Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIDKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu :
Junita Friska, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh :
Febiyola Valentina Lumbanraja

317 333 1015

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

IDENTITAS BUKU 1

Judul Buku : Pendidikan Kewarganegaraaan Untuk Perguruan Tinggi


Pengarang :Winarno Narmoatmojo, dkk
Penerbit : Ombak
Tahun Terbit : 2015
Kota Terbit : Yogyakarta
ISBN : 602-258-267-0
Tebal Buku : 200 halaman
Ukuran : 14,5 x 21 cm

IDENTITAS BUKU 2

1.Judul : Pendidikan Kewarganegaraan: Mewujudkan Masyarakat Madani


2.Penulis : Sarbaini Saleh, S. Sos., M.Si
3.ISBN : ISBN 978-602-8208-26-0
4.Penerbit : Citapustaka Media Perintis
5.Tahun terbit : Juni 2010
6.Urutan cetak : Cetakan kedua
7.Tebal buku : 202 halaman
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

RINGKASAN ISI BUKU 1


BAB I IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
Identitas nasional sebuah Negara bangsa adalah penanda yang menjadi ciri khas dari warga
Negara yang terhimpun dalam satu Negara bangsa, baik dalam dimensi fisik maupun
nonfisikyang dimanifestasikan dalam sikap dan perbuatannya.arti pentinng identitas nasional
bagi suatu bangsa adalah sebagai pemersatu bangsa yang bersangkutan sekaligus sebagai
pembeda dengan bangsa lain. Sebagai entitas Negara, Indonesia memiliki sejumlah identitas
nasional, yang diwujudkan dalam bentukbentuk antara lain:
1. Bahasa nasional yakni bangsa Indonesia
2. Bendera Negara yakni Sang Merah Putih
3. Lagu kebangsaan yakni Indonesia Raya
4. Lambang Negara yakni Garuda Pancasila
5. Semboyan Negara yakni Bhineka Tunggal Ika
6. Ideologi nasional yakni Pancasila
Identitas memliki fungsi integratif artinya mengintegrasikan atau menyatukan masyarakat
bangsa itu. Pancasila sebagai identitas berperan penting dalam mengintegrasikan bangsa
Indonesia. Pancasila merupakan “nilai integratif” nya bangsa Indonesia.

BAB II KEWARGANEGARAAN INDONESIA


Warga negara adalah seorang anggota dari suatu negara. Kewarganegaraan adalah bentuk
ikatan atau hubungan antara warga negara dengan negara. Elemen atau atribut
kewarganegaraan meliputi; perasaan akan identitas, hak, kewajiban, peran dan penerimaan
akan nilai sosial bersama. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara.
Perihal warga Negara dan kewarganegaraan di atur dalam Pasal 26UUD NRI 1945 dan
Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegraan Indonesia. Status warga Negara
meliputi status aktif, pasif, positif, dan negatif. Peran warga Negara meliputi peran aktif,
pasif, positif, dan negatif. Hak dan kewajiban warga Negara Indonesia secara garis besar
diatur dalam UUD NRI 1945 Pasal 27 sampai Pasal 34. Pengaturan dan rincian lanjut tentang
hak dan kewajiban warga Negara dalam berbagai bidang termuat dalam pelbagai undang-
undang dan peraturan di bawahnya. Missal, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 terdapat hak
dan kewajiban warga Negara dalm bidang pendidikan.

BAB III NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI


Istilah Negara hukum dikenal dengan dua konsep yakni negaraa hukum dalam arti
rule of law. Rechtsstaat dikenal di Negara Eropa Koninental sedang rule of law dikenal di
Negara Anglosaxon. Negara hukum dibedakan menjadi Negara hukum formal dan Negara
hukum material. Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Ayat 3
UUD NRI 1945 yakni Indonesia adalah Negara yang berdasar aas hukum. Konstitusi Negara
Indonesia adalah UUD NRI yang disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan telah
mengalami perubahan (amandemen) sebanyak 4 kali. UUD NRI 1945 sebagai konstitusi
Negara diharapkan sebagai “the living constitution”, yakni konstitusi yang hidup, konstitusi
yang ditaati baik oleh penyelenggara Negara maupun warga Negara Indonesia.

BAB IV DEMOKRASI INDONESIA


Secara etimologis demokrasi berarti pemerintahan rakyat (demos artinya rakyat,
kratos artinya pemerintahan). Pengertian umum demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi dipahami sebagai bentuk pemerintahan, system
politik, dan demokrasi sebagai sikap hidup bernegara. Demokrasi Indonesia adalah deokrasi
yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila (demokrasi Pancasila) yang meliputi pengertian
dalam arti luas dan sempit. Demokrasi sebagai sikap dan pola hidup benegara adalah sikap
dan perilaku warga Negara yang berkepribadian demokrasi atau berlandaskan nilai-nilai
demokrasi, seperti anti kekerasan, menghargai perbedaan , percaya diri, mampu mengekang
diri dam tanggumg jawab.
BAB V HAK ASASI DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA
Hak asasi manusia (HAM) sebagai hak-hak mendasar dalam diri manusia, bersifat
universal melekat, dan inheren dalam diri manusia. Hak Asasi dapat dibedakan dalam
beberapa kategori yakni hak asasi pribadi, hak asasi politik, hak asasi ekonomi, hak sosial
dan kebudayaan, hak mendapat pengayoman dan perlakuan sama dalam hukum dan
pemerintahan, dan hak mendapat perlakuan yang sama dalam tata cara peradilan dan
perlindungan. Adanya kewajiban asasi manusai didasarkan prinsip bahwa manusia memiliki
tangggung jawab.

BAB VI WAWASAN NUSANTARA


Wawasan nusantara adalah cara pandang dan siakap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hakikat
wawasan nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah nasional. Dengan wawasan
nusantara, kita memiliki pandangan bahwa wilayah Indonesia dengan segala isi dan
kehidupannya merupakan satu kesatuan yang meliputi kesatuan politik,ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.

BAB VII KETAHANAN NASIONAL


Ketahanan nasional merupakan konsepsi khas bangsa Indonesia. Konsep ketahanan
nasional dikembangkan oleh Lembaga Pertahanan Nasional pada tahun 1960-an sebagai
keuletan dan daya tahanbangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman, terutama ancaman
komunisme. Pengertian ketahanan nasional mencakup 3 yakni ketahanan nasional sebagai
doktrin, sebagai pendekatan dan sebagai kondisi. Unsure-unsur ketahanan nasional maliputi
unsure atau gatra: 3 gatra aspek alamiah dan 5 gatra aspek social kemasyarakatan.

RINGKASAN ISI BUKU 2

BAB I : DASAR DAN IDEOLOGI NASIONAL


A. Pancasila sebagai Filsafat dan Dasar Negara
Pancasila yang terdiri dari lima sila sudah tertuang dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea
keempat dan diperuntukkan sebagai dasar negara RI. Meskipun dalam pembukaan UUD 1945
tersebut tidak secara eksplisit disebutkan kata pancasila, namun sudah ada dikenal luas bahwa
lima sila yang dimaksudkan adalah pancasila yang sejatinya dimaksudkan sebagai dasar
negara.
1. Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila
Mengacu kepada pemikiran filsafati, keberadaan pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu nilai (Kaelan, 2000). Rumusan pancasila sebagaimana yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah sebagai berikut :
Ketuhanan yang maha esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

2. Perwujudan Nilai Pancasila sebagai Norma Bernegara


Norma atau kaidah adalah aturan pedoman bagi manusia dalam berperilaku sebagai
perwujudan nilai. Sedangkan nilai yang abstrak dan normatif dijabarkan dalam wujud norma.
Pada gilirannya yang tampak dalam kehidupan dan melingkari kehidupan kita adalah norma.
Dalam hal ini norma yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari ada empat macam, yang
mencakup :
a. Norma Agama
Norma ini disebut juga dengan norma religi atas kepercayaan. Norma kepercayaan atau
keagamaan ditujukan kepada kehidupan beriman. Norma ini ditujukan terhadap kewajiban
manusia kepada tuhan dan dirinya sendiri. Sumber norma ini adalah ajaran-ajaran
kepercayaan atau agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah tuhan.
b. Norma Moral (etik)
Norma moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma moral menentukan bagaimana
kita menilai seseorang. Norma kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu
karena menyangkut kehidupan pribadi.
c. Norma Kesopanan
Norma kesopanan disebut juga norma adat, sopan santun, tata krama, atau norma fatsoen.
Maka norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan bersama, kepatuhan, atau kepantasan
yang berlaku dalam masyarakat.
d. Norma Hukum
Norma hukum berasal dari kekuasaan luar dari diri manusia yang memaksakan kepada kita.
Masyarakat secara resmi (negara) diberi kuasa untuk memberi sanksi atau menjatuhkan
hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah sebagai lembaga yang mewakili masyarakat resmi
untuk menjatuhkan hukuman.

BAB II : HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


Negara sebagai suatu entitas adalah sesuatu yang abstrak. Adapun yang tampak sebagai
keberadaannya adalah unsur-unsur negara yang berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah.
Karena itu salah satu unsur dari negara adalah rakyat. Pemahaman yang baik mengenai
hubungan antara warga negara dengan negara sangat penting untuk mengembangkan
hubungan yang harmonis, konstruktif, produktif, dan demokratis dalam tatanan sosial dan
kenegaraan.

A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan


1. Warga Negara
Warga diartikan sebagai anggota atau peserta. Jadi, warga negara secara sederhana diartikan
sebagai anggota dari suatu negara. Sedangkan istilah warga negara merupakan terjemahan
kata citizen (bahasa inggris) yang mempunyai arti sebagai berikut:
a. Warga negara.
b. Petunjuk dari sebuah kota.
c. Sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air.
d. Bawahan atau kawula.
2. Kewarganegaraan
Kewarganegaraan (citizenship) artinya keanggotaan yang menunjukkan hubungan ikatan
antara negara dengan warga negara. Istilah kewarganegaraan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanyaikatan hukum antara warga
negara dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu.
Tanda dari adanya ikatan hukum, misalnya akat kelahiran, surat pernytaan, bukti
kewarganegaraan
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan
emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan
tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari penghayatan warga negara yang
bersangkutan.

B. Kedudukan Warga Negara dalam Negara


Hubungan antar warga negara dengan negara terwujud dalam bentuk hak dan kewajiban
antara keduanya. Warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya.
1. Penentu Warga Negara
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas ius soli
dan ius sanguinis. Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata solum yang artinya
negeri atau tanah. Sanguinis bersal dari kata sanguis yang artinya darah.
a. Asas Ius Soli
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana
orang tersebut dilahirkan.
b. Asas Ius Sanguinis
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan
dari orang tersebut.
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek
perkawinan yang mengcakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.
a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami isteri adalah suatu ikatan
yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaraan suami atau istri.

C. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara
Secara teori, status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif, dan positif. Peranan
warga negara juga meliputi peranan yang pasif, aktif, negatif, dan positif.
Di Indonesia, hubungan antara warga negra dengan negara telah diatur dalam UUD 1945.
Hubungan antara warga negara dengan negara Indonesia digambarkan dengan baik dalam
peraturan mengenai hak dan kewajiban. Baik itu hak dan kewajiban warga negara terhadap
negara maupun hak dan kewajiban negara terhadap warganya. Ketentuan selanjutnya
mengenai hak dan kewajiban warga negara diberbagai bidang terdapat dalam peraturan
perundaang-undangan dibawah undang-undang dasar.

BAB III : KONSEP DASAR DEMOKRASI


A. Hakikat Demokrasi
1. Pengertian Etimologis Demokrasi
Ditinjau dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu demos
yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi,
secara bahasa, demos-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan
rakyat.
2. Pengertian Terminologis Demokrasi
Dari sudut terminology, banyak sekali defenisi demokrasi yang dikemukakan oleh beberapa
ahli politik. Masing-masing memberikan defenisi dari sudut pandang yang berbeda.
Menurut Harris Soche Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan
pemerintah itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat
atau orang banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan
dan pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.

3. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan


Demokrasi pada masa lalu dipahami hanya sebagai bentuk pemerintahan. Demokrasi adalah
salah satu bentuk pemerintahan. Tetapi sekarang ini demokrasi dipahami lebih luas lagi
sebagai sistem pemerintahan atau politik. Konsep demokrasi sebagai bentuk pemerintahan
berasal dari para filsuf Yunani. Dalam pandangan ini, demokrasi merupakan salah satu
bentuk pemerintahan.

B. Demokratisasi
Di samping kata demokrasi, dikenal juga istilah demokratisasi. Demokratisasi adalah
penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada ssetiap kegiatan politik
kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan demorasi.
Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju pada sistem pemerintahan yang lebih
demokratis.

C. Demokrasi di Indonesia
1. Demokrasi Desa
Demokrasi desa memiliki 5 (lima) unsur atau anasir, yaitu:
a. Rapat;
b. Mufakat;
c. Gotongroyong;
d. Hak mengadakan protes bersama, dan
e. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut.

2. Demokrasi Pancasila
Demokrasi pancasila dapat diartikan secara luas maupun sempit, sebagai berikut:
a. Secara luas demokrasi pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan
pada nilai-nilai pancasila dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial.
b. Secara sempit demokrasi pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

BAB IV : HAKIKAT NEGARA HUKUM


A. Pengertian dan Tujuan Negara
Istilah Negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state (Inggris), staat (Belanda
dan Jerman) atau etat (Prancis). Kata-kata tersebut berasal dari kata Latin status atau statum
yang memiliki pengertian tentang keadaan yang tegak dan tetap. Pengertian status atau
statum lazim diartikan dalam bahasa Inggris dengan standing atau station (kedudukan).
Istilah ini sering pula dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup antar manusia yang
biasa disebut dengan istilah status civitatis atau status republicae. Dari pengertian yang
terakhir inilah kata status selanjutnya dikaitkan dengan kata Negara.
Sedangkan secara terminologi, Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-citauntuk bersatu, hidup di dalam suatu kawasan
dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif
dari sebuah Negara yang paling galibnya dimiliki oleh suatu Negara berdaulat: masyarakat
(rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya, Negara
harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Tujuan sebuah Negara dapat bermacam-
macam, antara lain;
a. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan.
b. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum.
c. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum.

Sementara itu, dalam konsep dan ajaran Negara Hukum, tujuan Negara adalah
menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpedoman pada hukum.
Dalam Negara hukum segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahannya didasarkan atas
hukum. Semua orang tanpa kecuali harus tunduk dan taat pada hukum, hanya hukumlah yang
berkuasa dalam Negara itu (government no by man but by law = the rule of law).
B. Unsur-unsur Negara
dalam rumusan Konvensi Montevideo tahun 1933 disebut bahwa suatu Negara harus
memiliki 3 (tiga) unsur penting, yaitu rakyat, wilayah dan pemerintahan. Tiga unsur ini perlu
ditunjang dengan unsur lainnya seperti adanya konstitusi dan pengakuan dunia internasional
yang oleh Mahfud disebut dengan unsur deklaratif.
Untuk lebih jelas memahami unsur-unsur pokok dalam Negara ini, akan dijelaskan masing-
masing unsur tersebut:
a. Rakyat
Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu Negara adalah sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.
Tidak bisa dibayangkan jika ada suatu Negara tanpa rakyat. Hal ini mengingat rakyat atau
warga Negara adalah substratum personil dari Negara.
b. Wilayah
Wilayah adalah unsur Negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada Negara tanpa
ada batas-batas territorial yang jelas. Secara umum wilayah dalam sebuah Negara biasanya
mencakup daratan, perairan (samudra, laut dan sungat) dan udara. Dalam konsep Negara
modern, masing-masing batas wilayah tersebut di atur dalam perjanjian dan perundang-
undangan internasional.
c. Pemerintah yang berdaulat
Yaitu adanya penyelenggara Negara yang memiliki kekuasaan menyelenggarakan
pemerintahan di Negara tersebut. Pemerintah tersebut memiliki kedaulatan baik ke dalam
maupun ke luar. Kedaulatan ke dalam berarti Negara memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh
rakyatnya. Kedaulatan ke luar artinya Negara mampu mempertahankan diri dari serangan
Negara lain.

C. Konsep Negara Hukum


1. Konstitusi dan Konstitusionalisme
Negara adalah sesuatu organisasi kekuasaan yang terdiri atas unsur rakyat (penduduk),
wilayah dan pemerintah. Pemerintah adalah salah satu unsur Negara, wilayah dan
pemerintah. Pemerintah adalah salah satu unsur Negara. Pemerintahlah yang
menyelenggarakan dan melaksanakan tugas-tugas demi terwujudnya tujuan bernegara.
Upaya mewujudkan pemerintahan yang menjamin hak dasar rakyat serta kekuasaan yang
terbatas itu dituangkan dalam suatu aturan bernegara yang umumnya disebut konstitusi
(hukum dasar Negara). Konstitusi atau undang-undang dasar Negara mengatur dan
menetapkan kekuasaan Negara sedemikian rupa sehingga kekuasaan Negara efektif untuk
kepentingan rakyat serta tercegah dari penyalahgunaan kekuasaan. Konstitusi dianggap
sebagai jaminan yang paling efektif bahwa kekuasaan pemerintahan tidak akan
disalahgunakan da hak-hak warga Negara tidak dilanggar.

D. Ciri-ciri Negara Hukum


Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah Negara hukum formil atau Negara
hukum dalam arti sempit. Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa Negara bukan
merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of law. Istilah Rechtsstaat diberikan
oleh para ahli hukum Eropa Continental sedang istilah Rule of law diberikan oleh para ahli
hukum continental memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut:
a. Hak asasi manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika.
c. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan.
d. Peralihan administrasi dalam perselisihan.
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri Rule of law
sebagai berikut.
a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
b. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat.
c. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang satau keputusan pengadilan.
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep Negara hukum
formil atau Negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat bahwa peranan
pemerintah hanya sedikit, karena ada dalil bahwa “Pemerintah yang sedikit ada pemerintah
yang baik”.
Disamping perumusan ciri-ciri Negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai pendapat
mengenai ciri-ciri Negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Montesquieu,
Negara yang paling baik adalah Negara hukum, sebab di dalam konstitusi di banyak Negara
terkandung tiga inti pokok, yaitu:
a. Perlindungan HAM
b. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu Negara, dan
c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ Negara.
BAB V : HAK ASASI MANUSIA
A. Pendahuluan
Islam adalah agama Wahyu yang ajarannya menjadi rahmat bagi sekalian alam (rahmatan
lil’alamin). Sebagai agama Wahyu, ajaran Islam mengatur seluruh aspek kehidupan baik
individu dan masyarakat, duniawi dan ukhrawi, maupun jasmani dan rohani. Dalam hal ini,
tujuan penerapan ajaran dan hukum Islam adalah untuk keselamatan jiwa, badan, harta dan
masyarakat.
Dalam dataran pengalaman agama Islam, umat senantiasa berhadapan dengan berbagai
persoalan kehidupan dari waktu ke waktu. Bahkan Islam juga berkembang, mengalami
pasang surut di pentas sejarah. Sampai kini, kemajuan zaman ditandai dengan fenomena
global yang memunculkan berbagai isu mencakup; kerusakan lingkungan, pasar bebas,
penerapan IPTEK yang canggih, penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).

B. Islam dan HAM


Istilah Hak Asasi Manusia mulai popular setelah adanya Universal Declaration of Human
Right yang disetujui Majelis Umum PBB tanggal 10 Desember 1948. Suatu standar
pencapaian yang berlaku umum untuk semua rakyat dan semua bangsa, berkaitan dengan hak
dasar manusia (Nickel, 1996).
Menurut pasal 3-21 DUHAM, hak personal, hak legal, hak sipil dan politik meliputi:
1. Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan pribadi,
2. Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan,
3. Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam, tak
berprikemanusiaan ataupun merendahkan derajat kemanusiaan,
4. Hak untuk memperoleh pengakuaan hukum dimana saja secara pribadi,
5. Hak untuk pengmpunan hukum secara efektif,
6. Hak bebas dari penangkapan, penahanan, atau pembuangan yang sewenang-wenang,
7. Hak peradilan yang independen dan tidak memihak.
Adapun hak ekonomi, sosial dan budaya meliputi :
1. Hak atas jaminan sosial,
2. Hak untuk bekerja,
3. Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama,
4. Hak untuk bergabung kedalam serikat-serikat buruh.

C. Islam dan Perdamaian


Islam bukan merupakan agama yang tertutup dan dimonopoli oleh satu bangsa saja, tetapi
merupakan agama yang terbuka bagi semua orang yang mencari dan meyakini kebenaran. Ia
merupakan agama universal bagi seluruh umat manusia yang hidup di segala tempat dan
waktu. Karena itu adalah kewajaran bahwa Islam memperhatikan pentingnya menata
kehidupan yang penuh perdamaian di seluruh penjuru dunia dan di segala waktu.
Perdamaian tidak mungkin terwujud dalam suatu negara bila perdamaian individu tidak
pernah diciptakan. Menurut Qutub (dalam Ali, dkk, 1988), secara konsepsional ada beberapa
tingkatan perdamaian, yaitu:
1. Perdamaian di dalam kesadaran hati nurani manusia. Ini merupakan sendi yang paling
dasar dalam kerangka susunan perdamaian umat manusia.
2. Perdamaian dalam keluarga, yang merupakan hubungan yang pertama dan paling
sederhana bagi manusia.
3. Perdamaian dalam masyarakat baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam
hubungan tetap antar warga negara.
4. Perdamaian seluruh dunia yang menjamin keselamatan, manusia seluruhnya.
Untuk menegakkan perdamaian secara seutuhnya, maka diperlukan dukungan sikap adil
dalam perilaku bermasyarakat. Adil adalah perhatian terhadap hak-hak individu dan
memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya. Pengertian inilah yang didefinisikan
dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya, atau memberi pihak lain haknya melalui jalan
yang terdekat. Lawannya adalah kezaliman dalam arti pelanggaran terhadap hak-hak pihak
lain. Keadilan seperti inilah melahirkan keadilan sosial (Shibab, 1996).
BAB VI : KETAHANAN NASIONAL
Bertitik tolak dari bagan paradigma ketatanegaraan nasioanl, maka Ketahanan Nasional
(Tannas) merupakan satu dari konsepsi politik ketatanegaraan Republik Indonesia.
A. Pengertian Ketahanan Nasional
Setidaknya tidak ada tiga perspektif atau sudut pandang terhadap konsepsi ketahanan
nasional. Ketiga perspektif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut,
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi. Perspektif ini melihat ketahanan nasional sebagai
suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi.
2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara dalam menjalankan
suatu kegiatan khususnya pembangunan negara. Dalam perspektif ini, sebagai suatu
pendekatan, ketahanan nasional menggambarkan pendekatan yang integral.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan salah satu konsepsi
khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaraan
kehidupan bernegara.
B. Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia
1. Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional
Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an khususnya pada
kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi,
1997). Pada masa itu adalah sedang meluasnya pengaruh komunisme yang berasal dari
negara Uni Soviet dan Cina. Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo Cina
sehingga satu persatu kawasan Indo Cina menjadi negara komunisme seperti Laos, Vietnam,
dan Kamboja. Bahkanm infiltrasi komunis mulai masuk ke Thailad, Malaysia, dan Singapura.
Akankah efek domino itu akan terus menjalar ke Indonesia? Maka muncul kecemasan di
kalangan penyelenggaraan negara dalam menangkal pengaruh komunisme melalui doktrin
atau konsepsi kenegaraan yang tangguh.
BAB III
PEMBAHASAN

KELEBIHAN BUKU 1:
Buku karya Winarno Narmoadmojo dkk ini bisa menjadi buku pedoman yang baik bagi
para mahasiswa terutama mahasiswa jurusan PPkn untuk menambah pengetahuan yang lebih
baik lagi.
Pada buku ini terdapat analisis kasus di setiap materi sehingga pembaca akan lebih
memahami karena diberikan contoh konkrit.
Sebelum memasuki isi dari suatu bab penulis memberikan keterangan orientasi dengan
bahasa yang baik sehingga dapat memotivasi para pembaca untuk kelanjutan bacaannya.
Buku ini sangat bagus karena materi-materi yang dibahas dibuat dengan lengkap dan
disertai juga dengan gambar. Buku ini juga terdapat konsep-konsep dan kata kunci di setiap
materinya yang dibahas.
Di setiap akhir pembahasan bab terdapat saran bacaan untuk pembaca untuk lebih
mendalami materi yang disajikan.
Dalam buku ini juga disediakan glossarium yang berfungsi menyajikan kata-kata
berserta artinya yang terkait dengan buku tersebut untuk memudahkan kita untuk memahami
sesuatu kata.

KELEBIHAN BUKU 2:
Dalam buku yang menjadi panduan yaitu buku Pendidikan Kewarganegaraan:
Mewujudkan Masyarakat Madani struktur bukunya sudah baik dan tersusun dengan rapi,
hanya saja cara penulisan dalam buku ini masih kurang rapi karena masih banyaknya
penulisan kata yang salah dan peletakan tanda bacanya kurang tepat, penjelasan dalam
penyajian materi juga sudah baik karena telah dijelaskan secara terperinci dan telah
menggunakan pendapat dari beberapa ahli mulai dari ahli dalam negeri maupun luar negeri
walaupun masih banyak menggunakan kata-kata yang sukar untuk dimegerti yang membuat
pembaca untuk sedikit lambat dalam memahaminya.
Buku Pendidikan Kewarganegaraan karangan Sarbaini Shaleh, Sudah baik di dalam
memaparkan isi bab ini, sehingga pembaca dapat mengerti tentang isi bab ini. Sedangkan
dalam jurnal pembahasan tentang bab yang terkait sudah baik tetapi kurang meluas.
Buku Pendidikan Kewarganegaraan karangan Sarbaini Shaleh dan di dalam jurnal, ada
beberapa pendapat ahli dan Undang-undang yang terkait dalam isi bab ini. Sehingga pembaca
dapat menyimpulkan penjelasan dari beberapa ahli dan Undang-undang tersebut.
Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan karangan Sarbaini Shaleh, penulis
menjelaskan secara rinci dan teratur pada sub judul pada bab ini. Setiap sub judul diberi
pengertian secara terminologi dan etimonologi yang mudah dimengerti, sedangkan pada buku
Pendidikan Kewarganegaran karangan Payerli Pasaribu, sedikitnya penjabaran dan tidak
adanya pengertian secara terminologi dan etimologis.

KELEMAHAN BUKU 1:
Penulis menggunakan dua jenis referensi yaitu bodynote dan footnote. Sebaiknya
penulis harus konsisten dengan jenis tersebut. Artinya, ketika sebuah tulisan menggunakan
bodynote, maka seluruh referensi dari awal hingga akhir tulisan harus menggunakan
bodynote. Atau, jika seorang penulis menggunakan catatan kaki, sejak awal hingga akhir
tulisan, penulis harus menggunakan catatan kaki untuk menuliskan referensinya.
Pada pembahasan materi masih terdapat kesalahan penulisan kata seperti yang terdapat
di halaman 156 pada penulisan kata “bangssa” seharusnya “bangsa”.
Terdapat judul pembahasan yang berulang di materi Bab I tentang Identitas Nasional.
Dalam saran bacaan sebaiknya tidak mencantumkan blog-blog situs internet, karena isi
yang terdapat dalam blog-blog situs internet belum teruji kebenaraannya.

KELEMAHAN BUKU 2:
 Penggunaan bahasa yang sukar untuk dipahami dan tidak adanya indeks pada buku
ini. Begitu pula dengan peletakan tanda bacanya juga masih banyak yang kurang tepat lagi.
Buku ini juga tidak mempunyai rangkuman dan juga latihan sehingga pembaca tidak bisa
mengukur sejauh mana ini telah memahami materi yang telah ia kuasai.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Identitas nasional sebuah Negara bangsa adalah penanda yang menjadi ciri khas dari warga
Negara yang terhimpun dalam satu Negara bangsa, baik dalam dimensi fisik maupun
nonfisikyang dimanifestasikan dalam sikap dan perbuatannya.arti pentinng identitas nasional
bagi suatu bangsa adalah sebagai pemersatu bangsa yang bersangkutan sekaligus sebagai
pembeda dengan bangsa lain. Warga negara adalah seorang anggota dari suatu negara.
Kewarganegaraan adalah bentuk ikatan atau hubungan antara warga negara dengan negara.
Elemen atau atribut kewarganegaraan meliputi; perasaan akan identitas, hak, kewajiban,
peran dan penerimaan akan nilai sosial bersama. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga Negara. Perihal warga Negara dan kewarganegaraan di atur dalam Pasal
26UUD NRI 1945 dan Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegraan
Indonesia.

Secara etimologis demokrasi berarti pemerintahan rakyat (demos artinya rakyat, kratos
artinya pemerintahan). Pengertian umum demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi dipahami sebagai bentuk pemerintahan, system politik,
dan demokrasi sebagai sikap hidup bernegara. Demokrasi Indonesia adalah deokrasi yang
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila (demokrasi Pancasila) yang meliputi pengertian
dalam arti luas dan sempit. Demokrasi sebagai sikap dan pola hidup benegara adalah sikap
dan perilaku warga Negara yang berkepribadian demokrasi atau berlandaskan nilai-nilai
demokrasi, seperti anti kekerasan, menghargai perbedaan , percaya diri, mampu mengekang
diri dam tanggumg jawab.

Buku karangan Sarbaini Saleh, S.Sos., M.Si yang berjudul Pendidikan Kewarganegaraan:
Mewujudkan Masyarakat Madani ini mempunyai tujuan yang bagus dan sangat membangun
untuk para pembaca. Setelah membaca buku ini maka para pembaca akan mendapat ilmu
pengetahuan dan informasi yang penting dan sangat bermanfaat bagi dirinya yang belum
diketahui sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai