Anda di halaman 1dari 7

ARTHROPODA

Oleh :
Nama : Rizki Nur Viana
NIM : B1A016166
Rombongan : VIII
Kelompok :6
Asisten : Muhammad Khoerol Anam

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2018
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelompok Invertebrata ada yang memiliki organ vital yang tipis dan dinding
transparan yang terbuat dari kitin. Selain itu, ada yang memiliki tubuh yang dilapisi oleh
mantel atau berduri atau tubuh yang menampakan keadaan yang keras. Kelompok ini
bergerak pelan sekali atau berenang dan dapat ditemukan di perairan atau tanah, dan
memiliki tingkat organisasi pada sel atau jaringan atau organ. Mereka juga memiliki
simetri tubuh seperti asimetri atau radial simetri atau bilateral simetri. Mempunyai dua
atau tiga lapisan sel, yaitu aselomata, pseudoselomata, atau selom. Mereka tidak
memiliki sistem pencernaan yang lengkap. Invertebrata memiliki kemampuan untuk
memiliki kemampuan untuk hidup bebas dengan tinggal dan berasosiasi dengan
organisme lain seperti parasit (Puranik & Bhate, 2007).
Kelompok invertebrata memiliki beberapa phylum yang dikategorikan secara
umum sebagai phylum besar dan kecil dalam jumlah spesies dasar di setiap phylum dan
mereka memiliki peran dalam komunitas ekologi. Karakterisasinya dapat dilihat dari
jumlah sel, kesimetrisan tubuh, banyaknya lapisan tubuh, dan kondisi rongga tubuh
untuk mengelompokkan animal. Phylum besar dalam Invertebrata yaitu phylum
Protozoa, Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Aschelminthes, Annelida, Arthopoda,
Mollusca, Echinodermata, dan Hemichordata yang baru ditambahkan saat ini (Puranik
& Bhate, 2007).
Arthropoda merupakan phylum terbesar dalam kingdom Animalia dan kelompok
terbesar dalam phylum ini adalah Insekta. Diperkirakan terdapat 713.500 jenis
Arthropoda dengan jumlah itu diperkirakan 80% dari jenis hewan yang sudah dikenal
(Zhang, 2013). Menurut Brotowidjojo (1989), Arthropoda tanah merupakan salah satu
kelompok hewan tanah yang dikelompokkan atas Arthropoda 2 dalam tanah dan
Arthropoda permukaan tanah. Arthropoda tanah berperan penting dalam peningkatan
kesuburan tanah dan penghancuran serasah serta sisa-sisa bahan organik.

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara Arthropoda antara lain :


1. Mengenal beberapa anggota Phylum Arthropoda.
2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Phylum Arthropoda.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Phylum Arthropoda merupakan phylum yang anggotanya sebagian besar


serangga dan hampir pada semua yang ada di biosfer. Arthropoda yang berarti kaki
berbuku (Campbell et al., 2008). Karakteristik umum Arthropoda tubuh merupakan
simetri bilateral dan tergolong triplobastik selomata. Ukuran dan bentuk tubuh sangat
beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm, namun kebanyakan
berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam. Tubuh
Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi. Setiap segmen tubuh
tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk bagian
tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Tubuh luar Arthropoda
ditemukan adanya kutikula keras yang membentuk rangka luar (eksoskeleton) (Erwin,
2011). Selain itu, Arthropoda memiliki sistem sirkulasi terbuka, dimana terdapat cairan
yang disebut hemolimfa (Campbell et al., 2008).
Lahan sawah terdapat generatif Arthropoda yang memiliki INP tertinggi adalah
Acrididae (100%), dan seluruh famili yang ada memiliki nilai INP yang di atas 10 %
sehingga semua famili mendominasi lahan tersebut, yakni Minochilus (19,97%),
Vespidae (28,57%), Sarcophagidae (28,57%), nilai 10,00% untuk famili Chloropidae,
Chrysomelidae, Attelabidae, Alididae, Perilampidae, Pteromalidae, Drossopholidae,
Tabanidae, serta nilai 14,29% untuk family Formicidae dan Syrpidae. Adanya
dominansi pada lahan sawah tersebut menunjukkan bahwa struktur komposisi serangga
Arthropoda tidak merata, dikarenakan dominansi menunjukkan adanya prioritas jumlah
dibandingkan dengan peran family tersebut (Setyadin, 2017).
Phylum Arthopoda dibagi menjadi beberapa subphylum sejak tahun 1990 oleh
ahli Zoology yaitu subphylum Onychophora, subphylum Trilobita, subPhylum
Chelicerata, subphylum Uniramia dan subphylum Crustacea. Pemisahan ini terutama
berdasarkan perbedaan dalam hal struktur dan susunan kaki serta apendik yang lain
(Suhardi, 1983). Phylum Arthoppda dibagi menjadi lima subphylum yaitu
Trilobitamorpha, Chelicerata, Myriapoda, Crustacea, dan Hexapoda (Zhang, 2013).
Subphylum yang pertama yaitu Trilobitmorpha merupakan arthopoda laut yang primitif
dan sangat melimpah pada masa paleozoic. Tubuh berukuran 10-675 mm, terbagi atas
dua alur memanjang menjadi tiga cuping. Tubuh dilindungi oleh cangkang bersegmen
yang keras. Kepala jelas, terdiri atas empat segmen tubuh, memiliki sepasang antenula,
empat pasang apendik biramus dan sepasang mata majemuk. Contoh anggota
subphylum ini adalah Triarthus eatoni (Strorer, 1951).
Subphylum yang kedua yaitu Chelicerata berasal dari bahasa Yunani cheilos
“bibir” dan cheir “ lengan” dinamai demikian berdasarkan tonjolan untuk menangkap
makanan yang mirip cakar yang disebut kelisera (Campbell et al., 2008). Phylum ini
terbagi atas beberapa kelas yaitu Pycnogonia, Aglaspidida, Xiphosura, Eurypterida,
Chasmataspidida, dan Archnida (Zhang, 2013). Tubuhnya dibedakan atas dua bagian
yaitu sefalotorak (prosoma) dan abdomen. Memiliki 6 pasang apendik. Tidak memiliki
antenna atau manibula. Bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan utamanya untuk
fungsi penusuk, beberapa diantaranya memiliki kelenjar racun, respirasi menggunakan
paru-paru buku, trakea atau insang. Contoh anggota Phylum ini yaitu Limulus
polyphemus (Walter, 1959).
Subphylum Myriapoda memiliki sepasang antena dan tiga pasang tonjolan yang
termodifikasi sebagai mulut atau mandibula (Campbell et al., 2008). Bentuk tubuhnya
seperti cacing dengan 14-43 pasang kaki (lobopodia) rongga tubuhnya berupa
haemocoel (Walter, 1959). Memiliki kelenjar lumpur yang hasil sekresinya akan
dikeluarkan melalui papilla oral untuk menangkap mangsa atau predator. Saluran
pencernaannya lengkap dan sudah cukup kompleks. Enzim-enzim dilepaskan ke dalam
mangsa selanjutnya zat-zat nutrisi dihisap. Sistem saraf memiliki ganglion, kepala dan
dua tali saraf longitudinal yang membentuk tali tangga. Jantung berbentuk tubular
terletak di sebelah dorsal system sirkulasi terbuka. Contoh anggota Phylum ini yaitu
kaki seribu dan lipan (Sathyan, 2014). Menurut Zhang (2013), Phylum ini terbagi
menjadi empat kelas yaitu Chilopoda, Symphyla, Pauropoda, dan Diplopoda.
Subphylum Hexapoda merupakan Phylum dengan anggota sebagian besar
serangga dan kerabatnya. Phylum ini membagi menjadi empat kelas yaitu Collembola,
Protura, Diplura, dan Insecta (Zhang, 2013). Hidup dhampir semua habitat darat dan
perairan tawar dan memenuhi udara. Tubuh serangga terbagi menjadi tiga bagian yaitu
kepala, toraks, dan abdomen. Jantung serangga memompa hemolimfa melalui sistem
sirkulasi terbuka. Banyak serangga mengalami metamorfosis dalam perkembangannya.
Contoh anggota Phylum ini yaitu kupu-kupu (Campbell et al., 2008). Serangga adalah
hewan-hewan bersegmen dengan eksoskeleton berkitin, dan alat-alat tambahan
bersegmen. Segmentasi itu nampak jelas secara eksternal. Jumlah jenis dalam Phylum
ini lebih banyak dari jumlah jenis dari semua Phylum lainnya. Coelom pada Arthopoda
tereduksi (Willmer, 1990). Homocoel merupakan sebagian dari sistem sirkulasi. Jenis
kelamin terpisah, namun demikian pada jenis-jenis tertentu reproduksi parthenogenesis
merupakan karakteristiknya. Sirkulasi darah yang terjadi karena gerakan pulsasi jantung
dorsal. Pernapasan dengan trakea selalu dicirikan dengan adanya porus berpasangan
pada tiap segmen (Rusyana, 2011).
Subphylum terakhir yaitu krustasea merupakan subphylum yang anggota
sebagian besar hidup bertahan di lingkungan laut dan perairan tawar. Karakter
subphylum ini yaitu memiliki tonjolan yang terspesialisasi, memiliki dua pasang antena,
bersifat sesil dengan kutikula yang diperkeras menjadi cangkang yang mengandung
kalium karbonat. Tubuh krustasea terbagi menjadi dua atau tiga bagian, memiliki mulut
pengunyah, dan tiga pasang kaki (Campbell et al., 2008). Arthropoda pada umumnya
mempunyai peran penting bagi ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan
tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Peranan serangga dalam ekosistem
diantaranya adalah sebagai polinator, dekomposer, predator (pengendali hayati),
parasitoid (pengendali hayati), hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosisitem
(Ardillah et al., 2014).
BAB III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum acara Arthropoda adalah bak preparat,
pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet
(gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakana pada praktikum acara Arthropoda adalah
beberapa spesimen hewan Arthropoda.
.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum acara Arthropoda antara lain:


1. Karakter pada spesimen yang diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi digambar
dan dideskripsikan.
2. Spesimen diidentifikasikan dengan kunci identifikasi.
3. Karakter spesimen yang diamati dibuat kunci identifikasi sederhana.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Ardillah S, Amin S. L., & Lukman, 2014. Diversitas Arthropoda Tanah di Area
Restorasi Ranu Pani Kabupaten Lumajang. Jurnal Biotropik,. 2(4), pp. 208-213.

Brotowidjojo, Mukayat Djarubito., 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Nail.A. Reece, Jane B. Urry, Lisa A. Cain, Michael L. Wasserman, Steven A.
Minorsky, Peter V. Dan Jackson, Robert B., 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.

Erwin, Mulyo., 2011. Binatang serangga (Animalia Insecta). Jakarta: Pustaka UIP.

Puranik, Prtakash & Bhate, Asha., 2007. Animal Forms & Functions: Invertebrata. New
Delhi : Sarup & Sons.

Rusyana, Adun., 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung : Pustaka
Alfabeta.

Sathyan, Naveen. Chaithanya E R, Anil Kumar P R, Sruthy K S, Rosamma Philip, 2014.


Comparison of the antimicrobial potential of the crude peptides from various
groups of marine molluscs. International Journal of Research in Marine Sciences,
3(2), pp. 16-22.

Setyadin, Hilya, Azzamudin., 2017. Efek Refugia Tanaman Jagung (Zea mays) dan
Tanaman Kacang Panjang (Vigna cylindrica) pada Pola Kunjungan Serangga di
Sawah Padi (Oryza sativa) Dusun Balong Karanglo, Malang, Jurnal Biotropik, 5
(2), pp. 45-59.

Storer, Tracy, & R. L Usinger., 1951. General Zoology. New York : MC Graw Hill
Book Company.

Suhardi., 1983. Evolusi Avertebrata. Jakarta : UI-Press.

Walter, H., 1959. Biology of the Vertebrates. America : The Mac Millan Company.

Willmer, P.G., 1990. Invertebrate Relationship Patterns in Animal Evolution.


Invertebrata Hubungan: Pola dalam Evolusi Hewan. Cambridge : Cambridge
University Press.

Zhang, Zhi-Qiang, 2013. Phylum Arthropoda. Journal of Zootaxa. 3703 (1), pp. 16-26.

Anda mungkin juga menyukai