Anda di halaman 1dari 18

Media Diaspora Pelajar Indonesia:

Eksistensi, Peran, dan Spirit Keindonesiaan

Yohanes Widodo
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 6, Yogyakarta 55281
Email: ywidodo@mail.uajy.ac.id

Abstract: This paper examines the existence, the role, and the spirit or values promoted by
Indonesian students diaspora media during the eras of Pre-Independence (1900-1845), Old Order
(1945-1965), New Order (1966-1990), Transition of New Order (1990-2000), to Reformation (2001-
2016). A qualitative descriptive approach is applied using documentary research method. This
research concludes that (1) Indonesian students diaspora media exist in each era; (2) Indonesian
students diaspora media play an important role as free speech medium to express criticism to
authorities, which is influenced by socio-political dynamics in the country; (3) Every era has its
spirit or values of Indonesianess.

Keywords: diaspora, Indonesian student, media, spirit of Indonesianess

Abstrak: Makalah ini mengkaji eksistensi, peran, dan spirit (nilai) yang diusung media diaspora
pelajar Indonesia di luar negeri era Pra Kemerdekaan (1900-1845), Orde Lama (1945-1965), Orde
Baru (1966-1990, Transisi Orde Baru (1990-2000), hingga era Reformasi (2001-2016). Pendekatan
penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan riset dokumen berupa buku sejarah, tesis, serta arsip
media yang diterbitkan oleh diaspora pelajar Indonesia di luar negeri. Penelitian ini menyimpulkan
(1) Media diaspora pelajar Indonesia eksis pada setiap era; (2) Media sebagai mimbar bebas untuk
menyampaikan kritik pada penguasa, dipengaruhi perkembangan dan dinamika sosial politik di
tanah air; (3) Setiap era memiliki spirit atau nilai keindonesiaan yang khas.

Kata Kunci: diaspora, media, pelajar Indonesia, spirit keindonesiaan

Istilah diaspora berasal dari Bahasa Yunani yang tersebar di berbagai tempat atau orang
diaspeirein, yang artinya benih yang menetap jauh dari tanah air mereka (Ember,
tersebar (scattering of seeds) (Karim, Ember & Skoggard, 2004, h. 33)
2003, h. 1). Steven Vertovec (1997) Departemen Luar Negeri Republik
menyatakan diaspora adalah istilah yang Indonesia mendefinisikan diaspora
sering digunakan untuk menggambarkan Indonesia sebagai warga negara Indonesia
populasi yang dianggap ‘deterritorialised’ yang memiliki darah, jiwa, dan budaya
atau ‘transnasional’ -berasal dari negara Indonesia. Hal ini termasuk (1) warga negara
selain yang kini ditempati dan memiliki Indonesia yang mengganti kebangsaannya,
jaringan sosial, ekonomi, dan politik (2) orang asing yang mencari, mengamati,
lintas batas negara, bangsa, bahkan dunia. mencintai, dan mempraktikkan budaya
Diaspora dapat didefinisikan sebagai orang Indonesia, misalnya peneliti/Indonesianis,

93
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 1, Juni 2017: 93-110

ahli batik, artis gamelan, atau ahli dalam konsumen untuk bernegosiasi dengan
Bahasa Indonesia (Abidin, 2012), (3) lingkungan sosial mereka.
orang-orang yang bekerja, dan (4) Aulia Dwi Nastiti (n.d.) dalam
mahasiswa Indonesia yang sedang belajar “Diasporic Media and the Question of
di luar negeri. European Cultural Identity” melihat budaya
Studi tentang diaspora dan media media diaspora menjadi ruang, di mana
akhir-akhir ini mendapatkan perhatian identitas Eropa dapat diartikulasikan. Media
para akademikus ilmu komunikasi. diaspora memberikan kemungkinan bagi
Sejak 2007, International Association komunitas diaspora untuk membayangkan
for Media and Communication Research multikulturalisme Eropa dan berpartisipasi
(IAMCR) mengembangkan working group (maupun tidak) dalam masyarakat Eropa
Media and Diaspora. Diskursus tentang dan masyarakat transnasional. Saat peran
media dan kebijakan politik tidak dapat
Diaspora Indonesia mencuat sejak digelar
diremehkan, maka partisipasi politik pun
Congress of Indonesian Diaspora (CID)
harus dipertimbangkan dan dibaca dalam
pertama pada 6-8 Juli 2012 di Los Angeles
konteks masyarakat yang terinspirasi dan
Convention Center, California, Amerika
fenomena lokal yang merangkul partisipasi
Serikat, disusul CID kedua (2013) dan CID
diaspora yang dianggap minoritas. Inisiatif
ketiga (2015). Kongres tersebut dihadiri
akar rumput oleh publik lokal atau publik
2056 orang yang memiliki hubungan etnik,
virtual tidak boleh dianggap remeh dan
budaya, kekerabatan, dan sejarah dengan
potensi mereka untuk memberikan hak-
Indonesia yang datang dari berbagai
hak yang sama sebagai orang Eropa dan
penjuru dunia. Sementara itu, studi tentang
pendekatan serupa untuk mengelola
diaspora Indonesia, khususnya diaspora
multikulturalisme harus diakomodasi.
Indonesia dan media, relatif terbatas.
Georgiou (2005, h. 481) mengatakan
Ada tiga penelitian terdahulu yang ber- Eropa adalah ruang kebudayaan untuk
kaitan dengan studi tentang media diaspora. pertemuan, pencampuran dan benturan,
John Budarick (2011) dalam “Media, home ruang untuk berbagi (dan tidak) sumber
and diaspora” mengkaji peran media daya ekonomi, budaya dan simbolik.
Australia dalam menumbuhkan perasaan Ideologi Europeanisme menjadikan
kerasan dan rasa memiliki di antara Eropa sebagai rumah budaya yang tidak
diaspora Iran-Australia. Media ‘lokal’ memasukkan dan menciptakan (kembali)
dan media siaran dapat memainkan peran “liyan” (otherness) ketika tidak sesuai
ganda untuk mendorong perasaan memiliki dengan model universalisme dan muncul
maupun kebalikannya bagi diaspora sebagai partikularisme. Keanekaragaman
Iran-Australia di Australia. Dualisme ini budaya selalu menjadi ciri khas Eropa,
menyoroti peran media luar bukan hanya namun potensi mobilitas dan komunikasi
dalam soal representasi, namun juga pada menyebabkan munculnya pengalaman dan
cara bagaimana media digunakan oleh formasi budaya yang beragam.

94
Yohanes Widodo. Media Diaspora Pelajar...

Pada konteks ini, Georgiou (2005, h. terbitan Perhimpunan Pelajar Indonesia


499) melihat jumlah dan jenis media diaspora di Belanda, majalah Tempo edisi khusus
yang berkembang memiliki implikasi 80 tahun Sumpah Pemuda (2008), dan
signifikan guna membayangkan Eropa beberapa sumber lain.
yang multikultural untuk berpartisipasi
(atau tidak) dalam masyarakat Eropa dan HASIL
komunitas transnasional. Budaya media
Diaspora pelajar Indonesia di luar
diaspora tidak muncul sebagai proyek
negeri menggunakan media massa,
yang menentang proyek universal Eropa
baik itu media cetak (majalah, bulletin,
dan komunikasi global tetapi diperoleh
atau newsletter) serta media online
dari ideologi globalisasi dan partisipasi
untuk berinteraksi antarmereka (sesama
demokratis. Melihat peta lintas-Eropa dan
anggota komunitas pelajar Indonesia)
kasus tertentu, dia menjelaskan mengapa
budaya media diaspora menantang kedua serta membangun identitas keindonesiaan
batas, baik itu universalisme Eropa dan mereka. Pada era Pra Kemerdekaan hingga
partikularisme diaspora. Orde Baru, media cetak (surat kabar
dan majalah) adalah jenis media yang
METODE digunakan oleh pelajar Indonesia. Sebagai
media tradisional atau konvensional,
Kajian dilakukan dengan pendekatan
proses produksi dan distribusi media cetak
deskriptif kualitatif menggunakan metode
lebih lambat dan lama. Peredarannya masih
riset dokumen (documentary research
mengandalkan sarana tradisional, misalnya
method). Metode ini mengacu pada analisis
lewat pos. Pada era Transisi Orde Baru
dokumen (teks tertulis) berisi informasi
tentang fenomena yang diteliti (Kenneth D. (1990-2000) hingga era Reformasi (2001-
Bailey dalam Ahmed, 2010, h. 2). Riset ini 2016), seiring perkembangan teknologi
menggunakan data yang ditemukan pada informasi, khususnya internet, pelajar
buku-buku sejarah, tesis, maupun arsip Indonesia memanfaatkan internet dalam
media (majalah, buletin, atau situs) yang bentuk mailing list dan website.
diterbitkan oleh diaspora pelajar Indonesia Penulis mengidentifikasi penggunaan
di luar negeri. Dokumen yang dipakai media oleh diaspora pelajar Indonesia meliputi
sebagai sumber kajian antara lain buku jenis media, peran media, nama media, bahasa
“Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di yang digunakan, spirit atau nilai-nilai yang
Negeri Belanda 1600-1950” karya Harry diusung, serta sikap atau keberpihakan media
A. Poeze (2008), tesis Dirgantara Reksa pada era Pra Kemerdekaan (1900-1945),
Ginanjar (2016) dari Universitas Leiden Orde Lama (1945-1965), Orde Baru (1966-
berjudul “Indonesian Students’ Association 1990), Transisi Orde Baru (1990-2000), dan
(PPI) in Netherlands from 1952 to 2015: Orde Reformasi (2001-2016) seperti termuat
a Continuing Dynamic”, majalah Ganeça pada Tabel 1.

95
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 1, Juni 2017: 93-110

Tabel 1 Penggunaan Media bagi Diaspora Pelajar Indonesia

Pra Kemerdekaan Orde Lama Orde Baru Transisi Orde Baru Orde Reformasi
(1900-1945) (1945-1965) (1966-1990) (1990-2000) (2001-2016)
Jenis Media Cetak Cetak Cetak Cetak, mailing list, Mailing list,
website radio internet,
TV internet,
media sosial
Peran Media Menjalin hubungan Forum Media kritik Sarana komunikasi Transnational
antara Indonesia dan komunikasi dan terhadap antar pelajar meeting bagi
Belanda; penyebaran “gelanggang pemerintahan perantauan. komunitas
ide anti kolonial, pertukaran Orde Baru, alat Sarana diskusi dan diaspora;
kritik terhadap pikiran” di dan strategi untuk sharing informasi stay in touch
kolonial; kalangan mempromosikan tentang masalah dengan
mimbar bebas; media anggota gagasan dan sosial politik informasi dan
menjadi bagian tak (internal). perjuangan. dan gagasan
budaya popular
terpisahkan dari Mengetahui situasi demokrasi.
Indonesia;
upaya konfrontasi dan perkembangan Mengetahui situasi
melawan Belanda informasi tentang dan perkembangan sarana ekspresi
untuk mewujudkan Indonesia. informasi tentang dan kreativitas.
Indonesia merdeka. Indonesia.
Nama Media Hindia Poetera, Ganeca, Suluh Gotong Royong (PPI Suara Demokrasi; Majalah online
Oedaja (1916), Berlin) maling list Jong Indonesia
Indonesia Merdeka Apakabar; (PPI Belanda),
(Indonesië Vrij), PPI UK (PPI
Oesaha Pemoeda Inggris), Salut
(PPI Perancis),
dll. Radio PPI
Dunia; Channel
PPI TV di
YouTube
Bahasa Belanda, Melayu Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
Spirit Nasionalisme, Nasionalisme Hak asasi manusia Hak asasi Humanisme,
Keindonesiaan gotong royong, manusia, keadilan kesejahteraan
senasib
sepenanggungan
Sikap/ Independen dan Independen dan Independen dan Independen dan Independen
Keberpihakan kritis terhadap kritis terhadap kritis terhadap kritis terhadap terhadap
pemerintah. pemerintah. pemerintah pemerintah. pemerintah.
Sumber: Olahan peneliti

PEMBAHASAN sangat penting adalah bukunya yang


Era Pra Kemerdekaan (1900-1945) berjudul “Student Indonesia di Eropa”
Keberadaan diaspora pelajar Indonesia (Syahid, 2015, h. 88).
di luar negeri memiliki sejarah panjang. Robert van Niel dan Bur Rasuanto
Salah satu pelajar Indonesia angkatan (2009) menuliskan Abdul Rivai sebagai
pertama yang cukup menonjol adalah tokoh pelopor pers mahasiswa. Dia
Abdul Rivai yang datang ke Belanda pada seorang ‘dokter Jawa’ lulusan sekolah
1899. Bersama beberapa temannya dia Stovia, menjadi pelajar angkatan awal
menerbitkan beberapa koran berbahasa yang studi di Belanda. Van Neil mencatat
Melayu di Amsterdam. Dia lulus sebagai Rivai menjadi salah satu dari suara pertama
doktor di Universitas Gent, Belgia, pada yang mengajukan protes terhadap praktik
tahun 1908. Warisan Abdul Rivai yang politik etis Belanda yang tidak konsekuen.

96
Yohanes Widodo. Media Diaspora Pelajar...

Beberapa protesnya termuat dalam majalah dan memperoleh orientasi umum mengenai
Bintang Hindia (Gambar 1). Majalah negeri Belanda (Poeze, 2008). Di antara
berbahasa Melayu yang diterbitkan bersama pelajar yang datang ke Belanda terdapat
H.C.C Clockener Brousson di Belanda pada Sutomo, Hatta, Sartono, Ali Sastroamidjojo,
1902, menyebarluaskan pesan politik etis Budiarto, Iwa Kusumasumantri, dan Iskaq.
sebagai isi utamanya (Burhanudin, 2012). Para pelajar ini membentuk komunitas kecil
Di dalam buku “Di Negeri Penjajah: Orang yang berhubungan erat satu sama lainnya.
Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950”, Indische Vereeniging atau
Harry A. Poeze (2008, h. 35) mengisahkan Perhimpunan Hindia adalah organisasi
perjuangan lewat pers yang dilakukan pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri
Rivai. Pada mulanya Rivai menerbitkan Belanda yang berdiri pada tahun 1908.
majalahnya sendiri, Pewarta Wolanda. Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa
Dia menulis sekaligus merangkap tenaga Soetan Kasajangan Soripada dan R.M.
administrasi. Noto Soeroto yang tujuan utamanya
mengadakan pesta dansa dan pidato-
pidato. Awalnya, Indische Vereeniging
tak lebih dari ajang pertemuan pelajar
asal tanah air. Atmosfer pergerakan
mulai mewarnai Indische Vereeniging
sejak tibanya tiga tokoh Indische Partij
(Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker,
dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda
pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik
mereka lewat tulisan di koran De Expres
(Nagazumi, 1986; Ingleson, 1975).
Mereka mulai menyadari betapa
pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa
Indonesia. Sejak itulah Vereeninging
memasuki kancah politik. Tanggal 1 Maret
1916, edisi pertama majalah Hindia Poetra
Gambar 1 Masthead Bintang Hindia
terbit, dengan R.M. Soewardi Soerjaningrat
Memasuki abad ke-20, jumlah (Ki Hadjar Dewantara) sebagai redaktur.
mahasiwa Indonesia di Belanda meningkat. Hindia Poetra berbentuk majalah yang
Sebagian besar dari mereka adalah anak terbit di Belanda dan diedarkan di Indonesia.
para raja-raja kaya dan bangsawan Jawa. Majalah ini menyajikan ide-ide politik para
Mereka dikirim ke Belanda agar bisa pelajar Indonesia yang sedang belajar di
mempelajari bahasa Belanda dengan lebih Belanda khususnya anggota Perhimpunan
baik, meningkatkan pengetahuan umum, Indonesia (Gambar 2 dan Gambar 3).

97
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 1, Juni 2017: 93-110

Gambar 2 Cover Majalah Hindia Poetra Gambar 3 Masthead Majalah Hindia Poetra

Hindia Poetra bersemboyan Ini adalah ‘organisasi orang Indonesia’ oleh


“Ma’moerlah Tanah Hindia! Kekallah ‘orang Indonesia’ dengan menggunakan
Anak-Rakjatnya!”. Penerbitan kembali nama ‘Indonesia’ yang pertama (Elson,
Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk 2008, h. 23).
menyebarkan ide-ide anti kolonial. Majalah Para anggota Indonesische juga
ini berisi informasi bagi para pelajar asal memutuskan untuk menerbitkan kembali
tanah air perihal kondisi di Nusantara, tak majalah Hindia Poetra dengan Mohammad
ketinggalan pula tersisip kritik terhadap Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah ini
sikap kolonial Belanda. Majalah Hindia terbit dwi bulanan dengan 16 halaman dan
Poetra bersifat ‘mimbar bebas’. Sejumlah biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun.
orang Indonesia dan tokoh-tokoh politis Disepakati pula, setiap tulisan tak ada nama
etis, seperti Ratulangie, Noto Soeroto, pengarang agar ‘isinya mencerminkan
menulis masalah yang beragam. Tapi pendapat kolektif’. Penerbitan Hindia
Hindia Poetra tidak bisa hidup lebih dari Poetra itu kemudian menjadi “praktik”
satu tahun. Bulan Maret sampai Desember manjur bagi para intelektual muda itu
1916 keluar tujuh edisi, dan setengah tahun menyebarkan ide-ide anti kolonial (Yandi,
kemudian menyusul edisi terakhir (Poeze, 2012).
2008). Pada dua edisi pertama, Hatta me-
Pada September 1922, saat per- nyumbangkan tulisan kritik mengenai praktik
gantian ketua Dr. Soetomo dan Herman sewa tanah industri gula Hindia Belanda
Kartawisastra, organisasi ini berubah nama yang merugikan petani (Edisi khusus 80
menjadi Indonesische Vereeniging (Edisi tahun Sumpah Pemuda, 2008), berjudul De
khusus 80 tahun Sumpah Pemuda, 2008). economische positie van den Indonesischen

98
Yohanes Widodo. Media Diaspora Pelajar...

grondverhuurder (Kedudukan ekonomi para lebih sukses dari Tjerita-Hindia; Weekblad


penyewa tanah orang Indonesia) dan Eenige voor Nederlands Oost-Indie, mingguan
aantekeningen betreffende de grondhuur- tentang Hindia Timur yang diterbitkan oleh
ordonnantie in Indonesie (Beberapa catatan Raden Soemira (Poeze, 2008).
tentang ordonansi penyewaan tanah di Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi
Indonesia) (Sugiantoro, 2015). ketua pada 1923, Indonesische mulai
Selain Hindia Poetra, ada satu menyebarkan ide non-kooperasi yang
majalah terbitan pelajar Indonesia di mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan
Belanda bernama Oedaya yang didirikan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Tahun
oleh Noto Soeroto. Pada bulan April 1923, 1924, saat M. Nazir Datuk Pamoentjak
terbit nomor percobaan majalah Oedaya- menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra
Opgang, bulanan bergambar untuk Negeri berubah menjadi Indonesia Merdeka
Belanda dan Indonesia (Gambar 4). Majalah (Gambar 5 - Gambar 8). Tahun 1925 saat
ini ditujukan untuk Indonesia dan mereka Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi
yang berminat kepada masalah-masalah ini resmi berubah menjadi Perhimpunan
Indonesia. Majalah Oedaya bisa dikatakan Indonesia (PI) (Manifesto 1925, 2008).

Gambar 4 Masthead Surat Kabar Oedaya

Gambar 5 Majalah Indonesia Merdeka Terbitan Gambar 6 Majalah Indonesia Merdeka Koleksi Kel.
Perhimpunan Indonesia Djajeng Pratomo

99
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 1, Juni 2017: 93-110

Gambar 7 Cover Majalah Indonesia Merdeka Gambar 8 Pidato/Pledoi Mohammad Hatta Berjudul
Indonesia Merdeka

Indonesia Merdeka berbentuk majalah pengetahoean jang berdasar Islam”.


dan merupakan kelanjutan Hindia Poetra, Redaksinya adalah Abdoellah Aidid dan
ditulis dalam Bahasa Belanda dan Bahasa Ahmad Azhari (Arismunandar, 2012, h. 5).
Melayu. Artikel-artikelnya lebih tegas Era Orde Lama (1945-1965)
mengarah pada pergerakan nasional dan Di era kemerdekaan, Perhimpunan
kemerdekaan Indonesia. Para penulis Indonesia di Belanda diubah menjadi
majalah ini tidak dicantumkan namanya Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI). Di
bahkan pengirimannya ke Indonesia juga majalah Chattulistiwa edisi Mei/Juni 1952,
dirahasiakan. Hindia Poetra dan Indonesia halaman tiga tercantum pengumuman yang
Merdeka sangat gencar mengkritik memberitahukan terbentuknya Persatuan
penjajahan Belanda di Indonesia. Keduanya Peladjar Indonesia (PPI) pada 19 April
bertujuan menggalang persatuan dan 1952 berdasarkan “rapat pendiriannya di
kesatuan rakyat sebagai sarana mencapai Amsterdam”. Pada masa itu sering juga
Indonesia merdeka (Tugiyono, 2004). dipakai istilah ‘PPI Nederland’ (Suryadi,
Selain di negeri Belanda, para pelajar 2016).
Indonesia yang belajar di Cairo, Mesir, pada Pada bulan Juni 1952, terbitlah nomor
1930 juga menerbitkan berkala bernama pertama majalah Ganeça yang disebut
Oesaha Pemoeda yang disebut sebagai: sebagai “Madjalah Persatuan Peladjar
“soerat kabar boelanan, penoentoen Indonesia (PPI)” di Belanda (Gambar 9
ilmoe pengetahoean jang berdasar Islam dan Gambar 10). Ganeça berfungsi sebagai
soerat kabar boelanan, penoentoen ilmoe forum komunikasi dan “gelanggang

100
Yohanes Widodo. Media Diaspora Pelajar...

pertukaran pikiran” di kalangan anggota mencapai keadilan, kemakmuran, dan


PPI Belanda. Majalah ini berisi laporan kemuliaan bagi Indonesia. Mahasiswa
mengenai berbagai kegiatan PPI Belanda, Indonesia di luar negeri harus bersatu
baik pusat maupun cabang-cabang, dan hal- dan PPI harus menjadi alat untuk ikatan.
hal yang terjadi dengan anggotanya (seperti Hal ini harus dilakukan bukan hanya oleh
berita keluarga, kelulusan, dan pelajar yang mahasiswa Indonesia di Belanda tetapi
datang dan lulusan yang meninggalkan juga di negara-negara Eropa lainnya
Belanda), artikel-artikel seni-budaya, dan (Dirgantara, 2016).
berita-berita mengenai tanah air (Suryadi, Pada tahun 1963, PPI Belanda kembali
2016). dibangkitkan seiring dengan pemulihan
Redaksi Ganeça berkantor di hubungan diplomatik antara Indonesia dan
Rotterdam sementara Tata Usahanya Belanda. Hingga pertengahan 1966 PPI
pernah berkantor di Amsterdam dan Belanda tetap mendukung kepemimpinan
Rotterdam. Belum ditemukan informasi Soekarno untuk menuntaskan masalah itu.
kapan persisnya nomor terakhir Ganeça Kata-kata seperti ‘revolusi belum selesai’
terbit. Namun, tampaknya majalah ini masih kerap muncul dalam penerbitan
masih terbit sampai akhir 1967. mereka (Syahid, 2015, h. 89).
Pada Oktober 1963, PPI Belanda Munculnya majalah baru PPI Belanda
menerbitkan majalah Perhimpunan Suluh pada 1966 tak lepas dari dinamika
Peladjar Indonesia di negeri Belanda. politik Indonesia yang juga memengaruhi
Di situ dinyatakan, Persatoean Peladjar kalangan pelajar Indonesia di luar negeri
Indonesia (PPI) berubah nama menjadi (Suryadi, 2016). Pada edisi Februari 1966,
Perhimpoenan Peladjar Indonesia di negeri enam bulan setelah insiden GESTAPU
Belanda (mempertahankan singkatan (Gerakan September Tiga Puluh), PPI
PPI) pada 11 Mei 1963 di Delft. Di dalam Belanda mengirimkan surat pernyataan
anggaran dasar dinyatakan PPI dibentuk kepada Presiden Soekarno yang isinya
untuk melestarikan revolusi 1945 sehingga mendukung Soekarno (Dirgantara, 2016).

Gambar 9 Pengumuman Redaksi Ganeça Terbitan PPI Gambar 10 Sampul Ganeça, Madjalah Persatuan
Belanda Peladjar Indonesia (PPI) Belanda

101
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 1, Juni 2017: 93-110

Era Orde Baru (1966-1990) Karena gerakan pelajar pro demokrasi


Sejak pemerintahan Orde Baru berkuasa, Indonesia di Jerman semakin menyebar,
kiprah sosial politik pelajar Indonesia di maka kebutuhan informasi di kalangan
Belanda meredup. Kegiatan PPI sebagian pelajar yang kritis pun meningkat, karena ada
besar dialokasikan untuk acara-acara sosial kesempatan untuk belajar politik secara bebas
dan kesenian. Meski demikian, pada akhir dari beberapa organisasi. Misalnya Persatuan
tahun 1970-an, beberapa aktivis PPI Belanda Pelajar Indonesia Cabang Berlin (PPI CaBe),
dan Amsterdam pernah bekerja sama dengan Ikatan Pemuda Mahasiswa Indonesia (IPMI),
PPI Berlin dalam menerbitkan Berita Perhimpunan Indonesia (PI) Berlin Barat.
Indonesia yang isinya cukup kritis terhadap Masing-masing grup oposisi tersebut punya
Pemerintahan Soeharto. Akibat dari sikap penerbitan, misalnya PPI CaBe terbitannya
kritis mereka, beberapa aktivisnya dipersulit bernama Gotong Royong, Perhimpunan
saat akan pulang maupun berkegiatan di Indonesia terkenal dengan terbitan analisa
Indonesia (Syahid, 2015, h. 89). politiknya dalam Berita Tanah Air (Latief,
Di beberapa PPI kota, kegiatan diskusi 2009). Gotong Royong adalah buletin regular
bertema politik masih kerap dilakukan. PPI yang melaporkan berita, artikel, dan feature
Leiden dan Den Haag adalah yang paling yang diterjemahkan dari Bahasa Jerman atau
aktif. Di kedua kota itu terdapat banyak Inggris ke Bahasa Indonesia. Sirkulasi buletin
pelajar ilmu-ilmu sosial atau berlatar belakang ini antara 200-300 per edisi untuk melayani
aktivis. Sekarang kiprah itu lebih sering 700-an pelajar Indonesia di Berlin (Hasyim,
diimplementasikan dalam aksi solidaritas 2014, h. 188). Pada masa itu, media menjadi
kemanusiaan (Syahid, 2015, h. 89). kebutuhan dan bagian dari aktivisme pelajar
Indonesia. Media dianggap sebagai alat
Di era 1980-an, pelajar Indonesia
dan strategi penting untuk mempromosikan
khususnya di Belanda dan Jerman sangat
gagasan dan perjuangan mereka.
haus akan informasi tentang tanah airnya.
Informasi keadaan politik Indonesia didapat Majalah Tempo edisi 01/03 tahun
dari berbagai macam sumber di antaranya 1981 menulis, di era 1980-an PPI biasanya
dari salah seorang wartawan Radio Nederland memang menerbitkan majalah untuk
cum aktivis Aboeprijadi Santoso (Tossi). Ia anggota. Namun tak semua bermutu, bahkan
mengirimkan berita-berita dari Indonesia ke buletin PPI Australia, mirip majalah sekolah
Berlin Barat dalam bentuk koran, majalah, menengah di Indonesia di mana terdapat
serta berbagai pernyataan politik dari para ramalan bintang. Majalah PPI Jerman Barat
oposan di Indonesia. Sebelum ada internet, menunjukkan kualitas berbeda. Edisi ekstra
lalu lintas berita cetakan memakai jasa Berita & Analisa (tahun ke-4) yang dicetak 6
pos sehingga informasi dari Belanda ke ribu eks dan diedarkan gratis sempat menjadi
Berlin Barat hanya datang ke satu alamat. persoalan. Nomor pertengahan tahun itu
Siapapun yang memerlukan informasi dapat memuat berita tentang Petisi 50 yang dilarang
memfotokopinya (Latief, 2009). diekspos di pers Indonesia. Pengurus PPI

102
Yohanes Widodo. Media Diaspora Pelajar...

Pusat di Berlin melarang lembaran ekstra Era Transisi Orde Baru (1990-2000)
tersebut terbit untuk selanjutnya. Namun, Pada era 1990-an terbit beberapa situs
protes datang. PPI cabang Hamburg dan web dan majalah online yang diinisiasi dan
Berlin mengadakan diskusi dan hasilnya tak dikelola oleh diaspora pelajar Indonesia.
setuju pelarangan itu (Mereka di belakang Salah satunya, Majalah Suara Demokrasi
pendahulu, 1981). PPI Jerman Barat juga yang diterbitkan oleh Aliansi Pemuda/i
menerbitkan majalah Gelanggang, majalah Independen Indonesia (APII) di Berlin.
ilmiah populer, dicetak rapi dan dijilid bagus. Majalah Suara Demokrasi versi cetak
Organisasi Pemuda Pelajar Indonesia maupun versi website menjadi wadah
(PPI) di Albania sejak 1967-1980 media independen bagi pelajar Indonesia di
menerbitkan jurnal atau majalah dengan luar negeri dan bisa diakses dari mana pun
nama Angkatan Pemuda Indonesia (API). (Gambar 11 dan Gambar 12).
Jurnal empat bulanan ini berukuran A4, Sejak pertengahan 1980-an pelajar
tebal sekitar 50 halaman per edisi. Jurnal ini Indonesia di luar negeri mulai memanfaatkan
menyediakan rubrik budaya yang memuat fasilitas internet untuk dapat saling terhubung
puisi, cerpen dan esai para penulis eksil. dan membentuk komunitas. Mereka
Jurnal ini juga diterbitkan dalam bahasa membentuk sejumlah mailing list untuk
Inggris dan Prancis (McGlynn & Ibrahim, berinteraksi dan memenuhi keingintahuan
2004). Majalah API sempat dilarang mengenai kondisi di Indonesia. Dimulai
beredar di seluruh wilayah Indonesia oleh dengan dibentuknya mailing list Janus
Kejaksaan Agung Republik Indonesia Garuda Indonesia (Janus) dengan alamat
karena isinya berpotensi mengganggu email indonesians@janus.berkeley.edu pada
keamanan dan ketertiban umum. 1987 oleh Eka Ginting. Ketika itu ia sedang

Gambar 11 Majalah Suara Demokrasi (Versi Online) Gambar 12 Majalah Suara Demokrasi No. III/
Agustus/1996 (Versi Cetak)

103
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 1, Juni 2017: 93-110

kuliah di University of Seattle, Amerika aktual di Indonesia. Anggota milis itu


Serikat dan ia memanfaatkan server di terdiri dari aktivis NGO, pelajar Indonesia,
University of California-Berkeley (Lim, wartawan, dan pejabat di lembaga-lembaga
2005). internasional (Winters, 2002).
Mailing list dibuat sebagai sarana Paparan di atas menunjukkan bahwa
berkomunikasi antarpelajar ‘perantauan’, internet di era transisi demokrasi (1990-an)
untuk saling bertukar informasi kegiatan menjadi transnational meeting point bagi
dan kabar dari tanah air. Namun kemudian komunitas diaspora (pelajar) Indonesia di
permasalahan sosial politik Indonesia seluruh dunia dan political stakeholders
pun tidak luput dari topik pembicaraan dalam konteks demokratisasi di Indonesia.
mereka. Mereka merasa lebih ‘aman’ untuk Internet memungkinkan terjadinya direct
membicarakan suatu permasalahan yang global contact sehingga memungkinkan
menyangkut urusan sosial politik nasional informasi yang tersedia dari seluruh dunia,
karena pada saat itu mereka hanya saling yang sebelumnya sulit diakses di Indonesia
terhubung dengan pelajar Indonesia di luar tanpa intervensi aparatur negara, pada saat
negeri. yang sama menjadi senjata bagi pejuang
Pada perkembangannya, internet demokrasi di Indonesia.
menjadi media strategis di mana gagasan Era Reformasi (2001-2015)
tentang demokratisasi didiskusikan secara Di era reformasi, fasilitas internet dan
bebas, diadopsi, dan disebarluaskan selama teknologi informasi mewarnai dinamika
transisi politik di Indonesia pada 1997- diaspora pelajar Indonesia. Perkembangan
1998. Terkait hal ini, Krishna Sen & David teknologi dan keterbukaan politik
Hill (2000, h. 194) menggarisbawahi memunculkan aneka kreasi bermedia
bahwa pola gerakan politik masif hingga di kalangan diaspora pelajar Indonesia.
berhasil menggulingkan Soeharto pada Mei Internet menjadi medium utama untuk
1998 pada dasarnya dipelajari dan diadopsi berinteraksi antarpelajar Indonesia di satu
dari gerakan politik di negara lain seperti negara dan lintas negara.
di Cina dan Filipina yang juga didiskusikan Sejumlah perbincangan, rapat,
secara intensif dan disebarluaskan melalui maupun diskusi dilakukan secara online
internet. maupun melalui mailing list. Fasilitas
Internet menjadi media alternatif instant messaging semacam Yahoo
di mana informasi politik -yang tidak Messenger (YM) menjadi media wajib
tersedia di media cetak atau media siaran- bagi diaspora pelajar Indonesia di era
didistribusikan. Salah satu saluran informasi 2005-2010. Rapat-rapat atau konferensi
penting dan berpengaruh dan sangat popular melalui Yahoo Messenger antarketua PPI
ketika itu adalah mailing list Apakabar dan Dunia dari sejumlah negara menghasilkan
Joyo.net, portal berita politik yang berisi kegiatan akbar Simposium Internasional
informasi tentang situasi HAM dan politik Perhimpunan Pelajar Indonesia di Denhaag

104
Yohanes Widodo. Media Diaspora Pelajar...

pada Mei 2009. Acara ini sekaligus PPI Jepang menerbitkan buletin Interaksi,
menginisiasi Ikatan Ilmuwan Indonesia PPI Perancis menerbitkan majalah Salut,
Internasional (I4). PPI Inggris menerbitkan Majalah PPI UK,
Saat itu, masing-masing PPI di setiap dan PPI Belanda menerbitkan Majalah
negara menerbitkan majalah atau buletin Jong Indonesia. Para pembaca dari seluruh
digital yang hanya bisa diakses dan dunia bisa mengakses atau mengunduh
disebarluaskan melalui internet. Misalnya, dalam versi PDF (Gambar 13 - Gambar 16).

Gambar 13 Majalah PPI Jepang Gambar 14 Majalah PPI Inggris

Gambar 15 Majalah PPI Belanda Gambar 16 Majalah PPI Perancis

105
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 1, Juni 2017: 93-110

Praktik penggunaan media internet Visinya menjadi radio tangguh, mandiri,


oleh diaspora pelajar Indonesia yang ilmiah, dan berdaya respon tinggi sebagai
menarik dan fenomenal adalah radio PPI modal sosial bagi pembangunan Indonesia
Dunia. Sebelumnya, beberapa PPI negara menuju knowledge based society dengan
memiliki dan menyiarkan radio masing- menyajikan informasi, baik perkembangan
masing. Misalnya, radio PPI Jerman, radio ilmu pengetahuan, teknologi, budaya,
Swara Wageningen (PPI Belanda), radio dan memupuk semangat kebangsaan
PPI Australia, dan lain-lain. antargenerasi untuk memperkuat ketahanan
Radio PPI Dunia merupakan radio nasional menghadapi tantangan global.
online atau streaming yang disiarkan Radio PPI Dunia berharap bisa menjadi
melalui situs http://www.radioppidunia. media komunikasi, interaksi, informasi, serta
org. Radio PPI Dunia merupakan radio silaturahmi pelajar dan masyarakat Indonesia
yang seratus persen dikelola oleh diaspora di seluruh dunia.
pelajar Indonesia di luar negeri yang Mereka memilih format radio online
tergabung dalam Aliansi Perhimpunan karena radio online memiliki keunikan dan
Pelajar Indonesia Internasional atau keunggulan dibandingkan media lainnya.
Overseas Indonesian Student Association Radio online memungkinkan para pelajar
Alliance (OISAA) atau PPI Dunia (Widodo, Indonesia yang terpisah dan tersebar di
2012). berbagai negara untuk berkolaborasi. Internet
Radio online ini mengudara sejak memungkinkan komunikasi dan interaksi
18 Mei 2009 pukul 00.00 WIB, ditandai yang lintas batas sehingga radio ini bisa
dengan siaran berantai dari Mesir, Belanda, menjangkau khalayak yang sangat luas dan
Jerman, Rusia, Korea Selatan, Malaysia, dapat diakses di manapun, kapanpun, dan
Inggris, dan Australia. Sebelumnya, radio oleh siapapun. Meski tidak bertemu secara
ini melakukan uji coba siaran sejak 26 April fisik, radio PPI Dunia mampu menumbuhkan
2009. Radio PPI Dunia didirikan untuk rasa kedekatan dan persaudaraan.
mendukung penyelenggaraan Simposium Keunikan dan kelebihan radio PPI
Internasional 2009. Dunia ada pada sisi interaktivitasnya.
Di awal berdirinya, ada 10 PPI di Pendengar bisa berinteraksi dengan sesama
seluruh dunia yang terlibat di radio ini. pendengar maupun penyiar melalui halaman
Mereka tidak pernah bertemu secara fisik chat box. Chat box merupakan salah satu ciri
dan berinteraksi hanya melalui fasilitas khas radio PPI Dunia. Pendengar bisa juga
internet. Radio ini menemani pendengar berkomunikasi dengan penyiar serta berkirim
setianya di seluruh dunia dengan siaran 24 pesan/salam dan lagu melalui pesan singkat
jam. Radio PPI Dunia ingin bisa menjadi Yahoo Messenger, Twitter, dan Facebook.
media komunikasi, interaksi, informasi, Radio PPI Dunia bertujuan untuk
dan silaturahmi pelajar dan masyarakat mempererat tali silaturahmi antarpelajar
Indonesia di seluruh dunia. Indonesia di seluruh dunia; memberikan

106
Yohanes Widodo. Media Diaspora Pelajar...

berbagai informasi baik perkembangan ilmu yakni hiburan, informasi, dan sosial politik.
pengetahuan, teknologi, budaya, dan lain Beberapa kali radio ini menyiarkan live
sebagainya dari seluruh dunia; memberikan report atau live streaming seminar atau
kontribusi bagi kemajuan Indonesia melalui simposium yang diselenggarakan oleh
pendekatan berbagai macam bidang ilmu; komunitas pelajar Indonesia di luar negeri.
dan memupuk semangat kebangsaan Melihat kiprahnya sejauh ini, radio
antargenerasi untuk memperkuat ketahanan PPI Dunia menjadi ruang publik global,
nasional menghadapi tantangan global. tempat bertemunya diaspora pelajar
Radio PPI Dunia merupakan radio Indonesia. Meski tersebar, mereka bisa
internet yang bersifat nonprofit sehingga berjaringan melampaui batas geografi dan
tidak menyertakan iklan produk dalam bentuk berkolaborasi membangun siaran. Meski
apapun. Meski nonprofit, tidak berarti radio tak bertemu secara fisik, namun kedekatan
PPI Dunia tidak membutuhkan dana sama dan rasa persaudaraan tumbuh di antara
sekali. Radio PPI Dunia yang merupakan mereka. Spirit voluntarisme, spirit berbagi,
radio internet tentu saja memerlukan server dan kemauan untuk belajar dan berjejaring,
sehingga dana yang dikeluarkan saat ini mendukung mereka untuk mengembangkan
hanya untuk membiayai server. berbagai program dan konten radio. Dari
Namun tidak menutup kemungkinan situ mereka membangun gerakan dan
untuk membiayai acara offline seperti menghadirkan pencerahan.
yang pernah dibuat radio PPI Dunia yaitu Selain menyiarkan konten lewat radio
Kopdar (Kopi Darat). Kopdar merupakan atau dalam bentuk audio, diaspora pelajar
istilah ajang bertemunya individu satu Indonesia juga menginisiasi siaran video
dengan lainnya, yang selama ini hanya streaming atau televisi online. Beberapa kali
mengenal di dunia maya namun belum radio PPI Dunia menyiarkan wawancara
pernah bertemu di dunia nyata. dengan narasumber dari Ikatan Ilmuwan
Kesulitan yang sering dihadapi selama Indonesia Internasional (I4) dan streaming
rapat pengurus radio PPI Dunia adalah adanya simposium PPI Dunia yang digelar tiap
miskomunikasi antaranggota karena kultur tahun melalui YouTube.
rapat di internet yang belum memiliki etika Contoh lain adalah channel PPI
saat rapat berlangsung. Pengurus radio PPI TV di YouTube yang digawangi PPI
Dunia saat ini masih mempelajari bagaimana Duisburg-Essen sejak Maret 2015. Tampak
seharusnya “rapat maya” ini agar tidak terjadi antusiasme dari diaspora pelajar Indonesia
lagi miskomunikasi antarpengurus radio PPI terhadap media ini. Mereka tertarik untuk
Dunia. memberikan muatan di PPI TV ini versi
Radio PPI Dunia memiliki beragam negara/kota tempat tinggal masing-masing.
program siaran. Setiap program dibawakan Mereka menamakan channel PPI TV untuk
oleh penyiar dengan durasi tiga jam. mewadahi informasi dari PPI di seluruh
Program siaran terbagi tiga kelompok dunia (Agustia, 2015).

107
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 1, Juni 2017: 93-110

SIMPULAN identitas keindonesiaan yang ditemukan pada


Diaspora pelajar Indonesia dan media diaspora pelajar Indonesia.
medianya memiliki sejarah panjang.
Kiprah media diaspora pelajar Indonesia DAFTAR RUJUKAN

mengalami pasang surut, patah tumbuh Abidin, H. (2012, 15 Mei). Diaspora filantropi: Potensi
dan tantangan pendayagunaannya. Pirac.org.
hilang berganti. Makalah ini mengkaji peran
<http://pirac.org/2012/05/15/diaspora-filantropi-
dan spirit atau nilai-nilai yang diusung oleh
potensi-dan-tantangan-pendayagunaannya>
media diaspora pelajar Indonesia di luar Agustia, S. (2015, 2 Juli). PPI TV, sebuah inovasi
negeri pada era Pra Kemerdekaan (1908- berbagi informasi. Penulisgoabroad.com.
1845), Orde Lama (1945-1965), Orde Baru <http://www.penulisgoabroad.com/community/
(1966-1990), Transisi Orde Baru (1990- ppi-tv-sebuah-inovasi-berbagi-informasi>
Ahmed, J. U. (2010). Documentary research method:
2000), hingga Reformasi (2001-2016).
New dimensions. Indus Journal of Management
Penelitian ini menyimpulkan bahwa & Social Sciences, 4(1), 1-14. <http://indus.edu.
media diaspora pelajar Indonesia eksis pada pk/RePEc/iih/journl/4(1)2010-(1)-Documentary
pada setiap era, mulai Pra Kemerdekaan ResearchMethodNewDimensions-Jashim.pdf>
Arismunandar, S. (2012, 12 Juni). Sejarah dan
(1908-1845), Orde Lama (1945-1965), Orde
fenomena pers mahasiswa. Academica.edu.
Baru (1966-1990), Transisi Orde Baru (1990-
<http://www.academia.edu/4979961/Sejarah_
2000), hingga era Reformasi (2001-2016). dan_Fenomena_Pers_Mahasiswa>
Peran media diaspora pelajar Indonesia di luar Budarick, J. (2011). Media, home and diaspora.
negeri berbeda/khas pada setiap era. Peran Lse.ac.uk. <http://www.lse.ac.uk/media@lse/
yang mengemuka, yaitu media berperan research/mediaWorkingPapers/pdf/EWP21.
pdf>
sebagai mimbar bebas untuk menyampaikan
Burhanudin, J. (2012). Ulama dan kekuasaan:
kritik pada penguasa. Perkembangan dan
Pergumulan elite politik muslim dalam sejarah
dinamika sosial politik di tanah air turut Indonesia. Jakarta, Indonesia: Mizan Publika.
memengaruhi peran tersebut. Setiap era Ginanjar, D. R. (2016). Indonesian students’
memiliki spirit atau keindonesiaan yang association (PPI) in Netherlands from 1952
khas. Era Pra Kemerdekaan menonjolkan to 2015: A continuing dynamic. Thesis.
Leiden University, Leiden, Netherland.
spirit nasionalisme, gotong royong, serta
< h t t p s : / / o p e n a c c e s s . l e i d e n u n i v. n l /
senasib sepenanggungan. Era Kemerdekaan handle/1887/43463>.
menonjolkan spirit nasionalisme. Era Orde Edisi khusus 80 tahun Sumpah Pemuda. (2008, 27
Baru dan transisi Orde Baru mengusung spirit Oktober). Majalah Tempo.
hak asasi manusia dan keadilan. Sementara Elson, R. (2008). The idea of Indonesia: A history.
spirit humanisme dan kesejahteraan Cambridge, UK: Cambridge University Press

ditemukan pada era Reformasi. Selain Ember, M., Ember, C.R. & Skoggard, I. (Eds.).
(2004). Encyclopedia of diasporas: Immigrant
itu, nama media yang mengandung kata
and refugee cultures around the world, Volume
atau ungkapan dari Bahasa Indonesia atau I: Overviews and topics, Volume II: Diaspora
Bahasa Nusantara serta penggunaan Bahasa communities. New York, USA: Springer
Indonesia atau Bahasa Melayu menjadi Science & Business Media.

108
Yohanes Widodo. Media Diaspora Pelajar...

Georgiou, M. (2005). Diasporic media across Europe: <https://www.academia.edu/7185894/


Multicultural societies and the universalism– Diasporic_Community_and_European_
particularism continuum. Journal of ethnic Cultural_Identity>
and migration studies, 31(3). 481-498. DOI: Poeze, H. A. (2008). Di negeri penjajah: Orang
10.1080/13691830500058794. Indonesia di negeri Belanda 1600-1950.
Hasyim, S. (2014). Challenging a home country: Jakarta, Indonesia: Kepustakaan Populer
A preliminary account of Indonesian student Gramedia
activism in Berlin, Germany. Austrian Journal Sugiantoro, H. (2015, 26 Juni). Tulisan ilmiah
of South-East Asian Studies, 7(2), 183-198. perdana seorang Hatta. Kompasiana.com.
< https://aseas.univie.ac.at/index.php/aseas/
< h t t p : / / w w w. k o m p a s i a n a . c o m /
article/download/240/141>
ahmadelpena/tulisan-ilmiah-perdana-
Ingleson, J. (1975). Perhimpunan Indonesia and the seorang hatta_5500450a813311091bfa74c1>
Indonesian nationalist movement, 1923-1928.
Suryadi. (2016, 19 Juli). PPI Belanda di zaman
Victoria, Australia: Monash University Centre
Orde Lama. Kompasiana.com. <http://www.
of Southeast Asian Studies
kompasiana.com/suryadileiden/ppi-belanda-di-
Karim, H. K. (2003). The media of diaspora. zaman-orde-lama_577f6d975eafbd9c06fdfc36>
London, UK: Routledge.
Syahid, C. N. (2015). Mobilitas mahasiswa Indonesia
Sen, Krishna & David T. Hill. (2000). Media, di Belanda. Jurnal Kajian Wilayah, 6(1), 85-92.
culture and politics in Indonesia. New York, <http://ejournal.lipi.go.id/index.php/jkw/article/
USA: Oxford University Press. viewFile/71/15>
Latief, H. (2009, 30 Januari). Mahasiswa dan gerakan Tugiyono, K.S. (2004). Pengetahuan sosial sejarah.
politik praktis. Kompas.com. <http://travel. Jakarta, Indonesia: Grasindo.
kompas.com/read/2009/01/30/00430861/
van Niel, R., & Rasuanto, B. (2009). Munculnya
mahasiswa.dan.gerakan.politik.praktis>.
elit modern Indonesia. Jakarta, Indonesia: PT
Lim, M. (2005). @rchipelago online: The internet and Dunia Pustaka Jaya.
political activism in Indonesia. Doctorate Thesis.
Vertovec, S. (1997). Three meanings of ‘diaspora’
Twente University, Enschede, Netherlands.
exemplified among South Asian religions.
McGlynn, J. H. & Ibrahim, A. K. (Eds.). (2004). Diaspora: A Journal of Transnational Studies,
Menagerie 6: Indonesian fiction, poetry, 6 (3), 277-299. DOI: 10.1353/dsp.1997.0010
photographs, essays. Jakarta, Indonesia: The
Widodo, Y. (2012, 27 Februari). Radio internet bagi
Lontar Foundation.
diaspora Indonesia. Bernas Jogja.
Mereka, di belakang pendahulu. 1981. Majalah
Winters, J. A. (2002). The political impact of new
Tempo. <http://majalah.tempointeraktif.com/
information sources and technologies in
id/arsip/1981/01/03/PDK/mbm.19810103.
Indonesia. Gazette, 64(2), p. 8.
PDK50686.id.html>
Yandi. (2012, 28 Oktober). Hatta dan kata
Manifesto 1925: Prolog dari Belanda. (2008, 27
Indonesia. Tempo.co. <https://m.tempo.co/
Oktober). Majalah Tempo. <http://majalah.
read/news/2012/10/28/078438187/hatta-
tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/27/LK/
dan-kata-indonesia>
mbm.20081027.LK128562.id.html>
Nagazumi, A. (1986). Indonesia dalam kajian
sarjana Jepang. Jakarta, Indonesia: Yayasan
Obor Indonesia
Nastiti, A. D. (n.d). Diasporic media and the question
of European cultural identity. Academia.edu.

109
Jurnal
ILMU KOMUNIKASI VOLUME 14, NOMOR 1, Juni 2017: 93-110

110

Anda mungkin juga menyukai