Anda di halaman 1dari 5

ANOTASI BIBLIOGRAFI

KEDATANGAN DAN PERADABAN ISLAM

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang kedatangan islam ke


nusantara yang antara lain : Menurut ilmuwan Belanda, pijnappel, Christian H. Snouck,
J.P Moquette, S.Q Fatimi, dan Teori Arab. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil
4 tema pokok dalam pembahasan Islamisasi ini, yaitu :

1. Islam dibawa langsung dari Arab;

2. Islam diperkenalkan oleh para guru dan penyiar profesional;

3. Islam masuk karena adanya para penguasa

4. Kebanyakan para penyebar islam profesional ini datang pada abad XII dan
XIII. (Abdullah dan Lapian (ed) 2012: hlm 14)

Oleh karena itu dari 4 tema pokok pembahasan islamisasi ada pula beberapa
ilmuwan yang berpendapat tentang penyebaran islam di nusantara anatar lain menurut
J.C Van Leur, B.J.O. Schrieke, dan A.H. Johns.

Selama penyebaran islam di nusantara banyak berdirinya kerajaan-kerajaan yang


bercorakkan islam antara lain ada di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku Utara, Nusa
Tenggara, Sulawesi. Kerajaan-kerajaan yang ada di Sumatera antara lain: Kesultanan
Samudra Pasai, Kesultanan Aceh Darussalam, Kesultanan islam di Riau, Kerajaan islam
di Jambi, Kerajaan islam di Sumatera Selatan, dan Kerajaan islam di Sumatera Barat.
Kerajaan-kerajaan islam di Jawa antara lain: Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang,
Kesultanan Mataram, kesultanan Cirebon, dan Kesultanan Banten. Kerajaan-kerajaan di
Nusa Tenggara antara lain: Kerajaan islam Lombok dan Sumbawa, dan kesultanan
Bima. Kerajaan-kerajaan islam di Maluku Utara antara lain: Kesultanan Ternate dan
Tidore. Kerajaan islam di Sulawesi antara lain: Kesultanan Goa-Tallo, Kerajaan Bone,
dan Kesultanan Wajo. Kerajaan islam di Kalimatan antra lain: Kesultanan Banjar,
Kerajaan Kutai, dan Kesultana Pontianak. Demi untuk mempertahankan kedaulatan
suatu kerajaan atau kesultanan dan juga factor ekonomi maka banyaklah terjadi
peperangan. Keprajuritan memiliki aspek yang luas, karena meliputi :

1. Organisasi Keprajuritan
2. Pengarahan prajurit untuk perang

3. Taktik perang

4. Persenjataan yang digunakan (Abdullah dan Lapian (ed) 2012: hlm 61)

Banyaknya peristiwa peperangan yang terjadi pada masa kesultanan-kesultanan


di Indonesia cukup memberikan gambaran mengenai motivasi atau dorongan terjadinya
perang serta berbagai aspek keprajuritan. Beberapa penjelasan dibawah ini adalah proses
peperangan yang terjadi pada abad XVI dan XVII di Kesultanan Demak, Mataram,
Banten, Ternate-Tidore, Goa, dan Aceh. (Abdullah dan Lapian (ed) 2012: hlm 62).
Adapun aspek keprajuritan antara lain: Organisasi Keprajuritan, Perbekalan dan
Persenjataan Perang, dan Taknik Peperangan.

Pemikiran dan institusi politik islam pembentukan kerajaan dengan tertutupnya


jalur selatan dan runtuhnya sriwijaya para pedangan mulai berpindah ke wilayah utara
sumatra. Kondisi ini juga didukung kebijakan politik dimajapahit yang tidak seperti
sriwijaya yang menerapkan kontrol kekuasaan yang longgar untuk wilayah pantai utara (
sumatra ). Dengan demikian sejak sekitar abad XIII samudra pasai telah berkembang
menjadi salah satu pusat perdagangan diasia tenggara, jadi bisa dikatakan bahwa
perubahan pola perdagangan yang telah melibatkan wilayah utara sumatra merupakan
faktor yang mentukan proses pembentukan kesultanan dan islamisasi. (Abdullah dan
Lapian (ed) 2012: hlm 90). Institusi politik islam, ulama, kadi dan syaikhtul islam yaitu
dengan proses masuknya islam tidak lepas dan peranan penting para ulama yang sangat
berjasa dalam memperkenalkan islam dinusantara atau seorang ulama timur tengah,
syekh ismail. Dengan datangnya islam ke nusantara terjadi Legitimasi islam untuk politik
kerajaan di nusantara. Penggambaran teks sejarah melayu memberi kesan sangat kuat
bahwa unsur-unsur hindu budha sangat dominan dalam penjelasan geneologi raja-raja
melayu. Membangun kekuatan politik mereka disosial yang keduanya dipadukan
dikalangan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa geneologi merupakan wujud
perumusan ideologi politik yang muncul dari hasrat dan menjadikan islam sebagai bagian
inheran dari suatu budaya melayu yang berakar pada masa pra islam.

Dunia melayu merumuskan raja dalam daulat yang diadopsi dari tradisi poltik
islam, daulat di dunia islam mengacu pada eksistensi kekuataan suatu negara. Daulat di
dunia islam mengacu pada eksinstensi kekuasaan negara. Berasal dari bahasa arab, d-w-i
( Berputar / mengganti ) dan berkembang menjadi sebuah konsep politik yang mengacu
pada kekuasaan seseorang penguasa didunia muslim. (Abdullah dan Lapian (ed) 2012:
hlm 98). Tradisi islam yang ada di nusantara sangat berbeda dengan tradisi islam dinegara
lainnya karena islam yang bersifat toleransi maka ada beberapa tradisi islam yang
disesuaikan dengam social-budaya yang ada di nusantara. Proses Islamisasi saat dulu
disebut sebagai “adhesion”, yaitu berangsur-angsur dalam waktu yang lama.
Pencampuran antara keimanan dan praktik Islam dengan agama yang dulu mereka anut
menjadi salah satu bentuk akomodasi.proses ini dapat dilihat dari hikayat historis.
(Abdullah dan Lapian (ed) 2012: hlm 127). Islam datang ke nusantara secara damai dan
para penyebar islam di kenal sebagai Wali Songo. Dalam menyebarkan islam pada saat
itu tidaklah mudah bahkan ada beberapa kasus dalam penyebaran agama islam yang
terjadi di Jawa, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Sejauh menyangkut tradisi dan wacana intelektual Islam Nusantara, isu penting
yang berkembang pada masa awal proses islamisasi adalah sufisme. Abad XVII, neo-
sufisme merupakan wacana dominan dalam jaringan ulama Nusantara dengan Timur
Tengah. Adapun beberapa dokrin tasawuf di Aceh antara lain: Hamzah Al – Fan-Suri Dan
Syamsuddin As Sumatrani, Nurrudin Ar – Raniri, Abdur Rauf As – Sangkili, Muhammad
Yusuf Al – Makassari : Mutiara Dari Timur. Adapun tradisi intelektual islam berkembang
di Palembang, Neo – Sufisme Dan Penguatan Kecenderungan “Ghazalian”, Tradisi
Intelektual Islam Pattani-Melayu: Pergulatan Islam Dan Identitas Budaya, Pondok Dan
Kitab Jawi : Basis Intelektual Islam Pattani – Melayu, dan Neo-Sufisme Dan Awal
Kebangkitan Budaya Jawa.

Islam Jawa,satu corak Islam dalam bingkai budaya Jawa,terbentuknya melalui


proses panjang selama berabad-abad. Kepustakaan santri juga berpengaruh terhadap Jawa
di keraton,yang memadukan unsur budaya Jawa dengan ajaran-ajaran Islam.Karena
itu,meski terkesan berlebihan,Harry J,benda mengatakan bahwa sejarah Islam Indonesia
adalah sejarah ”peradaban santri dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial,politik, dan
agama di Indonesia. (Abdullah, Taufik dan Lapian (ed) 2012: hlm 181). Islamisasi di
pulau jawa yaitu dengan adanya para penyebar islam yang di kenal dengan sebutan Wali
Songo adapun dengan cara lain antara lain: Konsolidasi Tradisi Pesantren, Pesantren Dan
Tarekat, Penguatan Ortodoksi Islam Di Keraton, Identitas Kaum Santri, dan Potret Tradisi
Dialog: Kasus Ahmad Rifa’i Kalisalak.

Karya sastra pun banyak bermunculan pada masa kerajaan-kerajaan islam antara
lain: Hikayat Raja-raja Pasai (1365) ( bahasa Melayu baru), Hikayat Arab yang di
terjemahkan (Hikayat Muhammad Ali Hanafiyah, Hikayat Amir Hamzah, dan Hikayat
Bayan Budiman), dan banyak pula tasawuf-tasawuf yang diterjemahkan dalam bahasa
melayu. Adapun hikayat zaman peralihan yang membentang dari abad XIV hingga abad
XVI. Pada masa inilah proses islamisasi budaya lokal berlangsung dengan derasnya
hingga mencapai bentuknya yang muktamad. Karya lainnya adalah puisi dalam bahasa
melayu.

Bahasa yang paling sering digunakan oleh kerajaan atau kesultanan pada masa
islam adalah bahasa Melayu, sebutan "Melayu" pertama kali dikenal sebagai nama sebuah
kerajaan di pesisir Sumatera, yaitu Kerajaan Malayu yang pada tahun 690 menjadi
wilayah kekuasaan Sriwijaya. Di masa Hayam Wuruk, Majapahit juga melancarkan
serangan ke Pasai pada abad XIII. Serangan ke Pasai ini pun sering dirangkaikan dengan
ekspedisi Pamalayu ter sebut. Kenyataan ini menunjukkan bahwa istilah "Malayu" tidak
lagi sekadar memiliki pengertian sebagai nama kerajaan, melainkan lebih umum berupa
lingkup kebudayaan, dan mungkin yang dimaksudkan adalah dunia budaya Melayu yang
dicirikan dengan pemakaian bahasa Melayu. (Abdullah dan Lapian (ed) 2012: hlm 233).
Hubungan dagang pada masa islam pun hanya mengembangkan dan melanjutkan
perdagangan yang memang sudah terjalin sebelum ada islam. Kegiatan tersebut didorong
oleh keperluan dan kebutuhan akan rempah rempah, seperti lada, cengkih, kemenyan,
kapur barus, dan buah pala yang terdapat di Nusantara. Akhir abad XVI, jaringan
perdagangan internasional sudah terjadi antara India dan Cina.

Dalam perdagangan, Dinasti Tang melakukan banyak langkah untuk mendorong


tumbuhnya Sriwijaya-dalam abad VIII dan IX-sebagai suatu kerajaan di Nusantara.
Bahkan pada abad XIV kota-kota perdagangan, seperti Pasai, Banten, Gresik, dan Demak,
memperoleh kemakmuran karena dipakai sebagai basis kegiatan orang Cina. Sumber-
sumber sejarah, baik berupa berita berita Cina, Arab, Persia, dan negeri-negeri lainnya di
Timur Tengah, bahkan bukti nisan- nisan kubur membuktikan bahwa jaringan
perdagangan di Nusantara telah ada sejak abad VII atau VIII. (Abdullah dan Lapian (ed)
2012: hlm 256). Komoditas perdagangan yang diekspor dan diimpor sangat
membutuhkan pasar, terutama pasar besar di kota pusat kerajaan yang sekaligus berfungsi
sebagai kota bandar. Proses pengumpulan komoditas ekspor dan impor sangat tergantung
pada pelaksanaan pelayaran dan angin muson yang memakan waktu lama. Maka
terjadilah perkampungan Keling, Pakojan, dan lain-lain yang penghuninya berasal dari
daerah asal yang jauh dari kota yang dikunjungi. Di Jakarta sendiri, lahir perkampungan
seperti Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, dan Kampung Bali.
(Abdullah dan Lapian (ed) 2012: hlm 265). Perdagangan di nusantara sangat berkembang
pesat dan daerah jawa dana malaka pun berhubungan baik namun pada saat kerjaan hindu
mulai mundur hubungan antara jawa dan malaka pun mulai mengendur lalu datanglah
bangsa portugis lalu dari situlah perdagangan di nusantara mulai adanya campur tangan
orang barat. Adapun orang-orang barat yang ingin menguasai malaka yaitu Portugis dan
Belanda.

Pada masa kerajaan atau kesultanan islam banyak dibangun Kebudayaan Material
antara lain: Masjid dan Tempat Peribadatan, Keraton ( Istana ) Dan Rumah Rakyat,
Makam Dan Nisan Kubur, Benda-benda hasil karya kebuyaan material yang bersifat
religious. Dalam hal Hukum pada masa itu mulai di bentuk dan dikembangkan yang
antara lain: Perkembangan Awal Lembaga Hukum Islam (Hukum Dan Pranata Islam
Sebelum Berdirinya Kerajaan Islam, Lembaga Peradilan Di Kerajaan Islam, Qadi Asil Al
Hall Al-Aqd Dan Pakih Najmuddin, Penghulu Dan Parewa Sara), Tradisi Hukum Islam
Pada Masa Voc Dan Kolonial, dan Pengadilan Agama Setelah Indonesia Merdeka.
Sedangakan dalam bidang Pendidikan islam membuat kebijaka: Masjid Negara Sebagai
Lembaga Pendidikan, Istana Sebagai Pusat Ilmu, Pendidikan, Dan Pengajaran, Rumah
Sebagai Tempat Pendidikan Dan Pengajaran Dasar, Masjid Di Permukiman Penduduk,
Meunasah Di Aceh, Surau Di Minangkabau, Langgar Di Kalimantan, Pesantren Di Jawa,
Kurikulum Bidang Ilmu Yang Dikembangkan.

Adapun Pelembagaan dan Perkembangan Tarekat di Indonesia yang antara lain:


Tarekat Qadiriyah, Tarekat Rifaiyah, Tarekat Syattariyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat
Samaniyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Naqsyabandiyah Khalidiyah, Naqsyabandiyah
Mazhariyah, Tarekat Qadiriyah – Naqsyabandiyah, Tarekat Syaziliyah, Tarekat Idrisiyah,
Tarekat Tijaniyah, Tarekat Lain, Tarekat Dan Politik, Jatmn Dan Jatmi.

Anda mungkin juga menyukai