Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
ALIF DZAKI WICAKSONO NIM. 21030116140172
MALVIN MUHAMMAD ZAIN NIM. 21030116140173
Oleh :
ALIF DZAKI WICAKSONO NIM. 21030116140172
MALVIN MUHAMMAD ZAIN NIM. 21030116140173
Franto Simanjuntak
NPK 1104035
Mengetahui,
Manager Manager
Departemen Operasi Pabrik 4 Departemen Learning Centre
iii
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya laporan Kerja Praktik di PT. Pupuk Kalimantan Timur dengan baik.
Laporan praktek kerja ini disusun berdasarkan pengalaman studi pustaka dan
studi lapangan yang dilakukan selama kerja praktik di PT. Pupuk Kalimantan
Timur. Kerja Praktik merupakan salah satu tugas yang harus ditempuh sebagai
persyaratan menyelesaikan studi program strata 1 (S1) di Departemen Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Mata kuliah Kerja praktik ini
bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung di industri kimia dan dapat
mengaplikasikan teori yang selama ini didapatkan di bangku kuliah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu selama proses kerja praktik dan penyusunan laporan ini.
Secara khusus berterima kasih kepada:
1. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Abdullah, MS. selaku dosen pembimbing kerja praktik
3. Ibu Dr, Nita Aryanti, S.T, M.T selaku Dosen penanggung jawab kerja praktik
4. Bapak Sujak, ST. selaku Manager Operasi Pabrik 4
5. Bapak Tathit Surya Arjanggi S. Kom selaku Manager Learning Centre
6. Bapak Franto Simanjuntak Selaku pembimbing Ammonia P-4
(Superintendent Ammonia P-4)
7. Bapak Jonathan dan staff Departement Learning Centre yang telah membantu
dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
8. Seluruh Staff Departemen Operasi Pabrik 4
iv
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Tugas Khusus ...............................................................................2
1.4 Manfaat Tugas Khusus .............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Neraca Massa ............................................................................................4
2.2 Kelarutan...................................................................................................5
2.3 Absorbsi ....................................................................................................5
2.3.1 Absorbsi Kimia ................................................................................6
2.4 Packed Column .........................................................................................9
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya CO2 yang
Lolos dari Absorber ................................................................................10
2.6 Carring Capacity ....................................................................................11
BAB III METODOLOGI ....................................................................................12
3.1 Metode Pengambilan Data ......................................................................12
3.1.1 Data Primer ....................................................................................12
3.1.2 Data Sekunder................................................................................13
3.2 Metode Pengolahan dan Perhitungan Data .............................................13
3.3 Asumsi-asumsi yang digunakan .............................................................14
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................15
4.1 Penyerapan CO2 ......................................................................................15
4.2 CO2 leak ..................................................................................................16
4.2.1 Laju Alir Larutan Lean dan Semi Lean .........................................17
4.2.2 Temperatur Aliran Lean dan Semi Lean .......................................19
v
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
vi
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 % CO2 terserap ...................................................................................... 16
Tabel 4.2 Data (%) CO2 leak ................................................................................. 17
Tabel 4.3 Tabel 4.2 Data (%) CO2 leak ................................................................. 18
Tabel 4.4 Data laju alir larutan lean dan semi lean ................................................ 20
Tabel 4.5 Nilai carrying capacity desain dan perhitungan ..................................... 22
vii
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema neraca massa unit CO2 Removal............................................ 13
Gambar 4.1 % CO2 terserap .................................................................................. 16
Gambar 4.2 Gambar 4.1 % CO2 terserap ............................................................... 18
Gambar 4.3 CO2 leak vs Flow semi lean ............................................................... 19
Gambar 4.4 CO2 leak vs Temperatur lean ............................................................. 20
Gambar 4.5 CO2 leak vs temperatur semi lean ...................................................... 21
Gambar 4.6 Carrying capacity absorber ............................................................... 23
viii
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
BAB I
PENDAHULUAN
1
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
1. Mengkaji nilai aktual CO2 leak dan CO2 yang terserap sebelum dan sesudah
turn around kolom absorber jika dibandingkan dengan data desain.
2. Mengkaji nilai aktual carrying capacity sebelum dan sesudah turn around
kolom absorber jika dibandingkan dengan data desain.
2
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
3. Mengkaji perbedaan rate penyerapan CO2 aktual sebelum dan sesudah turn
around pada kolom absorber.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui kondisi aktual absorber.
2. Evaluasi kinerja absorber berdasarkan nilai carrying capacity.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai carrying capacity.
3
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Neraca Massa
4
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
2.2 Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu,
zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan
dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut
pada kesetimbangan (Santoso, N., Pradana, F., 2010).
1. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan
Zat – zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling
bercampur dengan baik, sedangkat zat – zat yang struktur kimianya berbeda
umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang
bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa
nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
2. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung – gelembung gas yang
keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi
berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temberatur
yang lebih tinggi.
3. Pengaruh Tekanan pada Kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau
padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl
sekitar 2,3% dan NH4Cl 5,1%. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial
gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry : 1774 – 1836) massa gas yang
melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan
tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam
kesetimbangan dengan larutan itu.
2.3 Absorbsi
Absorbsi gas adalah operasi pengontakkan gas dengan cairan untuk
melarutkan satu atau lebih komponen yang ada di dalam gas ke cairan atau
solvent. Komponen yang ingin dilarutkan dalam solvent disebut solute.
5
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
Absorbsi gas dibedakan menjadi absorbsi fisik dan kimia. Absorbsi fisik
adalah perpindahan solute dalam solvent yang mengandalkan sifat kelarutan
solute dalam solvent yang lebih besar dari kelarutannya dalam gas. Kelarutan
antara solute dengan solvent umumnya spesifik. Absorbsi gas H2S dengan air,
metanol, atau propilen karbonat merupakan contoh yang baik untuk periswita ini
yang sering dijumpai di industri kimia. Penyerapan gas oleh pelarut terjadi
karena adanya interaksi fisik. Sedangkan absorbsi kimia adalah absorbsi yang
selain terjadi karena sifat kelarutan solute, tapi juga reaksi kimia antara solute
dengan solvent. Penyerapan gas CO2 dengan penyerap larutan MDEA teraktivasi
mengikuti mekanisme penyerapan fisis disertai reaksi kimia (Santoso, N.,
Pradana, F., 2010).
2.3.1 Absorbsi Kimia
Absorbsi kimia dalam fase cair digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut
dengan lebih sempurna dari campuran gas nya. Alkanol-amines sering
digunakan dalam proses absorbsi kimia. Alkanol-amines adalah amine yang
memiliki minimal satu gugus hidroksil, sehingga berfungsi sebagai basa lemah.
Beberapa senyawa organik alkanol-amines yang sering digunakan dalam proses
pemisahan ini antara lain, sebagai berikut:
1. Mono ethanol amine (MEA)
2. Diethanol amine (DEA)
3. Tri ethanol amine (TEA)
4. Methyl diethanol amine (MDEA)
MEA memiliki nilai carrying capacity yang lebih besar jika
dibandingkan dengan senyawa alkanol-amine yang lain. carrying capacity
adalah perbandingan antara jumlah CO2 yang ter-absorb dengan total flow
absorbent yang dipakai. Carrying capacity berbanding lurus dengan panas
reaksi, semakin besar panas reaksi, semakin kecil flow absorbent yang
dibutuhkan. Kenaikan flow rate absorbent akan membuat lebih banyak CO2 yang
ter absorb, namun ketika sudah mencapai suhu optimum dari absorber maka
kenaikan flow rate absorbent tidak akan memberikan hasil yang baik (Santoso,
N., Pradana, F., 2010).
6
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
7
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
8
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
9
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
Untuk memperluas bidang kontak antara gas dan larutan MDEA, maka
menara absorber didesain dengan tinggi tertentu dan berisi packing. Packing di
bulk absorber dipasang pall ring 2” IMTP cs karena di daerah ini merupakan
daerah kontak yang besar antara gas dan liquid. Sedangkan, packing lean
solution dipasang pall ring 1” IMPT cs (carbon steel). Pemilihan bahan isian
pall ring disebabkan karena:
1. Memiliki struktur terbuka sehingga interfacial area besar
2. Menghasilkan pressure drop dan HTU yang lebih rendah daripada
Rasching Rings
3. Batas flooding yang lebih tinggi
4. Distribusi cairan yang baik
5. Cocok untuk kapasitas yang besar
(Coulson, 2005)
Rich solution bottom absorber diturunkan tekanannya (di-letdown) oleh
hydraulic turbine (1-TX-301) yang mempunyai satu shaft dengan pompa dan
motor penggerak, sehingga pemakaian energi lebih rendah. Bagian bawah
absorber (1-C-302), temperatur dijaga tetap tinggi dengan alasan agar
kecepatan reaksi tinggi, sehingga sisa CO2 yang tidak terserap atau lolos ke
bagian atas lebih kecil. Penyerapan kedua berlangsung di bagian atas absorber
dengan temperatur rendah, yakni sekitar 50oC agar diperoleh konversi yang
tinggi (kesetimbangan bergeser ke arah kanan) (Santoso, N., Pradana, F.,
2010).
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya CO2 yang Lolos
dari Absorber
Menurut (Santoso, N., Pradana, F., 2010) terdapat empat faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya CO2 yang lolos dari absorber, yaitu sebagai
berikut :
1. Jumlah sirkulasi larutan
Untuk aman nya, larutan MDEA yang disirkulasikan dijaga lebih besar 3%
dari rate gas proses. Apabila sirkulasi diturunkan lebih rendah atau sama
dengan rate gas, maka jumlah CO2 yang lolos akan naik. Sebaliknya, bila
10
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
11
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengambilan Data
Dalam penyusunan tugas khusus ini, data yang digunakan meliputi data primer
dan data sekunder
3.1.1 Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran
besaran operasi alat yang bersangkutan secara langsung di lapangan.
Perhitungan diawali dengan membuat neraca massa dari semua input sistem
pabrik Ammonia sampai unit CO2 removal. Data-data primer tersebut adalah:
1. Hasil analisa gas alam tanggal 7 Oktober 2018, 7 November 2018,
3,4,6,8,10 dan 12 Agustus 2019
2. Laporan harian Hydrogen Recovery Unit 7 Oktober 2018, 7 November
2018, 3,4,6,8,10 dan 12 Agustus 2019
3. Hasil analisa laboratorium Ammonia Kaltim-4 tanggal 7 Oktober 2018, 7
November 2018, 3,4,6,8,10 dan 12 Agustus 2019
4. Hasil analisa larutan MDEA 8 Oktober 2018, 9 November 2018, 26 Juli
2019 dan 9 Agustus 2019.
5. Data Log Sheet Front-End unit Ammonia Kaltim-4 untuk ruang kontrol &
lapangan tanggal 7 Oktober 2018, 7 November 2018, 3,4,6,8,10 dan 12
Agustus 2019
6. Data Log Sheet Middle-End unit Ammonia Kaltim-4 untuk ruang kontrol &
lapangan tanggal 7 Oktober 2018, 7 November 2018, 3,4,6,8,10 dan 12
Agustus 2019
7. Data Log Sheet CO2 Removal unit Ammonia Kaltim-4 untuk ruang kontrol
& lapangan tanggal 7 Oktober 2018, 7 November 2018, 3,4,6,8,10 dan 12
Agustus 2019
8. Data desain neraca massa unit Ammonia Kaltim-4.
9. Data desain pabrik yang diperoleh dari Process Flow Diagram rancangan
Pabrik Kaltim-4.
12
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
13
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
14
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
BAB IV
PEMBAHASAN
DESIGN 98,890
15
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
16
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
around, sesudah turn around, dan data aktual saat ini bulan Agustus 2019.
Berikut ditampilkan data % CO2 leak hasil evaluasi di proses absorbsi CO2
dalam tabel 4.2.
DESAIN 0,055
Dari data di atas didapatkan bahwa CO2 leak mengalami kenaikan dan
penurunan, namun hingga saat ini kondisi CO2 leak masih dalam batas aman
karena tidak melebihi spesifikasi dari data desain. Adapun faktor – faktor
yang dapat mempengaruhi penurunan CO2 leak dapat ditinjau melalui
temperatur dan laju alir larutan lean dan semi lean.
17
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
Tabel 4.3 Data laju alir larutan lean dan semi lean
Tanggal Laju Alir Lean Laju Alir Semi
(Nm3/h) Lean (Nm3/h)
18
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
19
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
Tabel 4.4 Data laju alir larutan lean dan semi lean
Tanggal Temperatur Lean (oC) Temperatur Semi Lean (oC)
Desain 50 73,2
20
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
21
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
22
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
23
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari evaluasi kinerja absorber ini antara lain:
1. Persen CO2 yang terserap / jumlah CO2 yang ada di rich solution masih
sangat baik, dikarenakan nilainya berada di atas batas standar desain.
Sehingga menunjukkan meningkatnya performa dari kolom absorber.
2. Terdapat pengaruh kondisi operasi absorben terhadap kadar CO2 leak top
product kolom absorber, yakni :
- Temperatur lean dan semi lean perlu dikontrol sehingga penyerapan
CO2 di kolom absorber lebih optimal.
Pada hasil evaluasi, temperatur lean lebih rendah 4oC dari temperatur
desain, akan tetapi di cover dengan ditingkatkan nya temperatur semi
lean yang mana lebih tinggi 4oC dari temperatur desain nya.
- Laju alir larutan lean dan semi lean perlu dikontrol karena dapat
mempengaruhi CO2 leak yang keluar dari bagian atas absorber.
Pada hasil evaluasi, laju alir baik lean dan semi lean mengalami
peningkatan dari laju alir desain sehingga CO2 leak yang keluar dari
bagian atas absorber semakin sedikit.
3. Nilai carrying capacity pada kolom absorber dengan data aktual sedikit
lebih kecil daripada data desain. Dilihat dari nilai carrying capacity absorber
bahwa CO2 absorber mengalami penurunan performa karena semakin
sedikit CO2 yang terserap terhadap mol solven yang masuk, jika nilai
carrying capacity semakin kecil, kemampuan larutan solven untuk
membawa gas- gas yang tidak diinginkan juga semakin kecil.
5.2 Saran
1. Menjaga aliran semi lean 1571 ton / hr dan aliran lean 260 ton / hr untuk
mempertahankan rate penyerapan CO2 99,95%
2. Menjaga temperatur aliran semi lean 79oC dan temperatur aliran lean 46oC
untuk mempertahankan nilai CO2 leak 0,041%
24
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
3. Perhatikan rasio semi lean dan lean yang disesuaikan dengan rate sirkulasi
MDEA apabila rate meningkat flow semi lean dan lean harus ditingkatkan
juga untuk menjaga rate CO2 yang terabsorb.
25
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Laporan Kerja Praktik PT. Pupuk Kalimantan Timur
DAFTAR PUSTAKA
Blanc C., Grall M., Demarais G., 1982, The Part Played by Degradation
Compounds in the Corrosion of Gas Sweetening Plants Using
DEA/MDEA, Oil Gas J., 15, 128-130
Coulson, J.M. and Richardson, J.F., 2005, Chemical Engineering Design, 4th ed.,
vol 6. Elsevier, London.
Nathalie, J.M.C., Penders-van Elka, Peter W.J. Derksa, Sylvie Fradetteb, Geert F.
Versteegc. Kinetics of absorption of carbon dioxide in aqueous MDEA
solutions withcarbonic anhydrase at 298 K. 2012. University of
Groningen. Netherlands
Santoso, N., Pradana, F., 2010, “Evaluasi Kinerja CO2 Removal di Unit Ammonia
Kaltim – 4”, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Team Start Up,” Petunjuk Operasi Pabrik Ammonia Kaltim-4”, 2002, PT. Pupuk
Kalimantan Timur
Treyball, R.E., 1983, Introduction to Material and Energy Balances, Singapore:
Mc Graw – Hill Book Company.
26
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Lembar Perhitungan
Data Desain
1. Data Komponen Natural Gas
Komponen Xi (%mol) BMi
CO2 6.130 44.010
N2 0.080 28.000
CH4 83.720 16.043
C2H6 5.400 30.070
C3H8 2.880 44.097
iC4H10 0.550 58.124
nC4H10 0.620 58.124
iC5H12 0.210 75.151
nC5H12 0.140 75.151
C6H14 0.270 86.177
Total 100.000
2. Steam Proses
FIC 2004 =71000 kg/h
=3941.160 kmol/h
Komponen Xi (%mol) BMi
H2O 100 18.015
TOTAL 100 18.015
3. H2 Recycle
FIC 2007 =1561 kg/h
= 69.643kmol/h
Komponen Xi (%mol) BMi
H2 67.55 2.016
CH4 6.35 16.043
N2 21.87 28.013
Ar 4.23 39.948
TOTAL 100 86.02
4. Udara Proses
FIC 2009 =42000 kg/h
=1873.82 kmol/h
Komponen Xi (%mol) BMi
N2 78.04 28.013
O2 20.99 31.999
Ar 0.94 39.948
CO2 0.02 44.01
H2O 0.01 18.015
TOTAL 100 161.985
5. Primary Reformer
Komposisi Gas Masuk Primary Reformer
SISTEM Flow mol unsur C mol unsur H mol unsur O
(Kmol/hr) (Kmol/hr) (Kmol/hr) (Kmol/hr)
GAS
PROSES 1142.277 1340.348 4683.336 140.043
STEAM
PROSES 3941.160144 0 7882.320289 3941.160144
H2
RECYCLE 69.64397252 4.422392255 111.7785759 0
TOTAL 5153.081265 1344.770 12677.435 4081.203
6. Secondary Reformer
Inlet Secondary = Outlet Primary Reformer + Udara Proses
H2 54.69
CH4 0.3
N2 22.54
Ar 0.27
TOTAL 100
Inlet Outlet
BM * Flow BM *
komponen BM
Flow Dry Wet Xi (Kmol/ Dry Wet Xi
(Kmol/hr) (%) (%) Wet hr) (%) (%) Wet
CH4 16.043 443.246 7.451 5.099 0.818 17.935 0.277 0.186 0.030
445.39
CO2 44.010 466.404 7.840 5.365 2.361 3 6.873 4.613 2.030
881.81
CO 28.000 435.121 7.314 5.005 1.401 7 13.608 9.132 2.557
1959.6
N2 28.013 1485.525 24.971 17.088 4.787 31 30.240 20.295 5.685
3175.5
H2 2.016 2707.667 45.515 31.146 0.628 80 49.003 32.887 0.663
Ar 39.948 17.614 0.296 0.203 0.081 0.000 0.000 0.000 0.000
O2 31.999 393.317 6.612 4.524 1.448 0.000 0.000 0.000 0.000
Total dry
flow
(kmol/hr) 5948.893 6480.356
3175.5
H2O 18.015 2744.558 31.570 5.687 80 32.887 5.925
Total wet
flow
(kmol/hr) 8693.451 9655.936
∑ ( BMi *
Xi wet) 17.211 16.890
Massa
total wet
(kg/hr) 149626.072 163085.525
7. HTSC
Inlet HTSC = Outlet Secondary Reformer
Outlet HTSC
Komponen Komposisi (%Vol)
CO2 16.41
CO 3.64
H2 59.08
CH4 0.27
N2 20.35
Ar 0.25
TOTAL 100
Inlet Outlet
BM *
komponen BM
Flow Dry Wet BM * Xi Flow Dry Wet Xi
(Kmol/hr) (%) (%) Wet (Kmol/hr) (%) (%) Wet
CH4 16.043 17.935 0.277 0.186 0.030 17.873 0.247 0.172 0.028
CO2 44.010 445.393 6.873 4.613 2.030 1086.311 15.024 10.439 4.594
CO 28.000 881.817 13.608 9.132 2.557 280.655 3.882 2.697 0.755
N2 28.013 1959.631 30.240 20.295 5.685 1964.983 27.177 18.883 5.290
H2 2.016 3175.580 49.003 32.887 0.663 3856.377 53.336 37.059 0.747
Ar 39.948 0.000 0.000 0.000 0.000 24.140 0.334 0.232 0.093
Total dry
flow
(kmol/hr) 6480.356 7230.338
H2O 18.015 3175.580 32.887 5.925 3175.580 30.517 5.498
Total wet
flow
(kmol/hr) 9655.936 10405.919
∑ ( BMi *
Xi wet) 16.890 17.004
Massa
total wet
(kg/hr) 163085.525 176945.539
8. LTSC
Inlet LTSC = Outlet HTSC
flow mol unsur
sistem (kmol/hr) (kmol/hr)
C H O
Outlet
secondary 10405.919 1384.838641 14135.40812 5628.85586
reformer
Total 10405.919 1384.839 14135.408 5628.856
Outlet LTSC
H2 60.38
CH4 0.26
N2 19.71
Ar 0.25
TOTAL 100
Inlet Outlet
Flow BM * Flow BM *
komponen BM
(Kmol/hr Dry Wet Xi (Kmol/hr Dry Wet Xi
) (%) (%) Wet ) (%) (%) Wet
0.05 0.06
CH4 16.043 41.981 0.528 0.366 9 45.826 0.576 0.399 4
13.72 4.18 17.24 11.94 5.25
CO2 44.010 1090.811 0 9.501 2 1370.952 4 2 6
0.76 0.83
CO 28.000 313.772 3.947 2.733 5 342.818 4.312 2.986 6
28.43 19.69 5.51 30.49 21.12 5.91
N2 28.013 2260.746 6 2 6 2424.664 8 0 6
53.05 36.74 0.74 60.37 41.80 0.84
H2 2.016 4218.250 7 3 1 4799.888 3 9 3
0.08 0.09
Ar 39.948 24.798 0.312 0.216 6 27.553 0.347 0.240 6
Total dry flow
(kmol/hr) 7950.358 9011.701
30.74 5.53 28.14 5.07
H2O 18.015 3530.059 9 9 3530.059 6 1
Total wet flow
(kmol/hr) 11480.417 12541.759
∑ ( BMi * Xi
wet) 16.888 18.081
Massa total wet
(kg/hr) 193884.623 226771.950
2. Steam Proses
FIC 2004 =61065 kg/h
=3386.899 kmol/h
Komponen Xi (%mol) BMi
H2O 100 18.015
TOTAL 100 18.015
3. H2 Recycle
FIC 2007 =1562 kg/h
= 69.688kmol/h
Komponen Xi (%mol) BMi
H2 85.39 2.016
CH4 1.31 16.043
N2 11.93 28.013
Ar 1.37 39.948
TOTAL 100 86.02
4. Udara Proses
FIC 2009 =40149 kg/h
=1791.246 kmol/h
Komponen Xi (%mol) BMi
N2 77.9097 28.013
O2 20.975 31.999
Ar 0.935 39.948
CO2 0.0327 44.01
H2O 0.1476 18.015
TOTAL 100 161.985
5. Primary Reformer
Komposisi Gas Masuk Primary Reformer
Inlet = Gas Proses + Steam Proses + H2 Recyle
SISTEM Flow mol unsur C mol unsur H mol unsur O
(Kmol/hr) (Kmol/hr) (Kmol/hr) (Kmol/hr)
GAS 1217.989 1366.389 5016.579 75.467
PROSES
STEAM 3386.899806 0 6773.799611 3386.899806
PROSES
H2 69.68858749 0.912920496 122.6658517 0
RECYCLE
TOTAL 4674.57715 1367.301 11913.044 3462.366
Analisa Outlet Primary Reformer
Komponen Komposisi (%Vol)
CO2 10.84
CO 9.2
H2 65.43
CH4 14.32
N2 0.2
Ar 0.01
TOTAL 100
Inlet Outlet
kompone Flow BM * Flow BM *
BM
n (Kmol/hr Wet Xi (Kmol/hr Wet Xi
) Dry (%) (%) Wet ) Dry (%) (%) Wet
16.043 1103.69 85.673 23.608 3.787 569.842 14.388 9.200
CH4 16.043 2
CO2 44.010 44.010 38.319 2.974 0.820 0.361 366.099 9.244 5.911
CO 28.000 28.000 0.000 0.000 0.000 0.000 431.361 10.892 6.964
C2H6 30.070 30.070 34.323 2.664 0.734 0.221 0.000 0.000 0.000
C3H8 44.097 44.097 23.751 1.844 0.508 0.224 0.000 0.000 0.000
i-C4H10 58.123 58.123 5.091 0.395 0.109 0.063 0.000 0.000 0.000
n-C4H10 58.123 58.123 6.260 0.486 0.134 0.078 0.000 0.000 0.000
i- C5H12 72.150 72.150 2.412 0.187 0.052 0.037 0.000 0.000 0.000
n- C5H12 72.150 72.150 1.596 0.124 0.034 0.025 0.000 0.000 0.000
C6H14 86.177 86.177 3.423 0.266 0.073 0.063 0.000 0.000 0.000
N2 28.013 28.013 8.935 0.694 0.191 0.054 9.349 0.236 0.151
2.016 59.507 4.619 1.273 0.026 2583.29 65.228 41.70
H2 2.016 3 7
Ar 39.948 39.948 0.955 0.074 0.020 0.008 0.467 0.012 0.008
Total dry 1288.263
flow
(kmol/hr)
18.015 3386.90 72.445 13.051 2233.54 36.06
H2O 18.015 0 6 0
Total wet 4675.163
flow
(kmol/hr)
∑ ( BMi * 17.997
Xi wet) 18.398
Massa 84139.640
total wet
(kg/hr) 94812.560
6. Secondary Reformer
Inlet Secondary = Outlet Primary Reformer + Udara Proses
H2 54.67
CH4 0.65
N2 23.85
Ar 0.27
TOTAL 100
Inlet Outlet
BM * BM *
komponen BM
Flow Wet Xi Flow Dry Wet Xi
(Kmol/hr) Dry (%) (%) Wet (Kmol/hr) (%) (%) Wet
CH4 16.043 569.842 9.913 7.139 1.145 41.920 0.616 0.406 0.065
CO2 44.010 366.099 6.369 4.587 2.019 481.114 7.073 4.656 2.049
CO 28.000 431.361 7.504 5.404 1.513 844.853 12.420 8.177 2.289
N2 28.013 1404.904 24.440 17.601 4.931 1904.471 27.997 18.432 5.163
H2 2.016 2583.293 44.939 32.364 0.652 3530.059 51.894 34.165 0.689
Ar 39.948 17.216 0.299 0.216 0.086 0.000 0.000 0.000 0.000
O2 31.999 375.714 6.536 4.707 1.506 0.000 0.000 0.000 0.000
Total dry
flow
(kmol/hr) 5748.428 6802.417
H2O 18.015 2233.546 27.982 5.041 3530.059 34.165 6.155
Total wet
flow
(kmol/hr) 7981.974 10332.476
∑ ( BMi * Xi
wet) 16.893 16.411
Massa total
wet (kg/hr) 134843.120 169562.800
7. HTSC
Inlet HTSC = Outlet Secondary Reformer
Outlet HTSC
Komponen Komposisi (%Vol)
CO2 15.59
CO 3.36
H2 58.33
CH4 0.6
N2 21.88
Ar 0.24
TOTAL 100
Inlet Outlet
BM *
komponen BM
Flow Dry Wet BM * Flow Dry Wet Xi
(Kmol/hr) (%) (%) Xi Wet (Kmol/hr) (%) (%) Wet
CH4 16.043 41.920 0.616 0.406 0.065 41.981 0.528 0.366 0.059
CO2 44.010 481.114 7.073 4.656 2.049 1090.811 13.720 9.501 4.182
CO 28.000 844.853 12.420 8.177 2.289 313.772 3.947 2.733 0.765
N2 28.013 1904.471 27.997 18.432 5.163 2260.746 28.436 19.692 5.516
H2 2.016 3530.059 51.894 34.165 0.689 4218.250 53.057 36.743 0.741
Ar 39.948 0.000 0.000 0.000 0.000 24.798 0.312 0.216 0.086
Total dry flow
(kmol/hr) 6802.417 7950.358
H2O 18.015 3530.059 34.165 6.155 3530.059 30.749 5.539
Total wet flow
(kmol/hr) 10332.476 11480.417
∑ ( BMi * Xi wet)
16.411 16.888
Massa total wet
(kg/hr) 169562.800 193884.623
8. LTSC
Inlet LTSC = Outlet HTSC
mol unsur (kmol/hr)
flow
sistem (kmol/hr)
sistem flow mol unsur
(kmol/hr) (kmol/hr)
C H O
Outlet 11480.417 1446.564432 15664.54194 6025.453337
secondary
reformer
Outlet LTSC
H2 59.7
CH4 0.6
N2 21.12
Ar 0.24
TOTAL 100
Inlet Outlet
Flow BM
komponen BM
Flow Dry Wet BM * Xi (Kmol/h Dry Wet * Xi
(Kmol/hr) (%) (%) Wet r) (%) (%) Wet
0.06
CH4 16.043 41.981 0.528 0.366 0.059 45.826 0.576 0.399 4
13.72 1370.95 17.24 11.94 5.25
CO2 44.010 1090.811 0 9.501 4.182 2 4 2 6
0.83
CO 28.000 313.772 3.947 2.733 0.765 342.818 4.312 2.986 6
28.43 19.69 2424.66 30.49 21.12 5.91
N2 28.013 2260.746 6 2 5.516 4 8 0 6
53.05 36.74 4799.88 60.37 41.80 0.84
H2 2.016 4218.250 7 3 0.741 8 3 9 3
0.09
Ar 39.948 24.798 0.312 0.216 0.086 27.553 0.347 0.240 6
Total dry flow
(kmol/hr) 7950.358 9011.701
30.74 3530.05 28.14 5.07
H2O 18.015 3530.059 9 5.539 9 6 1
Total wet flow
(kmol/hr) 11480.417 12541.759
∑ ( BMi * Xi
wet) 16.888 18.081
Massa total
wet (kg/hr) 193884.623 226771.950
Seksi CO2 Removal
• Menghitung Flow CO2 Produk
Flow masuk Absorber = 159763 Nm3 / hr
= 7127,821897 kmol / hr
H2O yang ikut aliran
• Temperatur (TI 3011) = 50oC
• Tekanan uap murni (steam table dengan T = 50oC) = 12,34 kPa
= 0,12177112 atm
• Tekanan sistem (PG 3025) = 30 kg/cm2
= 29,03145864 atm
• yH2O = tekanan uap murni / tekanan sistem
= 0,004194454
• nH2O = yH2O x Flow masuk absorber
= 29,8973216