Disusun oleh:
Kelompok IV
PENDAHULUAN
pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani). Bahan pangan
nabati adalah bahan-bahan makanan yang berasal dari tanaman atau bahan makanan
yang diolah dari bahan dasar dari tanaman. Bahan pangan hewani merupakan bahan-
bahan makanan yang berasal dari hewan atau olahan yang bahan dasarnya dari hasil
hewan. Bahan pangan hewani meliputi susu, daging, telur, dan lain sebagainya.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana penanganan hasil hewani?
1.2.2. Apa saja jenis olahan hasil hewani?
1.2.3. Apa saja sifat dari produk hasil hewani?
1.2.4. Apa saja prinsip teknologi pegolahan hasil hewani?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui penanganan hasil hewani
1.3.2. Mengetahui jenis olahan hasil hewani
1.3.3. Mengetahui sifat dari produk hasil hewani
1.3.4. Mengetahui prinsip teknologi pengolahan hasil hewani
BAB II
PEMBAHASAN
Bahan pangan dari hasil hewani akan sangat mudah mengalami kerusakan.
Langkah- langkah penanganan dari awal sampai akhot sangat menentukan kondisi
dari bahan pangan. Produk hewani, mulai dari penyembelilhan untuk ternak dan
ungags, pemisahan bulu, pencacahan karkas, penyimpanan, dan proses pengolahan
pasca pengolahan memelukan perhatian kusus yang mempunyai resiko tersendiri baik
dari quality maupun safety.
Produk pangan hewani umumnya berupa daging, susu, telur, dan ikan yang
sangat kaya akan protein. Hasil turunan yang berasal dari produk hewani seperti
gelantin, mineral, lemak, dan lain sebagainya. Pengolahan penting karena dapat
memperpanjang masa simpan, meningkatkan daya tahan, meningkatkan kualitas, nilai
tambah dan sebagai sarana diversifikasi produk. Dengan demikian maka suatu produk
menjadi memiliki daya ekonomi yang lebih setelah mendapat sentuhan teknologi
pengolahan.
a. Susu
Secara alamiah susu diartikan sebagai hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui
lainnya yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman
dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan
lain. Yang dimaksud dengan hasil olahan susu adalah produk yang dibuat dari susu
atau produk-produk hasil perlakuan terhadap susu atau produk-produk yang dibuat
dari hasil sisa keduanya.
1. Penyaringan.
2. Pendinginan
3. Pateurisasi
Pasteurisasi adalah pemanasan susu dengan suhu sekitar 60 – 70°C dalam waktu
tertentu (biasanya tidak lebih dari 30 menit) dengan maksud agar bakteri patogen
mati. Akan tetapi bakteri-bakteri tertentu yang bisa menumbuhkan spora dan tahan
panas tidak akan mati pada suhu pasteurisasi. Oleh karenanya susu yang diperoleh
pada pemerahan yang kotor, pasteurisasi kurang memberi arti apa-apa bagi susu.
b. Telur
telur dimaksudkan agar telur memiliki daya simpan yang lebih lama. Telur akan
menurun kesegarannya bila telah lebih ari 7 hari. Telur yang sudah tidak segar akan
terasa kocak bila digoyang-goyang yang menandakan isinya telah lemah dan bila
maka dapat dilakukan dengan cara menutupi pori-pori kerabang. Sebelum dilakukan
a) mencuci dengan air yang diberi deterjen atau sodium hidroklorida hingga kotoran
Setelah telur dibersihkan maka untuk memperpanjang masa simpan dapat dikerjakan
sebagai berikut:
b) merendam telur pada larutan sodium silikat (water glass) 1 bagian ke dalam 9
bagian air. Bila akan dimasak, larutan water glass yang sudah masuk ke dalam
kantung udara dibuang terlebih dahulu
c) merendam telur pada larutan kapur.
2. Menutupi pori-pori kerabang dari bagian dalam. Cara ini dilakukan dengan
mencelupkan telur ke dalam air mendidih selama 5 detik. Cara ini menyebabkan
permukaan putih telur menjendal dan menutupi pori-pori.
3. Menyimpan pada ruang khusus, yaitu disimpan pada tempat dengan suhu 0°C
dengan kelembaban 85 – 90% dan kecepatan sirkulasi udara 125 – 175 kaki per
menit.
c. Daging
merah meliputi daging sapi, babi, kambing, domba, rusa, kerbau, onta, dan lain-lain.
b) daging putih meliputi semua jenis unggas, c) daging ikan, yaitu semua produk-
produk ikan dan laut; d) daging hewan liar, berasal dari hewan yang belum
terdomestikasi.
1. Pemeriksaan Ante-mortem
dahulu diperiksa kesehatannya oleh doktor hewan atau mantri hewan untuk mencegah
hewan yang menderita penyakit menular atau penyakit cacing yang dapat menulari
2. Penyembelihan
pembuluh darah pada bagian leher (vena jugularis). Khusus pada babi, pengeluaran
darah tidak dilakukan dengan penyembelihan, akan tetapi dengan cara menusuk
bagian depan dari dada menembus jantung. Dalam beberapa hal dilakukan
penyembelihan dengan cara memukul atau menembak daerah otak pada bagian
kepala atau dengan menggunakan aliran listrik dengan tujuan agar hewan tidak
b. Hewan harus dalam kondisi prima, tidak lelah, tidak kelaparan dan tenang
Setelah penyembelihan, kepala dipisahkan pada batas tulang kepala dengan tulang
leher pertama, kaki pertama dipotong pada persendian metetarsus, kaki belakang
bawah perut secara membujur dan keudian dikuliti. Daging yang masih menempel
pada tulang kerangka hasil dari penyiangan ini disebut karkas. Khusus pada babi dan
unggas tidak dilakukan pengulitan, akan tetapi dilakukan pencabutan bulu dengan
cara mencelupkan kedalam air mendidih selama beberapa menit sehingga bulunya
4. Pelayuan
setelah hewan mati dapat berlangsung secara sempurna sebelum daging tersebut
keempukan dan cita rasa yang baik sebagai hasil dari proses-proses biokimia yang
sebaiknya dilakukan pada suhu rendah (3,6ºC – 4,4ºC) selama sekitar 12 – 24 jam
untuk karkas hewan kecil (babi, kambing dan domba) dan sekitar 24 – 48 jam untuk
karkas hewan besar (sapi dan kerbau). Untuk karkas unggas pelayuan tidak perlu
dilakukan oleh karena proses-proses biokimia pada daging unggas yang telah mati
berlangsung lebih singkat, yaitu selama penyiangan. Apabila pelayuan dilakukan pada
suhu yang lebih tinggi, waktunya harus lebih singkat agar tidak terjadi pembusukan
daging.
5. Pemotongan Karkas
Kecuali karkas unggas dan karkas hewan mamalia dibagi menjadi dua sisi melaui
tulang punggung. Kecuali karkas sapi dewasa, setiap sisi karkas selanjutnya dipotong
menjadi potongan-potongan eceran (retall cuts) menurut cara yang bervariasi untuk
setiap negara. Pada karkas sapi dewasa, setiap sisi karkas dibagi menjadi dua bagian,
yaitu bagian perempat daun (fore qarter) dan bagian perempat belakang ( hind qarter).
Cara pembagian ini bervariasi, yang mana pada satu cara pembagian semua tulang
rusuk diikutkan kebagian perempat depan, sedangkan pada cara pembagian yang lain
satu atau dua tulang rusuk diikutkan kebagian perempat belakang. Selanjutnya,
bagian perempat depan dan bagian perempat belakang ini dipotong menjadi
potonganpotongan eceran (retail cuts) menurut cara yang bervariasi untuk setiap
Negara.
a. susu
Produk berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak dan diperoleh dengan
cara pemerahan.
b. Ikan
Dalam arti sempit adalah semua jenis ikan sungai, ikan danau, ikan rawa- rawa, ikan
c. daging
Yaitu produk yang diperoleh dengan cara pemotongan ternak (mamalia dan ungags).
d. Telur
Yaitu produk utama dari pemeliharaan ayam petelur atau produk sampingan
e. produk- produk olahan dari bahan pangan tersebut diatas, misalnya produk olahan
susu adalah krim, keju, susu bubuk, dan lain sebagaina. Produk olahan daging adalah
cured meat, sosis, dendeng, dan sebagainya. Produk olahan ikan adalah ikan beku,
ikan pindang, bandeng asap, dan sebagainya. Produk olahan telur adalah telur
a. Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek daripada
bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya daya
simpan ini terkait dengan struktur jaringan hasil hewani dimana bahan pangan hewani
tidak memiliki jaringan pelindung yang kuat dan kokoh sebagaimana pada hasil
tanaman.
b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh
bisa digeneralisasi. Sifat pada daging sangatlah berbeda dengan sifat telur. Berbeda
dengan pangan nabati yang memiliki kesamaan dalam hal jaringan-jaringan atau
komponen-komponen penyusunnya. Pada bahan pangan hewani, lemak pada daging
terletak pada jaringan lemak, pada susu terletak pada globula-globula lemak dan pada
d. Bahan pangan hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak dan
bahan pangan nabati merupakan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, lemak dan
protein.
kualitas, nilai tambah dan sebagai sarana diversifikasi produk. Dengan demikian
maka suatu roduk menjadi memiliki daya ekonomi yang lebih setelah mendapat
BAB III
3.1. Simpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Burhan. 2003. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. jakarta.
Gramedia Pustaka Utama.
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Liberty,
Yogyakarta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22720/4/Chapter%20II.pdf