Anda di halaman 1dari 51

NAMA DOSEN : SITTI NURBAYA,S.Kep.Ns.,M.

Kes

MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIV/AIDS

KELOMPOK 3

Agil Saputra (NH0117005) Fadli Kamil (NH0117032)

Ainun Amalia (NH0117006) Fajar Aswad (NH0117033)

Ainun Annisa (NH0117007) Fajrianti Hasmi (NH0117034)

Ayuni Kurnia (NH0117018) Gamar H. Kadir (NH0117045)

Bik Billi Banin (NH0117019) Gretzia Heatubun (NH0117046)

Ceni Oktavina (NH0117020) Hajar Aswad (NH0117047)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan HIV/AIDS”. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata , kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar , 20 November 2019

KELOMPOK 3

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Definisi........................................................................................................................4
1.2 Etiologi........................................................................................................................4
1.3 Patofisiologi.................................................................................................................5
1.4 Stadium HIV/AIDS.....................................................................................................8
1.5 Manifestasi Klinik.......................................................................................................9
1.6 Komplikasi.................................................................................................................10
1.7 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................12
1.8 Penatalaksanaan.........................................................................................................13

BAB II KONSEP KEPERAWATAN..........................................................................17


2.1 Pengkajian.................................................................................................................17
2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................22
2.3 Intervensi...................................................................................................................22
2.4 Implementasi.............................................................................................................28
2.5 Evaluasi.....................................................................................................................29

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................32


3.1 Pengkajian.................................................................................................................43
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................43
3.3 Intervensi...................................................................................................................44
3.4 Implementasi.............................................................................................................48
3.5 Evaluasi.....................................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................51

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS. HIV


terdapat didalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti didalam darah,
air mani atau cairan vagina (Gunung, 2002). Sebelum HIV berubah menjadi AIDS,
tidak ada perbedaan antara orang yang menderita HIV dengan orang normal.
Penderita akan terlihat sehat-sehat saja pada kurun waktu kira-kira 5-10 tahun.
Walaupun tampak sehat, mereka dapat menularkan HIV pada orang lain melalui
hubungan seks yang tidak aman, transfusi darah atau pemakaian jarum suntik
secara bergantian (IDU/injection drug user) (Ridha, 2014).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan berbagai
gejala menurunkan kekebalan tubuh yang disebabkan pleh HIV. Orang yang
mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit, karena sistem
kekebalan didalam tubuhnya telah menurun (Sabrawi, 1996). Sampai sekarang
belum ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS, agar kita dapat terhindar dari
HIV/AIDS, maka kita harus tahu bagaimana cara penularan dan pencegahannya
(Ridha, 2014).

1.2 Etiologi

Banyak orang yang mempunyai risiko tinggi untuk terkena AIDS. Oleh karena
itu upaya preventif dan kehati-hatian dari setiap individu harus selalu diperhatikan
mengingat HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara, diantaranya adalah (Ditjen
PPM & PL Depkes RI, 2005): (Ridha, 2014)
a. Hubungan seks/heteroseksual/Homoseksual (anal, oral vaginal) yang tidak
terlindung dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
b. IDU/Penggunaan jarum suntik secara bergantian.
c. Perinatal/Ibu hamil mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya.
d. Tidak diketahui/kemungkinan karena kecelakaan kerja di rumah sakit.

4
Khusus untuk kasus HIV/AIDS pada anak, paling besar karena faktor perinatal.
Dimana ibu sudah menderita AIDS sebelumnya, entah itu karena didapat dari suami
atau yang lainnya. Kemungkinan yang lain adalah karena faktor kecelakaan di
rumah sakit (klien mungkin terkena jarum suntik yang sudah terinfeksi virus HIV
atau bisa karena transfusi darah yang juga mengandung virus HIV) (Ridha, 2014)

1.3 Patofisiologi

HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit
penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga
meperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.
Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 (Nursalam R. S.,
2005).
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4,
yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit
penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga
memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.
Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti,
meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi
apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai superantigen;
penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme imun antiviral penjamu dan
kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius pada timus dan
kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit. Infeksi HIV
pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian
sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir virus laten tetapi
tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ, terutama otak, dan
menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-
sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia. Pada
jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan
paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk
mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau
komplikasi infeksi lain atau autoimun (Nursalam R. S., 2005).

5
Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi akut, sering
simtomatik, disertai viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan imun pada
replikasi viral, selama individu biasanya bebas gejala, dan priode akhir gangguan
imun sitomatik progresif, dengan peningkatan replikasi viral. Selama fase
asitomatik kedua-bertahap dan dan progresif, kelainan fungsi imun tampak pada
saat tes, dan beban viral lambat dan biasanya stabil. Fase akhir, dengan gangguan
imun simtomatik, gangguan fungsi dan organ, dan keganasan terkait HIV,
dihubungkan dengan peningkatan replikasi viral dan sering dengan perubahan pada
jenis vital, pengurangan limfosit CD4 yang berlebihan dan infeksi aportunistik
(Nursalam R. S., 2005).
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun “
priode inkubasi “ atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum
lebih singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama
fase ini, gangguan regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan
dengan fungsi sel B; hipergameglobulinemia dengan produksi antibody
nonfungsional lebih universal diantara anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada
dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan. Ketidak mampuan untuk
berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi imunoglobulin secara klinis
mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dan
keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi
limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak berkorelasi
dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering memiliki
jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang
berkembang untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan
dewasa, dan kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi
relatif ensefalopati yang terjadi pada infeksi HIV anak (Nursalam R. S., 2005).

6
PATHWAY

7
1.4 Stadium HIV/AIDS

Menurut Gunung (2002), gejala dari HIV/AIDS dibagi menjadi tiga stadium,
yaitu; stadium infeksi akut, infeksi kronis dan AIDS (Ridha, 2014).
a. Stadium infeksi akut
Pada fase stadium akut ini, tidak semua penderita menunjukkan gejala
yang spesifik, biasanya dalam kurun waktu 3-6 minggu mengalami flu,
panas dan rasa lelah yang berlangsung selama 1-2 minggu. Gejala timbul
gejala lain seperti (Ridha, 2014):
1 Bisul dengan bercak kemerahan, biasanya pada tubuh bagian atas tidak
gatal
2 Sakit kepala
3 Sakit pada otot-otot
4 Sakit tenggorokan
5 Pembengkakan kelenjar
6 Diare (mencret)
7 Mual-mual
8 Muntah
b. Stadium infeksi kronis
Infeksi kronis mulai 3-6 minggu setelah tubuh terinfeksi. Karena pada
saat terpapar tubuh memberikan perlawanan yang kuat terhadap virus HIV.
Pada stadium ini penderita tidak memperlihatkan gejala apapun dan bisa
berlangsung sampai 10 tahun. Walaupun tidak menunjukkan gejala yang
spesifik, sistem imunitas penderita semakin menurun. Pada orang normal
CD4 sebesar 450-12000 sel/ml, sedangkan pada penderita semakin turun,
dan apabila CD4-nya berada dibawah 200, maka penderita sudah masuk
pada stadium AIDS (Ridha, 2014).

8
c. Stadium AIDS
AIDS bukan penyakit tersendiri melainkan merupakan sekumpulan
gejala infeksi oportunistik yang menyertai infeksi HIV tersebut. Disini
sistem imun sudah rusak, sehingga didapatkan gejala yang sudah mulai khas,
diantaranya (Ridha, 2014):
1 Selalu merasa lelah
2 Pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha
3 Panas yang berlangsung lebih dari 10 hari
4 Keringat malam
5 Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya,
6 Bercak keunguan pada kulit yang tidak kunjung hilang
7 Pernafasan memendek
8 Diare berat yang berlangsung lama
9 Infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, vagina
10 Mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya

1.5 Manifestasi Klinik

Tidak setiap penderita dengan penyait HIV akan berkembang menjadi AIDS.
Diperkirakan hanya 10-30% yang terinfeksi HIV akan menerita AIDS.Infeksi HIV
pada manusia mempunyai masa inkubasi yang lama (5-10 tahun) dan menyebebkan
gejala penyakit yang bervariasi mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang
berat sehingga menyebebkan kematian. Gejala AIDS yang umum adalah rasa lelah
berkelanjutan, pembengkakan kelenjar getah bening, berat badan turun lebih dari
10% per bulan, demam lebih 38˚C, keringat malam yang berlebihan, diare kronis
sampai terjadi infeksi oportunistik (Rampengan, 2008).
Sebagai manifestasi klik pertama dari AIDS adalah gejala non spesifik, spesifik,
kelainan imunologik (Rampengan, 2008)
1. Nonspesifik
a. Demam
b. Gangguan pertumbuhan
c. Kehilangangan berat badan (>10%)
d. Hepatomegaly

9
e. Limfadenopati
f. Splenomegaly
g. Parotitis
h. Diare

2. Spesifik
a. Gangguan tumbuh kembang
b. Gangguan pertumbuhan otak
c. Defisist motoric yang progresif
d. Lymphoid interstitial pneumoniti
e. Tumor
(Rampengan, 2008)

1.6 Komplikasi

a. Oral lesi

Karena candida, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,


peridonitis, leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat (Rampengan, 2008).

b. Neurologik

 Kompleks demensia AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motoric, kelemahan,
disfasia, dan isolasi sosial.
 Ensefalopati akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrilit, meningitis/ensefalitis. Dengan efek: sakit
kepala, malaise, demam, paralise total/parsial
 Infark serebral, karena sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
endocarditis.
 Neuropati karena imflamasi demielanasi oleh serangan HIV (Rampengan,
2008).

10
c. Gastrointestinal

Diare karena bakteri dan virus pertumbuhan cepar flora normal, limfoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi (Rampengan, 2008).

 Hepatitis karena bakteri dan virus, limfoma, sarkoma Kaposi, obat illegal,
alkhohol. Dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam,
artritis.
 Penyakit anorektal karena abses dan fistula, uktus dan imflamasi parinal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-
gatal dan diare (Rampengan, 2008)

d. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinni, sitomegalovirus, virus influenza,


pneumokokus, dan strongoiloides dengan efek napas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, dan gagal napas (Rampengan, 2008).

e. Dermotologik

Lesi kulit stafikokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuna, dan decubitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder, dan sepsis (Rampengan, 2008)

f. Sensorik

 Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan


 Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri. (Rampengan, 2008).

11
1.7 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan ELISA/EIA

Elisa dari berbagai macam kit yang ada di pasaran mempunyai cara kerja hampir
sama. Pada dasarnya, diambil virus HIV yang ditumbuhkan pada biakan sel,
kemudian dirusak dan dilekatkan pada biji-biji polistiren atau sumur microplate.
Serum atau plasma yang akan diperiksa, diinkubasikan dengan antigen tersebut
selama 30 menit sampai 2 jam kemudian dicuci (Nursalam N. D., 2018).

Tes ELISA mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi walaupun hasil
negative tes ini tidak dapat menjamin bahwa seseorang bebas 100% dari HIV-1
terutama pada kelompok resiko tinggi (Nursalam N. D., 2018).

Akhir-akhir ini tes ELISA telah menggunakan antigen recombinan yang sangat
spesifik terhadap envelope dan core. Anibodi terhadap envelope ditemukan pada
setiap penderita HIV stadium apa saja. Sedangkan antibody terhadap P24
(protein dari core) bisa positif berarti penderita sedang mengalami kemunduruan
/deteriorasi (Nursalam N. D., 2018).

b. Pemeriksaan western blot

Pemeriksaan western blot cukup sulit, mahal, interpretasinya membutuhkan


pengalaman dan lama pemeriksaan sekitar 24 jam (Nursalam N. D., 2018).

Cara kerja tes western blot adalah dengan meletakkan HIV murni pada
polyacrylamide gel yang diberi anus elektroforesis sehingga terurai menurut
berat protein yang berbeda-beda, kemudian dipindahkan ke
nitrocellulose.nitrocellulose ini diinkubasikan dengan serum penderita.
Antibody HIV dideteksi dengan memberikan antibody anti-human yang sudah
dikonjugasi dengan enzim yang menghasilkan warna yang bila diberi suatu
substrat (Nursalam N. D., 2018).

c. Polymerase chain reaction (PCR)

PCR adalah cara in vitro untuk memperbanyak target sekuen spesifik untuk
analisis cepat atau karakterisasi, walaupun material yang digunakan pada awal

12
pemeriksaan sangat sedikit. Pada dasarnya PCR meliputi tiga perilaku yaitu;
denaturisasi, hibridisasi dari “primer” sekuen DNA pada bagian tertentu yang
diinginkan (Nursalam N. D., 2018).

1.8 Penatalaksanaan

a. Pengobatan Retrovirus

Pertemuan konferensi internasional AIDS XI di Vancouver bulan juli 1996


melaporkan penggunaan 3 obat kombinasi (triple drugs) yang mampu
menurunkan viral load hingga jumlah minimal dan memberikan harapan
penyembuhan. Kendala yang dihadapi untuk pengobatan adalah biaya yang
mahal untuk penyedian obat dan biaya pemantauan laboratorium yang mencapai
US$ 16.000 – 25.000/ tahun. Kendala lain adalah kepatuhan penderita untuk
meminum obat secara displin dalam jangka waktu 1,5 – 3 tahun, karena obat
yang diminum secara tidak teratur akan mengakibatkan resistensi (Nursalam N.
D., 2018).

Diperkirakan karena mahalnya pengobatan, hanya ada 1,5 – 10% pengidap HIV
yang mampu berobat menggubakan (triple drugs) ini. Jika masalah biaya ini
tidak bisa diatasi, adanya obat tidak akan mampu memberantas HIV/AIDS
secara bermakna (Nursalam N. D., 2018).

Obat-obat yang digunakan yang mengobati HIV/AIDS pada anak adalah :

 Zidovudin (AZT)

Obat pertama yang disetujui untuk mengobati HIV. Obat ini termasuk
golongan analog nukleosida atau nucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NRTI). Obat golongan ini menghambat enzim reverse
transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik (RNA) HIV
menjadikannya bentuk DNA. Ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV
dapat dimasukan ke kode genetik sel yang terinfeksi HIV. Takaran
disetujui untuk anak diatas usia 6 minggu (Nursalam N. D., 2018).

13
 Lamivudin (3TC)

3TC termasuk golongan analog nukleosida atau nucleoside reverse


transcriptase inhibitor (NRTI). Obat golongan ini menghambat enzim
reverse transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik (RNA) HIV
menjadikannya bentuk DNA. Ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV
dapat dimasukan ke kode genetik sel yang terinfeksi HIV. Tidak ada
pedoman tetap tentang kapan sebaiknya dimulai memakai obat anti retro
viral. 3TC sudah ditelitih pada orang dewasa dan anak di atas 3 bulan
(Nursalam N. D., 2018).

 Nevirapine (Viramune)

Nevirapine adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi anti retro
viral (ART).termasuk golongan non nucleoside reverse transcriptase
inhibitor (NNRTI). Obat golongan ini menghambat enzim reverse
transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik (RNA) HIV
menjadikannya bentuk DNA. Ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV
dapat dimasukan ke kode genetik sel yang terinfeksi HIV (Nursalam N. D.,
2018).

Diberikan pada anak dan bayi diatas usia 2 bulan. Nevirapine juga dapat
dipakai untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Walaupun AZT
(sebuat ARV lain) mencegah lebih banyak infeksi, nevirapine lebih murah
dan berhasil pada ibu yang menyusui bayinya. Si ibu hamil diberikan 1 pil
waktu mulai merasakan sakit saat mau melahirkan. Si bayi diberikan 1
dosis sebelum usia menginjak 72 jam. Pendekatan ini sangat bermanfaat
pada Negara berkembang. Sayangnya, resistansi terhadap nevirapine
berkembang pada banyak perempuan yang memakainya waktu hamil.
Resistansi ini dapat ditularkan melalui menyusui. Oleh karena itu, para
peneliti meninjau kembali apakah nevirapine sebaiknya dipakai untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi (Nursalam N. D., 2018).

14
Nevirapine tersedia dalam bantuk pil berisi 200mg. dosis nevirapine yang
dianjurkan untuk orang dewsa adalah 200mg/hari untuk 2 minggu (masa
awal), kemudian 400mg/hari (200mg 2x1) (Nursalam N. D., 2018).

b. Perawatan paliatif

Perawatan paliatif adalah perawatan yang meringankan penderitaan penyakit


pada tahap yang tidak dapat disembuhkan. Perawatan tersebut mungkin
dibutuhkan dalam masa bayi dan untuk bertahun-tahun untuk beberapa anak,
sementara yang lain baru memerlukan setelah mereka lebih tua, dan untuk
jangka waktu yang singkat (Nursalam N. D., 2018).

Sebagaian besar anak dengan penyakit parah dirawat dirumah. Orang tuanya
adalah bagian dari tim dan merawat serta bagian keluarga yang member
dukungan. Sebagai perawat primer anak, mereka harus terlibat dalam tim
perawatan diberikan informasi, kesempatan untuk membahas rencana
pengobatan, ketrampilan yang dibutuhkan dan diyakinkan bahwa nasehat dan
dukungan tersedia 24 jam (Nursalam N. D., 2018).

Anak sering mengalami kesulitan untuk memakai banyak obat-obatan. Dosis


harus sesuai dengan BB anak. Obat sebaiknya jika memungkinkan, dan anak
diberi pilihan antara tablet atau dalam cairan (Nursalam N. D., 2018).

c. Pengobatan rasa nyeri (sakit)

Strategi pengobatan bertahap untuk rasa nyeri yang parah, yang disebut ‘jenjang
analgetik’, tetap cocok untuk anak. Langka pertama pada jenjang tersebut
meliputi pengobatan dengan obat non narkotik, misalnya aspirin atau
parasetamol. Langka kedua memberikan obat narkotik ringan, misalnya kodein.
Jika pasien masih merasa nyeri, langka ketiga berikan opioid sedang atau berat,
biasanya morfin. Sayang sebagian besar dokter belum berpengalaman
meresepkan morfin untuk anak dan sering terlalu berhati-hati. Dengan
pengobatan yang sesuai rasa nyeri yang berat hampir selalu dapat ditangani, dan
seharusnya tidak ada pasien yang terlalu menderita akibat rasa nyeri (Nursalam
N. D., 2018) .

15
Anak kecil sering tidak dapat langsung menunjukan tingkat rasa sakitnya. Ada
cara yang dapat dipakai untuk memulai tingkat rasa nyeri pada anak yaitu
(Nursalam N. D., 2018):

 Makanan

Jika ada kesulitan memberikan makanan pada anak, banyak orang tua
merasa sangat bingung, sehingga mungkin mereka merasa tidak berhasil
sebagai orang tua. Menghirup dan memakan adalah bagian dari
perkembangan anak, dan memberikan kenyamanan, kebahagiaan, dan
perangsang. Masalah ini harus dipertimbangkan bersama dengan masalah
medis dan praktis si anak terkait dengan makanan. masalah makanan
sering dipersulit dengan rasa mual dan muntah. Obat yang dipakai untuk
menghadapi masalah ini pada orang dewasa juga sering dipakai untuk
anak-anak (Nursalam N. D., 2018).

 Dukungan untuk keluarga

Keluarga membutuhkan dukungan mulai saat anaknya didiagnosis dan


selama pengobatan, bukan hanya pada waktu penyakit sangat lanjut.
Setiap keluarga adalah berbeda dalam kekuatan dan ketrampilan untuk
menanganinya. Kebutuhan kakak adik dan nenek kakek juga harus
diperhatikan. Mungkin harus dipertimbangkan ketersediaan dukungan
sebaya untuk keluarga yang mengasuh anak dengan HIV (Nursalam N.
D., 2018).

16
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa
perinatal sekitar usia 9 –17 tahun (Nursalam R. S., 2005)
1. Keluhan utama dapat berupa :
a) Demam dan diare yang berkepanjangan
b) Tachipnae
c) Batuk
d) Sesak nafas
e) Hipoksia
(Nursalam R. S., 2005)
2. Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
a) Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
b) Diare lebih dan satu bulan
c) Demam lebih dan satu bulan
d) Mulut dan faring dijumpai bercak putih
e) Limfadenopati yang menyeluruh
f) Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
g) Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
h) Dermatitis yang menyeluruh
(Nursalam N. D., 2018)
3. Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang
terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada
riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
a) Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
b) Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
c) Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari
kehamilan
d) Adanya penularan pada proses melahirkan
e) Terjadinya kontak darah dan bayi.

17
f) Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
g) Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )
(Nursalam R. S., 2005)
4. Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
a) Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
b) Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
c) Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
d) Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang
e) Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang
tidak steril
f) Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
(Nursalam R. S., 2005)
5. Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :
a) Gagal tumbuh
b) Berat badan menurun
c) Anemia
d) Panas berulang
e) Limpadenopati
f) Hepatosplenomegali
g) Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit,
jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas
selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke
esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll (Nursalam R. S., 2005)

18
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Mata
 Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
 Retinitis sitomegalovirus
 Khoroiditis toksoplasma
 Perivaskulitis pada retina
 Infeksi pada tepi kelopak mata.
 Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
 Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal /
multiple (Nursalam R. S., 2005)
2. Pemeriksaan Mulut
 Adanya stomatitis gangrenosa
 Peridontitis
 Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian
menjadi biru dan sering pada platum (Nursalam R. S., 2005)
3. Pemeriksaan Telinga
 Adanya otitis media
 Adanya nyeri
 Kehilangan pendengaran
4. Sistem pernafasan
 Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
 Sesak nafas
 Tachipnea
 Hipoksia
 Nyeri dada
 Nafas pendek waktu istirahat
 Gagal nafas
(Nursalam R. S., 2005)

19
5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
 Berat badan menurun
 Anoreksia
 Nyeri pada saat menelan
 Kesulitan menelan
 Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
 Faringitis
 Kandidiasis esofagus
 Kandidiasis mulut
 Selaput lendir kering
 Hepatomegali
 Mual dan muntah
 Kolitis akibat dan diare kronis
 Pembesaran limfa
(Nursalam R. S., 2005)
6. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
 Suhu tubuh meningkat
 Nadi cepat, tekanan darah meningkat
 Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV
(Nursalam R. S., 2005)
7. Pemeriksaan Sistem Integumen
 Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
 Haemorargie
 Herpes zoster
 Nyeri panas serta malaise
 Aczematoid gingrenosum
 Skabies
(Nursalam R. S., 2005)

20
8. Pemeriksaan sistem perkemihan
 Didapatkan air seni yang berkurang
 Annuria
 Proteinuria
 Adanya pembesaran kelenjar parotis
 Limfadenopati
(Nursalam R. S., 2005)
9. Pemeriksaan Sistem Neurologi
 Adanya sakit kepala
 Somnolen
 Sukar berkonsentrasi
 Perubahan perilaku
 Nyeri otot
 Kejang-kejang
 Encelopati
 Gangguan psikomotor
 Penururnan kesadaran
 Delirium
 Meningitis
 Keterlambatan perkembangan
(Nursalam R. S., 2005)
10. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
 Nyeri persendian
 Letih, gangguan gerak
 Nyeri otot (Nursalam R. S., 2005)

21
2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.


b. Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan nyeri,
anoreksia, diare.
c. Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan diare dampak dari infeksi
oportunistik saluran pencernaan.
d. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diare.
e. Perubahan / gangguan mukosa membran mulut sehubungan dengan lesi sekunder
membran mukosa dampak dari jamur dan infeksi herpes / radang mukosa
dampak dari pengobatan dan hygiene oral yang tidak adekuat.
f. Hipertermi sehubungan dengan Infeksi HIV, infeksi oportunistik, pengobatan.
2.3 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NOC)
(NIC)
1 Resiko terjadinya Tujuan : Bebas dari a. Pertahankan teknik a. Mengurangi resiko
infeksi pada anak infeksi oportuniskit septik dan kontaminasi silang
dengan HIV /AIDS Kriteria Hasil : antiseptik (cuci b. Memberikan
berhubungan dengan a. Mencapai masa tangan sebelum informasi data dasar
adanya penurunan penyembuhan luka dan sesudah upeneana, tindakan
system imun tubuh / lesi tindakan) c. Kongesti / distres
b. Tidak demam dan b. Pantau tanda-tanda pernafasan dapat
bebas dari vital mengidentifikasikan
pengeluaran / c. Kaji frekuensi / perkembangan PCP
sekresi purulen kedalaman d. Candidiasis oral, ks,
dan tanda-tanda pernafasan, herpes CMU dan
lain dari infeksi. perhatikan batuk Cyptococcus adalah
spasmedik kering penyakit umum dan
pada inspirasi memberi pengaruh
dalam pada membran kulit,
d. Periksa adanya luka perawatan infulsi

22
/ lakuasi infasif, aktual dapat
dan tanda-tanda mencegah supsis
inflamasi. e. Mencegah penularan
e. Gunakan sarung f. Mengidentifikasi
tangan dan shout proses infeksi dan
selama kontak untuk menentukan
langsung yang metode perawatan
akresi / sekresi g. Menghambat proses
f. Pantau studi infeksi
laboratorium, JDL
dan periksa kultur /
sensivitas lesi,
darah, urine dan
spuntum
g. Berikan antibiotik,
entijamun / agen
antimikroba.

2 Nutrisi kurang dan Tujuan : Kebutuhan a. Kaji BB dasar a. Anak resti GUT
kebutuhan tubuh nutrisi pada anak b. Observasi ditandai dengan BB
berhubungan dengan terpenuhi koordinasi menurun atau
anoreksia Kriteria Hasil : menghisap dan penambahan BB
a. Terlihat adanya refleks menelan sedikit dari waktu
pertumbuhan BB c. Insfeksi rongga lahir
anak mulut b. Pola motorik oral
b. Nila-nilai d. Anjurkan abormal dapat
laboratorium pemberian makan merusak pemberian
dalam batas alternatif dan makan
normal konsulkan ibu c. Sariawan merusak
c. Bebas dari tanda mengenai resiko kemampuan makan
malnutrisis / menyusui d. HIV ada pada
gagal untuk e. Tinjau ulang diet kolestrum serta ASI
tumbuh (GUT) sesuai usia dan dan meskipun
d. untuk mengetahui tambahan makanan terbatas tetap
cara pemberian padat dan adabeberapa resiko

23
makan dan kemampuan e. Memberikan nutrisi
kebutuhan khusus perkembanan optimal berdasarkan
untuk anak. f. Berikan nistat kebutuhan anak
sesuai indikasi setelah pulang
g. Berikan makanan f. Tindakan efektif
enteral / parenteral untuk infeksi jemu
dengan tepat. oral
g. Kerusakan motorik
dan adanya infeksi
memerlukan
alternatif teknik
pemberian makanan
untuk memenuhi
kebutuhan diet.

3 Kurangnya volume Tujuan : Kebutuhan a. Kaji tanda-tanda a. Indikasi dari volume


cairan tubuh pada volume cairan vital cairan sirkulasi
anak berhubungan terpenuhi b. Catat peningkatan b. Meningkatkan
dengan adanya Kriteria Hasil : suhu dan durasi kebutuhan
infeksi oportunitis a. Membran demam, berikan metabolisme dan
saluran pencernaan mukosa lembab kompres hangat diaforesis yang
(diare ) b. Anak tampak sesuai indikasi berlebihan
rileks c. Kaji turgor, c. Indikator tidak
c. Turgor kulit baik membran mukosa langsung dari status
d. Tanda-tanda vital dan rasa haus cairan
stabil d. Kaji intake dan d. Mempertahankan
e. Haluaran output keseimbangan
adekuat. e. Hilangkan makan cairan, mengurangi
yang potensial rasa haus dan
menyebabkan diare melembabkan
f. Berikan cairan / membran mukosa
elektrolit melalui e. Mungkin dapat
NGT / IV mengurangi diare
g. Pantau He / Hb f. Mendukung /
h. Berikan obat sesuai memperbesar
indikasi seperti anti volume sirkulasi,

24
ementik, anti diare, terutama jika
anti piretik pemasukan oral tak
adekuat
g. Bermanfaat dalam
memperbaiki
kebutuhan cairan
h. Mengurangi insiden
muntah,
menurunkan jumlah
keenceran feces dan
membantu
mengurangi demam.
4 Gangguan integritas Tujuan : Integritas a. Kaji tiap hari, catat a. Menentukan garis
kulit berhubungan kulit kembali normal warna, turgor, dasar perubahan dan
dengan defisit Kriteria Hasil : sirkulasi dan melakukan
imunologis, resti : a. Tidak ada lagi sensori intervensi yang tepat
penurunan tingkat lesi b. Pertahankan higiene b. Mempertahankan
aktivitas, perubahan b. Permukaan kulit kulit mis : masase kebersihan karena
sensasi, malnutrisi, normal. dengan lotion dan kulit yang kering
perubahan status krim dapat menjadi barier
metabolisme. c. Atur posisi secara infeksi
teratur, ganti seprei c. Mengurangi stress
sesuai kebutuhan pada titik tekanan,
d. Pertahankan sprai meningkatkan aliran
bersih, kering dan darah, kejaringan
tidak berkeringat meningkatkan
e. Bersihkan area proses
perianal penyembuhan
f. Gunting kuku anak d. Friksi kulit
secara teratur disebabkan kain
g. Berikan matras / yang berkerut dan
tempat tidur busa basah
h. Berikan obat-obatan e. Mencegah maserasi
topikal / sistemik yang disebabkna
sesuai indikasi. oleh diare
f. Kuku yang panjang
meningkatkan resiko

25
kerusakan dermal
g. Menurunkan istemia
jaringan
h. Digunakan pada
perawatan lesi kulit
5. Perubahan / Tujuan : Tidak a. Kaji membran a. Candidiasis oral,
gangguan mukosa terjadi gangguan mukosa mulut. herpes, stomatitis,
membran mulut mukosa mulut. b. Berikan sarkoma kaposis
sehubungan dengan Kriteria Hasil : pengobatan sesuai merupakan
lesi sekunder a. Mukosa mulut advis dokter. penyakit
membran mukosa lembab. c. Perawatan mulut oportunistik yang
dampak dari jamur b. Tidak ada lesi. tiap 2 jam. biasanya
dan infeksi herpes / c. Kebersihan mulut d. Gunakan sikat gigi mempengaruhi
radang mukosa cukup. yang lembut untuk membran mukosa.
dampak dari d. Anak / orang tua membersihkan b. Membunuh kuman
pengobatan dan mampu gigi, gusi dan penyebab.
hygiene oral yang mendemonstrasik lidah. c. Bibir yang kering dan
tidak adekuat. an teknik jaringan yang
kebersihan mulut teriritasi menjadi
secara fektif. media
perkembangbiakan
yang baik bagi
bakteri dan jamur,
kebersihan mulut
yang dilakukan
secara teratur dapat
mengubah pH mulut
dan menghambat
pertumbuhan jamur.
d. Mencegah
pengiritasian
mukosa.

26
6. Hipertermi Tujuan : Anak a. Ukur tanda vital a. Adanya peningkatan
sehubungan dengan menunjukkan terutama suhu yang terlalu
Infeksi HIV, infeksi temperatur normal. temperatur tiap 2 – lama meningkatkan
oportunistik, Kriteria Hasil : 4 jam selama masa metabolisme dan
pengobatan. a. Suhu tubuh febris (> 38oC). kehilangan cairan
36oC – 37oC. b. Gunakan antipiretik melalui penguapan
b. Ekspresi anak sesuai keperluan. serta menentukan
nyaman. c. Beri kompres tindakan
c. Kulit tidak hangat, beri kipas penanganannya.
panas, angin. b. Membantu
berkeringat. d. Ganti linen dan menurunkan panas
baju selama masa dari pusat pengatur
diaforesis. suhu tubuh di
hipotalamus anterior.

c. Melancarkan aliran
darah, membantu
menurunkan panas
dan memberikan
rasa nyaman klien.
d. Membantu
penguapan panas
dengan lebih mudah.

27
2.4 Implementasi Keperawatan

No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi keperawatan


Jam
1. Resiko terjadinya infeksi a. Mempertahankan teknik septik
pada anak dengan HIV dan antiseptik (cuci tangan
/AIDS berhubungan sebelum dan sesudah tindakan)
dengan adanya penurunan b. Memantau tanda-tanda vital
system imun tubuh c. Mengkaji frekuensi / kedalaman
pernafasan, perhatikan batuk
spasmedik kering pada inspirasi
dalam

2. Nutrisi kurang dan a. Mengkaji BB dasar


kebutuhan tubuh b. Mengobservasi koordinasi
berhubungan dengan menghisap dan refleks menelan
anoreksia c. Melakukan Insfeksi rongga mulut

3. Kurangnya volume cairan a. Mengkaji tanda-tanda vital


tubuh pada anak b. Mencatat peningkatan suhu dan
berhubungan dengan durasi demam, berikan kompres
adanya infeksi oportunitis hangat sesuai indikasi
c. Mengkaji turgor, membran
saluran pencernaan (diare )
mukosa dan rasa haus

4. Gangguan integritas kulit a. Mengkaji tiap hari, catat warna,


berhubungan dengan defisit turgor, sirkulasi dan sensori
imunologis, resti : b. Mempertahankan higiene kulit
penurunan tingkat mis : masase dengan lotion dan
krim
aktivitas, perubahan
c. Mengatur posisi secara teratur,
sensasi, malnutrisi,
ganti seprei sesuai kebutuhan
perubahan status
metabolisme.

28
5. Perubahan / gangguan a. Mengkaji membran mukosa
mukosa membran mulut mulut.
sehubungan dengan lesi b. Memberikan pengobatan sesuai
sekunder membran advis dokter.
mukosa dampak dari jamur c. Memberikan Perawatan mulut
dan infeksi herpes / radang tiap 2 jam.
mukosa dampak dari
pengobatan dan hygiene
oral yang tidak adekuat.

6. Hipertermi sehubungan a. Mengukur tanda vital terutama


dengan Infeksi HIV, temperatur tiap 2 – 4 jam selama
infeksi oportunistik, masa febris (> 38oC).
pengobatan. b. Menggunakan antipiretik sesuai
keperluan.
c. Memberi kompres hangat, beri
kipas angin.

2.5 Evaluasi Keperawatan

No Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi keperawatan


Jam Keperawatan
1. Resiko terjadinya S : Ibu klien mengatakan anaknya
infeksi pada anak masih demam dan ruam dikulitnya
dengan HIV /AIDS masih merah dan belum ada
berhubungan dengan perubahan
adanya penurunan O : Klien terlihat rewel dan lemas
system imun tubuh A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan
2. Nutrisi kurang dan S : Ibu klien mengatakan anaknya
kebutuhan tubuh sudah mulai makan tapi sedikit
berhubungan dengan O : Klien terlihat sudah mulai makan

29
anoreksia sedikit demi sedikit
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan
3. Kurangnya volume S : Ibu Klien mengatakan anaknya
cairan tubuh pada anak sudah mau minum susu dan air
berhubungan dengan putih
adanya infeksi O : Klien terlihat pucatnya sudah mulai
oportunitis saluran berkurang dan klien sudah bisa
pencernaan (diare ) minum dan cairan dibantu dengan
cairan infus RL
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan

4. Gangguan integritas S: Ibu klien mengatakan masih terdapat


kulit berhubungan bercak merah, lesi pada kulit dan
dengan defisit luka yang belum sembuh dan belum
imunologis, resti : ada perubahan.
penurunan tingkat O : Terlihat di sekujur tubuh pasien
aktivitas, perubahan terdapat bercak merah dan belum
sensasi, malnutrisi, ada perubahan
perubahan status A : Masalah Tidak Teratasi
metabolisme. P : Intervensi Dilanjutkan
5. Perubahan / gangguan S: Ibu klien mengatakan masih terdapat
mukosa membran lesi sekunder dan jamur di membran
mulut sehubungan mukosa
dengan lesi sekunder O : Terlihat di sepanjang membran
membran mukosa mukosa mulut
dampak dari jamur dan A : Masalah Tidak Teratasi
infeksi herpes / radang P : Intervensi Dilanjutkan
mukosa dampak dari
pengobatan dan

30
hygiene oral yang tidak
adekuat.

6. Hipertermi sehubungan S : Ibu klien mengatakan demam


dengan Infeksi HIV, anaknya sudah mulai turun
infeksi oportunistik, O : Terlihat klien mulai sedikit aktif
pengobatan. bergerak
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan

31
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:
Hari Senin Tanggal 18 November 2019 sekitar jam 10.30 WIB seorang ibu
membawa anaknya yang bernama An.G umur 2 Tahun ke RSUD Haji Makassar dengan
alasan keadaan anaknya semakin hari tambah parah, berat badannya menurun, nafsu
makannya berkurang, kurus, demam secara terus menerus, diare, mual, muntah, kulitnya
merah-merah dan luka yang tidak sembuh-sembuh dan sudah terjadi sejak 4 hari yang
lalu . Dari data pemeriksaan Rumah Sakit, anak tersebut dikatakan terkena HIV/AIDS.
Data ini didukung dari tanda-tanda : anoreksia, feses cair, lesi kulit, luka sukar sembuh.
Didapatkan tanda-tanda vital S: 38,5 º C, Nadi: 120x/m, Pernafasan: 28x / m, dan TD:
95/60 mmHg.
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien :
Nama/nama panggilan : An. A.
Tempat tanggal lahir : Makassar 12 Oktober 2017
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Bukit Khatulistiwa
Tanggal masuk : 18 November 2019
Tanggal pengkajian : 19 November 2019
Diagnosa Medik : HIV-AIDS
II. Identitas Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. T.L.
b. Umur : 27 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Bukit Khatulistiwa

32
2. Ibu
a. Nama : Ny. R
b. Usia : 25 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Bukit Khatulistiwa
III. Keluhan Utama
Orang tua klien mengeluhkan keadaan anaknya semakin hari tambah
parah, berat badannya menurun, nafsu makannya berkurang,
kurus, demam secara terus menerus, diare, mual, muntah, kulitnya
merah-merah dan luka yang tidak sembuh-sembuh dan sudah terjadi 4
hari yang lalu
IV. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Diare dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Mula-mula intensitas BAB
kurang, dan sejak 2 hari yang lalu diare semakin parah disertai
dengan demam, kulitnya merah-merah dan luka yang tidak sembuh-
sembuh,berat badannya menurun, nafsu makannya berkurang serta
kurus. Dengan alasan tersebut orang tua klien membawa klien ke RS
untuk di periksa.
2. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)
1) Prenatal Care
a) Pemeriksaan kehamilan 3 kali
b) Keluhan selama hamil Ngidam, kadang-kadang demam dan
lemas
c) Riwayat terkena sinar tidak ada
d) Kenaikan berat badan selama kehamilan 2 kg
e) Imunisasi 2 kali
f) Golongan darah Ibu : lupa /golongan darah ayah : A

33
2) Natal
a) Tempat melahirkan di Puskesmas oleh bidan
b) Lama dan jenis persalinan : Spontan/normal
c) Penolong persalinan Dokter Kebidanan
d) Tidak ada komplikasi selama persalinan ataupun setelah
persalinan (sedikit perdarahan daerah vagina).
3) Post Natal
a) Kondisi Bayi : BB lahir 2 kg, PB 45 cm
b) Pada saat lahir kondisi anak baik (untuk semua usia)
c) Penyakit yang pernah dialami demam setelah imunisasi
d) Kecelakaan yang pernah dialami: tidak ada
e) Imunisasi belum lengkap
f) Alergi belum nampak
g) Perkembangan anak dibanding saudara-saudara : Anak
pertama
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga : Ibu klien positif HIV
VII. Riwayat Imunisasi
Waktu Reaksi setelah
No. Jenis Imunisasi
Pemberian pemberian
1. BCG 1 bulan Demam
2. DPT Lupa Demam
3. Polio - -
4. Campak - -
5. Hepatitis lupa lupa

34
VIII. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan Fisik
1. Berat Badan : BB lahir 2 kg, BB masuk RS : 6 kg.
2. Tinggi Badan : PB lahir 45 cm, PB masuk RS : 50 Cm
3. Waktu tumbuh gigi pertama : 11 bulan
b. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat : 2 tahun 1 bulan
1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berdiri : 10 bulan
5. Berjalan : 12 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
7. Bicara pertama kali : lupa
8. Berpakaian tanpa bantuan : masih di bantu ibunya
IX. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1. Pertama kali di susui : satu jam setelah lahir
2. Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3. Lama Pemberin : 15-20 manit
4. Diberikan sampai usia : sampai saat ini
b. Pemberian Susu Formula : SGM
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini :
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
- Asi - 0 – 9 bulan
0- saat ini - Asi + Bubur - 6 – 11 bulan
- Susu formula + - Masih berlangsung
Makan nasi, saat ini
sayur lauk pauk
yang lembut dan
halus

35
X. Riwayat Psiko Sosial
a) Anak tinggal di rumah sendiri bukan rumah keluarga
b) Lingkungan berada di tepi kota
c) Rumah tidak ada fasilitas lengkap
d) Di Rumah tidak ada tangga yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, anak bebas bermain di luar dengan teman-
temannya
e) Hubungan antar anggota kelurga baik
f) Pengasuh anak adalah orang tua
XI. Riwayat spiritual
1. Anggota Keluarga tidak taat melaksanakan ibadah
2. Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiatan keagamaan
XII. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
1. Orang tua membawa anaknya ke RS karena khawatir dan
cemas tentang keadaan anaknya yang demam terus
2. Dokter menceritakan sebagaian kecil kondisi anaknya dan
kelihatannya orang tua belum mengerti hal ini dibuktikan
dengan ekspresi wajah orang tua dan pertanyaan yang timbul
sekitar keadaan anaknya
3. Orang tua saat masuk di RS sangat merasa khwatir dengan
keadaan anaknya dan selalu menanyakan kondisi anaknya
4. Orang tua selalu menjaga anaknya bergantian antara ayah, ibu
dan dan keluarga yang lain.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
1. Anak belum mampu berbicara

36
XIII. Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit
1. Keinginan Makan Baik Kurang
2. Frekwensi Makan 3 kali Makan tapi
sedikit

b. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Susu formula dan Hanya minum air
air putih putih
2. Frekwensi minum Setiap kali haus Sering
3. Kebutuhan cairan Tidak diketahui -
4. Cara pemberian Dengan Infuse
menggunakan
gelas

c. Eliminasi (BAB & BAK)

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Tempat pembuangan Toilet Popok
2. Frekwensi/waktu BAK= sering BAK=sering,
BAB = 2 x sehari BAB = 4-6x
3. Konsistensi Padat Encer
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak pernah -
digunakan

37
d. Istirahat/Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Siang Jam 12.00 – 14.00 Jam 14.00-15.00
- Malam Jam 20.00- 06.00 Jam 21.00-7.30
2. Pola tidur Tidur dilaksanakan Tidur dilaksanakan
pada siang dan pada siang dan
malam hari malam hari tetapi
hanya sebentar
karna gelisah
3. Kebiasaan Minum susu Minum susu
Se belum tidur Formula formula
4. Kesulitan tidur Gelisah Sering terbangun
karena popoknya
basah oleh feses.

d. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi Dikerjakan oleh Tidak pernah mandi
orang tua hanya dilap badan
- frekwensi 2 x sehari 1 x sehari/melap
- badan

38
XIV. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien : Lemah, gelisah dan batuk sesak
a) Ekspresi wajah biasa kadang tersenyum dan cengeng bila
diajak bermain.
b) Berpakaian bersih karena selalu dijaga oleh ibunya.
b. Tanda-tanda vital:
a) Suhu : 38,5 º C
b) Nadi : 120x/m
c) Pernafasan : 28x / m
d) TD : 95/60 mmHg
c. Antropometri
- Panjang badan : 50 cm
- Berat badan : 6 kg
- Lingkaran lengan atas : tidak dikaji
- lingkaran kepala : tidak dikaji
- lingkaran dada : tidak di kaji
- Lingkaran perut : tidak dikaji
- Skin fold : tidak dikaj
d. Head To Toe
a) Kulit :
Pucat dan turgo kulit jelek dipenuhi dengan bercak-bercak dan
gatal, dan juga luka yang tidak sembuh-sembuh
b) Kepala dan leher :
I: Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak
ada Peradangan.
P: Normal, tidak ada benjolan dikepala
P: -
A: -
c) Kuku : Jari tabuh
d) Mata / penglihatan :
Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung

39
e) Hidung :
Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip,
dan fungsi penciuman normal
f) Telinga :
Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan
g) Mulut dan gigi
Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi
Peradangan dan perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-),
bibir dan mukosa mulut klien nampak kering dan bibir pecah-
pecah
h) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
Dada :
I : Dada terlihat normal, Tidak ada kelainan gerakan dada
P: Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, Tidak nampak
adanya pembesaran hati
P: Nada sonor
A: Tidak terdengar adanya bunyi nafas tambahan dan Tidak
ada retraksi dinding dada (+).
i) Abdomen :
I : Nampak normal, simetris kiri kanan
P: Turgor jelek ,tidak ada massa, terdapat nyeri tekan pada
bagian kanan bawah
P : Bunyi timpany (+). Kembung (-)
A: Terdengar bunyi peningkatan peristaltic/ bising usus dan
tidak ada krepitasi abdomen.
j) Perineum dan genitalia
Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang

40
k) Ekstremitas :
Klien tidak mampu mengerakkan extremitas atas dan
extremitas bawah tonus otot lemah akibat tidak ada energi
karena diare dan proses penyakit
I: Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala / tanda oedema.
Jumlah
jari lengkap.terdapat keterbatasan gerak ekstremitas bawah
P: Akral hangat, terdapat keterbatasan gerak ekstremitas atas.
P: reflek tendon kurang
A: -
XV. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1. 2 tahun keatas
a. Perkembangan kognitif : Klien mampu bekerja sama dengan
orang lain hal ini dibuktikan dengan klien sering bermain bola
bersama teman-temannya waktu sebelum sakit.
b. Perkembangan motorik : klien mampu menggunakan sepeda
dengan sendirinya
XVI. Terapi Saat ini :
a) Infus RL 20 tts/m
b) Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV, sebagai
pengganti vaksin poliovirus (OPV), anak-anak diberi vaksin virus
polio yang tidak aktif (IPV)
Keperawatan :
 Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup
sehat dan mencegah kemungkinan terjadi infeksi
 Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta
keganasan yang ada
 Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti
golongan dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang
dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA
virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
 Mengatasi dampak psikososial

41
 Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV,
perjalanan penyakit, dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga
medis
XVII. Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS: Ibu klien sistem imun menurun Resiko terjadinya infeksi
mengatakan sehingga Tubuh mudah
demam secara terserang infeksi dr luar
terus menerus, (virus, bakteri, jamur,
kulitnya merah- parasit), maka jika terjadi
merah Dan luka luka sukar untuk sembuh
yang tidak
sembuh-sembuh
DO: Klien terlihat
mengalami lesi
kulit Dan luka
sukar sembuh
2 DS: Ibu klien terjadi gangguan pada Nutrisi kurang dan
mengatakan berat gastrointestinal dan kebutuhantubuh
badannya kesulitan menelan sehingga
menurun, nafsu nafsumakan berkurang
makannya serta mual, muntah
berkurang, kurus,
mual Dan muntah
DO: Klien
terlihat anoreksia
3 DS: Ibu Klien terjadi infeksi pada Kurangnya volume
mengatakan gastrointestinal bisa cairan tubuh
anaknya menimbulkan diare
mengalami diare
DO: Terlihat feses
klien nampak cair
4 DS: Ibu Klien system imun tubuh Gangguan integritas
mengatakan melemah menyebabkan kulit
anaknya kulitnya tubuh tidak mampu untuk
merah-merah beradaptasi

42
Dan luka yang tidak
sembuh-sembuh
DO: Klien terlihat
mengalami lesi
pada kulit dan
luka sukar
sembuh

3.2 Diagnosa Keperawatan


a.Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS
berhubungan dengan adanya penurunan system imun tubuh.
b.Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
c.Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan
adanya infeksi oportunitis saluran pencernaan (diare ).
d.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit imunologis,
resti : penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi, malnutrisi,
perubahan status metabolisme.

43
3.3 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NOC)
(NIC)
1 Resiko terjadinya Tujuan : Bebas dari a. Pertahankan teknik a. Mengurangi resiko
infeksi pada anak infeksi oportuniskit septik dan kontaminasi silang
dengan HIV /AIDS Kriteria Hasil : antiseptik (cuci b. Memberikan
berhubungan dengan a. Mencapai masa tangan sebelum informasi data dasar
adanya penurunan penyembuhan luka dan sesudah upeneana, tindakan
system imun tubuh / lesi tindakan) c. Kongesti / distres
b. Tidak demam dan b. Pantau tanda-tanda pernafasan dapat
bebas dari vital mengidentifikasikan
pengeluaran / c. Kaji frekuensi / perkembangan PCP
sekresi purulen kedalaman d. Candidiasis oral, ks,
dan tanda-tanda pernafasan, herpes CMU dan
lain dari infeksi. perhatikan batuk Cyptococcus adalah
spasmedik kering penyakit umum dan
pada inspirasi memberi pengaruh
dalam pada membran kulit,
d. Periksa adanya luka perawatan infulsi
/ lakuasi infasif, aktual dapat
dan tanda-tanda mencegah supsis
inflamasi. e. Mencegah penularan
e. Gunakan sarung f. Mengidentifikasi
tangan dan shout proses infeksi dan
selama kontak untuk menentukan
langsung yang metode perawatan
akresi / sekresi g. Menghambat proses
f. Pantau studi infeksi
laboratorium, JDL
dan periksa kultur /
sensivitas lesi,

44
darah, urine dan
spuntum
g. Berikan antibiotik,
entijamun / agen
antimikroba.

2 Nutrisi kurang dan Tujuan : Kebutuhan a. Kaji BB dasar h. Anak resti GUT
kebutuhan tubuh nutrisi pada anak b. Observasi ditandai dengan BB
berhubungan dengan terpenuhi koordinasi menurun atau
anoreksia Kriteria Hasil : menghisap dan penambahan BB
e. Terlihat adanya refleks menelan sedikit dari waktu
pertumbuhan BB c. Insfeksi rongga lahir
anak mulut i. Pola motorik oral
f. Nila-nilai d. Anjurkan abormal dapat
laboratorium pemberian makan merusak pemberian
dalam batas alternatif dan makan
normal konsulkan ibu j. Sariawan merusak
g. Bebas dari tanda mengenai resiko kemampuan makan
malnutrisis / menyusui k. HIV ada pada
gagal untuk e. Tinjau ulang diet kolestrum serta ASI
tumbuh (GUT) sesuai usia dan dan meskipun
h. untuk mengetahui tambahan makanan terbatas tetap
cara pemberian padat dan adabeberapa resiko
makan dan kemampuan l. Memberikan nutrisi
kebutuhan khusus perkembanan optimal berdasarkan
untuk anak. f. Berikan nistat kebutuhan anak
sesuai indikasi setelah pulang
g. Berikan makanan m. Tindakan efektif
enteral / parenteral untuk infeksi jemu
dengan tepat. oral
n. Kerusakan motorik
dan adanya infeksi
memerlukan
alternatif teknik
pemberian makanan
untuk memenuhi
kebutuhan diet.

45
3 Kurangnya volume Tujuan : Kebutuhan a. Kaji tanda-tanda i. Indikasi dari volume
cairan tubuh pada volume cairan vital cairan sirkulasi
anak berhubungan terpenuhi b. Catat peningkatan j. Meningkatkan
dengan adanya Kriteria Hasil : suhu dan durasi kebutuhan
infeksi oportunitis f. Membran demam, berikan metabolisme dan
saluran pencernaan mukosa lembab kompres hangat diaforesis yang
(diare ) g. Anak tampak sesuai indikasi berlebihan
rileks c. Kaji turgor, k. Indikator tidak
h. Turgor kulit baik membran mukosa langsung dari status
i. Tanda-tanda vital dan rasa haus cairan
stabil d. Kaji intake dan l. Mempertahankan
j. Haluaran output keseimbangan
adekuat. e. Hilangkan makan cairan, mengurangi
yang potensial rasa haus dan
menyebabkan diare melembabkan
f. Berikan cairan / membran mukosa
elektrolit melalui m. Mungkin dapat
NGT / IV mengurangi diare
g. Pantau He / Hb n. Mendukung /
h. Berikan obat sesuai memperbesar
indikasi seperti anti volume sirkulasi,
ementik, anti diare, terutama jika
anti piretik pemasukan oral tak
adekuat
o. Bermanfaat dalam
memperbaiki
kebutuhan cairan
p. Mengurangi insiden
muntah,
menurunkan jumlah
keenceran feces dan
membantu
mengurangi demam.
4 Gangguan integritas Tujuan : Integritas a. Kaji tiap hari, catat a. Menentukan garis
kulit berhubungan kulit kembali normal warna, turgor, dasar perubahan dan

46
dengan defisit Kriteria Hasil : sirkulasi dan melakukan
imunologis, resti : c. Tidak ada lagi sensori intervensi yang tepat
penurunan tingkat lesi b. Pertahankan higiene b. Mempertahankan
aktivitas, perubahan d. Permukaan kulit kulit mis : masase kebersihan karena
sensasi, malnutrisi, normal. dengan lotion dan kulit yang kering
perubahan status krim dapat menjadi barier
metabolisme. c. Atur posisi secara infeksi
teratur, ganti seprei c. Mengurangi stress
sesuai kebutuhan pada titik tekanan,
d. Pertahankan sprai meningkatkan aliran
bersih, kering dan darah, kejaringan
tidak berkeringat meningkatkan
e. Bersihkan area proses
perianal penyembuhan
f. Gunting kuku anak d. Friksi kulit
secara teratur disebabkan kain
g. Berikan matras / yang berkerut dan
tempat tidur busa basah
h. Berikan obat-obatan e. Mencegah maserasi
topikal / sistemik yang disebabkna
sesuai indikasi. oleh diare
f. Kuku yang panjang
meningkatkan resiko
kerusakan dermal
g. Menurunkan istemia
jaringan
h. Digunakan pada
perawatan lesi kulit

47
3.4 Implementasi Keperawatan

No Hari/tanggal Diagnosa Implementasi keperawatan


Jam Keperawatan
1. Selasa 19 Resiko terjadinya a. Mempertahankan teknik septik dan
November infeksi pada anak antiseptik (cuci tangan sebelum dan
2019/ 13.00 dengan HIV /AIDS sesudah tindakan)
berhubungan dengan b. Memantau tanda-tanda vital
adanya penurunan c. Mengkaji frekuensi / kedalaman
system imun tubuh pernafasan, perhatikan batuk
spasmedik kering pada inspirasi
dalam

2. Selasa 19 Nutrisi kurang dan a. Mengkaji BB dasar


November kebutuhan tubuh b. Mengobservasi koordinasi
2019/ 15.00 berhubungan dengan menghisap dan refleks menelan
anoreksia c. Melakukan Insfeksi rongga mulut

3. Selasa 19 Kurangnya volume a. Mengkaji tanda-tanda vital


November cairan tubuh pada anak b. Mencatat peningkatan suhu dan
2019/ 18.00 berhubungan dengan durasi demam, berikan kompres
adanya infeksi hangat sesuai indikasi
c. Mengkaji turgor, membran mukosa
oportunitis saluran
dan rasa haus
pencernaan (diare )

4. Selasa 19 Gangguan integritas a. Mengkaji tiap hari, catat warna,


November kulit berhubungan turgor, sirkulasi dan sensori
2019/ 20.00 dengan defisit b. Mempertahankan higiene kulit mis :
imunologis, resti : masase dengan lotion dan krim
c. Mengatur posisi secara teratur, ganti
penurunan tingkat
seprei sesuai kebutuhan
aktivitas, perubahan
sensasi, malnutrisi,
perubahan status
metabolisme.

48
3.5 Evaluasi Keperawatan

No Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi keperawatan


Jam Keperawatan
1. Selasa 19 Resiko terjadinya S : Ibu klien mengatakan anaknya
November infeksi pada anak masih demam dan ruam dikulitnya
2019/ 14.00 dengan HIV /AIDS masih merah dan belum ada
berhubungan dengan perubahan
adanya penurunan O : Klien terlihat rewel dan lemas
system imun tubuh A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan
2. Selasa 19 Nutrisi kurang dan S : Ibu klien mengatakan anaknya
November kebutuhan tubuh sudah mulai makan tapi sedikit
2019/ 16.00 berhubungan dengan O : Klien terlihat sudah mulai makan
anoreksia sedikit demi sedikit
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan
3. Selasa 19 Kurangnya volume S : Ibu Klien mengatakan anaknya
November cairan tubuh pada anak sudah mau minum susu dan air
2019/ 19.00 berhubungan dengan putih
adanya infeksi O : Klien terlihat pucatnya sudah mulai
berkurang dan klien sudah bisa
oportunitis saluran
minum dan cairan dibantu dengan
pencernaan (diare )
cairan infus RL
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Intervensi Dilanjutkan

4. Selasa 19 Gangguan integritas S: Ibu klien mengatakan masih terdapat


November kulit berhubungan bercak merah, lesi pada kulit dan
2019/ 21.00 dengan defisit luka yang belum sembuh dan belum
imunologis, resti : ada perubahan.
O : Terlihat di sekujur tubuh pasien
penurunan tingkat
terdapat bercak merah dan belum
aktivitas, perubahan
ada perubahan
sensasi, malnutrisi, A : Masalah Tidak Teratasi

49
perubahan status P : Intervensi Dilanjutkan
metabolisme.

50
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, N. D. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.


Jakarta Selatan : Salemba Medika.

Nursalam, R. S. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Rampengan. (2008). Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC.

Ridha, N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

51

Anda mungkin juga menyukai