Anda di halaman 1dari 15

HIDROGRAFI

Diusulkan oleh:

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2019
Hidrografi
A. Definisi
Hidrografi (atau geodesi kelautan menurut pandangan awam) adalah ilmu tentang
pemetaan laut dan pesisir. Hidrografi menurut International Hydrographic
Organization (IHO) adalah ilmu tentang pengukuran dan penggambaran parameter-
parameter yang diperlukan untuk menjelaskan sifat-sifat dan konfigurasi dasar laut
secara tepat, hubungan geografisnya dengan daratan, serta karakteristik-karakteristik
dan dinamika-dinamika lautan. Secara etimologi, Hidrografi berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari kata “hidro” yang berarti air dan “grafi” yang berarti
menulis, hidrografi artinya gambaran permukaan bumi yang digenangi air. Survey
hidrografi Menurut Sekelompok Ahli dari PBB tahun 1979 Hidrografi adalah suatu
ilmu yang melakukan pengukuran, menguraikan, dan mengembangkan tentang :

1. Sifat-sifat dan Konfigurasi dasar laut yang dihasilkan oleh kegiatan survey
bathimetrik, geologi dan geofisika.
2. Hubungan geografis ( antara laut, perairan) dengan daratan terdekat yang
dihasilkan dengan kegiatan positioning _ Garis pantai.
3. Sifat dan dinamika air laut, yang dihasilkan lewat pengukuran/pengamatan
pasang surut, arus laut, gelombang dan sifat fisik air laut.

Definisi Ilmu Hidrografi Lama (tradisional), tahun 1960:


Hanya terbatas pada pengertian survey dan pemetaan batimetrik, disertai
penentuan posisi yang berkaitan dengan pemetaan batimetri itu sendiri. Dari Definisi
Tersebut ,Ahli Hidrografi,Ahli Oceanografi,Ahli Geofisika,Ahli Geologi
mengelompokkan kegiatan hidrografi kedalam 3 kegiatan,yaitu:

1. Pantai (coastal)
Pengembangan Pelabuhan, masalah erosi pantai, penggunaan jasa pelabuhan,
pemeliharaan keamanan lalulintas pelayaran pantai (coastal waters)
2. Lepas Pantai (offshore)
Pengadaan data dan informasi hidrografis sbg. Kelanjutan dari zone pantai
(coastalzone) s/d kedalaman 200m, pertambangan sumber daya alam mineral
termasuk hidrokarbon (crude oil) dan pengadaan data dan informasi utk.
Manajemen perikanan
3. Lautan Bebas (oceanic)
Pengadaan data dan informasi di daerah lautan bebas (oceanic) mencakup
pengadaan data dan informasi di daerah lautan dalam untuk menggambarkan
geomorfologi dasar laut.

 survey batimetri
Survei batimetrik dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan
konfigurasi/ topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang
mungkin membahayakan.
Survei Batimetri dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar
bervariasi. Lajur utama harus dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang
(cross line) dengan interval 1.000 meter. Kemudian setelah rencana jalur kabel
ditetapkan, koridor baru akan ditetapkan selebar 1.000 meter. Lajur utama dijalankan
dengan interval 50 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 500 meter.
Peralatan echosounder digunakan untuk mendapatkan data kedalaman optimum
mencakup seluruh kedalaman dalam area survei. Agar tujuan ini tercapai, alat
echosounder dioperasikan sesuai dengan spesifikasi pabrik. Prosedur standar kalibrasi
dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau koreksi Sound Velocity Profile (SVP)
untuk menentukan transmisi dan kecepatan rambat gelombang suara dalam air laut,
dan juga untuk menentukan index error correction.
Kalibrasi dilaksanakan minimal sebelum dan setelah dilaksanakan survei pada
hari yang sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah adanya perbaikan apabila
terjadi kerusakan alat selama periode survei. Pekerjaan survei Batimetri tidak boleh
dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian lebih dari 1,5m bila tanpa
heave compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave compensator.
2. Kegunaan survey hidrografi

Survey hidrografi untuk monitoring alur pelayaran


Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada sekarang ini perlu dilakukan
pemantauan dan pemeliharaan secara rutin untuk menjaga keselamatan dan
kelancaran kapal yang melakukan pelayaran tersebut.
Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang sangat luas,
bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal
yang mengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mudah dibawa arus laut, maka
pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ketempat lain yang jauh dari tempat
kejadian.
Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan dengan melaksanakan survey hydrografi
secara berkala, Dengan menggunakan alat GPS memakai metode differensial real
time kinematik dapat membantu kegiatan survey secara cepat dan tepat di bandingkan
dengan memakai peralatan yang konvensional seperti busur sextan, theodolite, dan
alat bantu lainnya.
Penggunaan metoda differensial real time kinematik dapat menentukan posisi kapal
secara teliti dalam waktu yang sangat singkat, sekaligus menentukan arah dan
kecepatan kapal untuk melakukan survey. Metode tersebut diantaranya adalah :
1. Busur sextan
Pengukuran dengan metode ini memilik tingkat akurasi sekitar 4 – 7meter,
pelaksanaannya dan pemrosesan data memiliki waktu yang sangat lama, untuk survey
kolam pelabuhan + 200 M2 saja, membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan, hal ini
disebabkan karena pelaksanaannya membutuhkan waktu dengan perbandingan 50:50
(50% untuk pelaksanaan survey dan 50% untuk pemrosesan data survey).

2. GPS Navigasi
Metode yang digunakan sudah memiliki tingkat akurasi 3-5 meter, dan
pelaksanaannya dapat dibilang lebih singkat di bandingkan dengan pemakaian busur
sextan tetapi untuk pemrosesan datanya memiliki waktu yang hampir sama pada
pemrosesan dengan metode sextan karena pelaksanaan survey ini masih
dikategorikan semi digital. Untuk survey kolam pelabuhan membutuhkan waktu
kurang lebih 20 hari dengan perbandingan 30:70 (30% untuk pelaksanaan survey dan
70% untuk pemrosesan data hasil survey).
3. GPS realtime kinematik
Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat pelaksanaan dan pemrosesan
data dengan tingkat akurasi 1-3 meter, untuk pelaksanaan survey kolam pelabuhan
saja dapat diselesaikan dengan waktu kurang lebih 7 hari sampai 12 hari dengan
syarat tidak terjadi gangguan koneksi alat. Karena metode ini sudah memakai
peralatan yang koputerisasi, sehingga pemrosesan datanya memiliki waktu yang lebih
singkat dari pelaksanaan surveynya, dengan perbandingan 70:30 (70% untuk
pelaksanaan survey dan 30% untuk pemrosesan data).
Seiring perkembangan jaman, metode terakhir sudah dirasa cukup cepat dan
tepat dalam pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk ketelitian dapat di tingkatkan
dengan menggunakan metode differensial yang terdapat di GPS. Hasil yang di dapat
untuk penggunaan metode ini memiliki ketelitian 3 – 50cm tergantung dari
pemrosesan data akhirnya.
Alur pelayaran mempunyai fungsi untuk memberi jalan kepada kapal untuk
memasuki wilayah pelabuhan dengan aman dan mudah dalam memasuki kolam
pelabuhan. Fungsi lain dari alur pelayaran adalah untuk menghilangkan kesulitan
yang akan timbul karena gerakan kapal kearah atas (minimum ships maneuver
activity) dan gangguan alam, maka perlu bagi perencana untuk memperhatikan
keadaan alur pelayaran (ship channel) dan mulut pelabuhan (port entrance). Alur
pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, berat,
dan kecepatan kapal), jumlah jalur lalu lintas, bentuk lengkung alur yang berkaitan
dengan besar jari – jari alur tersebut. Karena perbedaan antara perkiraan dan realisasi
sering terjadi, maka penyediaan alur perlu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran
kapal-kapal besar. Suatu penelitian tentang karakteristik alur perlu di evaluasi
terhadap pergerakan trafik yang ada, pengaruh cuaca, operasi dari kapal nelayan, dan
karakteristik alur tersebut. Dengan semakin meningkatnya perekonomian dunia maka
penggunaan transportasi laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit, seperti
selat dan kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti palabuhan dan persilangan
lintasan lalu lintas pelayaran. Sehingga beresiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan
pelayaran, baik berupa tabrakan sesama kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya
seperti bangkai kapal atau kandas di kedalaman dangkal.
Untuk pemeliharaan alur pelayaran biasanya dilakukan pengerukan secara
berkala, perencanaan pengerukan tersebut memerlukan data-data keadaan permukaan
dasar laut untuk dapat diketahui berapa volume rencana pengerukan. Survey
hydrografi sangat penting peranannya untuk perencanaan pengerukan tersebut, karena
hasil survey tersebut berupa data-data keadaan permukaan dasar laut yang disajikan
berupa peta. Adapun tahap-tahap pelaksanaan survey hydrografi ini adalah:
a. Survey pendahuluan
Tahapan survey pendahuluan akan dimulai dengan melakukan orientasi di
lokasi survey yang telah direncanakan serta mengadakan pengamatan terhadap aspek-
aspek penting yang berhubungan dengan pelaksanaan survey. Adapun langkah dalam
survey pendahuluan yang akan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis adalah
sebagai berikut :
*. Identifikasi tugu / BM (Benchmark) referensi yang akan dipakai acuan dalam
pekerjaan adalah tugu orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal dan
BPN.
*. Identifikasi lokasi stasiun pasang surut terdekat ke lokasi survey.*. Identifikasi
dan pemilihan lokasi-lokasi rencana pemasangan tugu (BM) dan stasiun pasut
disekitar lokasi survey.
*. Penentuan lokasi awal dimana pengukuran sounding akan dimulai.
*. Mengisi formulir survey serta membuat deskripsi informasi pencapaian lokasi
titik BM dan stasiun pasut yang ada maupun rencana, serta informasi-
informasi lainnya yang dianggap penting.

b. Penyediaan titik kontrol horizontal


Penentuan jaring kontrol horizontal bertujuan untuk menyediakan titik
referensi bagi kegiatan pekerjaan selajutnya sehingga berada dalam satu sistem
koordinat. Agar sistem koordinat ini terikat pada sistem kerangka dasar nasional
maka perlu diikatkan pada titik tetap Bakosurtanal yang telah menggunakan Datum
Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) yang ditetapkan tahun 1996 dan merupakan datum
yang mengacu pada datum Internasional WGS-84.

c. Pengamatan pasang surut


Fonomena pasang surut laut didefinisikan sebagai gerakan vertikal dari
permukaan laut yang terjadi secara periodik. Adanya fonomena pasut berakibat
kedalaman suatu titik berubah-ubah setiap waktu. Untuk itu dalam setiap pekerjaan
survey hydrografi perlu ditetapkan suatu bidang acuan kedalaman laut yang disebut
Muka Surutan/Chart Datum.
Tujuan dari pengamatan pasut ini selain untuk menentukan muka surutan juga untuk
menentukan koreksi hasil ukuran kedalaman.
Dari gambar di atas diperoleh hubungan sebagai berikut :
rt= (Tt-Ho+Zo)
Dengan :
rt = besarnya reduksi pasut yang diberikan kepada hasil pengukuran kedalaman pada
–t
Tt = kedudukan pengukuran laut sebenarnya pada waktu –t
Ho = keadaan permukaan laut rata-rata
Zo = kedalaman muka surutan di bawah MSL

d. Penentuan posisi horizontal titik fix menggunakan GPS dengan metode differensial
real time kinematik
Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang pada titik kontrol darat dengan
ketelitian tinggi yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan akan berfungsi
sebagai Referensi_Station sedangkan receiver lainnya dipasang di kapal survey dan
berfungsi sebagai Rover_Station. Pengamatan absolut posisioning di titik Referensi
Station akan menghasilkan koordinat baru yang berbeda dengan koordinat fix nya.
Besarnya perbedaan nilai ini dinamakan sebagai koreksi differensial dan dihitung
untuk tiap signal satelit. Melalui gelombang UHF data link dalam format standar
RCTM-104 koreksi ini dikirimkan setiap saat dari Referensi Station ke Rover Station
melalui antena defferensial untuk kemudian di aplikasikan pada tiap signal satelit
yang diterima oleh Rover Station. Dengan cara ini maka secara real time nilai
koordinat Rover akan dapat ditentukan dengan ketelitian yang optimal (cm sd.
submeter ) untuk penentuan posisi pada pekerjaan-pekerjaan hydrografi.
Sebelum pelaksanaan pengamatan posisi titik fix dimulai terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi:

A. PERSYARATAN KONSTELASI SETELIT GPS :


1.Minimum 4(empat) buah satelit GPS diamati secara bersamaan.
2.Nilai PDOP < 5
3.Elevation Mask receiver GPS di set 15°

B. PERSYARATAN SISTEM DGPS


1.Mampu melakukan multi hitungan secara paralel
2.Bisa menanpilkan grafik PDOP dalam Time Series, Parameter Tinggi ( H ) dan
Nomor Satelit ( NSAT ) periode 1 jam s/d 24 jam.
3.Bisa menampilkan pesan/warning terhadap sistem yang digunakan.
4.Data storage di user dapat dipilih berdasarkan interval waktu.
5.Mempunyai kemampuan untuk mereplay dan menghitung kembali semua data
hasil pengamatan.
6.Data hasil pengukuran harus disimpan dalam format NMEA yang disyaratkan.
Pada pelaksanaan pengukuran posisi dengan teknik differensial real time kinematik
peralatan yang digunakan adalah:
* DGPS
*GPS Navigasi
*RFM96 Radio Modem Pacific Crest + Antena telemetri
*Echosounder digital
*Tranducer
*Plat baja untuk Bar check
*Laptop
*Hypack Software pengolah data GPS untuk navigasi
*Kapal Survey

Untuk penyetingan alat dan data referensi adalah sebagai berikut :


1.Setting alat di stasiun kontrol darat terdiri dari DGPS + RFM96 Pacific Crest +
Antena GPS + Antena Telemetri . Antena GPS dipasang pada statif dititik kontrol
GPS yang dipakai, sedangkan antena telemetri dipasang di atas menara yang dibuat
cukup tinggi di atas titik kontrol GPS yang dipakai. Setelah seting alat selesai
masukkan nilai posisi titik stasiun kontrol GPS tersebut.
2.Seting alat di kapal (on board) terdiri dari DGPS + RFM96 Pacific Crest + Antena
GPS + Antena Telemetri.
3.Masukan semua parameter penentuan posisi pada receiver GPS dan komputer,
seperti informasi sbb:
*Parameter Datum yang dipakai (jika diinginkan datum lokal )
*Nilai Datum Shift (jika diinginkan datum lokal )
*Sistem Proyeksi Peta yang dipakai
*Nilai offset antena GPS terhadap Transducer (forward,starbed)

Sistem DGPS di kapal yang telah terintegrasi dengan komputer akan dijalankan oleh
Hypack software guna melakukan navigasi dan aquisisi data posisi setiap saat dalam
sistem user (X,Y) dengan datum WGS-84. Posisi yang dihasilkan ini masih
dipengaruhi oleh beberapa kesalahan sistematik. Melalui koreksi differential (dX,dY)
yang dihasilkan oleh sistem DGPS di stasiun kontrol darat kemudian dihantarkan ke
antena differential di kapal dan dikoreksikan pada data posisi sehingga diperoleh nilai
data posisi yang terkoreksi dan ditampilkan secara real time pada monitor baik dalam
bentuk grafik atau numerik. Dengan cara demikian maka akhirnya kita dapat
menentukan koordinat titik fix dan juga informasi lainnya seperti jarak offline, jarak
yang sudah ditempuh, jarak keakhir lajur, dll.

Sounding adalah penentuan kedalaman dasar laut yang bertujuan untuk


mendapatkan gambaran kondisi topografi dasar laut. Alat yang akan digunakan
adalah digital echosunder. Sinkronisasi data kedalaman dan posisi horizontal
dilakukan secara otomatis oleh firmware (software yang berada di dalam alat) . Pada
proses perekaman, data posisi direkam dengan interval setiap dua detik (Fix Position
Record) dan semua data kedalaman direkam dengan kecepatan 6 ping per detik.
Pemasangan peralatan sounding dipasang dan dipastikan bahwa peralatan
dipasang pada posisi yang aman dan kuat terhubung dengan kapal (terutama
transducer dan antena). Konstruksi transducer akan dibuat sedemikian rupa sehingga
transducer benar-benar dapat dipasang tegak lurus bidang permukaan laut.
Transducer akan dipasang pada sisi luar di tengah-tengah bagian buritan dan haluan
dengan kedalaman yang sesuai sehingga apabila kapal bergerak vertikal akibat
gelombang, bagian bawah transducer tetap berada di bawah permukaan air.
Setelah transducer dipasang dengan baik maka selanjutnya dilakukan kalibrasi
(bar check). Bar check dilakukan dengan cara menenggelamkan sebuah plat baja/besi
di bawah transducer dengan menggunakan kabel baja yang diberi tanda setiap lima
meter sampai 20 m. Plat baja dengan kedalaman yang sudah ditentukan kemudian
menjadi pembanding bacaan echosunder. Kalibrasi dilakukan dengan cara merubah
kecepatan suara di air sedemikian rupa sehingga bacaan echosounder sama dengan
panjang tali baja. Pengubahan kecepatan dilakukan dengan cara menginput secara
digital melalui keypad echosounder. Kalibrasi akan dilakukan pada kedalaman yang
berbeda-beda dan dilakukan pada saat sebelum dan sesudah survey. Untuk melakukan
kalibrasi/barcheck ini akan dipilih lokasi/tempat yang permukaan airnya cukup
tenang.
Perekaman data posisi dan kedalaman dilakukan secara otomatis dan
simulatan dalam bentuk digital sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan akibat
sinkronisasi data posisi dan kedalaman secara manual. Setiap satu lajur ukuran akan
disimpan dalam satu file dengan pemberian nama file yang unik sehingga
memudahkan untuk pengecekan, pencarian dan pemrosesan data. Secara real time
profile dasar laut pada lajur suvey tampil pada display komputer dan apabila
dikehendaki dapat langsung dilakukan print out.Semua kegiatan survey pada tahap
pelaksanaan ini terintegrasi dan dikendalikan oleh software sehingga terhindar dari
human error.
Pengolahan data dilakukan setiap hari setelah selesai pengukuran hari tersebut
untuk selanjutnya dianalisa dan apabila ada kesalahan dapat diantisipasi secara cepat
pada hari berikutnya.Pengolahan data terdiri dari downloading, verifikasi data, dan
penggambaran.Proses downloading dan verifikasi data dilakukan menggunakan
software Hypack. Ouput pada proses downloading adalah data dalam beberapa format
NMEA yang disyaratkan.
Data dalam format NMEA tersebut kemudian dengan mudah diubah menjadi
bentuk No X,Y,Z dan digunakan sebagai input pada proses
penggambaran.Penggambaran kontur dilakukan menggunakan sotware LDD
(LandDesktopDevelopment).

e .Penentuan garis pantai


Penentuan posisi garis pantai adalah penentuan posisi tanda permukaan air
laut tertinggi (High Water Mark) di pantai. Pada daerah yang cukup terbuka,
pengukuran dilakukan menggunakan GPS dengan metode stop and go dan untuk
daerah yang relatif tertutup oleh tumbuhan (hutan bakau) pengukuran dilakukan
menggunakan total station.
Ada 3(tiga) kriteria dalam penetapan garis pantai untuk acuan pengukuran yaitu :
*Untuk daerah pantai yang landai maka garis pantai ditetapkan sebagai posisi air
pada kondisi pasang tertinggi.
*Untuk daerah pantai yang mempunyai hutan bakau garis pantai ditetapkan pada
ujung terluar dari hutan bakau tersebut.
*Untuk daerah pantai berbentuk tebing garis pantai diambil pada garis batas tebing
tersebut.

Kerapatan pengukuran untuk garis pantai adalah maksimum 50 m untuk


pantai yang relatif lurus (teratur) dan lebih rapat untuk bentuk garis pantai yang tidak
teratur. Selain posisi, keterangan mengenai kondisi pantai juga merupakan hal
penting yang akan direkam.
Pengolahan data dilakukan dengan cara post processing dan selanjutnya data
posisi dan keterangan obyek akan menjadi input pada proses penggambaran final.

f. Pemrosesan data
Tahap pengolahan data merupakan bagian terintegrasi dari rangkaian
pekerjaan survey hydrografi secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan
data kedalaman yang benar.
Beberapa koreksi yang harus dilakukan pada data hasil ukuran kedalaman terjadi
akibat kesalahan-kesalahan sebagai berikut:
1). Kesalahan akibat gerakan kapal (sattlement dan squat)
2). Kesalahan akibat draft tranduser
3). Kesalahan akibat perubahan kecepatan gelombang suara, dan
4). Kesalahan lainnya yang perlu untuk diperhitungkan.
Selain itu angka kedalaman juga harus diredusir kepada suatu bidang acuan
kedalaman yaitu Low Water Spring (LWS) (tergantung penetapan). Hubungan
matematika koreksi-koreksi di atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut:
Do = Du + Dkgs
D1 = Do + Dsss
D2 = D1 + Dsr
Dimana :
Du = bacaan kedalaman yang diperoleh dari pengukuran
Do = kedalaman suatu titik tegak lurus dibawah tranduser
D1 = kedalaman suatu titik terhadap permukaan laut
D2 = kedalaman suatu titik terhadap muka surutan
Dkgs = koreksi kecepatan gelombang suara
Dsss = koreksi sarat tranduser
Dsr = koreksi surutan

g. Koreksi surutan
Koreksi surutan diberikan untuk mereduksi seluruh data ukuran kedalaman
kedalam suatu bidang acuan yang disebut Chart Datum yang mana dalam hal ini
didefinisikan sebagai Low Water Spring (LWS). Besarnya nilai koreksi surutan ini
diperoleh dari hasil analisa pasut seperti dijelaskan di atas.
Dengan menggunakan perangkat lunak Hypack, pemberian koreksi syarat
tranduser, sattlement dan squat serta pengaruh perbedaan kecepatan gelombang suara
secara otomatis dikerjakan pada waktu pelaksanaan pengukuran di lapangan,
sehingga data ukuran yang diperoleh sudah terbebas dari pengaruh kesalahan-
kesalahan tersebut. Jadi pada tahap pemrosesan, data-data yang diperoleh tinggal
direduksi ke bidang acuan kedalaman/chart datum.
Setelah data hasil ukuran kedalaman dikoreksi kemudian data-data tersebut
yaitu data posisi dan waktu akan disimpan kedalam format ASCII dengan format :
Bujur, Lintang, Kedalaman(m) dan Waktu.
h. Penyajian data

Setelah semua data lapangan selesai diolah dan sudah dalam bentuk digital
dengan format B,L,H,T (bujur, lintang, kedalaman, waktu) kemudian di eksport ke
dalam format drawing menggunakan LDD. Data gambar pertama yang akan tempil
adalah berupa point, deskripsi, elevasi dan no.point yang tersimpan dalam layer
berbeda. Kemudian dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dalam software
tersebut kita akan melakukan filtering, surfacing, conturing dan interpolasi. Produk
akhir dari prosesing ini akan diperoleh peta bathimetri digital dalam format
DWG/DXF yang kemudian akan dicetak dengan skala yang diinginkan. Unsur-unsur
yang akan disajikan pada peta batimetri tersebut meliputi :
*Angka kedalaman dengan kerapatan 1 cm pada skala peta
*Kontur kedalaman
*Garis pantai dan sungai
*Tanda atau sarana navigasi
*Informasi dasar laut, dll
Sistem proyeksi yang dipakai pada pembuatan peta batimetri ini menggunakan
sistem Transver Mercator (TM) dengan datum WGS 84, sedangkan sistem koordinat
grid yang akan dipakai adalah UTM (Easting, Norting, Kedalaman) maupun Geodetik
(Lintang, Bujur, Kedalaman).

PERALATAN SURVEY HIDROGRAFI

 echosounder

Untuk pemetaan dasar laut, Sistem Echosounder berkas banyak akan lebih sering
digunakan di masa mendatang, sebagai pelengkap dari Singlebeam Echosounder yang
telah banyak digunakan pada beberapa akademik. Multibeam sonar/Echosounder
memberikan kerapatan titik-titik kedalaman yang lebih tinggi dibanding Singlebeam
Echosounder, jangkauan spasi lajur pemeruman yang lebih jauh ,dimana semua faktor
tersebut tentunya dapat menunuikan waktu dan biaya survei.
 sidescanesonar(sss)
Side Scan Sonar mempunyai kemampuan menggandakan (menduplikasikan) beam
yang diarahkan pada satu sisi ke sisi lainnya. Sehingga kita bias melihat ke kedua sisi,
memetakan semua area penelitian secara efektif dan menghemat waktu penelitian.
SSS menggunakan Narrow beam pada bidang horizontal untuk mendapatkan resolusi
tinggi di sepanjang lintasan dasar laut (Klien Associates Inc, 1985).

Side Scan Sonar (SSS) dapat dipasang pada lunas kapal atau ditarik di belakang
kapal. Ilustrasi pemasangan SSS menggunakan towed body dapat dilihat pada
gambar . Pada gambar tersebut terlihat bahwa SSS mentransmisikan pulsa akustik
secara menyamping terhadap arah perambatan. Dasar laut dan objek merefleksikan
kembali (backscatter) gelombang suara pada system sonar. Instrumen SSS mendekati
objek tiga dimensi dan menampilkan objek tersebut dalam bentuk citra dua dimensi.
Oleh karena itu, SSS tidak hanya menampilkan objek, melainkan juga bayangan
objek tersebut. Pembentukan objek bayangan SSS di ilusrasikan pada
gambar.Keterangan pada gambar adalah sebagai berikut. (1) nilai kedalaman dari
lintasan akustik, (2) sudut beam vertikal, (3) jarak akustik maksimum, (4) lebar
sapuan lintasan dasar laut, (5) jarak SSS dengan permukaan air, (6) jarak pemisah
antara port channel dan starboard channel, (7) lebar beam horizontal, (8) panjang
bayangan akustik yang disesuaikan dengan tinggi target, (A) area sebelum
pengambilan first bottom (pada daerah ini tidak ada suara yang dihamburkan dan
ditandai dengan warna hitam), (B) dan (F) tekstur dasar laut, (C) sudut objek yang
bersifat sangat memantulkan dengan intensitas yang paling terang, (D) objek yang
memantulkan dan (E) bayangan dari target akustik (tidak ada pantulan disini).

Anda mungkin juga menyukai