Kes
KELOMPOK 3
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan HIV/AIDS”. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata , kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
KELOMPOK 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Definisi........................................................................................................................4
1.2 Etiologi........................................................................................................................4
1.3 Patofisiologi.................................................................................................................5
1.4 Stadium HIV/AIDS.....................................................................................................8
1.5 Manifestasi Klinik.......................................................................................................9
1.6 Komplikasi.................................................................................................................10
1.7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................12
1.8 Penatalaksanaan.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................51
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Etiologi
Banyak orang yang mempunyai risiko tinggi untuk terkena AIDS. Oleh karena
itu upaya preventif dan kehati-hatian dari setiap individu harus selalu diperhatikan
mengingat HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara, diantaranya adalah (Ditjen
PPM & PL Depkes RI, 2005): (Ridha, 2014)
a. Hubungan seks/heteroseksual/Homoseksual (anal, oral vaginal) yang tidak
terlindung dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
b. IDU/Penggunaan jarum suntik secara bergantian.
c. Perinatal/Ibu hamil mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya.
d. Tidak diketahui/kemungkinan karena kecelakaan kerja di rumah sakit.
4
Khusus untuk kasus HIV/AIDS pada anak, paling besar karena faktor perinatal.
Dimana ibu sudah menderita AIDS sebelumnya, entah itu karena didapat dari suami
atau yang lainnya. Kemungkinan yang lain adalah karena faktor kecelakaan di
rumah sakit (klien mungkin terkena jarum suntik yang sudah terinfeksi virus HIV
atau bisa karena transfusi darah yang juga mengandung virus HIV) (Ridha, 2014)
1.3 Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit
penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga
meperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.
Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 (Nursalam R. S.,
2005).
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4,
yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit
penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga
memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.
Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti,
meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi
apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai superantigen;
penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme imun antiviral penjamu dan
kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius pada timus dan
kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit. Infeksi HIV
pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian
sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir virus laten tetapi
tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ, terutama otak, dan
menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-
sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia. Pada
jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan
paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk
mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau
komplikasi infeksi lain atau autoimun (Nursalam R. S., 2005).
5
Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi akut, sering
simtomatik, disertai viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan imun pada
replikasi viral, selama individu biasanya bebas gejala, dan priode akhir gangguan
imun sitomatik progresif, dengan peningkatan replikasi viral. Selama fase
asitomatik kedua-bertahap dan dan progresif, kelainan fungsi imun tampak pada
saat tes, dan beban viral lambat dan biasanya stabil. Fase akhir, dengan gangguan
imun simtomatik, gangguan fungsi dan organ, dan keganasan terkait HIV,
dihubungkan dengan peningkatan replikasi viral dan sering dengan perubahan pada
jenis vital, pengurangan limfosit CD4 yang berlebihan dan infeksi aportunistik
(Nursalam R. S., 2005).
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun “
priode inkubasi “ atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum
lebih singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama
fase ini, gangguan regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan
dengan fungsi sel B; hipergameglobulinemia dengan produksi antibody
nonfungsional lebih universal diantara anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada
dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan. Ketidak mampuan untuk
berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi imunoglobulin secara klinis
mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dan
keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi
limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak berkorelasi
dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering memiliki
jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang
berkembang untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan
dewasa, dan kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi
relatif ensefalopati yang terjadi pada infeksi HIV anak (Nursalam R. S., 2005).
6
PATHWAY
7
1.4 Stadium HIV/AIDS
Menurut Gunung (2002), gejala dari HIV/AIDS dibagi menjadi tiga stadium,
yaitu; stadium infeksi akut, infeksi kronis dan AIDS (Ridha, 2014).
a. Stadium infeksi akut
Pada fase stadium akut ini, tidak semua penderita menunjukkan gejala
yang spesifik, biasanya dalam kurun waktu 3-6 minggu mengalami flu,
panas dan rasa lelah yang berlangsung selama 1-2 minggu. Gejala timbul
gejala lain seperti (Ridha, 2014):
1 Bisul dengan bercak kemerahan, biasanya pada tubuh bagian atas tidak
gatal
2 Sakit kepala
3 Sakit pada otot-otot
4 Sakit tenggorokan
5 Pembengkakan kelenjar
6 Diare (mencret)
7 Mual-mual
8 Muntah
b. Stadium infeksi kronis
Infeksi kronis mulai 3-6 minggu setelah tubuh terinfeksi. Karena pada
saat terpapar tubuh memberikan perlawanan yang kuat terhadap virus HIV.
Pada stadium ini penderita tidak memperlihatkan gejala apapun dan bisa
berlangsung sampai 10 tahun. Walaupun tidak menunjukkan gejala yang
spesifik, sistem imunitas penderita semakin menurun. Pada orang normal
CD4 sebesar 450-12000 sel/ml, sedangkan pada penderita semakin turun,
dan apabila CD4-nya berada dibawah 200, maka penderita sudah masuk
pada stadium AIDS (Ridha, 2014).
8
c. Stadium AIDS
AIDS bukan penyakit tersendiri melainkan merupakan sekumpulan
gejala infeksi oportunistik yang menyertai infeksi HIV tersebut. Disini
sistem imun sudah rusak, sehingga didapatkan gejala yang sudah mulai khas,
diantaranya (Ridha, 2014):
1 Selalu merasa lelah
2 Pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha
3 Panas yang berlangsung lebih dari 10 hari
4 Keringat malam
5 Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya,
6 Bercak keunguan pada kulit yang tidak kunjung hilang
7 Pernafasan memendek
8 Diare berat yang berlangsung lama
9 Infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, vagina
10 Mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya
Tidak setiap penderita dengan penyait HIV akan berkembang menjadi AIDS.
Diperkirakan hanya 10-30% yang terinfeksi HIV akan menerita AIDS.Infeksi HIV
pada manusia mempunyai masa inkubasi yang lama (5-10 tahun) dan menyebebkan
gejala penyakit yang bervariasi mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang
berat sehingga menyebebkan kematian. Gejala AIDS yang umum adalah rasa lelah
berkelanjutan, pembengkakan kelenjar getah bening, berat badan turun lebih dari
10% per bulan, demam lebih 38˚C, keringat malam yang berlebihan, diare kronis
sampai terjadi infeksi oportunistik (Rampengan, 2008).
Sebagai manifestasi klik pertama dari AIDS adalah gejala non spesifik, spesifik,
kelainan imunologik (Rampengan, 2008)
1. Nonspesifik
a. Demam
b. Gangguan pertumbuhan
c. Kehilangangan berat badan (>10%)
d. Hepatomegaly
9
e. Limfadenopati
f. Splenomegaly
g. Parotitis
h. Diare
2. Spesifik
a. Gangguan tumbuh kembang
b. Gangguan pertumbuhan otak
c. Defisist motoric yang progresif
d. Lymphoid interstitial pneumoniti
e. Tumor
(Rampengan, 2008)
1.6 Komplikasi
a. Oral lesi
b. Neurologik
Kompleks demensia AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motoric, kelemahan,
disfasia, dan isolasi sosial.
Ensefalopati akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrilit, meningitis/ensefalitis. Dengan efek: sakit
kepala, malaise, demam, paralise total/parsial
Infark serebral, karena sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
endocarditis.
Neuropati karena imflamasi demielanasi oleh serangan HIV (Rampengan,
2008).
10
c. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus pertumbuhan cepar flora normal, limfoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi (Rampengan, 2008).
Hepatitis karena bakteri dan virus, limfoma, sarkoma Kaposi, obat illegal,
alkhohol. Dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam,
artritis.
Penyakit anorektal karena abses dan fistula, uktus dan imflamasi parinal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-
gatal dan diare (Rampengan, 2008)
d. Respirasi
e. Dermotologik
Lesi kulit stafikokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuna, dan decubitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder, dan sepsis (Rampengan, 2008)
f. Sensorik
11
1.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan ELISA/EIA
Elisa dari berbagai macam kit yang ada di pasaran mempunyai cara kerja hampir
sama. Pada dasarnya, diambil virus HIV yang ditumbuhkan pada biakan sel,
kemudian dirusak dan dilekatkan pada biji-biji polistiren atau sumur microplate.
Serum atau plasma yang akan diperiksa, diinkubasikan dengan antigen tersebut
selama 30 menit sampai 2 jam kemudian dicuci (Nursalam N. D., 2018).
Tes ELISA mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi walaupun hasil
negative tes ini tidak dapat menjamin bahwa seseorang bebas 100% dari HIV-1
terutama pada kelompok resiko tinggi (Nursalam N. D., 2018).
Akhir-akhir ini tes ELISA telah menggunakan antigen recombinan yang sangat
spesifik terhadap envelope dan core. Anibodi terhadap envelope ditemukan pada
setiap penderita HIV stadium apa saja. Sedangkan antibody terhadap P24
(protein dari core) bisa positif berarti penderita sedang mengalami kemunduruan
/deteriorasi (Nursalam N. D., 2018).
Cara kerja tes western blot adalah dengan meletakkan HIV murni pada
polyacrylamide gel yang diberi anus elektroforesis sehingga terurai menurut
berat protein yang berbeda-beda, kemudian dipindahkan ke
nitrocellulose.nitrocellulose ini diinkubasikan dengan serum penderita.
Antibody HIV dideteksi dengan memberikan antibody anti-human yang sudah
dikonjugasi dengan enzim yang menghasilkan warna yang bila diberi suatu
substrat (Nursalam N. D., 2018).
PCR adalah cara in vitro untuk memperbanyak target sekuen spesifik untuk
analisis cepat atau karakterisasi, walaupun material yang digunakan pada awal
12
pemeriksaan sangat sedikit. Pada dasarnya PCR meliputi tiga perilaku yaitu;
denaturisasi, hibridisasi dari “primer” sekuen DNA pada bagian tertentu yang
diinginkan (Nursalam N. D., 2018).
1.8 Penatalaksanaan
a. Pengobatan Retrovirus
Diperkirakan karena mahalnya pengobatan, hanya ada 1,5 – 10% pengidap HIV
yang mampu berobat menggubakan (triple drugs) ini. Jika masalah biaya ini
tidak bisa diatasi, adanya obat tidak akan mampu memberantas HIV/AIDS
secara bermakna (Nursalam N. D., 2018).
Zidovudin (AZT)
Obat pertama yang disetujui untuk mengobati HIV. Obat ini termasuk
golongan analog nukleosida atau nucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NRTI). Obat golongan ini menghambat enzim reverse
transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik (RNA) HIV
menjadikannya bentuk DNA. Ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV
dapat dimasukan ke kode genetik sel yang terinfeksi HIV. Takaran
disetujui untuk anak diatas usia 6 minggu (Nursalam N. D., 2018).
13
Lamivudin (3TC)
Nevirapine (Viramune)
Nevirapine adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi anti retro
viral (ART).termasuk golongan non nucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NNRTI). Obat golongan ini menghambat enzim reverse
transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik (RNA) HIV
menjadikannya bentuk DNA. Ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV
dapat dimasukan ke kode genetik sel yang terinfeksi HIV (Nursalam N. D.,
2018).
Diberikan pada anak dan bayi diatas usia 2 bulan. Nevirapine juga dapat
dipakai untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Walaupun AZT
(sebuat ARV lain) mencegah lebih banyak infeksi, nevirapine lebih murah
dan berhasil pada ibu yang menyusui bayinya. Si ibu hamil diberikan 1 pil
waktu mulai merasakan sakit saat mau melahirkan. Si bayi diberikan 1
dosis sebelum usia menginjak 72 jam. Pendekatan ini sangat bermanfaat
pada Negara berkembang. Sayangnya, resistansi terhadap nevirapine
berkembang pada banyak perempuan yang memakainya waktu hamil.
Resistansi ini dapat ditularkan melalui menyusui. Oleh karena itu, para
peneliti meninjau kembali apakah nevirapine sebaiknya dipakai untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi (Nursalam N. D., 2018).
14
Nevirapine tersedia dalam bantuk pil berisi 200mg. dosis nevirapine yang
dianjurkan untuk orang dewsa adalah 200mg/hari untuk 2 minggu (masa
awal), kemudian 400mg/hari (200mg 2x1) (Nursalam N. D., 2018).
b. Perawatan paliatif
Sebagaian besar anak dengan penyakit parah dirawat dirumah. Orang tuanya
adalah bagian dari tim dan merawat serta bagian keluarga yang member
dukungan. Sebagai perawat primer anak, mereka harus terlibat dalam tim
perawatan diberikan informasi, kesempatan untuk membahas rencana
pengobatan, ketrampilan yang dibutuhkan dan diyakinkan bahwa nasehat dan
dukungan tersedia 24 jam (Nursalam N. D., 2018).
Strategi pengobatan bertahap untuk rasa nyeri yang parah, yang disebut ‘jenjang
analgetik’, tetap cocok untuk anak. Langka pertama pada jenjang tersebut
meliputi pengobatan dengan obat non narkotik, misalnya aspirin atau
parasetamol. Langka kedua memberikan obat narkotik ringan, misalnya kodein.
Jika pasien masih merasa nyeri, langka ketiga berikan opioid sedang atau berat,
biasanya morfin. Sayang sebagian besar dokter belum berpengalaman
meresepkan morfin untuk anak dan sering terlalu berhati-hati. Dengan
pengobatan yang sesuai rasa nyeri yang berat hampir selalu dapat ditangani, dan
seharusnya tidak ada pasien yang terlalu menderita akibat rasa nyeri (Nursalam
N. D., 2018) .
15
Anak kecil sering tidak dapat langsung menunjukan tingkat rasa sakitnya. Ada
cara yang dapat dipakai untuk memulai tingkat rasa nyeri pada anak yaitu
(Nursalam N. D., 2018):
Makanan
Jika ada kesulitan memberikan makanan pada anak, banyak orang tua
merasa sangat bingung, sehingga mungkin mereka merasa tidak berhasil
sebagai orang tua. Menghirup dan memakan adalah bagian dari
perkembangan anak, dan memberikan kenyamanan, kebahagiaan, dan
perangsang. Masalah ini harus dipertimbangkan bersama dengan masalah
medis dan praktis si anak terkait dengan makanan. masalah makanan
sering dipersulit dengan rasa mual dan muntah. Obat yang dipakai untuk
menghadapi masalah ini pada orang dewasa juga sering dipakai untuk
anak-anak (Nursalam N. D., 2018).
16
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa
perinatal sekitar usia 9 –17 tahun (Nursalam R. S., 2005)
1. Keluhan utama dapat berupa :
a) Demam dan diare yang berkepanjangan
b) Tachipnae
c) Batuk
d) Sesak nafas
e) Hipoksia
(Nursalam R. S., 2005)
2. Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
a) Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
b) Diare lebih dan satu bulan
c) Demam lebih dan satu bulan
d) Mulut dan faring dijumpai bercak putih
e) Limfadenopati yang menyeluruh
f) Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
g) Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
h) Dermatitis yang menyeluruh
(Nursalam N. D., 2018)
3. Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang
terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada
riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
a) Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
b) Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
c) Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari
kehamilan
d) Adanya penularan pada proses melahirkan
e) Terjadinya kontak darah dan bayi.
17
f) Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
g) Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )
(Nursalam R. S., 2005)
4. Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
a) Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
b) Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
c) Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
d) Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang
e) Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang
tidak steril
f) Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
(Nursalam R. S., 2005)
5. Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :
a) Gagal tumbuh
b) Berat badan menurun
c) Anemia
d) Panas berulang
e) Limpadenopati
f) Hepatosplenomegali
g) Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit,
jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas
selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke
esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll (Nursalam R. S., 2005)
18
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Mata
Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
Retinitis sitomegalovirus
Khoroiditis toksoplasma
Perivaskulitis pada retina
Infeksi pada tepi kelopak mata.
Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal /
multiple (Nursalam R. S., 2005)
2. Pemeriksaan Mulut
Adanya stomatitis gangrenosa
Peridontitis
Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian
menjadi biru dan sering pada platum (Nursalam R. S., 2005)
3. Pemeriksaan Telinga
Adanya otitis media
Adanya nyeri
Kehilangan pendengaran
4. Sistem pernafasan
Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
Sesak nafas
Tachipnea
Hipoksia
Nyeri dada
Nafas pendek waktu istirahat
Gagal nafas
(Nursalam R. S., 2005)
19
5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
Berat badan menurun
Anoreksia
Nyeri pada saat menelan
Kesulitan menelan
Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
Faringitis
Kandidiasis esofagus
Kandidiasis mulut
Selaput lendir kering
Hepatomegali
Mual dan muntah
Kolitis akibat dan diare kronis
Pembesaran limfa
(Nursalam R. S., 2005)
6. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
Suhu tubuh meningkat
Nadi cepat, tekanan darah meningkat
Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV
(Nursalam R. S., 2005)
7. Pemeriksaan Sistem Integumen
Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
Haemorargie
Herpes zoster
Nyeri panas serta malaise
Aczematoid gingrenosum
Skabies
(Nursalam R. S., 2005)
20
8. Pemeriksaan sistem perkemihan
Didapatkan air seni yang berkurang
Annuria
Proteinuria
Adanya pembesaran kelenjar parotis
Limfadenopati
(Nursalam R. S., 2005)
9. Pemeriksaan Sistem Neurologi
Adanya sakit kepala
Somnolen
Sukar berkonsentrasi
Perubahan perilaku
Nyeri otot
Kejang-kejang
Encelopati
Gangguan psikomotor
Penururnan kesadaran
Delirium
Meningitis
Keterlambatan perkembangan
(Nursalam R. S., 2005)
10. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Nyeri persendian
Letih, gangguan gerak
Nyeri otot (Nursalam R. S., 2005)
21
2.2 Diagnosa Keperawatan
22
/ lakuasi infasif, aktual dapat
dan tanda-tanda mencegah supsis
inflamasi. e. Mencegah penularan
e. Gunakan sarung f. Mengidentifikasi
tangan dan shout proses infeksi dan
selama kontak untuk menentukan
langsung yang metode perawatan
akresi / sekresi g. Menghambat proses
f. Pantau studi infeksi
laboratorium, JDL
dan periksa kultur /
sensivitas lesi,
darah, urine dan
spuntum
g. Berikan antibiotik,
entijamun / agen
antimikroba.
2 Nutrisi kurang dan Tujuan : Kebutuhan a. Kaji BB dasar a. Anak resti GUT
kebutuhan tubuh nutrisi pada anak b. Observasi ditandai dengan BB
berhubungan dengan terpenuhi koordinasi menurun atau
anoreksia Kriteria Hasil : menghisap dan penambahan BB
a. Terlihat adanya refleks menelan sedikit dari waktu
pertumbuhan BB c. Insfeksi rongga lahir
anak mulut b. Pola motorik oral
b. Nila-nilai d. Anjurkan abormal dapat
laboratorium pemberian makan merusak pemberian
dalam batas alternatif dan makan
normal konsulkan ibu c. Sariawan merusak
c. Bebas dari tanda mengenai resiko kemampuan makan
malnutrisis / menyusui d. HIV ada pada
gagal untuk e. Tinjau ulang diet kolestrum serta ASI
tumbuh (GUT) sesuai usia dan dan meskipun
d. untuk mengetahui tambahan makanan terbatas tetap
cara pemberian padat dan adabeberapa resiko
23
makan dan kemampuan e. Memberikan nutrisi
kebutuhan khusus perkembanan optimal berdasarkan
untuk anak. f. Berikan nistat kebutuhan anak
sesuai indikasi setelah pulang
g. Berikan makanan f. Tindakan efektif
enteral / parenteral untuk infeksi jemu
dengan tepat. oral
g. Kerusakan motorik
dan adanya infeksi
memerlukan
alternatif teknik
pemberian makanan
untuk memenuhi
kebutuhan diet.
24
ementik, anti diare, terutama jika
anti piretik pemasukan oral tak
adekuat
g. Bermanfaat dalam
memperbaiki
kebutuhan cairan
h. Mengurangi insiden
muntah,
menurunkan jumlah
keenceran feces dan
membantu
mengurangi demam.
4 Gangguan integritas Tujuan : Integritas a. Kaji tiap hari, catat a. Menentukan garis
kulit berhubungan kulit kembali normal warna, turgor, dasar perubahan dan
dengan defisit Kriteria Hasil : sirkulasi dan melakukan
imunologis, resti : a. Tidak ada lagi sensori intervensi yang tepat
penurunan tingkat lesi b. Pertahankan higiene b. Mempertahankan
aktivitas, perubahan b. Permukaan kulit kulit mis : masase kebersihan karena
sensasi, malnutrisi, normal. dengan lotion dan kulit yang kering
perubahan status krim dapat menjadi barier
metabolisme. c. Atur posisi secara infeksi
teratur, ganti seprei c. Mengurangi stress
sesuai kebutuhan pada titik tekanan,
d. Pertahankan sprai meningkatkan aliran
bersih, kering dan darah, kejaringan
tidak berkeringat meningkatkan
e. Bersihkan area proses
perianal penyembuhan
f. Gunting kuku anak d. Friksi kulit
secara teratur disebabkan kain
g. Berikan matras / yang berkerut dan
tempat tidur busa basah
h. Berikan obat-obatan e. Mencegah maserasi
topikal / sistemik yang disebabkna
sesuai indikasi. oleh diare
f. Kuku yang panjang
meningkatkan resiko
25
kerusakan dermal
g. Menurunkan istemia
jaringan
h. Digunakan pada
perawatan lesi kulit
5. Perubahan / Tujuan : Tidak a. Kaji membran a. Candidiasis oral,
gangguan mukosa terjadi gangguan mukosa mulut. herpes, stomatitis,
membran mulut mukosa mulut. b. Berikan sarkoma kaposis
sehubungan dengan Kriteria Hasil : pengobatan sesuai merupakan
lesi sekunder a. Mukosa mulut advis dokter. penyakit
membran mukosa lembab. c. Perawatan mulut oportunistik yang
dampak dari jamur b. Tidak ada lesi. tiap 2 jam. biasanya
dan infeksi herpes / c. Kebersihan mulut d. Gunakan sikat gigi mempengaruhi
radang mukosa cukup. yang lembut untuk membran mukosa.
dampak dari d. Anak / orang tua membersihkan b. Membunuh kuman
pengobatan dan mampu gigi, gusi dan penyebab.
hygiene oral yang mendemonstrasik lidah. c. Bibir yang kering dan
tidak adekuat. an teknik jaringan yang
kebersihan mulut teriritasi menjadi
secara fektif. media
perkembangbiakan
yang baik bagi
bakteri dan jamur,
kebersihan mulut
yang dilakukan
secara teratur dapat
mengubah pH mulut
dan menghambat
pertumbuhan jamur.
d. Mencegah
pengiritasian
mukosa.
26
6. Hipertermi Tujuan : Anak a. Ukur tanda vital a. Adanya peningkatan
sehubungan dengan menunjukkan terutama suhu yang terlalu
Infeksi HIV, infeksi temperatur normal. temperatur tiap 2 – lama meningkatkan
oportunistik, Kriteria Hasil : 4 jam selama masa metabolisme dan
pengobatan. a. Suhu tubuh febris (> 38oC). kehilangan cairan
36oC – 37oC. b. Gunakan antipiretik melalui penguapan
b. Ekspresi anak sesuai keperluan. serta menentukan
nyaman. c. Beri kompres tindakan
c. Kulit tidak hangat, beri kipas penanganannya.
panas, angin. b. Membantu
berkeringat. d. Ganti linen dan menurunkan panas
baju selama masa dari pusat pengatur
diaforesis. suhu tubuh di
hipotalamus anterior.
c. Melancarkan aliran
darah, membantu
menurunkan panas
dan memberikan
rasa nyaman klien.
d. Membantu
penguapan panas
dengan lebih mudah.
27
2.4 Implementasi Keperawatan
28
5. Perubahan / gangguan a. Mengkaji membran mukosa
mukosa membran mulut mulut.
sehubungan dengan lesi b. Memberikan pengobatan sesuai
sekunder membran advis dokter.
mukosa dampak dari jamur c. Memberikan Perawatan mulut
dan infeksi herpes / radang tiap 2 jam.
mukosa dampak dari
pengobatan dan hygiene
oral yang tidak adekuat.
29
anoreksia sedikit demi sedikit
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan
3. Kurangnya volume S : Ibu Klien mengatakan anaknya
cairan tubuh pada anak sudah mau minum susu dan air
berhubungan dengan putih
adanya infeksi O : Klien terlihat pucatnya sudah mulai
oportunitis saluran berkurang dan klien sudah bisa
pencernaan (diare ) minum dan cairan dibantu dengan
cairan infus RL
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan
30
hygiene oral yang tidak
adekuat.
31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Hari Senin Tanggal 18 November 2019 sekitar jam 10.30 WIB seorang ibu
membawa anaknya yang bernama An.G umur 2 Tahun ke RSUD Haji Makassar dengan
alasan keadaan anaknya semakin hari tambah parah, berat badannya menurun, nafsu
makannya berkurang, kurus, demam secara terus menerus, diare, mual, muntah, kulitnya
merah-merah dan luka yang tidak sembuh-sembuh dan sudah terjadi sejak 4 hari yang
lalu . Dari data pemeriksaan Rumah Sakit, anak tersebut dikatakan terkena HIV/AIDS.
Data ini didukung dari tanda-tanda : anoreksia, feses cair, lesi kulit, luka sukar sembuh.
Didapatkan tanda-tanda vital S: 38,5 º C, Nadi: 120x/m, Pernafasan: 28x / m, dan TD:
95/60 mmHg.
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien :
Nama/nama panggilan : An. A.
Tempat tanggal lahir : Makassar 12 Oktober 2017
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Bukit Khatulistiwa
Tanggal masuk : 18 November 2019
Tanggal pengkajian : 19 November 2019
Diagnosa Medik : HIV-AIDS
II. Identitas Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. T.L.
b. Umur : 27 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Bukit Khatulistiwa
32
2. Ibu
a. Nama : Ny. R
b. Usia : 25 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Bukit Khatulistiwa
III. Keluhan Utama
Orang tua klien mengeluhkan keadaan anaknya semakin hari tambah
parah, berat badannya menurun, nafsu makannya berkurang,
kurus, demam secara terus menerus, diare, mual, muntah, kulitnya
merah-merah dan luka yang tidak sembuh-sembuh dan sudah terjadi 4
hari yang lalu
IV. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Diare dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Mula-mula intensitas BAB
kurang, dan sejak 2 hari yang lalu diare semakin parah disertai
dengan demam, kulitnya merah-merah dan luka yang tidak sembuh-
sembuh,berat badannya menurun, nafsu makannya berkurang serta
kurus. Dengan alasan tersebut orang tua klien membawa klien ke RS
untuk di periksa.
2. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)
1) Prenatal Care
a) Pemeriksaan kehamilan 3 kali
b) Keluhan selama hamil Ngidam, kadang-kadang demam dan
lemas
c) Riwayat terkena sinar tidak ada
d) Kenaikan berat badan selama kehamilan 2 kg
e) Imunisasi 2 kali
f) Golongan darah Ibu : lupa /golongan darah ayah : A
33
2) Natal
a) Tempat melahirkan di Puskesmas oleh bidan
b) Lama dan jenis persalinan : Spontan/normal
c) Penolong persalinan Dokter Kebidanan
d) Tidak ada komplikasi selama persalinan ataupun setelah
persalinan (sedikit perdarahan daerah vagina).
3) Post Natal
a) Kondisi Bayi : BB lahir 2 kg, PB 45 cm
b) Pada saat lahir kondisi anak baik (untuk semua usia)
c) Penyakit yang pernah dialami demam setelah imunisasi
d) Kecelakaan yang pernah dialami: tidak ada
e) Imunisasi belum lengkap
f) Alergi belum nampak
g) Perkembangan anak dibanding saudara-saudara : Anak
pertama
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga : Ibu klien positif HIV
VII. Riwayat Imunisasi
Waktu Reaksi setelah
No. Jenis Imunisasi
Pemberian pemberian
1. BCG 1 bulan Demam
2. DPT Lupa Demam
3. Polio - -
4. Campak - -
5. Hepatitis lupa lupa
34
VIII. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
1. Berat Badan : BB lahir 2 kg, BB masuk RS : 6 kg.
2. Tinggi Badan : PB lahir 45 cm, PB masuk RS : 50 Cm
3. Waktu tumbuh gigi pertama : 11 bulan
b. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat : 2 tahun 1 bulan
1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berdiri : 10 bulan
5. Berjalan : 12 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
7. Bicara pertama kali : lupa
8. Berpakaian tanpa bantuan : masih di bantu ibunya
IX. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1. Pertama kali di susui : satu jam setelah lahir
2. Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3. Lama Pemberin : 15-20 manit
4. Diberikan sampai usia : sampai saat ini
b. Pemberian Susu Formula : SGM
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini :
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
- Asi - 0 – 9 bulan
0- saat ini - Asi + Bubur - 6 – 11 bulan
- Susu formula + - Masih berlangsung
Makan nasi, saat ini
sayur lauk pauk
yang lembut dan
halus
35
X. Riwayat Psiko Sosial
a) Anak tinggal di rumah sendiri bukan rumah keluarga
b) Lingkungan berada di tepi kota
c) Rumah tidak ada fasilitas lengkap
d) Di Rumah tidak ada tangga yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, anak bebas bermain di luar dengan teman-
temannya
e) Hubungan antar anggota kelurga baik
f) Pengasuh anak adalah orang tua
XI. Riwayat spiritual
1. Anggota Keluarga tidak taat melaksanakan ibadah
2. Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiatan keagamaan
XII. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
1. Orang tua membawa anaknya ke RS karena khawatir dan
cemas tentang keadaan anaknya yang demam terus
2. Dokter menceritakan sebagaian kecil kondisi anaknya dan
kelihatannya orang tua belum mengerti hal ini dibuktikan
dengan ekspresi wajah orang tua dan pertanyaan yang timbul
sekitar keadaan anaknya
3. Orang tua saat masuk di RS sangat merasa khwatir dengan
keadaan anaknya dan selalu menanyakan kondisi anaknya
4. Orang tua selalu menjaga anaknya bergantian antara ayah, ibu
dan dan keluarga yang lain.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
1. Anak belum mampu berbicara
36
XIII. Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit
1. Keinginan Makan Baik Kurang
2. Frekwensi Makan 3 kali Makan tapi
sedikit
b. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Susu formula dan Hanya minum air
air putih putih
2. Frekwensi minum Setiap kali haus Sering
3. Kebutuhan cairan Tidak diketahui -
4. Cara pemberian Dengan Infuse
menggunakan
gelas
37
d. Istirahat/Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Siang Jam 12.00 – 14.00 Jam 14.00-15.00
- Malam Jam 20.00- 06.00 Jam 21.00-7.30
2. Pola tidur Tidur dilaksanakan Tidur dilaksanakan
pada siang dan pada siang dan
malam hari malam hari tetapi
hanya sebentar
karna gelisah
3. Kebiasaan Minum susu Minum susu
Se belum tidur Formula formula
4. Kesulitan tidur Gelisah Sering terbangun
karena popoknya
basah oleh feses.
d. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi Dikerjakan oleh Tidak pernah mandi
orang tua hanya dilap badan
- frekwensi 2 x sehari 1 x sehari/melap
- badan
38
XIV. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien : Lemah, gelisah dan batuk sesak
a) Ekspresi wajah biasa kadang tersenyum dan cengeng bila
diajak bermain.
b) Berpakaian bersih karena selalu dijaga oleh ibunya.
b. Tanda-tanda vital:
a) Suhu : 38,5 º C
b) Nadi : 120x/m
c) Pernafasan : 28x / m
d) TD : 95/60 mmHg
c. Antropometri
- Panjang badan : 50 cm
- Berat badan : 6 kg
- Lingkaran lengan atas : tidak dikaji
- lingkaran kepala : tidak dikaji
- lingkaran dada : tidak di kaji
- Lingkaran perut : tidak dikaji
- Skin fold : tidak dikaj
d. Head To Toe
a) Kulit :
Pucat dan turgo kulit jelek dipenuhi dengan bercak-bercak dan
gatal, dan juga luka yang tidak sembuh-sembuh
b) Kepala dan leher :
I: Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak
ada Peradangan.
P: Normal, tidak ada benjolan dikepala
P: -
A: -
c) Kuku : Jari tabuh
d) Mata / penglihatan :
Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
39
e) Hidung :
Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip,
dan fungsi penciuman normal
f) Telinga :
Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan
g) Mulut dan gigi
Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi
Peradangan dan perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-),
bibir dan mukosa mulut klien nampak kering dan bibir pecah-
pecah
h) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
Dada :
I : Dada terlihat normal, Tidak ada kelainan gerakan dada
P: Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, Tidak nampak
adanya pembesaran hati
P: Nada sonor
A: Tidak terdengar adanya bunyi nafas tambahan dan Tidak
ada retraksi dinding dada (+).
i) Abdomen :
I : Nampak normal, simetris kiri kanan
P: Turgor jelek ,tidak ada massa, terdapat nyeri tekan pada
bagian kanan bawah
P : Bunyi timpany (+). Kembung (-)
A: Terdengar bunyi peningkatan peristaltic/ bising usus dan
tidak ada krepitasi abdomen.
j) Perineum dan genitalia
Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
40
k) Ekstremitas :
Klien tidak mampu mengerakkan extremitas atas dan
extremitas bawah tonus otot lemah akibat tidak ada energi
karena diare dan proses penyakit
I: Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala / tanda oedema.
Jumlah
jari lengkap.terdapat keterbatasan gerak ekstremitas bawah
P: Akral hangat, terdapat keterbatasan gerak ekstremitas atas.
P: reflek tendon kurang
A: -
XV. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1. 2 tahun keatas
a. Perkembangan kognitif : Klien mampu bekerja sama dengan
orang lain hal ini dibuktikan dengan klien sering bermain bola
bersama teman-temannya waktu sebelum sakit.
b. Perkembangan motorik : klien mampu menggunakan sepeda
dengan sendirinya
XVI. Terapi Saat ini :
a) Infus RL 20 tts/m
b) Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV, sebagai
pengganti vaksin poliovirus (OPV), anak-anak diberi vaksin virus
polio yang tidak aktif (IPV)
Keperawatan :
Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup
sehat dan mencegah kemungkinan terjadi infeksi
Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta
keganasan yang ada
Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti
golongan dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang
dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA
virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
Mengatasi dampak psikososial
41
Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV,
perjalanan penyakit, dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga
medis
XVII. Analisa Data
42
Dan luka yang tidak
sembuh-sembuh
DO: Klien terlihat
mengalami lesi
pada kulit dan
luka sukar
sembuh
43
3.3 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NOC)
(NIC)
1 Resiko terjadinya Tujuan : Bebas dari a. Pertahankan teknik a. Mengurangi resiko
infeksi pada anak infeksi oportuniskit septik dan kontaminasi silang
dengan HIV /AIDS Kriteria Hasil : antiseptik (cuci b. Memberikan
berhubungan dengan a. Mencapai masa tangan sebelum informasi data dasar
adanya penurunan penyembuhan luka dan sesudah upeneana, tindakan
system imun tubuh / lesi tindakan) c. Kongesti / distres
b. Tidak demam dan b. Pantau tanda-tanda pernafasan dapat
bebas dari vital mengidentifikasikan
pengeluaran / c. Kaji frekuensi / perkembangan PCP
sekresi purulen kedalaman d. Candidiasis oral, ks,
dan tanda-tanda pernafasan, herpes CMU dan
lain dari infeksi. perhatikan batuk Cyptococcus adalah
spasmedik kering penyakit umum dan
pada inspirasi memberi pengaruh
dalam pada membran kulit,
d. Periksa adanya luka perawatan infulsi
/ lakuasi infasif, aktual dapat
dan tanda-tanda mencegah supsis
inflamasi. e. Mencegah penularan
e. Gunakan sarung f. Mengidentifikasi
tangan dan shout proses infeksi dan
selama kontak untuk menentukan
langsung yang metode perawatan
akresi / sekresi g. Menghambat proses
f. Pantau studi infeksi
laboratorium, JDL
dan periksa kultur /
sensivitas lesi,
44
darah, urine dan
spuntum
g. Berikan antibiotik,
entijamun / agen
antimikroba.
2 Nutrisi kurang dan Tujuan : Kebutuhan a. Kaji BB dasar h. Anak resti GUT
kebutuhan tubuh nutrisi pada anak b. Observasi ditandai dengan BB
berhubungan dengan terpenuhi koordinasi menurun atau
anoreksia Kriteria Hasil : menghisap dan penambahan BB
e. Terlihat adanya refleks menelan sedikit dari waktu
pertumbuhan BB c. Insfeksi rongga lahir
anak mulut i. Pola motorik oral
f. Nila-nilai d. Anjurkan abormal dapat
laboratorium pemberian makan merusak pemberian
dalam batas alternatif dan makan
normal konsulkan ibu j. Sariawan merusak
g. Bebas dari tanda mengenai resiko kemampuan makan
malnutrisis / menyusui k. HIV ada pada
gagal untuk e. Tinjau ulang diet kolestrum serta ASI
tumbuh (GUT) sesuai usia dan dan meskipun
h. untuk mengetahui tambahan makanan terbatas tetap
cara pemberian padat dan adabeberapa resiko
makan dan kemampuan l. Memberikan nutrisi
kebutuhan khusus perkembanan optimal berdasarkan
untuk anak. f. Berikan nistat kebutuhan anak
sesuai indikasi setelah pulang
g. Berikan makanan m. Tindakan efektif
enteral / parenteral untuk infeksi jemu
dengan tepat. oral
n. Kerusakan motorik
dan adanya infeksi
memerlukan
alternatif teknik
pemberian makanan
untuk memenuhi
kebutuhan diet.
45
3 Kurangnya volume Tujuan : Kebutuhan a. Kaji tanda-tanda i. Indikasi dari volume
cairan tubuh pada volume cairan vital cairan sirkulasi
anak berhubungan terpenuhi b. Catat peningkatan j. Meningkatkan
dengan adanya Kriteria Hasil : suhu dan durasi kebutuhan
infeksi oportunitis f. Membran demam, berikan metabolisme dan
saluran pencernaan mukosa lembab kompres hangat diaforesis yang
(diare ) g. Anak tampak sesuai indikasi berlebihan
rileks c. Kaji turgor, k. Indikator tidak
h. Turgor kulit baik membran mukosa langsung dari status
i. Tanda-tanda vital dan rasa haus cairan
stabil d. Kaji intake dan l. Mempertahankan
j. Haluaran output keseimbangan
adekuat. e. Hilangkan makan cairan, mengurangi
yang potensial rasa haus dan
menyebabkan diare melembabkan
f. Berikan cairan / membran mukosa
elektrolit melalui m. Mungkin dapat
NGT / IV mengurangi diare
g. Pantau He / Hb n. Mendukung /
h. Berikan obat sesuai memperbesar
indikasi seperti anti volume sirkulasi,
ementik, anti diare, terutama jika
anti piretik pemasukan oral tak
adekuat
o. Bermanfaat dalam
memperbaiki
kebutuhan cairan
p. Mengurangi insiden
muntah,
menurunkan jumlah
keenceran feces dan
membantu
mengurangi demam.
4 Gangguan integritas Tujuan : Integritas a. Kaji tiap hari, catat a. Menentukan garis
kulit berhubungan kulit kembali normal warna, turgor, dasar perubahan dan
46
dengan defisit Kriteria Hasil : sirkulasi dan melakukan
imunologis, resti : c. Tidak ada lagi sensori intervensi yang tepat
penurunan tingkat lesi b. Pertahankan higiene b. Mempertahankan
aktivitas, perubahan d. Permukaan kulit kulit mis : masase kebersihan karena
sensasi, malnutrisi, normal. dengan lotion dan kulit yang kering
perubahan status krim dapat menjadi barier
metabolisme. c. Atur posisi secara infeksi
teratur, ganti seprei c. Mengurangi stress
sesuai kebutuhan pada titik tekanan,
d. Pertahankan sprai meningkatkan aliran
bersih, kering dan darah, kejaringan
tidak berkeringat meningkatkan
e. Bersihkan area proses
perianal penyembuhan
f. Gunting kuku anak d. Friksi kulit
secara teratur disebabkan kain
g. Berikan matras / yang berkerut dan
tempat tidur busa basah
h. Berikan obat-obatan e. Mencegah maserasi
topikal / sistemik yang disebabkna
sesuai indikasi. oleh diare
f. Kuku yang panjang
meningkatkan resiko
kerusakan dermal
g. Menurunkan istemia
jaringan
h. Digunakan pada
perawatan lesi kulit
47
3.4 Implementasi Keperawatan
48
3.5 Evaluasi Keperawatan
49
perubahan status P : Intervensi Dilanjutkan
metabolisme.
50
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, R. S. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
51