PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era kompetisi global seperti sekarang ini telah terjadi pergolakan dalam
setiap aktivitas bisnis jasa, perdagangan, dan industri. Hal ini mungkin
disebabkan oleh dampak globalisasi, seperti pemberlakuan AFTA, NAFTA, Uni
Eropa, dan WTO. Di samping itu, adanya kecenderungan lingkungan yang
semakin berubah, yaitu teknologi maju dengan pesat, daur hidup produk
semakin pendek, kerumitan produksi semakin meningkat, standar kualitas yang
dibutuhkan oleh konsumen semakin meningkat, banyaknya dan diversifikasi
produk meningkat.
Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen
sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah
dalam membuat berbagai keputusan, antara lain:
menentukan harga jual
mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan
memantau realisasi biaya
menghitung laba/rugi tiap pesanan
menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang akan disajikan di neraca.
Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan
yang mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing)
berbasis aktivitas (ABC)/ Activity Based Costing dengan harapan manajemen
melakukan analisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses,
mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi
dalam perencanaan strategis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Sedangkan Activity Based Costing menurut Hansen and Mowen (1999: 321)
adalah suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke
aktivitas kemudian ke pr Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:25)
Activity-Based Costing adalah: “Metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas
berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada
objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian
aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terikat
dengan proses dan objek biaya”.
Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) adalah “Metode
costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk
keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi
kapasitas dan juga biaya tetap.”
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai
aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost
effective
2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya
overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk setiap unit sehingga
biaya produk yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan berdasarkan
jumlah unit yang diproduksi. Misalnya : jam tenaga kerja langsung. Semakin
banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin banyak juga tenaga kerja
langsung dibutuhkan.
Yaitu berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi
sejumlah order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap
batch sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini
dibebankan berdasarkan jumlah batch yang diproduksi misalnya : biaya set-up
mesin. Semakin banyak unit yang diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada
aktivitas set-up, tetapi semakin sering set-up dilakukan maka semakin besar
pula biaya set-up mesin.
Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam
tiga tahap yaitu :
Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan
observasi dan membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.
b. Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch
atau kelompok produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch
ingin diproduksi. Contoh aktivitas berlevel batch adalah setup, mesin,
pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap batch dan
penanganan bahan.
Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas
per unit. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output
yang diproduksi oleh aktivitas tersebut. Perbandingan selama beberapa waktu
dengan organisasi lain dapat digunakan untuk menentukan efisiensi
(produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.
Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada
manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide
kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang
mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan
menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang
menimbulkan biaya.
STUDI KASUS
Metode pengalokasian biaya yang selama ini digunakan PT. Indonesia Pet Bottle
Pandaan adalah sistem akuntansi biaya tradisional. Dimana dasar yang
digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke masing masing-
masing produk menggunakan satu pemicu biaya yaitu jumlah unit yang
diproduksi yang dihasilkan oleh masing-masing produk. Hal ini mengakibatkan
terjadinya distorsi biaya, karena pembebanan biaya overhead pabrik pada
masing-masing jenis produk ada yang dibebankan terlalu besar dan sebaliknya
ada produk yang dibebani biaya overhead pabrik terlalu rendah.
Hal-hal tersebut baru dapat diketahui setelah PT. Indonesia Pet Bottle
melakukan perhitungan menggunakan ABC yang jauh lebih akurat
deibandingkan Sistem Perhitungan tradisional.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelemahan Akuntansi Biaya Tradisional secara umum yaitu banyak hal-hal yang
tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen.
Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat
harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut
hanya memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya
dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.