Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

GLAUKOMA AKUT OS

DISUSUN OLEH:

Corryana Theresia

112017079

PEMBIMBING:

dr. Amalia Yuli L. S, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RSPAD GATOT SOEBROTO

PERIODE 20 OKTOBER – 23 NOVEMBER 2019


BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Ny. PDK
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 69 tahun
Agama : Budha
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Culan No.12 RT.006/001 Senen, Jak-Pus
Tanggal pemeriksaan : 7 November 2019

II. ANAMNESA
Anamnesis : Autoanamnesis dan Aloanamnesis
Keluhan utama : Mata sebelah kiri tampak merah dan terasa nyeri sejak
satu minggu yang lalu
Keluhan tambahan : Kepala terasa pusing dan kadang merasa mual
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien datang ke IGD RSPAD Gatot Subroto dengan keluhan mata
sebelah kiri tampak merah dan terasa nyeri sejak tiga hari SMRS. Awalnya
pasien merasakan matanya merah lalu pandangan pasien mulai terasa buram
waktu sedang menonton televisi. Sejak itu pasien sering jalan menabrak dan jatuh
karena pandangannya yang dirasa buram. Pasien mengatakan kepala sering
terasa pusing dan kadang terasa mual. Saat ini pasien mengatakan mata kiri
sering berair. Satu tahun yang lalu pasien dikatakan ada katarak pada mata
kirinya.
Keluhan seperti melihat pelangi di sekitar cahaya (halo), silau, mata
seperti kelilipan, mata seperti ada pasir, terasa panas dan gatal disangkal oleh
pasien. Pasien juga mengatakan tidak pernah menggunakan kacamata
sebelumnya.
Pasien memiliki riwayat diabetes yang diketahui sejak satu tahun yang
lalu. Pasien mengatakan sering kontrol ke penyakit dalam dan saat ini

2
mengkonsumsi obat metformin yang diminum satu kali sehari. Pasien juga
mengatakan memiliki riwayat kolesterol dan juga vertigo.

Riwayat penyakit dahulu : DM tipe 2, hyperlipidemia, vertigo


Riwayat alergi : Disangkal.
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga pasien yang
menderita keluhan yang sama seperti pasien
saat ini

III.PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalis:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 86x per menit
Suhu : Afebris
Laju pernafasan : 18x per menit
Kepala : Normocephal, tidak terdapat deformitas
Telinga : Discharge (-)
Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)
Mulut : Karies gigi (-)
Leher : Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran
Thorax :
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara napas dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : Cembung, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) N.
Ekstremitas : Hangat, udema -/-, deformitas (-)

b. Status oftalmologis
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Tajam penglihatan 0,2  0,4 1/300

3
Koreksi S+2.25 C-2.00 x 97 Tidak dapat dikoreksi
Addisi Add S+2.75 Add S+2.75
Distansia Pupil 62/60 mm
Kaca mata lama Tidak ada Tidak ada
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. SUPRA SILIA
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema Tidak Ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak Ada Tidak Ada
Ektropion Tidak Ada Tidak Ada
Entropion Tidak Ada Tidak Ada
Blefarospasme Tidak Ada Tidak Ada
Trikiasis Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Fisura palpebra 10 mm 10 mm
Hordeolum Tidak Ada Tidak Ada
Kalazion Tidak Ada Tidak Ada
Ptosis Tidak Ada Tidak Ada
5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak Ada Tidak Ada
Papil Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Anemia Tidak Ada Tidak Ada

4
Kemosis Tidak Ada Tidak Ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva Tidak ada Ada
Injeksi siliar Tidak ada Tidak Ada
Perdarahan
Tidak Ada Tidak Ada
subkonjungtiva
Pterigium Tidak Ada Tidak Ada
Pinguekula Tidak Ada Tidak Ada
Nervus pigmentosus Tidak Ada Tidak Ada
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum lakrimal Terbuka Terbuka
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. SKLERA
Warna Putih Kemerahan
Ikterik Tidak Ada Tidak Ada
9. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Ada
Tes Plasido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman Dalam Dangkal
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada

5
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. IRIS
Warna Hitam Hitam
Kripte Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
12. PUPIL
Letak Sentral Sentral
Bentuk Bulat Iregular
Ukuran 3 mm 5 mm
Refleks cahaya
+ -
langung
Refleks cahaya tidak
- -
langsung
13. LENSA
Kejernihan Jernih Keruh
Letak Ditengah Menyeluruh
Tes Shadow - -
14. BADAN KACA
Kejernihan Jernih Sulit dinilai
15. FUNDUS OKULI
a. Reflex fundus Positif Sulit dinilai
b. Papil
o Bentuk Bulat Sulit dinilai
o Warna Kuning kemerahan Sulit dinilai
o Batas Tegas Sulit dinilai
o C/D Ratio 0.3 Sulit dinilai
c. Retina

6
o Edema Tidak ada Sulit dinilai
o Perdarahan Tidak ada Sulit dinilai
o Exudat Tidak ada Sulit dinilai
o Sikatriks Tidak ada Sulit dinilai
d. Makula lutea
o Refleks fovea Positif Sulit dinilai
o Edema Tidak ada Sulit dinilai
o Pigmentosa Tidak ada Sulit dinilai
16. PALPASI
Nyeri tekan Tidak Ada Tidak Ada
Massa tumor Tidak Ada Tidak Ada
Tonometer Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
17. KAMPUS VISI
Sama dengan Tidak sama dengan
Tes konfrontasi
pemeriksa pemeriksa

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG:


1. Tonometri non-contact : OD : 15 mmHg
OS : 53,4 mmHg
2. Pemeriksaan laboratorium darah :
a. Hb,Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT
b. Pemeriksaan glukosa darah
3. Konsultasi ke departemen Jantung

V. RESUME:
Pasien datang ke IGD RSPAD Gatot Subroto dengan keluhan mata sebelah kiri
tampak merah dan terasa nyeri sejak tiga hari SMRS. Awalnya pasien merasakan
matanya merah lalu pandangan pasien mulai terasa buram waktu sedang menonton
televisi. Sejak itu pasien sering jalan menabrak dan jatuh karena pandangannya
yang dirasa buram. Pasien mengatakan kepala sering terasa pusing dan kadang
terasa mual. Saat ini pasien mengatakan mata kiri sering berair. Satu tahun yang
lalu pasien dikatakan ada katarak pada mata kirinya. Pasien memiliki riwayat

7
diabetes yang diketahui sejak satu tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan
memiliki riwayat kolesterol dan juga vertigo.
Status oftalmologis pada OS visus 1/300, terdapat injeksi konjungtiva, kornea
edema, bilik mata depan dangkal, pupil ireguler dengan reflek cahaya langsung dan
tidak langsung tidak ada, lensa keruh menyeluruh, dan shadow test (-).
Pemeriksaan penunjang dengan tonometri non-contact OD: 15 mmHg, OS: 53,4
mmHg.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Glaukoma Akut OS + Katarak Senilis OS
VII. DIAGNOSIS BANDING:
Glaukoma Fakomorfik
VIII. PENATALAKSANAAN:
Non Medikamentosa:
- Edukasi pasien untuk dirawat inap
- Menjelaskan tentang penyakit glaukoma akut
- Menginformasikan tentang pengobatan yang diharuskan untuk
melakukan operasi secepatnya.
Medikamentosa:
Infus manitol 20% 250 ml, 60 tetes/menit
Glauseta (Acetazolamide) tab 3x 500 mg
Aspar K (K-L aspartat) tab 3x1
Glaoplus (latanoprost, timolol maleate) ED 2xgtt OD , 1xgtt OS
OMZ 2x1 setengah jam sebelum makan
Asam mefenamat 3x500 mg
Tindakan operasi :
- Iridektomi OS

IX. PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia ad bonam
b. Ad fungsionam : dubia
c. Ad sanationam : dubia

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan
Glaukoma didefinisikan sebagai kumpulan gejala pada mata yang ditandai
dengan peningkatan tekanan itraokular yang menyebabkan penurunan lapang
pandang, dan atrofi papil nervus optikus. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan
tersering kedua setelah katarak. Di Indonesia, prevalensi terjadinya glaukoma
adalah 0,16%.
Glaukoma akut terjadi ketika sistem pengaliran humor akueus di mata tiba-
tiba terhambat. Hal ini akan mengakibatkan peninggian tekanan bola mata. Mata
akan menjadi sangat sakit dan juga akan terjadi penurunan penglihatan yang
mendadak. Gejala yang ditimbulkan bisa sangat berat sampai menyebabkan mual
dan muntah. Glaukoma akut dapat menyebabkan kerusakan permanen pada
penglihatan apabila tidak ditangani dengan segera.
Glaukoma akut merupakan salah satu kegawatdaruratan pada mata. Oleh
karena itu, kewaspadaan dokter akan tanda-tanda prodromal atau tanda saat
serangan terjadi sangat diperlukan. Glaukoma akut sering salah didiagnosis
menjadi konjungtivitis akut, sakit kepala sekunder karena hipertensi, atau mual
muntah karena flu. Peran dokter umum dalam menangani kasus glaukoma akut
adalah mengenali dan mampu mendiagnisus serta segera memberikan pertolongan
pertama pada penderita. Seringkali pertolongan pertama ini menentukan prognosis
pasien akan mengalami kebutaan atau tidak.

2.2 Definisi Glaukoma


Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan[1].
Glaukoma didefinisikan sebagai kumpulan gejala pada mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan itraokular yang menyebabkan penurunan lapang pandang, dan
atrofi papil nervus optikus.1
Bagian mata yang berperan dalam pembentukan glaukoma adalah badan
siliaris, COA dan aliran humor aquoeus.2

9
2.3 Anatomi Badan Siliaris
Korpus siliaris yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan
melintang, menjembatani segmen anterior dan posterior. Membentang ke depan
dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris terdiri dari
suatu zona anterior yang berombak-ombak (pars plikata) dan zona posterior yang
datar (pars plana). Korpus siliaris memiliki dua fungsi penting; membentuk humor
aqueous dan akomodasi lensa. Processus siliaris berasal dari pars plikata. Processus
siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler-kapiler dan vena yang bermuara ke vena-
vena vorteks. Ada dua lapisan epitel siliaris yaitu satu lapisan epitel tanpa pigmen
disebelah dalam, yang merupakan perluasan dari neuroretina ke anterior dan
lapisan berpigmen disebelah luar, yang merupakan perluasan dari lapisan epitel
pigmen retina. Muskulus siliaris memiliki tiga lapisan fiber; longitudinal, radial,
sirkular. 3, 4

Gambar 1. Anatomi korpus siliaris, sudut iridokorneal dan trabekula Meshwork


(dikutip dari kepustakaan 4)

Gambar 2. Anatomi bilik mata depan, kanalis Schlemm dan trabekula Meshwork
(dikutip dari kepustakaan 4).

10
2.4 Fisiologi Humor Akueus
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus
dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata.2
Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250µL dengan kecepatan
pembentukannya adalah 1,5-2µL per menit. 2
Humor akueus diproduksi oleh korpus siliaris. Ultrafiltrat plasma yang
dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus
sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera posterior, humor akueus
mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera
anterior. Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik
yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan
pori-pori yang semakin mengecil saat mendekati kanalis Schlemm. Saluran eferen
dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus)
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil humor akueus keluar dari
mata antara berkas otot siliaris lewat sela-sela sklera (aliran uveoskleral). 2

Gambar 3. Sirkulasi Humor Aqueous. B dan C merupakan tempat terjadinya resistensi dari sirkulasi
humor aqueous. (dikutip dari kepustakaan 4).

2.5 Klasifikasi Glaukoma


Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi: 3
1. Glaukoma primer:
a. Glaukoma sudut terbuka :
 Glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma sederhana kronik.

11
 Glaukoma tekanan normal : glaukoma tekanan rendah.
b. Glaukoma sudut tertutup : Akut, Subakut,Kronik, Iris Plateau.
2. Glaukoma kongenital
3. Glaukoma Sekunder :
 Akibat kelainan lensa : dislokasi, intumusensi, fakolitik

2.6 Diagnosis
Selain anamnesis mengenai keluhan dan riwayat penyakit pasien,
penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan cara :
- Mengukur peningkatan TIO dengan menggunakan tonometri Schiotz,
Aplanasi goldman, dan NCT.

Gambar 4. Tonometer di tempatkan pada mata yang sebelumnya ditetesi pantokain. Gambarkan
disebelah kanan memperlihatkan kontak langsung antara tonometer dengan kornea
(dikutip dari kepustakaan 2).

- Funduskopi. Pemeriksaan untuk melihat papil nervus optikus, untuk melihat


adanya cupping dan atropi papil glaukomatosa.

Gambar 5. A. Batas diskus optikus menjadi tegas dan lebih pucat disertai pelebaran dari cup nervus
optikus (tanda dari suatu atrofi papil) B. Pembuluh darah menjorok kedalam cup (bayonet shaped
kink) (dikutip dari kepustakaan 2).

12
- Perimetri. Untuk melihat adanya defek lapangan pandang

Gambar 6. Early glaukoma. Mata panah menunjukkan adanya defek lapangan pandang.
(dikutip dari kepustakaan 2).

- Gonioskopi
Berguna untuk mengetahui sudut bilik mata depan tertutup. Gonioskopi
adalah tes yang menempatkan lensa kontak yang berisi cermin pada mata.
Cermin itu memungkinkan dokter melihat dari samping mata untuk memeriksa
apakah sudut di mana iris bertemu kornea terbuka atau tertutup. Hal ini
membantu dokter memutuskan apakah jenis glaukoma adalah sudut terbuka
atau sudut tertutup.

Gambar 7. A. Tampilan hasil Gonioskopi B. konfigurasi sudut pada bilik mata depan (dikutip
dari kepustakaan 6).

13
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan glaukoma bertujuan untuk menurunkan tekanan
intraokular secara cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada saraf
optik, kornea, dan untuk mencegah terbentuknya sinekia. Penurunan tekanan
intraokular penting dalam mempersiapkan tindakan iridotomi laser, yang dapat
memulihkan pupil yang mengakibatkan glaukoma.
 Penatalaksanaan inisial harus ditujukan pada pemulihan sudut tertutupnya
yaitu dengan beta-blocker, alpha 2-adrenergik agonis, dan carbonic
anhydrase inhibitor
 Penatalaksaan sekunder dimulai dengan iridotomi laser untuk memulihkan
terhalangnya pupil
 Gonioskopi berguna setelah iridotomi dilakukan untuk penilaian
retrospektif sudut bilik mata. Jika sudut bilik mata melebar, maka
mekanisme terhalangnya pupil yang cenderung mengakibatkan tekanan
intraokular meningkat, dan iridotomi laser merupakan terapi efektif untuk
kasus tersebut. Jika sudut tidak terlalu dalam secara signifikan, lensa
intumesen atau terdorongnya lensa ke depan merupakan faktor
penyebabnya, dan pasien harus ditatalaksana dengan ekstraksi katarak.

Medikamentosa
Pengobatan harus segera dilakukan dan meliputi pemberian obat –
obatan yang dapat mengontrol tekanan intraokular termasuk Carbonic
anhydrase inhibitors (Acetazolamide, Dorzolamide), agen hiperosmotik
(Isosorbide, Mannitol), beta-blockers (Levobunolol, Timolol).

Non medikamentosa
Pembedahan
 Iridotomy dan iridectomy
Blokade pupil pada glaukoma sudut tertutup paling baik diatasi dengan
membentuk saluran langsung antara bilik mata depan dan belakang sehingga
tidak ada perbedaan tekanan di antara keduanya.
Iridotomi perifer paling baik dilakukan dengan laser YAG:neodymium
walaupun laser argon mungkin diperlukan pada iris berwarna gelap.

14
Tindakan bedah iridektomi perifer dilakukan bila iridotomi laser YAG tidak
efektif.5
 Trabeculectomy
Merupakan prosedur yang paling sering digunakan untuk memintas
saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung aqueous hunor
dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita. Indikasi
trabeculectomy : glaukoma sudut tertutup primer dengan sinekia anterior
perifer yang melibatkan lebih dari setengah sudut COA, glaukoma sudut
terbuka primer yang tidak dapat dikontrol dengan medikamentosa,
kongenital dan developmental glaucomas dan glaukoma sekunder yang
dengan pemberian obat – obatan tidak efektif.2
 Ekstraksi Katarak
Ekstraksi katarak dengan implantasi PCIOL (phacomorfic intraocular
lens) jika keadaan mata sudah tenang dan merupakan penanganan utama
pada glaukoma fakomorfik.2

2.8 Komplikasi
Tanpa pengobatan glaukoma akan dapat mengakibatkan kerusakan nervus
opticus sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan total.6

2.9 Prognosis
Apabila obat tetes anti-glaukoma dapat mengontrol TIO pada mata yang
belum mengalami kerusakan glaukomatousa luas, prognosis akan baik
(walupun penurunan lapangan pandang dapat terus berlanjut walupun TIO telah
normal). Apabila proses penyakit terdeteksi secara dini, sebagian besar pasien
glaukoma dapat ditangani dengan baik secara medis. 3

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2012.
2. Vaughan D, Eva PR. Glaukoma. Dalam : Suyono YJ, Editor. Oftalmologi Umum.
Edisi 14. Jakarta: Widya Medika; 2000.h. 220-39.
3. The Eye M.D. Association. Fundamentals and principles of ophthalmology. in:
basic and clinical science course american academy of ophthalmology. Section 2.
Singapore : LEO; 2008.
4. Crick RP, Khaw PT. Practical anatomy and physiology of the eye and orbit. in: a
textbook of clinical ophtalmology. 3thEd. Singapore : FuIsland Offset Printing (S)
Pte Ltd; 2003. h. 5-7.
5. Guyton AC, Hall JE. Fluid system of the eye. in: textbook of medical physiology.
11th Ed. Pennyslvania: Elsevier Inc; 2006.h. 623-25.
6. Lang GK. Glaukoma. In : Ophtalmology : A Pocket Textbook Atlasy. Germany :
Georg Thieme Verlag; 2007.h.239-71.

16

Anda mungkin juga menyukai