Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih
tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang
sangat indah.

Penyusun disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah


menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Menelan Pahitnya Kejujuran” sebagai
tugas mata kuliah Akhlaq dan Tasawuf. Dalam makalah ini kami mencoba untuk
menjelaskan tentang pengertian jujur, ayat Al-Qur’an tentang jujur, konsep jujur di era
kontemporer, serta perilaku menanamkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini. Dan kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-
karya kami di waktu mendatang. Harapan kami semoga makalah ini dapat memberi
manfaat.

Yogyakarta, Oktober 2019

Penyusun

Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran i


DAFTAR ISI

Kata
Pengantar
......................................................................................................................................
i

Daftar
Isi
...........................................................................................................................................
ii

BAB I
PENDAHULUAN
.............................................................................................................................................
1
A. Latar
Belakang
.................................................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah 1
C. Tujuan
.................................................................................................................................
1

BAB II
PEMBAHASAN

Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran ii


.............................................................................................................................................
2

A. Pengertian
Jujur
.................................................................................................................................
2
B. Dasar Normatif Tentang
Jujur
.................................................................................................................................
3
C. Konsep Jujur di Era
Kontemporer
.................................................................................................................................
5
D. Pandangan Penulis Tentang Membudayakan Sikap
Jujur
.................................................................................................................................
7

BAB III
PENUTUP
.............................................................................................................................................
8

A. Kesimpulan
.................................................................................................................................
8
B. Saran
............................................................................................................................
8

Daftar
Pustaka
.............................................................................................................................................
9

Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran iii


Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jujur adalah kata yang indah didengar, tetapi sulit dikerjakan dalam keseharian.
Semua orang paham akan maknanya, tetapi begitu mudah mengabaikannya. Yang lebih
berbahaya lagi adalah ada orang yang ingin dan selalu bersikap jujur, namun mereka
belum sepenuhnya tahu apa saja kategori sikap jujur dan bagaimana cara penerapannya
pada kehidupan sehari-hari. Jujur merupakan seuatu yang bernilai tak terhingga. Semua
sikap yang baik selalu bersumber pada kejujuran. Merupakan suatu keindahan bila setiap
individu bersikap jujur terhadap dirinya maupun kepada orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud jujur?
2. Apa saja landasan normatif tentang sikap jujur?
3. Bagaimanakah konsep jujur di era kontemporer?
4. Bagaimana cara bersikap jujur?

C. Tujuan Makalah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlaq dan Taswuf, serta untuk :
1. Untuk memahami makna jujur.
2. Untuk mengetahui dasar normatif tentang jujur.
3. Untuk memahami konsep jujur di era kontemporer.
4. Untuk mengtahui cara bersikap jujur.

Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran 1


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jujur
Jujur dilihat dari segi bahasa adalah mengakui, berkata, ataupun memberi sesuatu
yang sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi. Sedangkan di dalam KBBI, jujur
berarti lurus hati; tidak berbohong; tidak curang; tulus; ikhlas. Jika diartikan secara
lengkap, maka jujur merupakan sikap seorang ketika berhadapan dengan sesuatu
ataupun fenomena tertentu dan menceritakan kejadian tersebut tanpa ada
perubahan/modifikasi sedikitpun atau benar-benar sesuai realita yang terjadi.
Menurut Imam Ghazali, kata jujur dapat diartikan dalam berbagai makna. Pertama
adalah jujur dalam perkataan, kedua jujur dalam niat dan kehendak, ketiga jujur di
dalam azam (tekad), keempat jujur dalam menunaikan azam, kelima jujur dalam
perbuatan, dan keenam jujur dalam mengimplementasikan maqamat di dalam agama.
Berikut paparannya masing-masing.
Pertama, jujur dalam perkataan; jujur dalam perkataan berkaitan langsung dengan
informasi yang disampaikan, apakah itu benar atau salah. Menurut Imam Ghazali
kejujuran ini akan semakin lenyap jika seseorang tidak terlalu membesar-besarkan
informasi. Karena menurut Imam Ghazali, hal itu dekat dengan kedustaan. Dan kedua,
memperhatikan makna jujur secara seksama agar tidak bercampur dengan syahwat
keduniaan.
Kedua, jujur dalam niat dan kehendak. Jujur dalam hal ini berkaitan langsung
dengan keikhlasan. Tidak ada dorongan sedikitpun kecuali hanya karena Allah. Jika
niat seseorang bercampur dengan nafsu maka batal kejujuran niat tersebut. Dan
orangyang niatnya bercampur dengan nasu bisa dikategorikan sebagai orang yang
berdusta.
Ketiga, jujur dalam azam (tekad). Sebelum seseorang melakukan sesuatu
kadangkala seseorang memiliki tekad terlebih dahulu sebelum
mengimplementasikannya. Kejujuran tekad yang dimaksudkan adalah kesempurnaan
dan kekuatan tekad tersebut. Tekad yang benar atau jujur tidak akan ragu atau goyah
sedikitpun.
Keempat, jujur dalam menunaikan azam. Maksudnya adalah ketika seseorang telah
memiliki tekad dan ia memiliki peluang untuk melaksanakan tekadnya. Ketika ia tidak
menunaikan apa yang menjadi tekadnya maka itu bisa dikatakan sebagai kebohongan
atau ketidakjujuran.
Kelima, jujur dalam perbuatan; adalah usaha seseorang untuk menampilkan
perbuatan lahiriah agar sesuai degan apa yang ada di dalam hatinya. Berbeda dengan
riya’. Seseorang yang antara perbuatan lahir dan niatnya berbeda tanpa adanya maksud
yang disengaja menurut Imam Ghazali hanya dikatakan sebagai orang yang tidak jujur
dalam perbuatan.
Keenam, jujur dalam mengimplementasikan maqamat di dalam agama seperti jujur
di dalam khauf (takut kepada Allah), raja’ (berharap kepada Allah), zuhuddan lain
sebagainya. Ini adalah tingkatan jujur paling tinggi. Seseorang dapat dikatakan jujur
dalam tahap ini ketika ia telah mencapai hakikat yang dimaksud dalam khauf, raja’,
atau zuhud yang dikehendaki.
Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran 2
B. Dasar Normatif Tentang Jujur

Banyak ayat-ayat Al-Quran dan hadits yang menjelaskan tentang kejujuran,


diantara ayat-ayat Al-Quran dan hadits itu adalah sebagai berikut:

1. Surat At-TaubahAyat 119

ََّ ْ‫َٰٓيَأَيُّ َهاٱلَّذِينَ َءا َمنُواْٱتَّقُوا‬


َّ ‫ٱّللََ َو ُكونُواْ َم ََعَٱل‬
ََ‫ص ِدقِين‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar (Q.S. At-Taubah: 119)

Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa, yaitu


menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Kemudian Allah
memerintahkan agar bersama dengan orang-orang yang benar. Artinya bahwa dalam
mencari teman, kita juga harus memilih mana teman yang baik yang nantinya
membawa kita kepada kebaikan dunia dan akhirat, dan mana teman yang menyesatkan.
Jadikanlah orang baik sebagai teman dan tinggalkan orang yang menyesatkan.

Ibarat kata jika kita bergaul dengan orang baik, maka kita akan sedikit demi
sedikit menyesuaikan diri dengannya, sebaliknya jika kita bergaul dengan orang jahat.

2. Surat Al-MaidahAyat 8

‫شنَآنُ قَ ْو ٍم َعلَى أ َ اَّل ت َ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا ه َُو‬


َ ‫يَجْ ِر َمنا ُك ْم‬ ِ ‫ش َه َدا َء بِ ْال ِقس‬
‫ْط ۖ َو ََّل‬ ُ ِ‫يَا أَيُّ َها االذِينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَ او ِامينَ ِ اّلِل‬
َ‫ت َ ْع َملُون‬ ‫ِب َما‬ ‫ير‬
ٌ ‫َخ ِب‬ ‫َّللا‬
َ‫ا‬ ‫ِإ ان‬ ۚ ‫َّللا‬
َ‫ا‬ ‫َواتاقُوا‬ ۖ ‫ِللت ا ْق َوى‬ ‫ب‬ ُ ‫أ َ ْق َر‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan (Q.S. al-Maidah :8)

Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran 3


Menjadi adil dan jujur bagi diri sendiri saja sulit, apalagi menjadi adil dan jujur
bagi orang lain. Sehingga perilaku adil dan jujur ini sudah selayaknya dilatih sejak kecil
agar terbawa hingga dewasa. Menjadi orang yang menegakkan kebenaran adalah
dengan cara yang jujur dan adil, kita tidak boleh mengahakimi orang yang tidak
bersalah hanya karena kebencian pribadi.

3. Hadits Nabi Tentang Kejujuran

‫ي َمسعُود ابن للا َعبد َعن‬ َ ‫ قَا َل َعنهُ للاُ َرض‬: ‫سو ُل قَا َل‬ ُ ‫سلَّ َم َعلَيه للاُ لَّى ََص للا َر‬ َ ‫ َو‬: ‫علَي ُكم‬ َ ‫ بالصدق‬، ‫فَإ َّن‬
َ‫ البر إلَى يَهدي الصدق‬، ‫ ال َجنَّة إلَى يَهدي الب َّر َوإ َّن‬، ‫الر ُج ُل يَزَ ا ُل َو َما‬ َّ ‫َب َُي َحتَّى الصدقَ َويَت َ َح َّرى يَصد ُُق‬ َ ‫عندَ كت‬
‫ صديقًا للا‬، ‫ب َوإيَّا ُكم‬
َ ‫َذ‬
‫ك‬ ‫ال‬ ‫و‬
َ ، َّ
‫ن‬ ‫إ‬ َ ‫ف‬ ‫ب‬
َ ‫َذ‬
‫ك‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ه‬‫ي‬
َ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ر‬ ‫و‬‫ج‬ُ ُ ‫ف‬‫ال‬ ، ‫ن‬َّ ‫إ‬ ‫و‬ ‫ر‬
َ َ ُ ‫و‬ ‫ج‬ ُ ‫ف‬‫ال‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ه‬‫ي‬
َ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ار‬ َّ ‫ن‬‫ال‬ ، ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬
َ َ ُ
‫ل‬ ‫ا‬ َ‫ز‬ ‫ي‬ ُ
َ ُ َّ ُ‫َيكذب‬
‫ل‬ ‫ج‬ ‫الر‬
‫ب َويَت َ َح َّرى‬َ ‫َب َحتَّى الكَذ‬ َّ
َ ‫(مسلم روه) َكذابًا للا عندَ يُكت‬٠

Artinya: Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah SAW. bersabda,
“Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebajikan, dan
kebajikan menuntunmu ke surga. Dan senantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu
jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai orang yang jujur.Dan hindarilah
olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan
menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta
sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. Sebagai pendusta.” (H.R. Muslim)1

Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa jika kita berlaku jujur, secara tidak
langsung kita telah membiasakan diri untuk berbuat kebajikan. Dan setiap kebajikan
pasti akan diberi balasan oleh Allah SWT. Salah satunya balasan akhirat berupa syurga.
Walaupun berlaku jujur itu memang sulit dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari,
namun kita harus tetap berjuang dengan keras untuk jujur. Berlaku jujurlah walau
kejujuran itu pahit rasanya, karena buah dari kejujuran itu akan labih manis daripada
madu sekalipun.

C. Konsep Jujur di Era Kontemporer

1
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2008), Juz 13, hal.14.
Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran 4
Perubahan zaman yang terus bergulir semakin cepat, dan pasti memberikan
pengaruh, baik positif maupun negatif. Perubahan adalah fenomena kehidupan manusia
yang berjalan secara terus menerus.Kita belum bisa memprediksi perubahan apa yang
akan terjadi, jika kita tidak mempersiapkan diri, maka perubahan zaman itu bukan saja
akan menjadi tantangan tetapi bencana. Menghadapi bencana itu semua masyarakat
dituntut untuk siap budayakan kejujuran. Karena budaya kejujuran yang diprediksi
paling ampuh merubah perilaku manusia menghadapi perubahan zaman. Perubahan
zaman dapat mempengaruhi perilaku seseorang, misalnya, gaya hidup mewah,
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, kekuasan dan kewenangan, jika
ditangan orang tidak jujur, diduga menjadi virus perilaku kurang terpuji, antara lain
penyalah gunaan kekuasaan, korupsi, kolusi, nepotisme, sogok, suap, pungli, dan
penipuan dalam pelayanan publik.

Perubahan zaman membawa nilai positif menjadikan manusia menjadi semakin


pintar dan adanya penemuan- penemuan hebat membuat pekerjaan manusia menjadi
lebih mudah. Namun, perubahan zaman juga tak lepas dari nilai negatif membuat
manusia menjadi lupa akan moral dan tradisi lama. Salah satunya sikap jujur yang kian
hari semakin pudar dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, kasus KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pungli terjadi, karena adanya kejujuran yang tidak
terkontrol. Seandainya kejujuran telah membudaya, tidak mungkin akan terjadi
perilaku buruk yang merugikan banyak orang tersebut.

Tak jarang seseorang ingin menutupi suatu kesalahan dengan berkata tidak
jujur. Padahal, sikap tidak jujur tak mampu menyelesaikan masalah. Pelakunya hanya
akan gelisah dan dihantui rasa bersalah. Sedangkan orang yang jujur, akan merasakan
tenang dalam kehidupannya, meskipun terkadang kejujuran yang harus
diungkapkannya adalah kejujuran yang pahit.

Budaya kejujuran merupakan sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu


yang diamanatkan, baik itu berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang
melaksanakan amanah disebut orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Sikapnya tegas,
tetap tegak dalam prinsip mengamankan amanah yang dipercayakan kepadanya, aman
dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik gangguan yang datang dari dirinya
sendiri maupun dari orang lain.

Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran 5


Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam
segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perusahaan,
perniagaan, politik,birokrasi dan hidup bermasyarakat. Sifat-sifat dan akhlak yang
sangat terpuji, merupakan contoh yang diberikan Nabi Muhammad SAW. dalam
berjuang serta membangun masyarakat Islam. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah
kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayat beliau, sehingga beliau mendapat
gelar al-Amin.

Kejujuran harus ditanamkan dalam setiap aspek, baik itu dalam kepemimpinan,
hidup bermasyarakat, dan dengan semua manusia. Salah satu bentuk tidak menanamkan
budaya jujur adalah menyebarkan hoaks. Melalui kecanggihan teknologi, siapa saja
bisa menyebar sebuah berita yang belum tentu benar kejadiannya. Bahkan sengaja
dimanipulatif.

Contoh kisah nyata seorang yang memahami makna budaya kejujuran. Kisah
seorang pengembala kambing dengan Umar Bin Abdul Aziz, seorang pemimpin yang
saleh. Umar meminta seekor kambing untuk dibeli dan akan dipotong, si anak
pengembala menjawab, “saya tidak ditugaskan untuk menjual”. Umar pun tetap
mendesak, “mana bisa bos mu tahu, jika ada seekor kambing dipotong, katakan saja
dimakan serigala”. Si anakpun merasa terdesak, dan akhirnya, dia berdiri dan berkata
“Kalau demikian, dimana Allah, (fa ainallah)”2

Contoh lainnya adalah seorang Komisaris Motorola, diceritakan dalam buku


Bob Galvin, mendapat kontrak 10 juta dollar untuk memasang sistem jaringan
microwave disebuah negara di Amerika Selatan. Tetapi pembeli minta harga tersebut
di mark up menjadi 11 juta dollar, mereka ingin menikmati kelebihan nilai kontrak.
Apa sikap Motorola, ternyata Motorola menolak untuk melanjutkan berbisnis lagi
dengan negara tersebut sampai waktu yang tidak ditentukan. Motorola telah berlaku
jujur, lebih menunjung tinggi harga diri, daripada kehilangan kontrak. Manusia
memiliki harga diri, dalam pengertian spiritual , itulah yang membedakannya dengan
mahluk lain seperti hewan. Motorola telah memahami makna budaya kejujuran, dan ia
mampu dan mau mengaplikasikan makna kejujuran itu, sebab ada orang yang mampu,
tetapi tidak mau, ada juga orang yang mau tetapi tidak mampu, yang termasuk

2
Toto Tasmara,Spritual Centered Leadership, (Jakarta: Gema Insani, 2006), 145.
Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran 6
mendapatkan makna yaitu orang yang mampu dan mau melaksnakan budaya kejujuran
itu.3

D. Pandangan Penulis Tentang Membudayakan Sikap Jujur

Kejujuran merupakan hal yang sudah mulai langka. Untuk itu kita harus terus
membudayakan sikap jujur. Membentuk karakter jujur dalam diri setiap orang memang
tidaklah mudah. Terlebih di era modern uang merupakan hal yang utama, sehingga
banyak kita saksikan pejabat dan tokoh politik korupsi untuk memperoleh kekayaan
melimpah. Namun, bukan berarti manusia tak bisa bersikap jujur. Hemat penulis, ada
beberapa cara yang patut diterapkan untuk membentuk karakter jujur dalam diri setiap
manusia.

Pertama, senantiasa mengingat perintah Allah dan larangan-Nya. Meyakini


bahwa Allah Maha Tahu dan apa yang manusia kerjakan akan dipertanggung jawabkan
baik di dunia maupun di akhirat.

Kedua, berani mengakui kesalahan dan menerima konsekuensi. Kenyataan


memang lebih baik daripada menyembunyikan suatu kebenaran. Yakinlah, bahwa
kejujuran yang terasa pahit pada akhirnya akan berbuah manis.

Ketiga, menghindari perilaku yang membuat kita menjadi gelisah. Sikap tidak
jujur hanya akan membuat seseorang merasa bersalah dan gelisah, sehingga tidak
tenang dan nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas.

Keempat, bertemanlah dengan orang-orang yang bersikap jujur. Teman adalah


hal yang berpengaruh pada karakteristik seseorang. Ibarat penjual minyak wangi dan
pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberikan setidaknya harum
minyak wangi yang ia punya. Sedangkan pandai besi, setidaknya akan memberikan bau
asapnya yang tak sedap.

3
Ibid., 147.
Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran 7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan
dunia. Kehidupan dunia akan hancur dan agama juga menjadi lemah di atas kebongan,
khianat serta perbuatan curang. Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah
maupun di sisi manusia, kejujuran harus ditegakkan meskipun berat dan susah.
Ungkapan tentang “orang jujur akan hancur” merupakan keliru. Allah SWT
menyifatkan diri-Nya dengan kejujuran. Ini merupakan bukti kesktian jujur.
Keujuran dapat membuat hati kita nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur,
tidak akan ada ketakutan yang mengikuti atau bahkan kekhawatiran tentang
terungkapnya sesuatu yang tidak dikatakan.
Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud
amal dalam kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-
adanya, tidak berbuat basa basi , tidak membuat-buat, tidak menambah atau
mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai kejujuran dan kebenaran, ia jalan dengan
keyakinan kuat dan Allah selalu membalas perbuatan dengan ganjaran yang setimpal.

B. Saran
Mari mulai jujur untuk diri sendiri, kejujuran membuat hati menjadi tenang.
Kami sangat berharap untuk memberikan kritik dan saran yang membangun . Kami
ucapkan terimakasi pada pembaca sekalian, kemampuan kami tidak apa-apa tanpa
dukungan sekitar, dosen, dan ridha Allah Swt.

Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran 8


Daftar Pustaka

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/
publications/223786-budaya-kejujuran-dalam-menghadapi-
peruba.pdf&ved=2ahUKEwiPoue6kqrlAhXZV30KHWBfCtwQFjAAegQICBAC&usg=AOvVaw2x
NlCuPNvprJXtXdIgwdzo

Al-Bakri, Abdurraziq. 2005. Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin. Terjemahan oleh Fudhailurrahman


dan Aida Humaira. Jakarta: SAHARA Publishers.

Tohir, Moenir Nahrowi. 2012. Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Meniti Jalan Menuju Tuhan.
Jakarta: PT. As-Salam Sejahtera

Akhlak dan Tasawuf |Menelan Pahitnya Kejujuran 9

Anda mungkin juga menyukai