Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG

(STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ)

ABSTRAK

Oleh:
WENDRA MARTHA
NPM : 0811031058
Tlpn : 085269467876
Email : wendramartha@yahoo.co.id
Pembimbing I : Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.P.A.
Pembimbing II : Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kewajaran saldo piutang yang
tercantum dalam neraca per 31 Desember 2010, dan untuk menilai keefektivitasan
internal control piutang. Penelitian ini dilakukan terhadap satu salah koperasi
karyawan yang dimiliki PT. PLN (Persero) Tbk., yaitu pada Koperasi Karyawan
XYZ. Data-data yang digunakan adalah gambaran umum koperasi, laporan sisa
hasil usaha dan neraca per 31 Desember 2010, faktur-faktur penjualan dan
pinjaman, data-data terkait lainnya selama satu tahun (Januari-Desember 2010)
serta daftar anggota dan debitur.
Dari hasil pengujian dan perhitungan yang dilakukan peneliti atas nilai
piutang pada Koperasi Karyawan XYZ dengan menggunakan metode statistikal
sampling, maka disimpulkan bahwa dari pembagian kuesioner atas sistem
pengendalian intern piutang, serta observasi langsung oleh penulis dan analisis
dengan menggunakan sistem tabulasi dengan attribute sampling diperoleh hasil
bahwa sistem pengendalian internal control piutang pada Koperasi Karyawan
XYZ telah berjalan dengan baik.
Dengan menggunakan prosedur variabel sampling dalam melakukan
pengujian terhadap saldo piutang pada Koperasi Karyawan XYZ diperoleh bahwa
saldo piutang yang tercantum dalam neraca sudah sewajarnya. Hal ini dikarenakan
setelah dilakukan perhitungan, saldo piutang yang tercantum dalam neraca sebesar
Rp 1.396.835.456,00 berada di dalam interval presisi dan selisih antara saldo
piutang dengan nilai audit adalah sebesar Rp 186.191.972,36 berada dibawah
tingkat taksiran kekeliruan maksimum yang dianggap material dalam populasi,
yaitu sebesar Rp 189.205.128,48.

Kata kunci: internal control, kewajaran, statistikal sampling, attribute sampling,


variabel sampling, dan piutang.
ANALYSIS ASSESSMENT OF ACCOUNT RECEIVABLES FAIRNESS
(CASE STUDY ON KOPERASI KARYAWAN XYZ)

ABSTRACT

By:
WENDRA MARTHA
NPM : 0811031058
Tlpn : 085269467876
Email : wendramartha@yahoo.co.id
Pembimbing I : Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.P.A.
Pembimbing II : Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si.

The purpose of this study is to assess the fairness of account receivables is


included in the balance sheet as of December 31, 2010, and to assess the
effectiveness of internal control of account receivables. The research was
conducted on a cooperative employee owned one PT. PLN (Persero) Tbk.,
Koperasi Karyawan XYZ. The data used is an overview of the cooperative, the
report of net income and balance sheet as of December 31, 2010, sales invoice and
loans, other relevant data for one year (January to December 2010) as well as a
list of members and borrowers.
From test results and calculations on the account receivables at Koperasi
Karyawan XYZ by using statistical sampling methods, can be concluded from the
distribution of questionnaires for internal control systems of account receivables
and direct observation by the author and also the analysis by using attribute
sampling system with a tabulation system. The results that internal control system
of account receivables at Koperasi Karyawan XYZ have been going well.
By using variable sampling procedures in a test of account receivables on
Koperasi Karyawan XYZ, that the amounts listed in the balance sheet had been
already fair. This is because after the calculations, the account receivables on the
balance sheet is Rp 1.396.835.456,00 which is in the interval precision, and the
difference between on the account receivables and audit value is Rp
186.191.972,36 which is to be below the estimated maximum error in the
population considered to be material, Rp 189.205.128,48.

Key words: Internal control, fairness, statistical sampling, attribute sampling,


variable sampling, and account receivables.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada kegiatan pinjaman dan kegiatan penjualan kredit pada koperasi, umumnya
terdapat tenggang waktu antara saat penyerahan barang atau jasa dengan
penerimaan pembayaran, dimana akan disertai dengan syarat-syarat kredit yang
telah ditetapkan oleh koperasi. Penjualan secara kredit dan pinjaman kepada
anggota merupakan suatu upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
koperasi dalam pemanfaatan sumber daya yang ada, karena dengan penjualan dan
pinjaman yang semakin meningkat, diharapkan laba juga akan meningkat. Dalam
penjualan kredit dan kegiatan pinjaman dari anggota, saat penyerahan barang atau
jasa, koperasi menerima tanda bukti penerimaan barang atau jasa dari pembeli
ataupun anggota yang sekaligus merupakan pernyataan untuk melakukan
pembayaran di kemudian hari. Bukti inilah yang menimbulkan piutang dari pihak
penjual (Saputri, 2012).

Koperasi sudah seharusnya menjaga keefektivitasan dalam mengelola piutangnya.


Sebab, apabila terjadi sedikit saja kesalahan dalam pencatatan piutang, maka akan
berakibat buruk terhadap kinerja yang dikelola oleh koperasi tersebut.

Untuk itu perlu adanya akuntan publik, akuntan publik dalam tugasnya sebagai
auditor akan memberikan jasa kepada kliennya. Jasa yang diberikan berupa jasa
atestasi kepada kliennya mengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah
entitas bisnis. Jasa atestasi menurut Mulyadi (2002:5) terdiri atas auditing,
pemeriksaan, review, dan prosedur yang disepakati. Pada auditing,auditor
menerbitkan laporan tertulis berisi pendapat atau opininya mengenai apakah
laporan keuangan historis tersebut telah disusun berdasarkan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum. Dalam pemeriksaan, auditor diminta oleh
klien melakukan pemeriksaan terhadap informasi keuangan profekstif dan
pemeriksaan atas pengendalian internal control yang telah diterapkan.

Pada pengendalian internal control meliputi struktur organisasi, metode dan


ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi. Seorang auditor harus
mendokumentasikan pemahamannya tentang komponen pengendalian intern suatu
entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit. Dalam hal review, auditor
meminta keterangan dan prosedur analitis terhadap informasi keuangan dengan
tujuan menyakini informasi keuangan tersebut (Saputri, 2012).

Menurut Agoes (2004:99) dalam melakukan pemeriksaan, akuntan publik


biasanya tidak memeriksa keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat
dalam perusahaan. Karena kalau seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan
waktu yang sangat lama dan memakan biaya besar.

Menurut Halim (2008:269) ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang
dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti yang kompeten yang cukup. Kedua
pendekatan tersebut adalah sampling statistik dan non sampling statistik. Kedua
pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan menghasilkan
bukti audit yang cukup. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan
rencana sampling, dan pengevaluasian hasil sampling, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain
dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan.

Menurut Mulyadi (2002:253) dalam statistikal sampling, auditor memilih anggota


sampel secara acak dari seluruh anggota populasi, dan menganalisis hasil
pemeriksaan terhadap anggota sampel secara matematis. Dengan cara ini, jika dua
orang atau lebih auditor menggunakan parameter yang sama dalam pengambilan
sampel dengan statistikal sampel ini, maka semua auditor tersebut akan
menghasilkan konklusi yang tidak berbeda secara statistik. Dengan kata lain
statistik sampel akan menjamin objektivitas hasil evaluasi terhadap objek yang
diperiksa. Dalam penerapan metode statistikal sampling terdapat dua prosedur
yang digunakan auditor, yaitu attribute sampling dan variabel sampling.

Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh


Karamoy (2000) yang berjudul “Analisis Penggunaan Metode Sampling
Statistikal Terhadap Audit Piutang Dagang CV Mahligai Rattan di Bandar
Lampung”, kemudian Debora (2008) yang berjudul “Analisis Ketetapan
Penentuan Nilai Persediaan Dengan Menggunakan Metode Audit Sampling
Statistikal Pada Toko Surya” kemudian Puspita (2010) yang berjudul “Penerapan
Statistikal Sampling Dalam Pemeriksaan Piutang dagang Pada PT. Coca- Cola
Botting Indonesia Cabang Bandar Lampung”. Berdasarkan uraian diatas penulis
bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penilaian Kewajaran
Saldo Piutang (Studi Kasus Pada Koperasi Karyawan XYZ)”.

1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah


1.2.1 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah struktur pengendalian internal terhadap piutang yang terdapat pada
Koperasi Karyawan XYZ telah berjalan dengan baik?
2. Apakah saldo piutang yang tercantum pada neraca per 31 Desember 2010
telah menunjukkan saldo yang sewajarnya?

1.2.2 Batasan masalah


Untuk memfokuskan penelitian ini agar memiliki ruang lingkup dan arah
penelitian yang jelas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Masalah yang diangkat hanya pada piutang pada pada Koperasi Karyawan
XYZ.
2. Periode analisis dalam penelitian ini selama satu tahun yaitu Januari 2010
sampai dengan dengan Desember 2010.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk menilai keefektivitasan internal control piutang dalam koperasi.
2. Untuk menilai kewajaran saldo piutang yang tercantum dalam neraca per 31
Desember 2010.

1.3.2 Manfaat penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Koperasi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kewajaran saldo piutang dengan
menggunakan metode statistikal sampling sehingga dapat memperoleh
sampel yang lebih representatif dan dapat memberikan masukan atau koreksi
terhadap estimasi saldo piutang yang tercantum dalam neraca.
2. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang kewajaran saldo
piutang dengan menggunakan metode statistikal sampling.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan acuan bagi penilitian-penelitian selanjutnya yang tertarik
untuk melanjutkan dan atau mengembangkan tentang masalah yang diangkat
oleh penulis.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Auditing
2.1.1 Pengertian Auditing
Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah:
Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya
dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.

2.1.2 Pengendalian Intern Piutang


Menurut Mulyadi (2008:490 ), bahwa unsur pengendalian intern dalam sistem
penerimaan kas dari piutang adalah sebagai berikut:
Organisasi
a. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan
kas.
b. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
c. Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama
atau dengan cara pemindahbukuan (giro bilyet).
d. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang
harus ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
e. Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (bagian
piutang) harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur.
Praktik yang Sehat
f. Hasil penghitungan kas harus direkam dalam berita cara penghitungan kas
disetor penuh ke bank dengan segera.
g. Para penagih dan kasir harus diasuransikan (fidelity bond insurance).
h. Kas dalam perjalanan (baik yang ada di tangan bagian kasa maupun di tangan
penagih perusahaan) harus diasuransikan (cash-in-safe dan cash-in-transit
insurance).

2.1.3 Materialitas
Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit
dalam Mulyadi (2002:157) mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan
materialitas dalam perencanaan audit dan penilaian terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima
umum di Indonesia.

2.1.4 Risiko Audit


Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit
dalam Mulyadi (2002:165), risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal
auditor, tanpa disadari, tidak dimodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,
atas suatu laporan yang mengandung salah saji material.
Menurut Mulyadi (2002:167) terdapat tiga unsur audit, yaitu:
a. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.
b. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu
asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
c. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu arsesi.

2.1.5 Cara Pemilihan Sampel dalam Proses Auditing


Menurut Agoes (2004:99) dalam proses audit, ada beberapa cara pemilihan
sample yang sering digunakan, yaitu:
1. Random/judgement sampling
Dalam pemilihan sample dilakukan dengan cara random atau acak dengan
menggunakan judgement si auditor.
2. Blok sampling, dalam hal ini auditor memilih transaksi-transaksi pada waktu-
waktu tertentu sebagai sample, misalnya pada bulan-bulan tertentu.
3. Statistikal sampling, pemilihan sample dilakukan secara ilmiah atau dengan
statistik. Sehingga walaupun lebih sulit namun sample yang dipilih lebih
representative.
Dalam penelitian ini menggunakan metode statistikal sampling. Metode ini
dibedakan menjadi dua, yaitu attribute sampling dan variable sampling.

2.2 Piutang
Definisi piutang menurut PSAK no 9 (revisi 2009) adalah :
Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang
usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena
penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal
perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal
perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Piutang usaha dan piutang lain-
lain yang diharapkan dapat tertagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal,
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

2.2.1 Pengakuan dan Klasifikasi Piutang


Piutang yang timbul bagi koperasi merupakan sebagai konsekuensi dari sebagai
akibat dari kegiatan pinjaman dari anggota dari kegiatan pinjaman dari anggota
penjualan kredit. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar
Akuntansi Keuangan No. 27 yang dikutip oleh Saputri (2012), mengemukakan
bahwa akun piutang pada koperasi umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa kepada
anggota, sehubungan dengan program penyaluran barang atau dana kredit
dari pemerintah maupun karena kegiatan usaha lainnya.
2. Piutang yang timbul karena penjualan produk dan penyerahan jasa kepada
bukan anggota sehubungan dengan program penyaluran barang atau dana
kredit dari pemerintah maupun karena kegiatan usaha lainnya.
3. Piutang kepada koperasi lain yang timbul sehubungan dengan transaksi-
transaksi yang menyangkut program pemerintah dibidang pengadaan dan
penyaluran produk pencairan sebagian atau piutang ini di luar wewenang
koperasi yang berhutang. Di samping itu, transaksi atau dana yang
mengakibatkan timbulnya piutang ini dilakukan atau disimpan oleh koperasi
lainnya. Piutang semacam ini lebih bersifat sebagai aktiva yang dititipkan
pada koperasi lain yang pengaturannya diatur pihak lain. Contoh dari ini
adalah piutang dana pengembangan.
4. Piutang yang timbul sehubungan dengan pembagian sisa hasil usaha (SHU)
dari koperasi lain yang pencatatannya tergantung pada persyaratan tertentu
(Ikatan Akuntan Indonesia, 1998:27.18).

2.3 Statistikal sampling


Menurut Mulyadi (2002:253) dalam statistikal sampling, auditor memilih anggota
sampel secara acak dari seluruh anggota populasi, dan menganalisis hasil
pemeriksaan terhadap anggota sampel secara matematis. Dengan cara ini, jika dua
orang atau lebih auditor menggunakan parameter yang sama dalam pengambilan
sampel dengan statistikal sampel ini, maka semua auditor tersebut akan
menghasilkan konklusi yang tidak berbeda secara statistik. Dengan kata lain
statistikal sampel akan menjamin objektivitas hasil evaluasi terhadap objek yang
diperiksa.

Menurut Mulyadi (2002:253) metode statistikal sampling dibagi menjadi dua,


yaitu attribute sampling dan variabel sampling. Attribute sampling atau disebut
juga propotional sampling digunakan terutama untuk menguji efektivitas
pengendalian intern (dalam pengujian pengendalian), sedangkan variabel
sampling digunakan terutama untuk mengukur nilai rupiah yang tercantum dalam
suatu laporan keuangan (dalam pengujian substantif).

2.3.1. Attribute sampling


Yaitu prosedur-prosedur yang didesain untuk menyediakan suatu dasar statistikal
bagi penelitian terhadap efektivitas struktur pengendalian intern atau suatu metode
statistik digunakan untuk estimasi “proporsi”item atau objek dalam suatu populasi
yang berisi suatu karakteristik atau attribut. Seorang auditor memeriksa dengan
menggunakan attribute sampling, mengenai sistem pengendalian intern
mengingankan suatu jawaban “ya” atau “tidak” tentang masalah sistem
pengendalian intern tersebut. Proporsi dalam sampling ini adalah item yang ada
dalam atribute tertentu terhadap jumlah total populasi yang ada (Hartadi, 1987 :
244).

Menurut Mulyadi (2002:253) didalam metode attribute sampling terdapat tiga


model, yaitu fixed-sample-size attribute sampling, stop- or- go sampling, dan
discovery sampling. Dalam penelitian ini penulis menggunakan stop- or -go
sampling.
1. Fixed-sample-size attribute sampling
Model pengambilan sampel ini adalah metode paling banyak digunakan audit.
Pengambilan sampel dengan metode ini ditunjukan untuk memperkirakan
persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Model ini terutama
digunakan jika auditor melakukan pengujian pengendalian terhadap suatu
unsur pengendalian intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan
menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan).
2. Stop-or- go sampling
Metode pengambilan sampel ini sering juga disebut dengan decision attribute
sampling. Metode ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel yang
terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin.
Metode ini digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan
dalam populasi sangat kecil.
3. Discovery sampling
Metode pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang
diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati nol). Dalam metode
ini auditor menginginkan kemungkinan tertentu untuk menemukan paling
tidak satu kesalahan, jika kenyataannya tingkat kesalahan sesungguhanya
lebih besar dari yang diharapkan. Discovery sampling dipakai oleh auditor
untuk menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dari unsur
pengendalian intern, dan ketidakberesan yang lain.

Setelah penulis menganalisis hasil kuesioner dari responden serta melakukan


observasi langsung terhadap internal control, penulis kemudian melakukan
pengujian attribute sampling. Attribute sampling menguji bukti-bukti yang
berhubungan dengan internal control secara sampling. Bukti-bukti yang diuji
adalah faktur penjualan dan pinjaman yang dicek ada atau tidaknya otorisasi oleh
pihak berwenang. Dari hasil analisis pengujian attribute sampling digunakan
untuk mendukung hasil dari kuesioner dan hasil observasi.

2.3.2. Variabel sampling


Menurut Mulyadi (2002:281) variabel sampling adalah teknik statistik yang
digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan
mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas lain. Variabel
sampling juga digunakan untuk memperkirakan saldo suatu akun, hasil
perhitungannya akan berupa nilai rupiah ditambah atau dikurangi dengan suatu
interval tertentu jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan.
Variabel sampling untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor
dalam kondisi (Mulyadi, 2002:282), yaitu:
1. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dianggap benar (misalkan
klien menerapkan secara keliru prinsip akuntansi yang lazim atau klien
banyak melakukan kekeliruan dalam pencatatan akuntansinya).
2. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistikal sampling.
Dalam keadaan seperti di atas, umumnya auditor menggunakan variable sampling
untuk mempekirakan saldo akun dan mengusulkan adjustment untuk
menyesuaikan saldo akun tersebut dengan hasil taksiran statistik. Jika saldo akun
tidak terdapat di dalam buku klien, hasil taksiran statistik tersebut langsung
diusulkan oleh auditor untuk dicatat di dalam buku klien (Mulyadi, 2002:282).

Auditor dapat pula menggunakan variable sampling untuk menilai kewajaran


saldo suatu unsur yang dicantumkan di dalam laporan keuangan. Jika dalam
auditnya, auditor mau menerima saldo yang tercantum di dalam laporan keuangan
sebagai suatu jumlah yang benar, dan auditor tersebut hanya akan mengusulkan
adjustment terhadap jumlah tersebut jika terdapat kekeliruan yang material dalam
jumlah tersebut, maka auditor menggunakan uji hipotesis (Mulyadi, 2002:282).

BAB III
METODA PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian adalah metode deskriptif,
dengan survey penelitian langsung kepada masalah serta menggambarkan
keadaaan yang terjadi dalam koperasi yang terjadi dalam perusahaan berdasarkan
fakta yang ada. Menurut Indrianto dan Supomo (2006:6) bahwa penelitian
deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat
ini dari suatu populasi.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penulis berusaha mengumpulkan data dengan menggunakan
metode studi kasus, yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara memperoleh data langsung ke
lapangan atau dengan terjun langsung ke Koperasi Karyawan XYZ yang menjadi
lokasi penelitian. Tujuan penelitian lapangan ini adalah untuk memperoleh data
yang akurat. Secara lebih spesifik data primer yang akan digunakan oleh penulis
dapat diperoleh dengan cara :
a. Wawancara
Yaitu penulis mewawancarai secara langsung kepada pengurus koperasi dan
pihak-pihak yang berwenang yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan
dalam penelitian, sehingga penulis dapat memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
b. Kuesioner
Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pengurus
koperasi dengan tujuan memperoleh jawaban lebih terperinci sehubungan
dengan pembahasan masalah yang ditulis oleh penulis.

2. Pengumpulan Data Sekunder


Yaitu dengan menggunakan tinjauan pustaka dan sumber-sumber lain di luar
sumber primer. Teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut :
a. Dokumen
Dengan cara meminta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah
yang akan dibahas oleh peneliti.
b. Studi kepustakaan
Memperoleh data dengan membaca literatur-literatur berupa buku atau tulisan
ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
Data sekunder dalam penelitian ini, antara lain:
1. Gambaran umum Koperasi Karyawan XYZ.
2. Laporan keuangan (Laporan Sisa Hasil Usaha dan Neraca) per 31
Desember 2010.
3. Faktur penjualan dan pinjaman selama tahun 2010 sebanyak ±490 faktur
dan data lainnya terkait dalam koperasi.
4. Daftar anggota dan debitur di Koperasi Karyawan XYZ sebanyak 322.

3.3 Teknik Pengolahan Data


Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan cara sebagai berikut, yaitu:
1. Data Primer
Teknik pengolahan data primer yaitu dengan menganalisis hasil kuesioner yang
digunakan untuk mengetahui baik buruknya struktur pengendalian intern yang
terdapat dalam perusahaan mengenai penjualan kredit atas piutang. Kuesioner
yang digunakan merupakan kuesioner penelitian sebelumnya yang dipakai oleh
Puspita (2010) yang berasal dari Agoes (2004:185) dan diolah.
a. Uji Validitas
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan
pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena tidak relevan. Teknik untuk
mengukur validitas kuesioner adalah Construct Validity melalui analisis faktor
terhadap instrumen (Sugiyono, 2009:177). Analisis faktor dilakukan dengan
cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap
faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut
merupakan construct yang kuat dan sebaliknya.
• R hitung > r kritis maka valid
• R hitung < r kritis maka tidak valid
Dalam penelitian ini, perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17 for Windows.

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen kuesioner dapat
digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang konsisten (Sugiyono,
2009:172). Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas menggunakan Internal
Consistency, dilakukan dengan cara mencoba instrumen sekali saja, kemudian
data dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2009:185). Teknik yang
digunakan adalah Teknik Belah Dua (Split Half) yang dianalisis dengan rumus
Spearman Brown. Seperti halnya perhitungan validitas, perhitungan
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows.
Rumusnya:

Keterangan:
= Reliabilitas internal seluruh instrumen
= Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Cara pengukurannya, yaitu:


Skala pengukuran menggunakan Skala Guttman merupakan skala pengukuran
dengan menghasilkan jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang
ditanyakan, yaitu “ya” atau “tidak”. Data yang diperoleh dapat berupa data
interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif) (Sugiyono, 2009:137). Skala
Guttaman dalam bentuk checklist, jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan
terendah nol.
Jawaban “Ya” diberi skor 1
Jawaban “Tidak” diberi skor 0
Untuk menentukan interval nilai, digunakan rumus (Hakim, 2001:71):

Keterangan :
I = Interval nilai NR = Nilai terendah
NT = Nilai tertinggi K = Kategori jawaban

2. Data Sekunder
Data sekunder diolah dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang
diperoleh dari koperasi yang berhubungan dengan piutang, kemudian data tersebut
akan diolah dan analisis untuk menentukan nilai perselisihan pada tanggal neraca
mengenai kewajaran saldo piutang dengan menggunakan metode statistikal
sampling.

3.4 Alat Analisis


3.4.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis masalah dengan menggunakan
teori-teori yang mendukung kegiatan auditing, khususnya yang berhubungan
dengan evaluasi hasil penggunaan metode statistikal sampling yaitu attribute
sampling dan variabel sampling dalam menilai efektivitas pengendalian intern dan
kewajaran saldo piutang pada tanggal neraca.

1. Prosedur attribute sampling


Pada penelitian ini prosedur attribute sampling dilakukan dengan model stop-or-
go sampling. Model ini sering juga disebut dengan decision attribute sampling.
Model ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel yang terlalu banyak,
yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan
jika auditor tidak menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah
penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan
sampelnya. Prosedur yang harus ditempuh oleh auditor dalam menggunakan stop-
or-go sampling adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2002:261):
a. Tentukan Desire Upper Precision Limit (DUPL) atau tingkat kesalahan
maksimum yang masih dapat diterima dan tingkat keandalan (R%). Dalam
model stop-or-go decision ini auditor disarankan untuk memilih tingkat
keandalan (R%) 90%, 95%, atau 97,5%. Sehingga, DUPL = 1 – (R%).
b. Gunakan Tabel Sampel Minimum untuk Pengujian Pengendalian guna
menentukan sampel pertama yang harus diambil.
c. Buatlah table stop-or-go decision.
d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel.
Evaluasi ini dilakukan dengan menentukan AUPL (Achieved Upper Precision
Limit) atau perkiraan penyimpangan dalam populasi yang dapat dilihat dari
tabel evaluasi hasil yang memiliki tingkat keandalan sesuai yang digunakan
untuk menentukan besarnya sampel yang lalu. AUPL ini kemudian
dibandingkan dengan DUPL untuk menilai efektif atau tidaknya unsur
pengendalian intern tersebut, dengan ketetapan :
AUPL DUPL = Pengendalian intern efektif
AUPL > DUPL = Pengendalian intern belum efektif

2. Prosedur variabel sampling


Prosedur ini digunakan untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam rekening
atau laporan keuangan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Mulyadi,
2002:282):
a. Menentukan tujuan pengambilan sampel.
b. Menentukan populasi (N).
c. Menentukan sampling unit.
d. Menentukan besarnya sampel (n).
Dalam menentukan banyaknya sampel yang akan diambil dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan deviasi standar (SD) populasi
Keterangan:
SD = Standar deviasi pendahuluan
= Rata-rata saldo sampel pendahuluan
= Jumlah saldo sampel pendahuluan
N = Besarnya sampel pendahuluan
2. Penentuan tingkat risiko yang ditanggung auditor (UR dan Z beta).
"
!
#" $ %"

Keterangan:
R = Risiko Audit
IC =Risiko Bawaan
CR =Risiko Pengendalian
3. Penentuan materialitas (M) yang dialokasikan kepada objek yang
diperiksa.
4. Penentuan ketetapan yang dapat diterima oleh auditor (A) berdasarkan
pertimbangan auditor, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
)*
& '( ,
)* + !
Penentuan besarnya sampel (n)
)*. /0. 1 2
- ( ,
&
Adjustment besarnya sampel karena auditor menghadapi finite
population:
3
3 3
4 5

Keterangan:
UR = Standar deviasi normal untuk risiko keliru menolak yang
diinginkan
SD= Estimasi standar deviasi populasi
N = Ukuran populasi
n = Besarnya sampel populasi

e. Menentukan metode pemilihan sampel


Dalam menentukan sampel pemilihan sampel, auditor dapat memilih
dengan menggunakan metode a. judgement sampling b. systematic
sampling c. random sampling.
f. Memeriksa sampel, dengan menghitung rata-rata saldo piutang dan standar
deviasinya.
g. Mengevaluasi hasil sampel
Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor melakukan langkah-langkah
berikut ini:
1. Menghitung standar error (SE)

6
7-
Keterangan:
SD = Standar deviasi sampel populasi
N = Besarnya sampel populasi

2. Menghitung achieved precision (A’)


3
8 9 . .
7-
Jika A’ tidak sama dengan A atau A’ lebih besar dari A, maka auditor
kemudian menghitung A” dengan rumus :
;
&: & '4 5
;

3. Menghitung expected audited value (EAV) atau pengambilan


keputusan.
EAV =X. N
Keterangan:
X = Rata-rata sampel populasi
N = Besarnya populasi

4. Estimasi saldo piutang dan pengambilan keputusan, dengan


menggunakan interval estimate:
AV ± A’ atau AV ± A”
Keterangan:
AV (Audited Value) = Nilai Audit
A’ atau A” = Cadangan Risiko Sampling

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Koperasi


Koperasi Karyawan XYZ memiliki struktur organisasi dan pembagian tugas.
Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Anggota Koperasi
Karyawan XYZ sampai dengan 31 Desember 2010 beranggotakan 220 orang.
Kemudian terdapat pengurus yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara,
lalu badan pengawas yang terdiri dari ketua dan dua orang anggota, manajer dan
karyawan koperasi yang terdiri dari bagian administrasi, umum, akuntansi atau
pembukuan, dan fotokopi.
Dalam menjalankan aktivitasnya Koperasi Karyawan XYZ memiliki usaha
sebagai berikut:
a. Simpan pinjam
b. Menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok/gerambat.
c. Pengadaaan barang yang meliputi pengadaan alat tulis kantor, pengadaan
material umum dan pengadaan material listrik.
d. Menyewakan peralatan kantor dan kendaraan.
e. Pekerjaan jasa yang meliputi jasa kontruksi dan jasa lainnya.

4.2 Analisis Pengendalian Internal Koperasi


4.2.1 Uraian Tugas Dalam Pelaksanaan Sistem Piutang di Koperasi
Dalam pos piutang Koperasi Karyawan XYZ terdiri dari piutang PT. PLN
(Persero) Tbk, piutang Putra Tower Mandiri, piutang anggota simpan pinjam
(XYZ), piutang anggota simpan pinjam (Niaga), piutang komputer, dan piutang
lain-lain.

Untuk mengelola piutang-piutang tersebut diperlukan pengendalian intern yang


baik. Pengendalian intern yang digunakan dalam suatu entitas merupakan suatu
entitas penting yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan
oleh suatu entitas. Oleh karenanya, sebelum auditor melakukan audit secara
mendalam atas informasi yang tercantum dalam laporan keuangan, auditor harus
memahami pengendalian intern yang diterapkan dalam suatu entitas.

Dalam bab ini, penulis mencoba untuk menguraikan tugas dan fungsi pelaku
struktur pengendalian intern koperasi yang berkaitan dengan piutang melalui
wawancara yang dilakukan kepada pegawai koperasi yang bersangkutan.

-Ketua, memimpin dan mengawasi pelaksanaan tugas anggota pengurus lainnya,


serta mengkoordinir tugas karyawan koperasi seluruhnya dan memberikan
otorisasi kredit dan pinjaman.
-Sekretaris, mengelola dan memelihara buku daftar anggota, buku daftar
pengurus, notulen rapat,hasil keputusan rapat dan bertanggung jawab dalam
bidang admnistrasi koperasi baik internal maupun eksternal.
-Bendahara, mengelola keuangan koperasi, bertanggung jawab dalam harta
kekayaan koperasi, mengatur dan melaksanakan pengeluaran kas/ bank dan juga
memberikan otorisasi kredit dan pinjaman
-Bagian personalia, merupakan bagian dari perusahaan yang bekerja sama dengan
koperasi karyawan, memberikan informasi kepada koperasi apabila anggota ingin
melakukan pinjaman atau pembelian secara kredit.
-Manajer, melaksanakan dan bertanggung jawab atas tugas operasional koperasi,
pengelolaan administrasi dan keuangan koperasi salah satunya penjualan kredit
dan pinjaman anggota, serta bertanggung jawab langsung kepada ketua.
-Bagian administrasi, bertugas dan bertanggung jawab administrasi dan
fomulir/dokumen penjualan tunai, kredit dan pinjaman anggota/debitur
berdasarkan faktur penjualan dan pinjaman
-Bagian umum, bertugas melayani kebutuhan barang-barang untuk anggota.
-Bagian akuntansi/pembukuan, bagian ini bertugas dan mencatat transaksi
penjualan tunai, kredit dan pinjaman anggota dan debitur berdasarkan faktur
penjualan dan pinjaman ke dalam buku daftar piutang.
-Bagian fotokopi, bertugas dan bertanggung jawab atas bukti-bukti transaksi
untuk difotokopi lalu diarsipkan dan menjalankan jasa usaha fotokopi.
Untuk piutang PT. PLN (Persero) Tbk, piutang Putra Tower Mandiri, dan piutang
lain-lain, PT. PLN (Persero) Tbk, Putra Tower Mandiri, dan instansi lainnya dapat
langsung menemui ketua dan bendahara koperasi. Setelah mendapatkan
persetujuan dari pengurus, menajer akan langsung memproses pinjaman atau
penjualan kredit yang diinginkan. PT. PLN (Persero) Tbk dan Putra Tower
Mandiri atau instansi lainnya membayarkan cicilannya melalui Bank Mandiri
Tbk. Setelah pembayaran, bank akan memberikan surat keterangan bahwa sudah
membayar kepada koperasi.

4.2.2 Uji Kualitas Data


4.2.2.1 Uji Validitas
Untuk menguji pengendalian internal perusahaan, pertama-tama penulis
melakukan uji validitas atas kuesioner. Adapun hasil pengujian validitas data
menunjukkan hasil yang valid. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan r
hitung dengan r table sebesar 0,333. Apabila r hitung > r tabel, maka item
dinyatakan valid. Penghitungan validitas dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17 for Windows. Setelah melakukan perhitungan, ternyata r hitung
> r tabel, maka item dinyatakan valid (lampiran 2).
Tabel 4.1
Tabel Hasil Uji Validitas
No Responden r hitung r tabel
1 Ketua 0.697 0.333
2 Sekretaris 0.680 0.333
3 Bendahara 0.734 0.333
4 Personalia 0.626 0.333
5 Manajer 0.655 0.333
6 Administrasi 0.626 0.333
7 Umum 0.626 0.333
8 Akuntansi 0.661 0.333
9 Fotokopi 0.626 0.333
Sumber:data pimer diolah 2012, hasil uji SPSS 17 for Windows

4.2.2.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen kuesioner dapat
digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang konsisten (Sugiyono,
2009:172). Uji reliabilitas dilakukan dengan uji Split Half (Spearman Brown).
Adapun menurut Sugiyono (2009) katagori penilaian reliabilitas adalah:
Tabel 4.2
Standar Penilaian untuk Reliabilitas
0,90-1,00 reliabilitas tinggi
0,50-0,89 reliabilitas sedang
0,00-0,49 reliabilitas rendah

Uji relibilitas dilakukan dengan uji Split Half (Spearman-Brown). Adapun sama
seperti penghitungan validitas, penghitungan reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 17 for Windows.
Dikarenakan hasil penghitungan menunjukkan bahwa korelasi sebesar 0,716
(lampiran 3) dan apabila kita melihat tabel standar penilaian reliabilitas, maka
dapat dikatakan kuesioner merupakan reliabel atau handal.

4.2.3 Analisis Sistem Pengendalian Internal Koperasi


Pengendalian internal Koperasi Karyawan XYZ dilakukan dengan menggunakan
alat uji berupa kuesioner (lampiran 1). Kuesioner ini kemudian dibagikan kepada
9 orang yang sebagai responden, dimana ke-9 orang tersebut yang bertanggung
jawab berkaitan dengan penjualan kredit dan pinjaman, antara lain ketua,
sekretaris, bandahara, bagian personalia, manajer, bagian administrasi, bagian
umum, bagian akuntansi/pembukuan, dan bagian fotokopi.

Setelah dilakukan uji reliabilitas dan validitas, langkah selanjutanya adalah


menganalis hasil kuesioner. Berdasarkan jawaban atas kuesioner yang dibagikan
penulis, selanjutnya penulis akan menghitung frekuensi setelah dilakukan
perhitungan dan pengategoriaan jawaban mengenai sistem pengendalian intern
umum, pengendalian intern penjualan, dan pengendalian intern piutang dari
responden dalam bentuk presentase.

Berdasarkan perhitungan, sistem pengendalian intern umum dengan presentase


66,67% masuk dalam kategori baik, pada lampiran sistem pengendalian intern
penjualan dengan presentase 55,56% masuk dalam kategori baik, dan pada
lampiran pengendalian intern piutang dengan presentase 55,56% masuk dalam
kategori baik. Maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern secara
keseluruhan di Koperasi Karyawan XYZ sudah berjalan dengan baik.

Meskipun demikian, hasil dari analisis sistem pengendalian internal koperasi


melalui media kuesioner terhadap sembilan responden yaitu ketua, sekretaris,
bandahara, bagian personalia, manajer, bagian administrasi, bagian umum, bagian
akuntansi/pembukuan, dan bagian fotokopi bisa dikatakan saling bertentangan
karena dilihat dari variasinya jawaban responden sehingga penulis melakukan
observasi langsung sesuai pertanyaan di kuesioner.
Dilihat dari hasil observasi langsung oleh penulis (lampiran 6) maka dapat
disimpulkan bahwa pengendalian internal umum, penjualan kredit, dan piutang
telah berjalan dengan baik.

4.3 Analisis Penggunaan Metode Statistikal Sampling


4.3.1 Penerapan Prosedur Attribute Sampling
Penerapan prosedur attribute sampling ini berkaitan dengan penilaian pengujian
keefektivitasan pengendalian intern atas piutang Koperasi Karyawan XYZ mulai
dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2010. Koperasi Karyawan
XYZ memiliki ± 498 faktur dan jumlah sebanyak faktur tersebut tidak ada yang
batal. Attribute yang akan diperiksa adalah mengenai ada tidaknya otorisasi dari
pihak-pihak yang berwenang dalam hal proses persetujuan dan pemberian kredit,
yaitu pemeriksaan faktur penjualan kredit dan pinjaman.
Langkah-langkah penerapan prosedur attribute sampling sebagai berikut :

a. Tentukan Desired Upper Precision Limit dan tingkat keandalan.


Ini digunakan untuk menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat
kesalahan maksimum yang dapat diterima. Dari hasil evaluasi atas, struktur
pengendalian intern piutang ditentukan tingkat keandalan dalam mempercayai
efektivitas pengendalian intern yang ada pada Koperasi Karyawan XYZ adalah
sebesar 95%. Batas ketepatan tertinggi atau Desired Upper Precision Limit
ditentukan sebesar 5%.

b. Penentuan sampel minimum yang akan diperiksa.


Berdasarkan tingkat keandalan 95% dan DUPL 5% maka selanjutnya perlu
menentukan besarnya sampel minimum yang harus diambil dengan bantuan Tabel
Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Pengendalian. Sampel minimum
yang akan diambil diperoleh dengan cara menentukan titik potong baris DUPL
yaitu sebesar 5% dengan kolom tingkat keandalan yaitu 95%.
Tabel 4.3
Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Pengendalian
Acceptable Sample Size Based on
Upper Confidence Levels
Precision
Limit 90% 95% 97,5%
10% 24 30 37
9 27 34 42
8 30 38 47
7 35 43 53
6 40 50 62
5 48 60 74
4 60 75 93
3 80 100 124
2 120 150 185
1 240 300 370
(Sumber : Mulyadi, 2002)
Dari hasil di atas diperoleh bahwa sampel minimum adalah sebayak 60 sampel
yang menjadi sampel pemeriksaan awal.

c. Membuat Tabel Stop-or-go Decision


Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel didapat tingkat kesalahan = 0, maka
diperoleh AUPL = DUPL = 5%.
>?-@AB -C D E D @!C ? ! B FA B DA!+ADA G @? ?CCH -C ?+F E B
&)<=
/!IJD FAK
L
&)<=
MN
= 0,05=5%
Atas hasil tersebut, maka pengambilan sampel dengan menggunakan attribute
sampling model stop-or-go decision dapat dihentikan. Berdasarkan langkah di
atas, tabel stop-or-go decision dapat disusun berdasarkan pengujian terhadap
anggota sampel yang ada.

d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel


Dari hasil pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel, maka dapat dikatakan sistem
pengendalian intern atas piutang berjalan dengan efektif. Penilaian efektif ini
berasal dari hasil DUPL = AUPL.
4.3.2 Penggunaan Prosedur Variabel Sampling
Dalam pengujian prosedur variabel sampling terhadap pengujian kewajaran saldo
piutang Koperasi Karyawan XYZ yang akan dilakukan dengan menganalisis
ketepatan dalam hal perhitungan jumlah saldo piutang. Dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pengambilan sampel
Pengambilan sampel ini ditujukan untuk menghitung saldo piutang yang
terdapat dalam neraca pada tanggal 31 Desember 2010 dengan
menggunakan rumus:
EAV ± A’
EAV adalah expected audit value, yang dihitung dengan menggunakan
rumus; EAV=X.N
A’adalah achieved precision.
2. Menentukan populasi (N)
Analisis yang akan dilakukan penulis terhadap populasi, yaitu penganalisaan
terhadap 322 anggota koperasi dan debitur yang menjadi populasi dalam
penelitian penulis.
3. Menentukan sampling unit
Dalam pengujian substantif ini penulis memilih saldo piutang yang terdapat
dalam komputerisasi pada buku pembantu piutang.
4. Menentukan besarnya sampling (n)
Langkah dalam penentuan besarnya sampling (n) adalah sebagai berikut:
a. Penentuan standar deviasi (SD) populasi
Jika unsur-unsur dalam populasi sangat bervariasi, hal ini akan
ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi. Semakin besar standar
deviasi suatu populasi, maka semakin besar unsur populasi yang harus
diambil sebagai anggota sampel, agar sampel tersebut cukup mewakili
karakteristik populasi.

Untuk menentukan taksiran standar deviasi, penulis mengambil sampel


sebanyak 30 sampel sebagai sampel pendahuluan. Tiga puluh sampel
pendahuluan diambil dari masing-masing 30% populasi dari piutang
PT. PLN Persero Tbk, piutang Putra Tower Mandiri, piutang anggota
simpan pinjam XYZ, piutang anggota simpan pinjam Niaga, piutang
komputer, dan piutang lain-lain. Penentuan jumlah sampel ini
didasarkan pada aturan dan ketentuan statistik yaitu sebanyak 30
sampel dalam penggunaan statistik parametik. Perhitungan standar
deviasi atas 30 sampel pendahuluan.

b. Tingkat risiko yang ditanggung oleh auditor (UR dan Z beta)


Menerima atau menolak suatu jumlah yang dihasilkan oleh suatu
sampel memiliki dua macam risiko yaitu kekeliruan alfa atau risiko
keliru menolak dan risiko Z beta atau risko keliru menerima.
Kesalahan alfa (alpha error) atau risiko alfa (alpha risk) ditentukan
dengan menetapkan tingkat kepercayaan (reliability level) yang telah
ditetapkan oleh auditor berdasarkan pertimbangan, biasanya
pemeriksaan tambahan, atau adjustment terhadap saldo keliru dalam
menolak suatu saldo akun.

Tingkat keandalan pada risiko keliru menolak (UR) atau sering disebut
risiko (1- ). Di mana tingkat keyakinan (reliability level) sebesar
95% maka risiko keliru menolak adalah 1- 95% = 5% atau 0,05. Faktor
keandalan pada risiko menolak ditetapkan dengan menggunakan tabel
Z. Tabel Z memuat angka-angka yang menunjukkan baris dan kolom,
serta angka-angka pada perpotongan baris dan kolom. Angka-angka
pada perpotongan baris dan kolom menunjukkan nilai {(1- )/2}. Jika
tingkat keandalan 95% atau 0,95, maka {(1- 0,95)/2}=0,025. Z alfa
adalah nilai kurva normal standar yang meliputi daerah 0,5-0,025=
0,475 sehingga apabila kita lihat pada tabel Z, akan ditemukan angka
1,96.

Berdasarkan hasil yang diperoleh atas pengujian internal control


koperasi karyawan yang dinilai telah memiliki suatu sistem
pengendalian intern yang berjalan dengan baik dan efektif, namun tidak
menutup kemungkinan bahwa sistem pengendalian internal yang baik
dapat mendeteksi kekeliruan yang material atau kekeliruan yang dapat
diterima oleh auditor secara tepat.

Maka auditor menetapkan risiko audit (R) yang akan ditanggung


sebesar 5% . Penulis meletakkan kepercayaan moderat terhadap struktur
pengendalian intern dalam mendeteksi kekeliruan material maka risiko
bawaan (IC) ditetapkan 20% karena pengendalian internal yang
diterapkan telah berjalan dengan baik. Penulis meletakkan kepercayaan
moderat terhadap review analitik dan pengujian substantif rinci dalam
mendeteksi kekeliruan material maka risiko pengendalian (AR)
ditetapkan 80%. Dengan demikian kesalahan beta atau risiko beta ( beta
menerima) secara kuantitatif dapat dihitung sebagai berikut:

VW
O PQ RSTU NZL V
NW X YNW
Z beta adalah nilai kurva normal yang meliputi daerah 0,5-0,3125 =
0,1875. Dengan demikian Z beta adalah daerah seluas 0,1875 dengan
menggunakan table Z adalah 0,49.

c. Penentuan materialitas yang dialokasikan kepada objek yang diperiksa


(M)
Auditor memperkirakan besarnya kekeliruan dalam populasi yang
dianggap material. Dalam penentuan materialitas ini didasarkan atas
pertimbangan penulis yaitu sebesar 6% dari total pendapatan. Hal ini
disebabkan, penulis berkeyakinan bahwa sistem pengendalian piutang
baik, jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta
pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi sekaligus bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan
disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena
kekeliruan dan kecurangan. Sehingga penulis berani mengambil risiko
besar terhadap tingkat materialitas sehingga yang diambil lebih tinggi
dari biasanya. Maka diperoleh M sebesar 6% x Rp 3.153.418.808 =
Rp 189.205.128,48
d. Penentuan ketepatan yang dapat diterima oleh auditor (A)
Besarnya ketepatan (acceptable precision) dipengaruhi oleh besarnya
kekeliruan yang mempengaruhi secara material, yaitu besarnya risiko
alfa dan risiko beta. Sehingga dapat dihitung sebagai berikut:
Z\M
& [ Y\. NV. Y. YZ]Y ( ,
Z\M NZ]\
A= Rp 151.364.102,72
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan besarnya
penyimpangan dari saldo populasi piutang yang masih dapat diterima
oleh auditor adalah sebesar Rp 151.364.102,72

e. Penentuan besarnya sampel (n)


Penentuan besarnya sampel dalam metode statistikal sampling secara
matematis dapat dihitung sebagai berikut:
2
Z\MXL.YN .M ^Z^YXL
( ,
V .LM]. N Z^
.L\\. YL.L ]ZV 2
( ,
V .LM]. N Z^
251,2564905
Adjusment karena populasi dalam penelitian terbatas
V Z VM]\NV
-_
V Z VM]\NV
4 L 5

= 141,1315725= 141
Dari perhitungan diatas besarnya sampel terpilih adalah sebanyak 141
sampel dari 322 populasi yang ada.

5. Menentukan metode pemilihan sampel


Metode pemilihan sampel yang digunakan oleh penulis adalah random
sampling atau sampel secara acak dengan bantuan tabel angka acak,
karena metode ini menjamin semua anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

6. Memeriksa sampel
Prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa anggota sampel
terpilih adalah sama dengan pemeriksaan sampel pendahuluan, yaitu
auditor menghitung rata-rata saldo sampel terplih dan menghitung standar
deviasi dari sampel tersebut. Berdasarkan pengambilan sampel terpilih
sebanyak 141 sampel piutang para anggota dan debitur, maka
perhitungannya diperoleh rata-rata saldo sebesar Rp 4.368.653,14 dan
standar deviasi sebesar Rp 2.226.102,86.

7. Mengevaluasi hasil sampel


Evaluasi terhadap hasil pemeriksaan sampel dilakukan oleh penulis secara
kuantitatif, dalam mengevaluasi hasil sampel dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menghitung standard error (SE)
Dari hasil sampel sebanyak 141 sampel piutang, maka dihitung SE
sebagai berikut:
[ . M. N ZYM
6 ( ,
7 ]
= Rp 187.471,68
b. Menghitung achieved precision (A’)
Achieved precision dihitung dengan cara sebagai berikut:
]
[ . M. N ZYM L
8 Z\M ` ] `
7 ]
A’= Rp 29.122.828,92
c. Dikarenakan A tidak sama dengan A’, maka penulis menghitung A”
[ \. .Y YZ\
8: [ \. .Y YZ\ [ Y\. NV. YZ]Y ( ,
[ V .LM]. N Z^
A” = Rp 176.321.116,69
d. Menghitung expected audit value
EAV= Rp 4.368.653,14 x 322
EAV= Rp 1.406.706.311,67
e. Estimasi saldo piutang dalam populasi dengan menggunakan interval
estimate, sebagai berikut:
AV±A’= Rp 1.406.706.311,67 ± Rp 176.321.116,69
= Rp 1.230.385.194,98 sampai Rp 1.583.027.428,36
Berdasarkan dari perhitungan yang telah dilakukan peneliti, dapat diketahui
bahwa nilai interval Rp 1.230.385.194,98 sampai Rp 1.583.027.428,36 berisi
saldo piutang koperasi karyawan XYZ sudah sewajarnya. Ternyata saldo piutang
yang tercantum di dalam neraca sebesar Rp 1.396.835.456, berada di dalam
interval presisi dan selisih antara saldo piutang dengan nilai audit adalah sebesar
Rp 186.191.972,36 ( Rp 1.396.835.456 – Rp1.210.643.483,64) berada dibawah
tingkat taksiran kekeliruan maksimum yang dianggap material dalam populasi,
yaitu sebesar Rp 189.205.128,48. Maka penilaian kuantitatif mengambil
kesimpulan bahwa saldo piutang pada penejelasan pos-pos neraca per 31
Desember 2010 menunjukkan saldo yang sewajarnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian atas nilai piutang pada Koperasi Karyawan XYZ
dengan menggunakan statistikal sampling, yaitu dengan menggunakan prosedur
attribute sampling dan prosedur variabel sampling, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Dari hasil pembagian kuesioner atas sistem pengendalian intern umum,
penjualan kredit, dan piutang dan observasi langsung oleh penulis serta
dilakukan analisis dengan menggunakan sistem tabulasi dengan attribute
sampling, diperoleh hasil bahwa sistem pengendalian intern umum, penjualan
kredit dan piutang pada Koperasi Karyawan XYZ telah berjalan dengan baik.
b. Dengan menggunkan prosedur variabel sampling, dalam melakukan
pengujian terhadap kewajaran saldo piutang, diperoleh bahwa saldo piutang
yang tercantum dalam neraca menunjukkan saldo yang sewajarnya.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan, maka penulis
memberikan saran kepada auditor untuk menggunakan metode statistikal
sampling dalam melakukan pengujian, karena dengan menggunakan metode
tersebut akan menghasilkan sampel yang lebih representatif. Dan sebaliknya
pengujian dengan metode ini dilakukan oleh auditor yang berpengalaman, karena
pengujian ini membutuhkan pertimbangan-pertimbangan untuk mengindentifikasi
item-item yang penting

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, Nur Fitri. November 2010. Arti Koperasi.


http://phity2.blogspot.com/2010/11/arti-koprasi.html
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing I. FEUI : Jakarta
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta
Hakim, Abdul. 2001. Statistika Deskriptif. Ekonisa : Yogyakarta
Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar- Dasar Audit Laporan Keuangan). UPP
STIM YKPN Yogyakarta : Yogyakarta
Hartadi, Bambang.1987. Auditing. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juli 2009.
Salemba Empat : Jakarta
Indrianto, Nur. Bambang Supomo. 2006. Metodologi Penelitian. BPFE
Yogyakarta : Yogyakarta
Mulyadi. 2002. Auditing. Salemba Empat : Jakarta
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Salemba Empat : Jakarta
Munawir, H.S. 1995. Auditing Modern I. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta
Puspita, Eni. 2010. Penerapan Statistikal Sampling dalam Pemeriksaan Piutang
Dagang pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Cabang Bandar
Lampung. Skripsi progam S-1. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Lampung : Bandar Lampung.
Rudianto. 2008. Pengantar Akuntansi. Erlangga : Jakarta
Saputri, Utami. 2012. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Piutang Terhadap
Kelancaran Penerimaan Piutang Pada Koperasi Karyawan Omedata
(KKO). Skripsi progam S-1. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. Universitas Pendidikan Indonesia :
Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung

Anda mungkin juga menyukai