis makanan tertentu dari air. Sehingga masing-

masing spesies telah beradaptasi untuk menangkap makanan yang diperlukan,

menelan dan mencerna makanan. Kebiasaan makanan dan cara memakan ikan

itu secara alami tergantung kepada lingkungan hidup. Biasanya kebiasaan

makanan dan jenis makanan dapat menentukan bentuk tubuh dan bentuk

pencernaannya.

2.2 Food and Feeding Habits Ikan Sampel

Menurut Effendie (1997) dalam Tresna et al. (2012), Ikan nila (Oreochomis

niloticus) termasuk golongan ikan herbivora dan cenderung omnivora. Hal ini

dapat terlihat dari jenis makanan yang ada dalam saluran pencernaan ikan

berupa fitoplankton sebagai makanan utamanya. Ikan nila menyukai plankton

dari kelompok eyanophycae, desmidiacae,dan rotifera. Kesukaan ikan terhadap

makanannya sangat relatif. Karena belum tentu melimpahnya suatu pakan alami

dalam perairan dapat dimanfaatkan oleh ikan di karenakan beberapa faktor.

Faktor tersebut yaitu penyebaran organisme sebagai makanan ikan,

ketersediaan makanan, pilihan dari ikan, serta faktor-faktor fisik yang

mempengaruhi perairan.

Di perairan alam ikan nila merupakan plankton, perifilon atau tumbuhan air

yang lunak, bahkan cacingpun dimakannya pula. Benih-benih ikan nila ternyata
lebih suka mengonsumsi zooplankton seperti rotifera, copepoda, dan cladocera.

Sejalan dengan pertumbuhan badannya ikan nila mulai meninggalkan

zooplankton sebagai makanan pokoknya, lalu menggantinya dengan fitoplankton

yang dikonsumsinya dalam jumlah yang banyak. Ikan-ikan kecil sering kali

terlihat sedang memakan algae yang menempel. Di perairan umum ikan-ikan

kecil sering terlihat mencari makan di bagian dangkal. Sedangkan ikan-ikan

besar biasanya mencari makananan di tempat yang lebih dalam (Susanto, 1987).

2.3 Penggolongan Ikan Berdasarkan Food and Feeding Habits


Menurut Moyle dan Chech (1988) dalam Irawati (2011), ikan dapat

dikelompokkan menjadi beberapa bagian menurut kebiasaan makan dan cara

makannya. Ikan yang memakan berbagai macam makanan dapat disebut ikan

euryphagus. Misalnya adalah ikan salmon, ikan merah, dan ikankerapu. Ikan

yang memakan makanan yang sedikit jenisnya dapat disebut stenophagus. Ikan

yang hanya makan satu jenis makanan saja adalah ikan monophagus
Menurut Burhanuddin (2014), pada ikan herbivora ususnya pendek karena

makanan berdaging dapat dicerna dengan lebih mudah daripada tanaman

dikarenakan daging merupakan asupan protein yang cukup tinggi dan mudah

diserap. Sebaliknya usus ikan jenis ini dikarenakan makanannya berserat dan

lebih lama juga untuk mencernannya pada beberapa jenis ikan seperti lamprey,

elasmobrachii, dan beberapa oscithes yang ususnya pendek untuk memeperluas

permukaan adsorb didalam isisnya terrdapat sarang pakan yang disebut flyfosol.

2.4 Penggolongan Ikan Berdasarkan Tipe Usus

Menurut Burhanuddin (2014), pada ikan karnivora ususnya pendek,

mungkin karena makanannnya berdaging dapat dicerna dengan mudah daripada

tanaman. Dikarenakan daging merupakan asupan protein yang cukup tinggi dan

mudah diserap sebaliknya usus ikan herbivora panjang dan teratur didalam suatu

lipatan atau kumparan, ukuran usus dari ikan jenis ini dikarenakakan

makanannya berserat dan lebih lama juga untuk mencernanya, pada beberapa
jenis ikan seperti lamprey, elasmobranchi dan beberapa otichyes yang ususnya

pendek untuk memperluas permukaan absorbs didalam ususnya terdapat

serangkaian klepspiral yang disebut tyflosol.


Menurut Fitriliani (2011) dalam Alfin (2014), Pencernaan makanan berbeda-

beda pada jenis ikan. Berdasarkan tipe ususnya yaitu :


 Karnivora
Pada ikan golongan karnivora memiliki panjang usus lebih pendek daripada

panjang tubuhnya karena daging yang dimakan merupakan asupan protein tinggi

sehingga mudah diserap oleh tubuh ikan .


 Herbivora
Herbivora panjang usus yang

dimiliki yaitu 5 kali lebih panjang

dari panjang total tubuhnya karena

makanannya yang berserat dan

lebih lama dicerna tubuh.


 Omnivora
Omnivora memiliki panjang usus yang hanya sedikit lebih panjang dari panjang

totalnya karena makanan yang dimakan ini golongan ini bergantung pada

ketersediaan makanan yang tersedia, kinerja pencernaannya berbeda-beda

sesuai dengan makanan yang didapat.

Gambar 1. Tipe usus Ikan


(Burhanudin, 2014)

2.5 Food and Feeding Habits Berdasarkan Bentuk Morfologi Ikan


Kebiasaan makan ikan dapat dduga berdasarkan morfologi mulut.

Bentuk dan letak mulut sangat erat hubungannya dengan jenis makanan yang

menjadi kesukaan ikan. Mulut berfungsi untuk menangkap dan mengambil

makanan. Kemampuan ikan beradaptasi terhadap makanannya menyebabkan

adanya perbedaan ukuran serta bentuk makan ikan (Backman, 1962 dalam

Lubis,2015).

Organ pertama yang langsung berhubungan dengan makanan adalah

mulut. Bentuk mulut ikan betok adalah protaktil dengan posisi mulut terminal.

Keadaan bibir berhubungan dengan bibir atas yang bersambungan dengan bibir

bawah. Ukuran mulut ikan dapat memberikan informasi untuk menentukan jenis

makanan yang dimakan oleh ikan. Setiap jenis ikan memiliki kebiasaan makan

yang berbeda tergantung dari jenis gigi yang dimiliki. Tidak hanya itu, kebiasaan

makan ikan juga ditentukan oleh habitatnya (Gustari et al., 2014).

2.6 Rantai Makanan

Menurut Enger dan Smith (2010), rantai makanan adalah berpindahnya

energi dari tropik satu ke tropik diatasnya dikarenakan adanya kegiatan konsumsi

organisme. Sebagai contoh sebuah pohon yang tumbuh didekat kolam. Pohon ini

menyerap cahaya lalu mengbah karbon dioksida dan air menjadi oksigen dan

molekul lain. Pohon ini memberikan makanan pada organisme lain seperti

serangga dan energi pohon akan pindah ke serangga. Serangkaian organisme

yang berhubungan satu sama lain tersebut saling berpengaruh terhadap jalannya

rantai makanan.

Menurut Noer (2011), Pemindahan energi dari sumbernya (tumbuh-

tumbuhan) melalui serangkaian organisme yang memakan dan dimakan,

dinamakan rantai makanan (food chain). Pada setiap pemindahan sebagian

(seringkali sebanyak 80 – 90 %) dari energi potensial hilang sebagai panas. Oleh


karena itu, makin pendek rantai makanan ini, atau makin dekat konsumer

dengan permulaan rantai makanan (tumbuhan), makin besar energi yang

tersedia bagi populasi itu, yang dapat diubah menjadi biomas, yaitu berat hidup,

termasuk persediaan makanan, dan untuk digunakan dalam bernafas (respirasi).

2.7 Jaring Makanan

Menurut Inke (2015), Rantai makanan a d a l a h p e r p i n d a h a n

energi makanan darisumber daya tumbuhan melalui seri organisme atau

melalui jenjang makan. Rantai makanan sering juga disebut sebagai proses

makan dan dimakan oleh suatu serimakhluk hidup. Rantai makanan

merupakan bagian dari jaring jaring makanan, dimana rantai makanan

bergerak secara linear dari produsen ke konsumen teratas.Pada setiap

tahap pemindahan energi, 80%-90% energi potensial kimia

berubahs e b a g a i p a n a s , k a r e n a i t u l a n g k a h - l a n g k a h d a l a m r a n t a i

m a k a n a n u m u m n y a terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain,

semakin pendek rantai makanansemakin besar pula energi yang tersedia.

Panjang rantai makanan ditentukan dariseberapa banyak titik yang

menghubungkan antar tingkatan trofik. Tingkat trofik a d a l a h t i n g k a t d a l a m

rantai makanan di mana suatu organisme m e m p e r o l e h energi.

Meskipun desain rantai makanan dapat bervariasi dalam ekosistem, semuarantai

makanan terdiri dari tingkat trofik dasar yang sama.

Effendi (1997) dalam Kalina et al. (2012) menyatakan bahwa kesukaan

ikan terhadap makannanya sangat relatif. Karena belum tentu melimpahnya

suatu pakan alami dalam perairan dapat dimanfaatkan oleh ikan dikarenakan

beberapa faktor yaitu penyebaran organism sebagai makanan ikan, ketersediaan

makanan ikan, serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan.


Gambar 2. Jaring makanan
(Benz, 2010)

DAFTAR PUSTAKA

Alfin, G. 2014. Penapisan Bakteri penghasil enzim Emilase dari usus ikan
gurame (Osphronemus gouramy). Skripsi. Universitas Lampung: Bandar
Lampung. 33 halaman.

Anisa, Y; A, Z. dan T. Zaid R. 2015.


Kebiasaan Makanan Ikan Tamban
(Sardinella Fimbriata ) Di Desa
Malang Rapat Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau.
UMRAH. 11 halaman.

Asyari dan K. Fatah. 2011. Jurnal kebiasaan


makan dan biologi reproduksi
makan ikan (Thynnichthys
polylepis) di waduk Kotopanjang,
Riau. Balai riset perikanan
perairan umum. Bandung:
Mariana.

Burhannuddin, A.l. 2014. Ikhtiologi Ikan


dan segala aspek kehidupannya. Yogyakarta: Depublish. 408 halaman

Enger, E. D., Smith, B. F. 2010. Environmental science: a study of


interrelationship. Twelfth ed. The mcgraw-hill companies, Singapore
Gustari, Rilla. Dkk. 2014. Stomach Content Analysis Of Anabas testudineus
Captured In The Palm Tree Plantation Canals. Riau University: Riau
Inke, V.R. 2015. Interaksi Makhluk Hidup “Rantai dan Jaring-jaring
Makanan”. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang. Malang

Irawati. 2011. Kebiasaan makanan ikan merah Lutjanus boutton (Lacepde, 1802)
di perairan Pallameag, kabupaten Pinrang, Porvinsi Sulawesi Selatan.
Skripsi. Makasar: Universitas Hassanudin. 19 halaman.

Kalina, L.T, 2012. Kebiasaan Makan dan Luas Relung Ikan di Hulu Sunagi
Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad. 3(3): 163-173.

Lubis, N.A. 2015. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di rawa dan tambak paluh merbau percut seituan
Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. 33
halaman.

Noer, Abd. Hamid. 2011. Dasar Dasar Ekologi. Universitas Tadulako: Kota Palu.
Sharma, M. 2013. A Manual on the Aquaculture Development of Freshwater Fish
and Shellfish. Delhi: Narendra Publising House. 177 halaman.

Susanto, H. 1987. Budidaya Ikan di Pekarangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Taunay, P.N., E. Wibowo K., dan S. Redjeki. 2013. Studi Komposisi Isi Lambung
Dan Kondisi Morfometri Untuk Mengetahui Kebiasaan Makan Ikan
Manyung (Arius Thalassinus) Yang Diperoleh Di Semarang. Journal Of
Marine Research. 2(1): 87 – 95.

Tresna, L.K., Y, Dhahiyat., dan T, Herawati. 2012. Kebiasaan Makanan Dan Luas
Relung Ikan Di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3) : 163 – 173.

Anda mungkin juga menyukai