Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah

PENGUJIAN KADAR FOSFAT DALAM AIR DENGAN


SPEKTROFOTOMETER SNI-06.6989.31-2005

Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Kimia Analisa Terapan

Oleh :

Poppy Febriani
1608103010020

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
OKTOBER, 2019
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................ 2
1.3. Manfaat .......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3


2.1. Air Limbah ...................................................................................... 3
2.2. Pencemaran Lingkungan ................................................................. 5
2.3. Fosfat (PO43-) .................................................................................. 9
2.4. Metode Analisis Fosfat ................................................................... 9
2.5. Spektrofotometer UV-Vis ............................................................... 9

BAB III PROSEDUR DAN PEMBAHASAN ................................................. 11


3.1. Alat dan Bahan .............................................................................. 11
3.2. Proses Pengujian ........................................................................... 11
3.3. Analisis Sampel ............................................................................ 11
3.4. Analisis Data ................................................................................. 12
3.4.1. Proses Pengambilan Sampel ............................................... 12
3.4.2. Persiapan Instrumen ED-XRF ............................................ 12
3.4.3. Analisis Sampel Menggunakan ED-XRF ........................... 13
3.5. Pembahasan ..................................................................................... 9

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan penduduk dan kegiatan manusia telah meningkatkan pencemaran
di sungai, terutama sungai-sungai yang melintasi daerah perkotaan. Hal ini terjadi
karena sebagian air bekas kegiatan manusia ataupun kegiatan industri dibuang ke sistem
perairan yang dialirkan tanpa pengolahan sama sekali terlebih dahulu. Sehingga hal
tersebut menyebabkan penurunan kualitas air sungai (Darsono, 1992). Oleh karena
turunnya kualitas air sungai, maka akan menyebabkan pencemaran air. Pencemaran air
adalah bertambahnya suatu material atau bahan dan setiap tindakan manusia yang
mempengaruhi kondisi perairan sehingga mengurangi atau merusak daya guna perairan
(Cottam, 1969). Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu dilakukan pemurnian
terlebih dahulu pada air limbah industri tersebut yang bertujuan untuk menghilangkan
pengotornya sebelum dialirkan ke sungai (Chandra, 2012).
Salah satu pengotor yang terdapat pada air limbah adalah senyawa fosfat. Fosfat
atau sering disebut gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal yang terdiri
dari satu atom fosforus dan empat oksigen (PO43-) (Purnama, 2014). Menurut Peavy et
al. (1986), sumber fosfat di perairan adalah sungai. Hal ini terjadi karena sungai
membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat dari air limbah yang diairkan ke
sungai. Di dalam air atau air limbah fosfat ditemukan sebagai pengotor dalam bentuk
ortofosfat, pirofosfat, polifosfat dan metafosfat serta fosfor organik (Siregar, 2005).
Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat mempengaruhi kesetimbangan ekosistem
perairan. Apabila kadar fosfat dalam air rendah (<0,01 mgP/L) maka pertumbuhan
ganggang akan terhalang, keadaan ini disebut oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat
dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi atau disebut
dengan eutrof. Hal tersebut tentu akan membahayakan kelestarian ekosistem perairan
(Sastrawijaya, 1991). Berdasarkan standar baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, yaitu
ditetapkan bahwa kadar fostat yang diperbolehkan dalam air limbah adalah 2 mg/L.
Oleh karena itu, maka penting dilakukan analisis kadar fosfat untuk menjaga
kelestarian ekosistem perairan. Penentuan kadar fosfat dapat menggunakan beberapa
metode, diantaranya adalah metode stannous klorida (Ika et al, 2008), asam vanado
molibdofosforik (Sukindro, 2011), asam askorbat (Ika et al, 2017), reduksi asam
askorbat otomatis (Tiong, 1987), metode molibdat vanadat (Rahayu et al, 2017).
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode asam askorbat
menggunakan spektrofotometer berdasarkan SNI-06.6989.31-2005. Cara uji yang
dilakukan digunakan untuk penentuan kadar fosfat yang terdapat dalam air atau air
limbah antara 0,01-1,0 mg/L PO43- yang dilakukan pada panjang gelombang 880 nm.

1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui cara uji kadar fosfat dengan
spektrofotometer secara asam askorbat berdasarkan SNI 06-6989.31-2005.

1.3. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara uji kadar
fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat berdasarkan SNI 06-6989.31-
2005.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Limbah


Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri
maupun tempat umum lainnya. Pada umumnya, air limbah mengandung bahan-bahan
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan
hidup (Notoatmojo, 2003). Terdapat beberapa karakteristik yang menujukkan bahwa air
tersebut adalah air limbah, yaitu :
a. Karakter fisik, air limbah terdiri dari 99,9 % air dan 0,1 % terdiri dari bahan
padatan dalam bentuk suspensi padat yang volumenya bervariasi. Dilihat dari
warna terdapat beberapa jenis, yaitu coklat muda, abu-abu muda sampai abu-abu
tua kehitaman. Air limbah juga memiliki bau dan suhu yang tinggi.
b. Karakter kimia, air limbah secara umum mengandung Amonia bebas, Nitrogen
organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor
sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat umum diidentifikasikan
sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air (Linsley, 1995).

2.2. Pencemaran Lingkungan


Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain (seperti sampah, limbah industri, logam berbahaya dsb)
ke dalam lingkungan dan berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
proses alam. Oleh karena itu menyebabkan kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi sesuai
dengan peruntukannya (Sunti et al., 2017). Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 (Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2009) pencemaran lingkungan adalah
masuknya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan. Berikut merupakan jenis dan sumber pencemar yang dikemukakan
oleh Davis dan Cornwell, 1991 :
Sumber : Davis dan Kornwell (1991) dalam Effendi (2003)

2.3. Fosfat (PO4)


Ortofosfat (bahasa Inggris: orthophosphate) atau sering disebut gugus fosfat
adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atum fosforus dan empat
oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa sebuah -3 muatan formal, dan
dinotasikan dengan (PO43-). Fosfat berasal dari detergen limbah cair dan pestisida serta
insektisida dari lahan pertanian. Fosfat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa
ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam
bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organism dalam air (Peavy et al.,
1986).
Secara umum, senyawa ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke
dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai
melalui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan deterjen
mengandung fosfat. Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa
makanan (Sastrawijaya, 1991). Fosfat organis dapat terbentuk dari ortofosfat yang
terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat
bagi pertumbuhannya (Alaerts, 1987).
Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan ekosistem perairan. Apabila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg
P/L) maka pertumbuhan ganggang akan terhalang, keadaan ini dinamakan dengan
oligotrop. Sebaliknya, bila kadar fosfat dalam air tinggi maka pertumbuhan tanaman
ganggang tidak terbatas lagi atau disebut dengan keadaan eutrof. Hal tersebut dapat
mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Peristiwa tersebut tentu sangat akan berbahaya
bagi kelestarian ekosistem perairan. Menurut Boyd (1982), kadar fosfat dalam perairan
alami umumnya berkisar antara 0,005-0,02 ppm. Kadar fosfat melebihi 0,1 ppm,
tergolong perairan yang eutrof. Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan
menyebabkan terjadinya ledakan polusi/blooming fitoplankton yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk pertumbuhan
plankton adalah 0,27-5,51 mg/L (Hutagalung et al., 1997).

2.4. Metode Analisis Fosfat


Secara umum, senyawa fosfat dapat dideteksi dengan menggunakan metode
colorimetry. Salah satu metode colorimetry yang digunakan adalah metode asam
askorbat. Metode asam askorbat dapat digunakan untuk penetapan bentuk-bentuk fosfat
tertentu di dalam air minum, air permukaan, air payau, air limbah rumah tangga dan
limbah industri (Rukaesih, 2004). Cara uji yang digunakan untuk penentuan kadar fosfat
yang terdapat dalam air/air limbah antara 0,01-1,0 mg/L PO43- menggunakan metode
asam askorbat dengan alat spektrofotometer pada pnajang gelombang 880 nm. Prinsip
yang digunakan dalam metode analisis ini adalah dalam suasana asam, ammonium
molibdat dan kalium antimonil tartrat bereaksi dengan ortofosfat membentuk senyawa
asam fosfomolibdat kemudian direduksi oleh asam askorbat menjadi kompleks biru
molibden (Badan Standarisasi Nasional, 2005).

2.5. Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)


Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknis analisis menggunakan
sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat pada panjang gelombang (190-380 nm)
dan sinar tampak pada panjang gelombang (380-780 nm) dengan menggunakan
instrument spektrofotometer. Prinsip pengukuran yang digunakan pada UV-Vis
berdasarkan interaksi antara materi dengan cahaya, dimana cahaya yang dimaksud
berupa ultraviolet dan cahaya visible (Vis), sedangkan materi yang dimaksud adalah
elektron valensi yang terdapat pada atom atau molekul (Mulja dan Suharman, 1995).
Spektrofotometer UV-Vis juga berdasarkan dengan hukum Lambert-Beer menyatakan
bahwa serapan berbanding lurus dengan ketebalan sel yang disinari dan konsentrasi.
Gambar 2.1. Alat spektrofotometer UV-Vis
(Sumber : https://andarupm.co.id/spektrofotometri-uv-vis/ diakses pada 30 September 2019 pukul 12.12
WIB)

Gambar 2.2. Komponen penyusun spektrofotometer UV-Vis (Kristianingrum, 2014)

Fungsi masing-masing bagian dari komponen penyusun spektrofotometer UV-Vis


adalah sebagai berikut :
1. Sumber cahaya berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai
macam rentang panjang gelombang. Pada UV-Vis sumber cahaya
mengggunakan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya
monokromatis.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel. UV-Vis menggunakan
kuvet sebagai tempat sampel, Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas,
namun kuvet dari kuarsa terbuat dari silika dan memiliki kualitas yang lebih
baik. Hal ini, disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV
sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (Vis).
Kuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik.
5. Read out (pembaca) merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektor (Kritianingrum, 2014).
BAB III
PROSEDUR DAN PEMBAHASAN

3.1. Bahan dan Peralatan


Bahan yang digunakan dalam analisis kadar fosfat menggunakan metode asam
askorbat adalah larutan H2SO4 5N, larutan kalium antimonil tartrat (K(SbO)C4H4O6.½
H2O), larutan ammonium molibdat ((NH4)6Mo7O 24.4H2O), larutan asam askorbat
(C6H8O6),larutan campuran dan kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4).
Peralatan yang digunakan adalah spektrofotometer, timbangan analitik,
Erlenmeyer 125 mL, labu ukur 100 mL; 250 mL; 1000 mL, gelas ukur 25 mL dam 50
mL, pipet ukut 10 mL, pipet volumetric 2 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL dan 25 mL,gelas
piala 1000 mL dan pipet tetes.

3.2. Prosedur Pengujian


3.2.1. Pembuatan larutan induk fosfat 500 mg P/L
Kalium dihidrogen fosfat anhidrat dilarutkan sebanyak 2,195 gram dengan 100
mL air suling dalam labu ukur 1000 mL, kemudian air suling ditambahkan sampai tepat
pada tanda tera dan dihomogenkan.

3.2.2. Pembuatan larutan baku fosfat 10 mg P/L


Larutan induk fosfat 500 mg P/L dimasukkan ke labu ukur 100 mL sebanyak 2
mL. Kemudian air suling ditambahkan sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan.

3.2.3. Pembuatan larutan kerja fosfat


Larutan baku fosfat yang mengandung 10 mg P/L dimasukkan labu ukur 250
mL masing-masing sebanyak 0 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL dan 25 mL. Kemudian, air
suling ditambahkan sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan sehingga diperoleh
kadar fosfat 0,0 mg P/L; 0,2 mg P/L; 0,4 mg P/L; 0,8 mg P/L dan 1,0 mg P/L.

3.2.4. Pembuatan kurva kalibrasi


Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian
kadar fosfat. Larutan kerja dipipet sebanyak 50 mL dan masing-masing dimasukkan ke
Erlenmeyer. Kemudian indikator fenolftalein ditambahkan 1 tetes. Apabila terbentuk
warna merah muda H2SO4 5N ditambahkan sampai warna hilang. Setelah itu, larutan
campuran ditambahkan dan dihomogenkan sebanyak 8 mL. Larutan dimasukkan ke
dalam kuvet pada alat spektrofotometer. Baca dan catat serapannya pada panjang
gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30 menit. Data yang
diperoleh dibuat ke dalam kurva kalibrasi dan ditentukan persamaan garis lurus.

3.3. Analisis sampel


Contoh uji secara duplo dipipet 50 mL dan dimasukkan ke Erlenmeyer.
Indikator fenolftalein ditambahkan 1 tetes. Apabila terbentuk warna merah muda H2SO4
5N ditambahkan sampai warna hilang. Setelah itu, larutan campuran ditambahkan dan
dihomogenkan sebanyak 8 mL. Larutan dimasukkan ke dalam kuvet pada alat
spektrofotometer. Baca dan catat serapannya pada panjang gelombang 880 nm dalam
kisaran waktu antara 10 menit sampai 30 menit.

3.4. Perhitungan
Kadar fosfat (mg P/L) = C x fp….(1)
Dengan pengertian:
C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran
Fp adalah faktor pengenceran

3.5. Pembahasan
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri
maupun tempat umum lainnya. Pada umumnya, air limbah mengandung bahan-bahan
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan
hidup (Notoatmojo, 2003). Salah satu bahan kimia yang dapat membahayakan adalah
fosfat (PO4). Fosfat berasal dari detergen limbah cair dan pestisida serta insektisida dari
lahan pertanian. Fosfat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air (Peavy et al., 1986).
Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat mempengaruhi keseimbangan ekosistem
perairan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis fosfat dalam air limbah menggunakan
metode asam askorbat dengan spektrofotometer sesuai dengan SNI 06-6989.31-2005.
Prinsip yang digunakan dalam metode analisis ini adalah dalam suasana asam,
ammonium molibdat dan kalium antimonil tartrat bereaksi dengan ortofosfat
membentuk senyawa asam fosfomolibdat kemudian direduksi oleh asam askorbat
menjadi kompleks biru molibden (Badan Standarisasi Nasional, 2005).
Berdasarkan SNI 06-6989.31-2005 terdapat beberapa hal yang harus dilakukan
untuk melakukan uji kadar fosfat di dalam air limbah. Langkah pertama yang dilakukan
adalah pembuatan larutan induk fosfat 500 mg P/L. Larutan induk fosfat berfungsi
untuk membuat larutan baku yang memiliki konsenttrasi yang lebih rendah. Selanjutnya
adalah pembuatan larutan baku fosfat 10 mg P/L, dimana larutan ini akan digunakan
untuk pembuatan larutan kerja atau larutan standar. Larutan standar adalah larutan yang
telah diketahui konsentrasinya. Dalam uji kadar fosfat konsentrasi larutan standar yang
digunakan adalah 0,0 mg P/L; 0,2 mg P/L; 0,4 mg P/L, 0,6 mg P/L; 0,8 mg P/L dan 1,0
mg P/L. Larutan standar fosfat dibuat bertujuan untuk pembuatan kurva kalibrasi,
dimana kurva kalibrasi merupakan grafik yang membentuk garis lurus yang menyatakan
hubungan antara konsentrasi dari sampel dengan respon dari instrumen. Pembuatan
kurva kalibrasi dilakukan dengan cara larutan kerja dari masing-masing konsentrasi
dipipet sebanyak 50 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, setelah itu ditambahkan
indikator fenolftalein agar terjadi perubahan warna merah muda. Kemudian
ditambahkan H2SO4 5N sampai warna hilang. Selanjutnya ditambahkan larutan
campuran dan dilanjutkan dengan pengukuran absorbansi dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 880 nm. Hasil data absorbansi yang
diperoleh dari pengukuran larutan kerja atau larutan standar diplotkan dalam bentuk
kurva kalibrasi guna menentukan konsentrasi pada sampel air limbah.
Analisis sampel air limbah dengan menggunakan metode asam askorbat
dilakukan dengan pemipetan sampel air limbah sebanyak 50 mL kedalam erlenmeyer
dan dilakukan secara duplo yang bertujuan untuk kontrol keteliana analisis. Selanjutnya,
ditambahkan indikator fenolftalein untuk menghasilkan warna merah mudah dan
ditambahkan H2SO4 5N sampai warna merah muda hilang. Kemudian sampel air limbah
dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 880 nm. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang tersebut karena
880 nm merupakan panjang gelombang maksimum dari asam askorbat. Pada metode
asam askorbat, digunakan oksidator asam askorbat sehingga terbentuk senyawa
heteropoly acid-phosphomolybdic acid dalam suasana asam. Hasil pengukuran
absorbansi sampel air limbah ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan
persamaan (1). Kisaran kadar fosfat yang diperbolehkan sesuai dengan SNI 06-6989.31-
2005 adalah 0,01 mg P/L – 1,0 mg P/L. Apabila kadar fosfat yang terdapat pada sampel
air limbah kurang dari kisaran atau lebih dari kisaran maka akan merusak ekosistem
perairan. Menurut Effendi (2003), keberadaan fosfat yang disertai dengan keberadaan
nitrogen secara berlebihan dapat menstimulir ledakan pertumbuhan alga di perairan.
Alga yang berlimpah dapat membentuk lapisan pada permukaan air dan dapat
menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga menyebabkan kerusakan
pada ekosistem perairan. Apabila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg P/L) maka
pertumbuhan ganggang akan terhalang, keadaan ini dinamakan dengan oligotrop.
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Konsentrasi fosfat dalam air limbah yang diperbolehkan 0,01-1,0 mg P/L.
2. Fosfat yang melebihi kisaran kadar akan menyebabkan tanaman ganggang
tumbuh berlimpah atau disebut dengan eutrof.
3. Kadar fosfat yang terlalu kecil akan mengakibatkan terhalangnya pertumbuhan
ganggang atau oligotrop.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G., dan Sri, S., S. (1987). Metode Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya.

Boyd, C. E. dan Tucker, E. S. (1982). Water Quality and Soil Analyses for Aquaculture.
Alabama Agriculture Experiment Station, Auburn University.

Chandra, B. (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.

Cottam, T. (1969). Research for Establishment of Water Quality Criteria for Aquatic
Life. Reprint Transac of the 2nd Seminar on Biology, April 20-24, Ohio.

Darsono, V. (1992). Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Atmajaya.


Yogyakarta.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Mulja, M. dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Airlangga University Press,


Surabaya.

Peavy, H.S., D. R. Rowe., & Tchobanoglous, G. (1986). Environmental Engineering.


Mc. Graw Hill-Book Company, Singapore.

Sastrawijaya, A. T. (1991). Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.

Siregar, A., dan Sakti. (2005). Instalasi Pengolahan Air Limbah. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.

KEPMENLH. (2003). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112


Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air.
Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2009). Undang-undang Nomor 32 Tahun


2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta.

Purnama, P., dan Dyah, I. K. (2014). Penentuan Batas Deteksi (Lod) Dan Batas
Kuantitasi (Loq) pada Pengukuran Fosfat (Po4-P) dalam Air Tawar dengan
Metode Asam Askorbat. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber
Daya Ikan-Jatiluhur

Anda mungkin juga menyukai