Anda di halaman 1dari 2

Materi Inisiasi 8 untuk bacaan

KEBIJAKSANAAN PUBLIK DAN AKUNTABILITAS ADMINISTRASI

Dasar-dasar Kebijaksanaan Publik

Studi kebijaksanaan publik merupakan dimensi baru dalam administrasi negara, yang harus tumbuh
dengan cepat. Pada umumnya kebijaksanaan publik dimaksudkan sebagai apa yang dilakukan dan
apa yang tidak dilakukan oleh pemerintah. Ada tiga faktor yang mengeratkan hubungan
kebijaksanaan publik dengan institusi pemerintah:
e. Pemerintah yang memberikan legitimasi pada kebijaksanaan publik
f. Kebijaksanaan publik mengandung aspek yang bersifat universal
g. Pemerintah merupakan satu-satunya lembaga yang dapat melakukan pemaksaan kepada
masyarakat.
Dasar pembentukan kebijaksanaan publik adalah kepentingan publik. Tetapi, tidak mudah untuk
merumuskan apa dan manakah suatu kepentingan yang benar-benar bersifat publik. Karena itu,
dikatakan bahwa kepentingan publik adalah kepentingan-kepentingan yang menyangkut kepentingan
masyarakat. Atas dasar pandangan demikian, kebijaksanaan publik tidak hanya dibuat oleh
pemerintah saja, tetapi dapat juga dibuat oleh organisasiorganisasi lain.
Model-model analisis yang dipergunakan untuk menganalisis kebijaksanaan publik menurut Thomas
R. Dye adalah model:
a. Sistem, b. Massa Elit, c. Kelompok, d. Rasional, e. Inkremental, dan f. Institusional.
Sedang menurut Robert Presthus pendekatan-pendekatan dalam analisis kebijaksanaan publik terdiri
dari:
a. Kebijaksanaan sebagai Proses Hasil
b. Studi Kasus
c. Strategi Inkremental Terpisah
d. Kebijaksanaan sebagai, variabel Independen.

Akuntabilitas Administrasi

Ada dua istilah yang seringkali digunakan saling berganti dalam studi administrasi negara, yakni:
pertanggungan jawab dan akuntabilitas. Sebenarnya, keduanya dapat dibedakan. Akuntabilitas
menunjuk locus hierarkis dan legal dari tanggung jawab. Sedang tanggung jawab mempunyai
konotasi personal, moral, dan tidak perlu dihubungkan dengan peranan, status, dan kekuasaan yang
bersifat formal.
Akuntabiiitas administrasi merupakan hal pokok dalam pikiran-pikiran negara demokratik modern. Ia
mengesankan sebagai suatu dasar moral bagi pejabat publik dalam melakukan kegiatannya.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai apakah sistem administrasi berjalan secara
bertanggung jawab. Pendekatan pertama memusatkan perhatiannya pada keseluruhan sistem;
sedangkan pendekatan kedua berfokus pada pertanggungan jawab individual. Sarana yang dapat
dipergunakan untuk menjamin administrasi yang bertanggung jawab adalah: sarana
legal/institusional, moral dan politik.

Proses Kebijaksanaan Publik

Tahap yang ada dalam proses kebijaksanaan publik, menurut Anderson terdiri dari: formasi masalah,
formulasi kebijaksanaan, adopsi kebijaksanaan, implementasi kebijaksanaan, dan evaluasi
kebijaksanaan; menurut Jones proses kebijaksanaan publik terdiri dari: persepsi, definisi, agregasi,
organisasi, evaluasi, dan terminasi kebijaksanaan; menurut Brewer tahap-tahap dalam proses
kebijaksanaan publik adalah: estimasi, seleksi, implementasi, evaluasi dan terminasi kebijaksanaan;
menurut Mc Nicholas proses kebijaksanaan publik terdiri dari: tahap formulasi, tahap implementasi,
tahap organisasi, tahap interpretasi, dan tahap reformulasi. Modul ini memandang proses
kebijaksanaan publik terdiri dari empat tahap berikut: formulasi kebijaksanaan, implementasi
kebijaksanaan, evaluasi kebijaksanaan, dan terminasi kebijaksanaan.
Formulasi kebijaksanaan membahas cara masalah publik memperoleh perhatian dari pembuat
kebijaksanaan, cara perumusan usul kebijaksanaan, dan cara memilih salah satu usul kebijaksanaan
di antara alternatif-alternatif. Formulasi kebijaksanaan sangat erat hubungannya dengan konsep
kepentingan publik.
Implementasi kebijaksanaan menunjuk pada pelaksanaan kebijaksanaan publik secara etektif.
Kesulitan yang timbul dalam tahap ini adalah sukarnya menentukan hasil kebijaksanaan, karena
adanya dampak yang tidak teran-tisipasi sebelumnya. Evaluasi kebijaksanaan dimaksudkan untuk
mengukur efektifitas dan dampak kebijaksanaan. Alat yang dapat dipergunakan antara lain
“performance budgeting”, “program budgeting” dan PPBS. Untuk melaksanakan evaluasi
kebijaksanaan diperlukan standar pengukuran yang baku. Tetapi dalam kenyataannya indikator-
indikator yang dipergunakan tidak sepenuhnya mampu menerangkan kualitas penampilan program.
Terminasi kebijaksanaan menunjuk proses penyelesaian satu kebijaksanaan. Hal ini timbul, jika
tujuan kebijaksanaan sudah tiada. Ada pelbagai hambatan dalam melakukan terminasi
kebijaksanaan. Cara-cara untuk mengatasi hambatan ini adalah kebijaksanaan memberikan
rangsangan, dan melakukan identifikasi terhadap titik rawan yang mengalami terminasi.

Perspektif Akuntabilitas

Jabbra dan Dwidevi (1988) mengemukakan ada empat perspektif akuntabilitas, yaitu:
1. akuntabilitas organisasional/administratif, yaitu pertanggungjawaban antara pejabat yang
berwenang dengan unit bawahannya dalam hubungan hirarki yang jelas, contoh Inpres Nomor 7
Tahun 1999 tentang AKIP
2. akuntabilitas legal : lebih merujuk pada domain publik dikaitkan dengan proses legislatif dan
yudikatif, bentuknya dapat berupa peninjauan kembali kebijakan yang telah diambil oleh pejabat
publik atau pembatalan peraturan oleh yudikatif.
3. akuntabilitas politik: berkaitan dengan legitimasi program-program yang telah dibuat oleh
pemerintah untuk kepentingan publik.
4. akuntabilitas moral: berkaitan dengan tata nilai yang berlaku di kalangan masyarakat. Akuntabilitas
ini lebih banyak berbicara tentang baik atau buruknya suatu kinerja dan tindakan berdasarkan ukuran
tata nilai yang berlaku setempat.

Anda mungkin juga menyukai