PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Memahami riwayat hidup Nabi Muhammad SAW.
2. Mengerti dalam pembahasan tentang pendidikan pada zaman Nabi SAW.
3. Memahami metode pendidikan yang di terapakan oleh Nabi Muhammad SAW.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGANTAR
Uraian pada bab ini akan dimulai dengan mengemukakan secara singkat
tentang riwayat secara singkat tentang riwayat tentang riwayat hidup nabi
Muhammad SAW dan kepribadiannya, karakteristik keadaan masyarakat
Mekkah, baik dari segi agama, sosial, politik, ekonomi, budaya, dan ilmu
pengetahuan serta hubungannya dengan pendidikan. Uraian ini didasarkan
pada sebuah teori yang mengatakan, bahwa secara sosiologis dan historis
bahwa pendidikan memiliki hubungan fungsional interaktif dengan berbagai
factor yang mengelilinginya.
Ideologi yang dianut suatu masyarakat, pandangan politik, strktur
sosial, keadaan ekonomi, kebudayaan, dan ilmu pengeahuan memberi
pengaruh terhadap sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang maju akan
menjadi pilar dan landasan utama bagi kemajuan suatu bangsa.
Selain itu, sisteman corak pendidikan juga dipengaruhi oleh tokoh yang
memangun dan mengembangkan sistem tersebut. Nabi Muhammad SAW
sebagaimana diketahui dengan jelas, adalah seorang Nabi yang shidiq (jujur),
amanah (terpercaya), tabligh (menyampaian segala yang diperintahkan Tuhan)
fathanah (cerdas), berpandanga luas, pemaaf, saba,rendah hati, cinta kepada
kaum yang lemah dan tertindas, serta pemberani. Sifat-sifat dan karakteristik
Nabi Muhammad SAW yang demikian ini diyakini akan memiliki pengaruh
yang kuat terhadap konsep pendidikannya.
2
Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah. Ayahnya bernama Abdullah, anak
Abdul Muthalib yang termasuk anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang
kurang berkuasa dalam suku Quraisy, namun memiliki jabatan siqayah, yaitu
sebagai pengatur air zamzam untuk keperluan masyarakat dan para peziarah
yang datang ke Mekkah. Adapun ibunya adalah Aminah bnti Wahab dari Bani
Zuhrah.
Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya
Abdullah meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Muhammad SAW kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, bernama
Halimah Sa’diyah hingga berusia empat tahun. Setelah itu, kurang lebih dua
tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya, karena pada usia enam tahun
itu, ibunya meninggal dunia. “Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri
pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya
yang terakhir.”
Selanjutnya yang mengasuh dan membimbing Nabi Muhammad SAW
beralih kepada kakeknya, Abdul Muthalib. Namun, dua tahun kemudian
kakeknya juga meninggal dunia. Dengan keadaan itu, maka tanggung jawab
beralihkepada pamannya, Abu Thalib. Sebagaimana halnya, Abdul Muthalib,
dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekkah secara
keseluruhan. Selanjutnya kehidupan usia muda Muhammda SAW di jalaninya
sebagai pengembala kambing milik keluarganya dan penduduk Mekkah.
Melalui kegiatan ini Nabi memiliki waku dan tempat untuk berpikir dan
merenung. Di tengah padang pasir yang luas, langit yang membentang tinggi
dan luas, telah memberikan suasana yang khas untuk melihat sesuatu di balik
semuanya. Kegiatan berpikir dan merenung ini membatnya jauh dari segala hal
yang bersifat duniawi dan kemewahan hidup, sehingga ia terhindar dari
berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Ia menjadi orang yang
dekat kepada tuhan dan mengedepankan sifat amanah. Keadaan iniah yang
menyebabkan ia di beri gelar sebagai al-amin, yakni orang yang terpecaya. 1
1
Prof.Dr.H. Abuddin Nata, M.A., Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: KENCANA, 2011), hlm 71-
74
3
C. PENDIDIKAN DI ZAMAN NABI MUHAMMAD SAW
2
H.M. As’ad Thoha, Sejarah Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2011),
hlm 11
4
yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula
kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
5
Pendidikan Keagamaan
3
H.M. Quraisy Sihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1996), cet. XII, hlm. 36.
6
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi pendidikan yang berlangsung di mekkah
dapat dikemukkan sebagai berikut.
Pertama, memperkuat dan memperkukuh status dan kepribadian Muhammad
sebagai Nabi dan Rasulullah SAW yang memiliki akidah dan keyakinan yang
kukuh terhadap pertolongan Allah SWT, berbudi pekerti mulia, dan memiliki
komitmen yang tinggi untuk menegakkan kebenaran di muka bumi. Hal ini
dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya: Hai orang yang berkemul
(berselimut) bangunlah,lalu berilah peringatan. Dan tuhanmu agungkanlah,
da pakaianmu bersihkanlah, dan anganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah” (Q.S al-Mudatsir (74): 1-7).
Kedua, meberikan bimbingan kepada Nabi Muhammad SAW dalam melaksakan
tugasnya sebagi pendidik dan pengemban misi kebenaran. Hal ini dapat di
pahami dari ayat yang artnya: “Wahai orang yang berselimut, bangkitlah,
shalatlah di malam hari kecuali sedikit darinya, yaitu separuh malam, kurang
sedikit dari itu atau lebih, dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil, karena
sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu wahyu yang sangat berat”
(QS. Al-Mujammil (73): 1-5).
Ketiga, memberikan peringatan dan bimbingan akhlak mulia kepada keluarga dan
kerabat dekat Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat di pahami dari ayat yang
artinya: “Dan berilah peringatan kepaa kerabatmu yang terdekat, dan
rendahkanlah dirimu teradap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-
orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah:”
sesungguhnya aku idak bertanggung jawab terhadap yang kamu kerjkan”
(Lihat QS. Asy-Syuraa (26): 214-216).
b. Tenaga Pendidik
Yang mendidik di Mekkah pada saat itu adalah Nabi Muhammad SAW. Sendiri.
Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT sebagaimana terdapat dalam
firmanya, yang artinya:”Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul
dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat
Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah
7
serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana”(QS. Al-Baqarah (2): 129).
c. Sasaran (Peserta Didik)
Sasaran atau peserta didik di Mekkah bermula dari keluarga terdekat yang
selanjutnya diikuti oleh keluarga agak jauh dan masyarakat pada umumnya.
Mereka adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Zaid, dan Ummu
Aiman. Setelah melalui Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa teman
dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin
‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Sealin itu yang
menjadi sasaran atau peserta didik adalah sejumlah penduduk Yatsrib yang
berhaji ke Mekkah. Mereka yang terdiri dari kaum ‘Aus dan Khajraj masuk
islam dalam tiga gelombang. Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian, dan
inilah yang di sebut Perjanjian Aqabah.
d. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pengajaran dan pendidikan yang dilakukan menggunakan berbagai metode yang
sesuai fitrah manusia. Nabi MuhammadSAW menggunakan metode ceramah,
diskusi, musyawarah, tanya jawab, bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita,
hafalan, dan bermain peran. 4
4
Prof.Dr.H. Abuddin Nata, M.A., Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: KENCANA, 2011), hlm 78-
86
8
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat
yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani
oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut
adalah:
Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata
kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan
puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung
jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi
Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam
shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian
mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.[7]
9
bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu,
terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus
memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum
Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut
kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam
prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang
turun Selama periode Madinah.
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh
Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan
misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak
peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara
peringatan-peringatan tersebut antara lain:
Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan
anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan
keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan
hidup.
Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang
mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan
10
memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan
yang menyenangkan hati.[9]
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT
dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
4. Pendidikan Tauhid
5. Pendidikan Shalat
6. Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
7. Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
8. Pendidikan kepribadian
9. Pendidikan kesehatan
10. Pendidikan akhlak.
11
mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya
dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada
yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan
islam.Dapat dibedakan menjadi dua periode:
Makkah
Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat
dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang
menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.
Madinah
12
Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan,
kaena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau
kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam baying-
bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy. Selama di Makkah
pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi.
Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijaka
dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal islam ini adalah melarang
para pengikutnya untuk menampakkan keislamannya dalam berbagai hak.tidak
menemui mereka kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik
mereka.
D. PENUTUP
Berdasarkan uraian dan analisis sebagaimana tersebut di atas, dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Pertama, pendidikan di zaman Rosulullah SAW baik ketika di Mekkah maupun di
Madinah sudah berjalan sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini dilakukan,
karena Rosullah SAW sangat mementingkan masalah pendidikan.
Kedua, walaupun masih sederhana, di zaman Rosulullah SAW sudah terdapat
sistem pendidikan. Berbagai komponen pendidikan seperti visi, misi, tujuan,
kurikulum, proses belajar mengajar, guru, murid, sarana prasarana,
5
https://www.kompasiana.com/boedis2/552fa8d6ea834900f8b4570/indahnya-pendidikan-masa-
rasulullah-dan-sahabat , diakses hari kamis 12 september 2019, pada jam 11.51.
13
pembiayaan, serta evaluasi pendidikan dan pengajaran sudah ada, walaupun
sifatnya masih sederhana.
Ketiga, bahwa pendidikan yang dilakukan Rosullah SAW tergolong berhasil
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari lahirnya sejumlah ulama yang
mempunyai berbagai keahlian seperti tafsir, hadis, fikih, fatwa, dan lainnya
dari kalangan sahabat, tersosialisasikannya islam ke berbagai wilayah hingga
ke Indonesia, pengaruh ajaran Islam masih terus hidup dan berkembang hingga
sekarang.
Keempat, konsep dan praktik pendidikan yang dilakukan zaman Rosulullah SAW
masih cukup relavan untuk diterapkan di masa sekarang. Hal ini terlihat dari
semakin banyaknya kajian yang dilakukan oleh para ahli terhadap konsep dan
praktik pendidikan yang dilakukan Rosulullah SAW.6
6
Prof.Dr.H. Abuddin Nata, M.A., Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: KENCANA, 2011), hlm
102-103
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan
pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar bin Khattab, pendidikan sudah
lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar, guru-guru sudah diangkat
dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa
khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat
tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-
daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan
kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda
konflik yang berujung kepada kekacauan.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/boedis2/552fa8d6ea834900f8b4570/inda
hnya-pendidikan-masa-rasulullah-dan-sahabat , diakses hari kamis 12
september 2019, pada jam 11.51.
16