Hidrografi
Hidrografi
Diusulkan oleh:
1. Sifat-sifat dan Konfigurasi dasar laut yang dihasilkan oleh kegiatan survey
bathimetrik, geologi dan geofisika.
2. Hubungan geografis ( antara laut, perairan) dengan daratan terdekat yang
dihasilkan dengan kegiatan positioning _ Garis pantai.
3. Sifat dan dinamika air laut, yang dihasilkan lewat pengukuran/pengamatan
pasang surut, arus laut, gelombang dan sifat fisik air laut.
1. Pantai (coastal)
Pengembangan Pelabuhan, masalah erosi pantai, penggunaan jasa pelabuhan,
pemeliharaan keamanan lalulintas pelayaran pantai (coastal waters)
2. Lepas Pantai (offshore)
Pengadaan data dan informasi hidrografis sbg. Kelanjutan dari zone pantai
(coastalzone) s/d kedalaman 200m, pertambangan sumber daya alam mineral
termasuk hidrokarbon (crude oil) dan pengadaan data dan informasi utk.
Manajemen perikanan
3. Lautan Bebas (oceanic)
Pengadaan data dan informasi di daerah lautan bebas (oceanic) mencakup
pengadaan data dan informasi di daerah lautan dalam untuk menggambarkan
geomorfologi dasar laut.
survey batimetri
Survei batimetrik dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan
konfigurasi/ topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang
mungkin membahayakan.
Survei Batimetri dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar
bervariasi. Lajur utama harus dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang
(cross line) dengan interval 1.000 meter. Kemudian setelah rencana jalur kabel
ditetapkan, koridor baru akan ditetapkan selebar 1.000 meter. Lajur utama dijalankan
dengan interval 50 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 500 meter.
Peralatan echosounder digunakan untuk mendapatkan data kedalaman optimum
mencakup seluruh kedalaman dalam area survei. Agar tujuan ini tercapai, alat
echosounder dioperasikan sesuai dengan spesifikasi pabrik. Prosedur standar kalibrasi
dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau koreksi Sound Velocity Profile (SVP)
untuk menentukan transmisi dan kecepatan rambat gelombang suara dalam air laut,
dan juga untuk menentukan index error correction.
Kalibrasi dilaksanakan minimal sebelum dan setelah dilaksanakan survei pada
hari yang sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah adanya perbaikan apabila
terjadi kerusakan alat selama periode survei. Pekerjaan survei Batimetri tidak boleh
dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian lebih dari 1,5m bila tanpa
heave compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave compensator.
2. Kegunaan survey hidrografi
2. GPS Navigasi
Metode yang digunakan sudah memiliki tingkat akurasi 3-5 meter, dan
pelaksanaannya dapat dibilang lebih singkat di bandingkan dengan pemakaian busur
sextan tetapi untuk pemrosesan datanya memiliki waktu yang hampir sama pada
pemrosesan dengan metode sextan karena pelaksanaan survey ini masih
dikategorikan semi digital. Untuk survey kolam pelabuhan membutuhkan waktu
kurang lebih 20 hari dengan perbandingan 30:70 (30% untuk pelaksanaan survey dan
70% untuk pemrosesan data hasil survey).
3. GPS realtime kinematik
Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat pelaksanaan dan pemrosesan
data dengan tingkat akurasi 1-3 meter, untuk pelaksanaan survey kolam pelabuhan
saja dapat diselesaikan dengan waktu kurang lebih 7 hari sampai 12 hari dengan
syarat tidak terjadi gangguan koneksi alat. Karena metode ini sudah memakai
peralatan yang koputerisasi, sehingga pemrosesan datanya memiliki waktu yang lebih
singkat dari pelaksanaan surveynya, dengan perbandingan 70:30 (70% untuk
pelaksanaan survey dan 30% untuk pemrosesan data).
Seiring perkembangan jaman, metode terakhir sudah dirasa cukup cepat dan
tepat dalam pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk ketelitian dapat di tingkatkan
dengan menggunakan metode differensial yang terdapat di GPS. Hasil yang di dapat
untuk penggunaan metode ini memiliki ketelitian 3 – 50cm tergantung dari
pemrosesan data akhirnya.
Alur pelayaran mempunyai fungsi untuk memberi jalan kepada kapal untuk
memasuki wilayah pelabuhan dengan aman dan mudah dalam memasuki kolam
pelabuhan. Fungsi lain dari alur pelayaran adalah untuk menghilangkan kesulitan
yang akan timbul karena gerakan kapal kearah atas (minimum ships maneuver
activity) dan gangguan alam, maka perlu bagi perencana untuk memperhatikan
keadaan alur pelayaran (ship channel) dan mulut pelabuhan (port entrance). Alur
pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, berat,
dan kecepatan kapal), jumlah jalur lalu lintas, bentuk lengkung alur yang berkaitan
dengan besar jari – jari alur tersebut. Karena perbedaan antara perkiraan dan realisasi
sering terjadi, maka penyediaan alur perlu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran
kapal-kapal besar. Suatu penelitian tentang karakteristik alur perlu di evaluasi
terhadap pergerakan trafik yang ada, pengaruh cuaca, operasi dari kapal nelayan, dan
karakteristik alur tersebut. Dengan semakin meningkatnya perekonomian dunia maka
penggunaan transportasi laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit, seperti
selat dan kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti palabuhan dan persilangan
lintasan lalu lintas pelayaran. Sehingga beresiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan
pelayaran, baik berupa tabrakan sesama kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya
seperti bangkai kapal atau kandas di kedalaman dangkal.
Untuk pemeliharaan alur pelayaran biasanya dilakukan pengerukan secara
berkala, perencanaan pengerukan tersebut memerlukan data-data keadaan permukaan
dasar laut untuk dapat diketahui berapa volume rencana pengerukan. Survey
hydrografi sangat penting peranannya untuk perencanaan pengerukan tersebut, karena
hasil survey tersebut berupa data-data keadaan permukaan dasar laut yang disajikan
berupa peta. Adapun tahap-tahap pelaksanaan survey hydrografi ini adalah:
a. Survey pendahuluan
Tahapan survey pendahuluan akan dimulai dengan melakukan orientasi di
lokasi survey yang telah direncanakan serta mengadakan pengamatan terhadap aspek-
aspek penting yang berhubungan dengan pelaksanaan survey. Adapun langkah dalam
survey pendahuluan yang akan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis adalah
sebagai berikut :
*. Identifikasi tugu / BM (Benchmark) referensi yang akan dipakai acuan dalam
pekerjaan adalah tugu orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal dan
BPN.
*. Identifikasi lokasi stasiun pasang surut terdekat ke lokasi survey.*. Identifikasi
dan pemilihan lokasi-lokasi rencana pemasangan tugu (BM) dan stasiun pasut
disekitar lokasi survey.
*. Penentuan lokasi awal dimana pengukuran sounding akan dimulai.
*. Mengisi formulir survey serta membuat deskripsi informasi pencapaian lokasi
titik BM dan stasiun pasut yang ada maupun rencana, serta informasi-
informasi lainnya yang dianggap penting.
d. Penentuan posisi horizontal titik fix menggunakan GPS dengan metode differensial
real time kinematik
Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang pada titik kontrol darat dengan
ketelitian tinggi yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan akan berfungsi
sebagai Referensi_Station sedangkan receiver lainnya dipasang di kapal survey dan
berfungsi sebagai Rover_Station. Pengamatan absolut posisioning di titik Referensi
Station akan menghasilkan koordinat baru yang berbeda dengan koordinat fix nya.
Besarnya perbedaan nilai ini dinamakan sebagai koreksi differensial dan dihitung
untuk tiap signal satelit. Melalui gelombang UHF data link dalam format standar
RCTM-104 koreksi ini dikirimkan setiap saat dari Referensi Station ke Rover Station
melalui antena defferensial untuk kemudian di aplikasikan pada tiap signal satelit
yang diterima oleh Rover Station. Dengan cara ini maka secara real time nilai
koordinat Rover akan dapat ditentukan dengan ketelitian yang optimal (cm sd.
submeter ) untuk penentuan posisi pada pekerjaan-pekerjaan hydrografi.
Sebelum pelaksanaan pengamatan posisi titik fix dimulai terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi:
Sistem DGPS di kapal yang telah terintegrasi dengan komputer akan dijalankan oleh
Hypack software guna melakukan navigasi dan aquisisi data posisi setiap saat dalam
sistem user (X,Y) dengan datum WGS-84. Posisi yang dihasilkan ini masih
dipengaruhi oleh beberapa kesalahan sistematik. Melalui koreksi differential (dX,dY)
yang dihasilkan oleh sistem DGPS di stasiun kontrol darat kemudian dihantarkan ke
antena differential di kapal dan dikoreksikan pada data posisi sehingga diperoleh nilai
data posisi yang terkoreksi dan ditampilkan secara real time pada monitor baik dalam
bentuk grafik atau numerik. Dengan cara demikian maka akhirnya kita dapat
menentukan koordinat titik fix dan juga informasi lainnya seperti jarak offline, jarak
yang sudah ditempuh, jarak keakhir lajur, dll.
f. Pemrosesan data
Tahap pengolahan data merupakan bagian terintegrasi dari rangkaian
pekerjaan survey hydrografi secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan
data kedalaman yang benar.
Beberapa koreksi yang harus dilakukan pada data hasil ukuran kedalaman terjadi
akibat kesalahan-kesalahan sebagai berikut:
1). Kesalahan akibat gerakan kapal (sattlement dan squat)
2). Kesalahan akibat draft tranduser
3). Kesalahan akibat perubahan kecepatan gelombang suara, dan
4). Kesalahan lainnya yang perlu untuk diperhitungkan.
Selain itu angka kedalaman juga harus diredusir kepada suatu bidang acuan
kedalaman yaitu Low Water Spring (LWS) (tergantung penetapan). Hubungan
matematika koreksi-koreksi di atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut:
Do = Du + Dkgs
D1 = Do + Dsss
D2 = D1 + Dsr
Dimana :
Du = bacaan kedalaman yang diperoleh dari pengukuran
Do = kedalaman suatu titik tegak lurus dibawah tranduser
D1 = kedalaman suatu titik terhadap permukaan laut
D2 = kedalaman suatu titik terhadap muka surutan
Dkgs = koreksi kecepatan gelombang suara
Dsss = koreksi sarat tranduser
Dsr = koreksi surutan
g. Koreksi surutan
Koreksi surutan diberikan untuk mereduksi seluruh data ukuran kedalaman
kedalam suatu bidang acuan yang disebut Chart Datum yang mana dalam hal ini
didefinisikan sebagai Low Water Spring (LWS). Besarnya nilai koreksi surutan ini
diperoleh dari hasil analisa pasut seperti dijelaskan di atas.
Dengan menggunakan perangkat lunak Hypack, pemberian koreksi syarat
tranduser, sattlement dan squat serta pengaruh perbedaan kecepatan gelombang suara
secara otomatis dikerjakan pada waktu pelaksanaan pengukuran di lapangan,
sehingga data ukuran yang diperoleh sudah terbebas dari pengaruh kesalahan-
kesalahan tersebut. Jadi pada tahap pemrosesan, data-data yang diperoleh tinggal
direduksi ke bidang acuan kedalaman/chart datum.
Setelah data hasil ukuran kedalaman dikoreksi kemudian data-data tersebut
yaitu data posisi dan waktu akan disimpan kedalam format ASCII dengan format :
Bujur, Lintang, Kedalaman(m) dan Waktu.
h. Penyajian data
Setelah semua data lapangan selesai diolah dan sudah dalam bentuk digital
dengan format B,L,H,T (bujur, lintang, kedalaman, waktu) kemudian di eksport ke
dalam format drawing menggunakan LDD. Data gambar pertama yang akan tempil
adalah berupa point, deskripsi, elevasi dan no.point yang tersimpan dalam layer
berbeda. Kemudian dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dalam software
tersebut kita akan melakukan filtering, surfacing, conturing dan interpolasi. Produk
akhir dari prosesing ini akan diperoleh peta bathimetri digital dalam format
DWG/DXF yang kemudian akan dicetak dengan skala yang diinginkan. Unsur-unsur
yang akan disajikan pada peta batimetri tersebut meliputi :
*Angka kedalaman dengan kerapatan 1 cm pada skala peta
*Kontur kedalaman
*Garis pantai dan sungai
*Tanda atau sarana navigasi
*Informasi dasar laut, dll
Sistem proyeksi yang dipakai pada pembuatan peta batimetri ini menggunakan
sistem Transver Mercator (TM) dengan datum WGS 84, sedangkan sistem koordinat
grid yang akan dipakai adalah UTM (Easting, Norting, Kedalaman) maupun Geodetik
(Lintang, Bujur, Kedalaman).
echosounder
Untuk pemetaan dasar laut, Sistem Echosounder berkas banyak akan lebih sering
digunakan di masa mendatang, sebagai pelengkap dari Singlebeam Echosounder yang
telah banyak digunakan pada beberapa akademik. Multibeam sonar/Echosounder
memberikan kerapatan titik-titik kedalaman yang lebih tinggi dibanding Singlebeam
Echosounder, jangkauan spasi lajur pemeruman yang lebih jauh ,dimana semua faktor
tersebut tentunya dapat menunuikan waktu dan biaya survei.
sidescanesonar(sss)
Side Scan Sonar mempunyai kemampuan menggandakan (menduplikasikan) beam
yang diarahkan pada satu sisi ke sisi lainnya. Sehingga kita bias melihat ke kedua sisi,
memetakan semua area penelitian secara efektif dan menghemat waktu penelitian.
SSS menggunakan Narrow beam pada bidang horizontal untuk mendapatkan resolusi
tinggi di sepanjang lintasan dasar laut (Klien Associates Inc, 1985).
Side Scan Sonar (SSS) dapat dipasang pada lunas kapal atau ditarik di belakang
kapal. Ilustrasi pemasangan SSS menggunakan towed body dapat dilihat pada
gambar . Pada gambar tersebut terlihat bahwa SSS mentransmisikan pulsa akustik
secara menyamping terhadap arah perambatan. Dasar laut dan objek merefleksikan
kembali (backscatter) gelombang suara pada system sonar. Instrumen SSS mendekati
objek tiga dimensi dan menampilkan objek tersebut dalam bentuk citra dua dimensi.
Oleh karena itu, SSS tidak hanya menampilkan objek, melainkan juga bayangan
objek tersebut. Pembentukan objek bayangan SSS di ilusrasikan pada
gambar.Keterangan pada gambar adalah sebagai berikut. (1) nilai kedalaman dari
lintasan akustik, (2) sudut beam vertikal, (3) jarak akustik maksimum, (4) lebar
sapuan lintasan dasar laut, (5) jarak SSS dengan permukaan air, (6) jarak pemisah
antara port channel dan starboard channel, (7) lebar beam horizontal, (8) panjang
bayangan akustik yang disesuaikan dengan tinggi target, (A) area sebelum
pengambilan first bottom (pada daerah ini tidak ada suara yang dihamburkan dan
ditandai dengan warna hitam), (B) dan (F) tekstur dasar laut, (C) sudut objek yang
bersifat sangat memantulkan dengan intensitas yang paling terang, (D) objek yang
memantulkan dan (E) bayangan dari target akustik (tidak ada pantulan disini).