Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pendidikan islam Rasulullah SAW adalah pendidik pertama dan


terutama dalam dunia pendidikan islam. Untuk mewujudkan pendidik
profesional berdasarkan roh islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil
Rasulullah sebagai pendidik ideal, karena hakikat diutusnya Rasulullah ke atas
muka bumi adalah sebagai uswat al-hasanat dan rohmat lil-alamin.

Hasil pendidikan islam periode Rasulullah terlihat dari kemampuan


murid-muridnya (para sahabat) yang luar biasa. Misalnya ; Umar Ibn Khatab
ahli hukum dan pemerintahan, Abu Hurairah ahli hadis, Salman Al Farisi ahli
perbandingan agama (Majusi, Yahudi, Nasrani, dan Islam), dan Ali Ibn Abi
Thalib ahli hukum dan tafsir Al-Qur’an.kemudian murid dari para sahabat
Rasulullah di kemudian hari, tabi-tabi’in, banyak yang menjadi ahli dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan sains, teknologi, astronomi, filsafat yang
menghantarkan islam ke pintu gerbang zaman keemasan terutama pada fase
awal kekuasaan dinasti Abbasiyah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Jelaskan Riwayat Hidup Nabi?

2. Bagaimana pola pendidikan pada masa Rasulullah SAW?

3. Bagaimanakah metode pendidikan pada zaman Rasulullah SAW?

C. Tujuan
1. Memahami riwayat hidup Nabi Muhammad SAW.
2. Mengerti dalam pembahasan tentang pendidikan pada zaman Nabi SAW.
3. Memahami metode pendidikan yang di terapakan oleh Nabi Muhammad SAW.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGANTAR
Uraian pada bab ini akan dimulai dengan mengemukakan secara singkat
tentang riwayat secara singkat tentang riwayat tentang riwayat hidup nabi
Muhammad SAW dan kepribadiannya, karakteristik keadaan masyarakat
Mekkah, baik dari segi agama, sosial, politik, ekonomi, budaya, dan ilmu
pengetahuan serta hubungannya dengan pendidikan. Uraian ini didasarkan
pada sebuah teori yang mengatakan, bahwa secara sosiologis dan historis
bahwa pendidikan memiliki hubungan fungsional interaktif dengan berbagai
factor yang mengelilinginya.
Ideologi yang dianut suatu masyarakat, pandangan politik, strktur
sosial, keadaan ekonomi, kebudayaan, dan ilmu pengeahuan memberi
pengaruh terhadap sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang maju akan
menjadi pilar dan landasan utama bagi kemajuan suatu bangsa.
Selain itu, sisteman corak pendidikan juga dipengaruhi oleh tokoh yang
memangun dan mengembangkan sistem tersebut. Nabi Muhammad SAW
sebagaimana diketahui dengan jelas, adalah seorang Nabi yang shidiq (jujur),
amanah (terpercaya), tabligh (menyampaian segala yang diperintahkan Tuhan)
fathanah (cerdas), berpandanga luas, pemaaf, saba,rendah hati, cinta kepada
kaum yang lemah dan tertindas, serta pemberani. Sifat-sifat dan karakteristik
Nabi Muhammad SAW yang demikian ini diyakini akan memiliki pengaruh
yang kuat terhadap konsep pendidikannya.

B. RIWAYAT HIDUP NABI MUHAMMAD SAW


Nabi Muhammad SAW lahir di Mekkah pada tanggal 12 Rabi’ul awal,
bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 570 M, dan wafat pada hari Senin,
tanggal 12 Rabi’ul awal tahun 11 hijriah, bertepatan dengan tanggal 8 Juni
tahun 624 M. Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dalam sejarah
dengan nama Tahun Gajah, karena padat tahun ini pasukan Abrahah, gubernur
kerajaan kerajaan Habsy (Etopia), dengan menunggang gajah menyerbu

2
Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah. Ayahnya bernama Abdullah, anak
Abdul Muthalib yang termasuk anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang
kurang berkuasa dalam suku Quraisy, namun memiliki jabatan siqayah, yaitu
sebagai pengatur air zamzam untuk keperluan masyarakat dan para peziarah
yang datang ke Mekkah. Adapun ibunya adalah Aminah bnti Wahab dari Bani
Zuhrah.
Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya
Abdullah meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Muhammad SAW kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, bernama
Halimah Sa’diyah hingga berusia empat tahun. Setelah itu, kurang lebih dua
tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya, karena pada usia enam tahun
itu, ibunya meninggal dunia. “Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri
pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya
yang terakhir.”
Selanjutnya yang mengasuh dan membimbing Nabi Muhammad SAW
beralih kepada kakeknya, Abdul Muthalib. Namun, dua tahun kemudian
kakeknya juga meninggal dunia. Dengan keadaan itu, maka tanggung jawab
beralihkepada pamannya, Abu Thalib. Sebagaimana halnya, Abdul Muthalib,
dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekkah secara
keseluruhan. Selanjutnya kehidupan usia muda Muhammda SAW di jalaninya
sebagai pengembala kambing milik keluarganya dan penduduk Mekkah.
Melalui kegiatan ini Nabi memiliki waku dan tempat untuk berpikir dan
merenung. Di tengah padang pasir yang luas, langit yang membentang tinggi
dan luas, telah memberikan suasana yang khas untuk melihat sesuatu di balik
semuanya. Kegiatan berpikir dan merenung ini membatnya jauh dari segala hal
yang bersifat duniawi dan kemewahan hidup, sehingga ia terhindar dari
berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Ia menjadi orang yang
dekat kepada tuhan dan mengedepankan sifat amanah. Keadaan iniah yang
menyebabkan ia di beri gelar sebagai al-amin, yakni orang yang terpecaya. 1

1
Prof.Dr.H. Abuddin Nata, M.A., Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: KENCANA, 2011), hlm 71-
74

3
C. PENDIDIKAN DI ZAMAN NABI MUHAMMAD SAW

Pendidikan islam pada masa Rosulullah SAW. Dbedakan menjadi dua


periode, periode Mekkah dan periode Madinah (sebelum hijrah dan pasca
hijriah).2

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT

1. Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:


a. Periode Makkah
b. Periode Madinah

Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira


di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an
yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah
menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena.
Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.

Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an


yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah
peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan
perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi


tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan
menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran
kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan
mengajarkan islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu

2
H.M. As’ad Thoha, Sejarah Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2011),
hlm 11

4
yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula
kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.

Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah


Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan
pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam
sejarah pendidian islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau
pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan
wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi
menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau
menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan
disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.

Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya


menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan
terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya.
Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-
sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-
sahabatnya dengan pendidikan islam.

Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi


Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari
dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW,
mengajarkan tauhid kepada umatnya.

Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di


Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda
manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran
pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.

Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam,


menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah
meliputi:

5
 Pendidikan Keagamaan

Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan


dipersekutukan dengan nama berhala.

 Pendidikan Akliyah dan Ilmiah

Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian


alam semesta.

 Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti

Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar


berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.

2. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.

Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.

a. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan


Visi pendidikan di Mekkah atau sebelum hijrah adalah “unggul dalam bidang
akidah dan akhlak sesuai dengan nilai-nilai islam.”
Visi ini sejalan dengan ayat Al-Qur’an yang turun di Mekkah yang berkaitan
dengan pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al (perbuatan) Allah,
misalnya surat al-A’raaf (surat ketujuh) atau surat alikhs, yang menurut Hadis
Rasulullah SAW sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an, karena yang
mengetahuinya dengan sebenarnya akan mengetahui pula persoalan tauhid dan
tanzih (penyucian) Allah SWT.
Selain, itu ayat-ayat yang turun di Mekkah juga berisi keterangan mengenai dasar-
dasar akhlak islamiah serta bantahan secara umum mengenai pandangan hidup
masyarakat jahiliah ketika itu. Ini dapat di baca misalnya, dalam surat at-
Takatsur, satu surat yang menecam mereka yang menumpuk harta, dan surat
al-Ma’un yang mnerangkan kewajiban terhadap fakir miskin dan anak yatim
serta pandangan agama mengenai hidup bergotong royong.3

3
H.M. Quraisy Sihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1996), cet. XII, hlm. 36.

6
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi pendidikan yang berlangsung di mekkah
dapat dikemukkan sebagai berikut.
Pertama, memperkuat dan memperkukuh status dan kepribadian Muhammad
sebagai Nabi dan Rasulullah SAW yang memiliki akidah dan keyakinan yang
kukuh terhadap pertolongan Allah SWT, berbudi pekerti mulia, dan memiliki
komitmen yang tinggi untuk menegakkan kebenaran di muka bumi. Hal ini
dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya: Hai orang yang berkemul
(berselimut) bangunlah,lalu berilah peringatan. Dan tuhanmu agungkanlah,
da pakaianmu bersihkanlah, dan anganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah” (Q.S al-Mudatsir (74): 1-7).
Kedua, meberikan bimbingan kepada Nabi Muhammad SAW dalam melaksakan
tugasnya sebagi pendidik dan pengemban misi kebenaran. Hal ini dapat di
pahami dari ayat yang artnya: “Wahai orang yang berselimut, bangkitlah,
shalatlah di malam hari kecuali sedikit darinya, yaitu separuh malam, kurang
sedikit dari itu atau lebih, dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil, karena
sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu wahyu yang sangat berat”
(QS. Al-Mujammil (73): 1-5).
Ketiga, memberikan peringatan dan bimbingan akhlak mulia kepada keluarga dan
kerabat dekat Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat di pahami dari ayat yang
artinya: “Dan berilah peringatan kepaa kerabatmu yang terdekat, dan
rendahkanlah dirimu teradap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-
orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah:”
sesungguhnya aku idak bertanggung jawab terhadap yang kamu kerjkan”
(Lihat QS. Asy-Syuraa (26): 214-216).
b. Tenaga Pendidik
Yang mendidik di Mekkah pada saat itu adalah Nabi Muhammad SAW. Sendiri.
Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT sebagaimana terdapat dalam
firmanya, yang artinya:”Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul
dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat
Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah

7
serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”(QS. Al-Baqarah (2): 129).
c. Sasaran (Peserta Didik)
Sasaran atau peserta didik di Mekkah bermula dari keluarga terdekat yang
selanjutnya diikuti oleh keluarga agak jauh dan masyarakat pada umumnya.
Mereka adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Zaid, dan Ummu
Aiman. Setelah melalui Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa teman
dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin
‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Sealin itu yang
menjadi sasaran atau peserta didik adalah sejumlah penduduk Yatsrib yang
berhaji ke Mekkah. Mereka yang terdiri dari kaum ‘Aus dan Khajraj masuk
islam dalam tiga gelombang. Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian, dan
inilah yang di sebut Perjanjian Aqabah.
d. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pengajaran dan pendidikan yang dilakukan menggunakan berbagai metode yang
sesuai fitrah manusia. Nabi MuhammadSAW menggunakan metode ceramah,
diskusi, musyawarah, tanya jawab, bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita,
hafalan, dan bermain peran. 4

Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah

Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan


kekuatanpolitik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan,
bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.

Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di


Madinah adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial


dan politik.

4
Prof.Dr.H. Abuddin Nata, M.A., Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: KENCANA, 2011), hlm 78-
86

8
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat
yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani
oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut
adalah:

Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan


anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi
mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin,
kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu
bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada


kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan
pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.

Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata
kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan
puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung
jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.

Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan


masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi
berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah
dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat
berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad
SAW dan shalat jama’ah jum’at

Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi
Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam
shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian
mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.[7]

Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga


menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi,
penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi

9
bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu,
terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus
memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum
Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut
kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW.

2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.

Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam
prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang
turun Selama periode Madinah.

Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran


konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi
luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-
bangsa di seluruh dunia.

3. Pendidikan anak dalam islam

Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh
Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan
misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak
peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara
peringatan-peringatan tersebut antara lain:

Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan
anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)

Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan
keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan
hidup.

Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang
mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan

10
memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan
yang menyenangkan hati.[9]

Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT
dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:

4. Pendidikan Tauhid
5. Pendidikan Shalat
6. Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
7. Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
8. Pendidikan kepribadian
9. Pendidikan kesehatan
10. Pendidikan akhlak.

Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode kota Makkah


dan kota Madinah:

Periode kota Makkah:

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid,


titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap
individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam
perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Periode kota Madinah:

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai


pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan
tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik
agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

e. Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW

Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit,


sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi
dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang

11
mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya
dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.

Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada
yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan
islam.Dapat dibedakan menjadi dua periode:

 Makkah

Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat
dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang
menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.

 Madinah

Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga


masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan islam. Materi
pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak,
ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan

Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:

Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang


mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah.

Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan


sehingga mudah di ikuti masyarakat.

Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil


dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik
dalam ucapan maupun perbuatan.

Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan. Untuk melaksanakan fungsi


utamanya sebagai pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan
yang amat strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi.

12
Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan,
kaena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau
kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam baying-
bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy. Selama di Makkah
pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi.
Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijaka
dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal islam ini adalah melarang
para pengikutnya untuk menampakkan keislamannya dalam berbagai hak.tidak
menemui mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik
mereka.

Setelah masyarakat islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan islam


dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang
telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:

c. Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan


sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
d. Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling
bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular
disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan
masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.5

D. PENUTUP
Berdasarkan uraian dan analisis sebagaimana tersebut di atas, dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Pertama, pendidikan di zaman Rosulullah SAW baik ketika di Mekkah maupun di
Madinah sudah berjalan sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini dilakukan,
karena Rosullah SAW sangat mementingkan masalah pendidikan.
Kedua, walaupun masih sederhana, di zaman Rosulullah SAW sudah terdapat
sistem pendidikan. Berbagai komponen pendidikan seperti visi, misi, tujuan,
kurikulum, proses belajar mengajar, guru, murid, sarana prasarana,
5
https://www.kompasiana.com/boedis2/552fa8d6ea834900f8b4570/indahnya-pendidikan-masa-
rasulullah-dan-sahabat , diakses hari kamis 12 september 2019, pada jam 11.51.

13
pembiayaan, serta evaluasi pendidikan dan pengajaran sudah ada, walaupun
sifatnya masih sederhana.
Ketiga, bahwa pendidikan yang dilakukan Rosullah SAW tergolong berhasil
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari lahirnya sejumlah ulama yang
mempunyai berbagai keahlian seperti tafsir, hadis, fikih, fatwa, dan lainnya
dari kalangan sahabat, tersosialisasikannya islam ke berbagai wilayah hingga
ke Indonesia, pengaruh ajaran Islam masih terus hidup dan berkembang hingga
sekarang.
Keempat, konsep dan praktik pendidikan yang dilakukan zaman Rosulullah SAW
masih cukup relavan untuk diterapkan di masa sekarang. Hal ini terlihat dari
semakin banyaknya kajian yang dilakukan oleh para ahli terhadap konsep dan
praktik pendidikan yang dilakukan Rosulullah SAW.6

6
Prof.Dr.H. Abuddin Nata, M.A., Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: KENCANA, 2011), hlm
102-103

14
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid,


titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap
individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam
perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai


pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan
tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik
agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan
pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar bin Khattab, pendidikan sudah
lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar, guru-guru sudah diangkat
dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa
khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat
tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-
daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan
kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda
konflik yang berujung kepada kekacauan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: KENCANA

https://www.kompasiana.com/boedis2/552fa8d6ea834900f8b4570/inda
hnya-pendidikan-masa-rasulullah-dan-sahabat , diakses hari kamis 12
september 2019, pada jam 11.51.

Sihab, M. Quraisy, 1996. Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran


Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, cet. XII.

Thoha, M. As’ad, 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Yogyakarta: PT


Pustaka Insan Madani.

16

Anda mungkin juga menyukai