Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI

TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL HALUSINASI DI


RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN
PROVINSI RIAU

Tiomarlina Purba1,Fathra Annis Nauli2, Sri Utami3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
ttiomarlinapurba@yahoo.com

Abstract

The purpose of this study is to determine the effect of stimulation of activity therapy perceptions of the
patient's ability to control hallucinations . The research method is pre- experimental with one group pre -
test and post - test design. The research is conducted at the Tampan Mental Hospital Riau Province on 26
respondents. The sampling method is cluster sampling technique. Measuring instruments is interview
guides and observation sheets. The analysis is univariate and bivariate with dependent t test . The results
showed the influence of group activity therapy stimulation perception of the patient's ability to control
hallucinations ( p value = 0.000 ). Based on the result of this study, it is suggested to Tampan Mental
Hospital Riau Province. Especially for nursing profession to apply group activity therapy mental
disorders, especially in patients with hallucination problems.

Keywords: Therapeutic activity stimulation group perception, hallucinations

PENDAHULUAN sehingga perlu penanganan oleh program


Sehat menurut WHO atau World Health kesehatan jiwa yang bersifat kompleks pula.
Organization adalah suatu keadaan sempurna Data statistik yang dikemukakan oleh
baik fisik, mental, dan sosial serta bukan World Health Organization (WHO) (2002),
saja keadaan terhindar dari sakit atau menyebutkan bahwa prevalensi masalah
kecacatan (Riyadi & Purwanto, 2009). Definisi kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25%
kesehatan jiwa menurut UU No. 3 Tahun 1966, penduduk dunia pernah menderita masalah
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang kesehatan jiwa, 10% diantaranya adalah
memungkinkan perkembangan fisik, gangguan jiwa berat. Dalam hal ini berarti
intelektual dan emosional yang optimal dari setiap individu beresiko tinggi mengalami
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras gangguan jiwa ringan sampai gangguan jiwa
dengan keadaan orang lain (Suliswati, Payapo, berat. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang
Maruhawa, Sianturi & Sumijatun, 2005). Dengan terdapat di seluruh dunia adalah gangguan
demikian seseorang dinyatakan sehat jiwa bila jiwa berat atau Skizofrenia (Hawari, 2007).
terdapat keselarasan antara fungsi fisik dan Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi
mental yang tidak dapat dipisahkan. yang mempengaruhi berbagai area fungsi
Gangguan jiwa (Mental Disorder) individu, termasuk fungsi berpikir dan
merupakan salah satu dari empat masalah berkomunikasi, menerima dan
kesehatan utama di negara - negara maju, menginterpretasikan realitas, merasakan dan
modern, dan industri. Keempat masalah menunjukkan emosi dan berperilaku dengan
tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, sikap yang dapat diterima secara sosial
gangguan jiwa, dan kecelakaan (Marjono, (Isaacs, 2004). WHO (World Health
1992, dalam Hawari, 2007). Sedangkan Yosef Organization) (2000), menyebutkan bahwa
(2007) mengatakan bahwa gangguan jiwa diseluruh dunia terdapat 45 juta orang yang
adalah kumpulan dari keadaan - keadaan yang menderita skizofrenia. Lebih 50% dari
tidak normal, baik yang berhubungan dengan penderita skizofrenia tidak mendapat perhatian
fisik maupun jiwa. Dengan demikian lingkup dan 90% diantaranya terdapat di negara
masalah kesehatan jiwa sangatlah kompleks, berkembang, dan jumlah penderita yang paling
banyak yaitu di Western Pasifik sejumlah 12,7
juta orang. Penyakit ini mempengaruhi lebih melakukan asuhan kepada pasien. Berbagai
banyak dari 1 % opulasi. Persentase tersebut terapi keperawatan yang dikembangkan
merujuk pada 2,7 juta orang dewasa di Amerika salah satu terapi keperawatan jiwa yang terbukti
Serikat (Narrow, 1998 dalam Temes, 2002).. efektif untuk mengatasi gejala gangguan jiwa
Jumlah penderita Skizofrenia di adalah terapi aktivitas kelompok (TAK),
Indonesia adalah 3-5/1000 penduduk difokuskan kepada pasien, secara individu,
mayoritas penderita berada di kota besar ini kelompok, keluarga maupun komunitas. Terapi
terkait dengan tingginya stress yang muncul Aktivitas Kelompok terdiri dari empat yaitu
di daerah perkotaan. Dari hasil survei di terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif
rumah sakit di Indonesia ada 0,5 – 1,5 /persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
perseribu penduduk mengalami gangguan jiwa sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi
(Hawari, 2007). Prevalensi gangguan jiwa berat realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
di Indonesia adalah sebesar 4,6‰. Prevalensi Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan
tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta kelompok digunakan sebagai target asuhan, di
(20,3‰) yang kemudian secara berturut turut dalam kelompok terjadi dinamika interaksi
diikuti oleh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang saling bergantung, saling membutuhkan
(18,5‰), Sumatera Barat (16,7‰), Nusa dan menjadi laboratorium tempat pasien
Tenggara Barat (9,9‰), Sumatera Selatan berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
(9,2‰), Riau (1,0‰). Prevalensi terendah memperbaiki perilaku lama yang maladaptif
terdapat di Maluku (0,9‰) (Riskesdas, 2007). (Keliat & Akemat, 2005). Terapi Aktivitas
Ciri khas dari penderita skizophrenia kelompok (TAK) adalah terapi non farmakologi
adalah menarik diri dari lingkungan social dan yang diberikan oleh perawat terlatih terhadap
hubungan personal serta hidup dalam dunianya pasien dengan masalah keperawatan yang sama.
sendiri, lalu diikuti dengan delusi dan halusinasi Terapi diberikan secara berkelompok dan
yang berlebihan. Pada penderita skizophrenia berkesinambungan, dalam hal ini khususnya
70% diantaranya mengalami halusinasi (Purba, Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi
Wahyuni, Nasution & Daulay, 2008). Halusinasi persepsi halusinasi.
merupakan suatu gangguan atau perubahan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
persepsi dimana pasien mempersepsikan oleh Isnaeni, Wijayanti, dan Upoyo (2008),
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu dengan judul Efektivitas Terapi Aktivitas
penghayatan yang dialami suatu persepsi Kelompok stimulasi persepsi halusinasi
melalui panca indera tanpa stimulus ekstern terhadap penurunan kecemasan klien
(persepsi palsu) (Maramis, 2005). Terjadinya halusinasi pendengaran di ruang Sakura
halusinasi pada pasien skizofrenia merupakan RSUD Banyumas terhadap 30 pasien
salah satu gejala yang sulit dihilangkan dari halusinasi, didapatkan perbedaan tingkat
kehidupannya. kecemasan sebelum dilakukan TAK dan
Berdasarkan data laporan akuntabilitas sesudah dilakukan TAK. Penelitian lain yang
Rumah Sakit Jiwa Tampan (RSJ) Provinsi dilakukan oleh Sihotang (2010), dengan judul
Riau dari Januari sampai dengan Desember Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi
tahun 2012, didapatkan jumlah pasien yang persepsi terhadap kemampuan mengontrol
rawat inap sebanyak 4598 pasien. Dari data halusinasi di rumah sakit jiwa Medan Provinsi
tersebut terdapat masalah keperawatan dengan Sumatera Utara, menunjukkan bahwa ada
halusinasi 2479 pasien, perilaku kekerasan pengaruh yang signifikan setelah pelaksanaan
1218 pasien, isolasi sosial 267 pasien, harga TAK stimulasi persepsi dalam mengontrol
diri rendah 183 pasien, waham 94 pasien, halusinasi pasien. Penelitian lainnya yang
defisit perawatan diri 335 pasien, dan resiko dilakukan oleh Masdelita (2013), dengan judul
bunuh diri 22 pasien (RSJ Tampan, 2012). Pengaruh TAK sosialisasi terhadap
Mengingat bahwa halusinasi merupakan masalah kemampuan kerjasama pada pasien dengan
yang paling banyak ditemukan di Rumah Sakit masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa
Jiwa Tampan Provinsi Riau, sehingga sangatlah Tampan Provinsi Riau, menunjukkan adanya
perlu mendapat perhatian dari perawat. pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan
Asuhan keperawatan jiwa merupakan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi
asuhan keperawatan spesialistik, namun tetap sosial. Berdasarkan hasil penelitian
dilakukan secara holistik pada saat menunjukkan adanya pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) terhadap pasien di Rumah RUMUSAN MASALAH
Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, sehingga Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
dalam hal ini pelaksanaan TAK sangat perlu merupakan terapi modalitas keperawatan yang
ditingkatkan serta dilakukan secara kontiniu dan ditujukan pada sekelompok pasien dengan
berkesinambungan. masalah keperawatan yang sama. Efektivitas
Di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi TAK berdasarkan penelitian memberikan
Riau sudah pernah dilakukan pelatihan Terapi pengaruh yang signifikan kepada pasien
Aktivitas Kelompok bagi perawat, dengan gangguan jiwa. Di Rumah Sakit Jiwa Tampan
harapan perawat terampil dalam memimpin Provinsi Riau TAK sudah dilakukan tetapi masih
TAK. Pada tahun 2008 pertama kali sebanyak belum optimal dan TAK stimulasi persepsi
30 perawat mengikuti pelatihan TAK selama halusinasi merupakan TAK yang paling sering
4 hari, kemudian pada tahun 2011 sebanyak diberikan pada pasien halusinasi di Rumah Sakit
30 perawat lagi di rekrut untuk mengikuti Jiwa Tampan Provinsi Riau. Berdasarkan latar
pelatihan TAK juga selama 4 hari. belakang diatas peneliti merumuskan masalah
Pelaksanaan TAK ini belum secara rutin apakah ada pengaruh TAK stimulasi persepsi
dilakukan. terhadap kemampuan pasien mengontrol
Secara nasional, kapasitas BOR yang halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
dianggap baik yaitu 70 – 80%, Average Length Riau?
Of Stay (ALOS) idealnya 6 – 9 hari. Sedangkan TUJUAN PENELITIAN
Turn Over Interval (TOI) idealnya 1 – 3 hari Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
(Keliat dan Akemat, 2010). Rasio perbandingan 1. Karakteristik pasien dengan halusinasi di
antara perawat dengan pasien yaitu 1 : 5 (Icoel, Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.
2013). Berdasarkan studi pendahuluan di 2. Kemampuan mengontrol halusinasi pada
Ruangan Indragiri Rumah Sakit Jiwa Tampan pasien dengan halusinasi sebelum diberikan
Provinsi Riau dengan kepala ruangan Indragiri, TAK stimulasi persepsi di Rumah Sakit Jiwa
pada tanggal 01 Juli 2013, didapatkan hasil Tampan Provinsi Riau.
bahwa TAK belum dilakukan secara optimal, 3. Kemampuan mengontrol halusinasi pada
berhubung karena jumlah pasien khususnya pasien dengan halusinasi setelah diberikan
mulai bulan Januari- Juni 2013 meningkat TAK stimulasi persepsi di Rumah Sakit Jiwa
dimana rata – rata Bed Occupancy Rate (BOR) Tampan Provinsi Riau.
111% perbulan, ALOS rata – rata 40 hari dan MANFAAT PENELITIAN
TOI - 8 hari. Sedangkan rasio perbandingan 1. Bagi perkembangan Ilmu Keperawatan.
antara perawat dengan pasien yaitu 1 : 10, Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
sehingga pelaksanaan TAK di RSJ Tampan acuan bagi ilmu pengetahuan tentang
Provinsi Riau tidak dapat dilakukan secara pengaruh TAK stimulasi persepsi halusinasi.
optimal. 2. Bagi Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
TAK yang paling sering dilakukan adalah Riau.
TAK sosialisasi dan TAK stimulasi persepsi Dapat dijadikan sebagai gambaran tentang
halusinasi. Penelitian TAK sosialisai sudah pengaruh pelaksanaan TAK stimulasi persepsi
pernah dilakukan oleh peneliti lain, sedangkan halusinasi dan diharapkan pelaksanaan TAK
TAK stimulasi persepsi halusinasi belum pernah menjadi salah satu terapi modalitas rutin dan
ada yang melakukan penelitian di Rumah Sakit membudaya di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Jiwa Tampan Provinsi Riau. TAK sangat penting Provinsi Riau.
dilakukan untuk melatih pasien mengontrol 3. Bagi masyarakat.
halusinasinya. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan
Berdasarkan fenomena diatas penulis informasi bagi masyarakat agar dapat
tertarik meneliti tentang “Pengaruh memberikan dukungan sosial kepada keluarga
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi dan pasien halusinasi.
Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol 4. Bagi penelitian berikutnya.
Halusinasi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sebagai pedoman untuk melakukan riset
Jiwa Tampan Provinsi Riau”. selanjutnya yang berhubungan dengan
pengaruh TAK stimulasi persepsi
halusinasi.
.
METODE PENELITIAN 2. Tanpa Nama (Anonimity)
A. Desain penelitian Untuk menjaga kerahasiaan yaitu dengan
Penelitian bersifat kuantitatif dengan desain cara tidak memberikan atau tidak
pra experimental dengan menggunakan mencantumkan nama responden pada
rancangan one group pre-test dan post-test. lembar alat ukur dan hanya menuliskan
Desain ini merupakan desain yang digunakan kode pada lembar pengumpulan data atau
untuk menguji perubahan – perubahan yang hasil penelitian yang akan disajikan.
terjadi setelah adanya eksperimen. 3. Kerahasiaan (Confidentiality)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Masalah ini merupakan masalah etika
Penelitian ini berbasis Rumah Sakit (hospital dengan memberikan jaminan kerahasiaan
base) yang dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa hasil penelitian, baik informasi maupun
Tampan Provinsi Riau yaitu di ruangan masalah-masalah lainnya.
Indragiri, Kuantan, Siak, Sebayang dan E. Alat Pengumpulan Data
Kampar.Waktu Penelitian ini dimulai dari Alat pengumpulan data yang digunakan
persiapan sampai seminar hasil penelitian berupa panduan wawancara. Panduan
yaitu dari bulan September 2013 sampai wawancara merupakan hasil modifikasi
dengan Januari 2014. Yang diawali dengan Auditory Hallucination Rating Scale (AHRC).
penelusuran judul penelitian, penyusunan Bab Panduan wawancara halusinasi pendengaran
I – III, presentasi laporan hasil penelitian terdiri dari 3 pertanyaan dan panduan
penelitian, penyusunan Bab IV – VI, dan wawancara halusinasi penglihatan terdiri dari
presentasi hasil penelitian. 3 pertanyaan. Panduan wawancara tidak
C. Populasi dan Sampel dilakukan uji validitas dan reliabitas karena
Jumlah populasi berdasarkan data yang menggunakan instrument baku yang diperoleh
diperoleh di ruang rawat inap pada bulan dari Haddock (1994).
Oktober 2013 yaitu 140 pasien halusinasi. Metode observasi merupakan cara
Sampel berjumlah 26 responden. pengumpulan data dengan melakukan
Pengambilan sampel pada penelitian ini pengamatan secara langsung kepada
menggunakan teknik cluster sampling yaitu responden. Lembar observasi dirancang oleh
pengambilan sampel secara gugus atau peneliti yang terdiri dari 4 pernyataan,
kelompok. Pengambilan sampel dilakukan di dengan 4 kategori jawaban yaitu baik diberi
5 ruangan yaitu ruangan Indragiri, ruangan skor 3, cukup diberi skor 2, kurang diberi skor
Sebayang, ruangan Siak, ruangan Kampar dan 1 dan tidak diberi skor 0. Lembar observasi
ruangan Kuantan. Pengambilan sampel tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas
menggunakan kriteria inklusi dimana subjek tapi sebelumnya telah peneliti konsulkan
penelitian mewakili sampel penelitian yang kepada ahli yang disebut judgment experts.
memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, F. Prosedur Pengumpulan Data
2007). Adapun kriteria inklusi sampel yaitu : Prosedur yang dilakukan peneliti adalah
1. Pasien dengan halusinasi yang sudah sebagai berikut:
kooperatif. 1. Tahap persiapan
2. Pasien dengan halusinasi yang sudah Peneliti menyusun proposal untuk
mendapatkan SP 2 (Strategi Pelaksanaan mendapatkan persetujuan dari
2) yaitu pasien yang sudah mampu pembimbing dan izin penelitian dari pihak
mengontrol halusinasi dengan cara Program Studi Ilmu Keperawatan
bercakap – cakap dengan orang lain. Universitas Riau. Peneliti juga
3. Pasien yang bersedia jadi responden. menjalankan proses administrasi untuk
D. Etika Penelitian mengurus permohonan melakukan
Adapun etika penelitian meliputi : penelitian termasuk perihal pengambilan
1. Lembar persetujuan sebagai responden data. Dalam melaksanakan penelitian,
(informed consent) peneliti dibantu oleh 2 orang asisten yang
Informed consent merupakan bentuk merupakan mahasiswa profesi Ners PSIK
persetujuan antara peneliti dan responden di Universitas Riau, yang sudah melewati
penelitian dengan memberikan lembar gerbong keperawatan jiwa. Asisten
persetujuan. berperan sebagai fasilitator dalam
pengumpulan data pre test dan post test.
Selanjutnya pengambilan sampel dipakai untuk penelitian eksperimen. Kedua
sebanyak 26 responden dibagi menjadi 5 sampel bersifat dependent apabila kedua
kelompok, dengan rincian kelompok I kelompok sampel yang dibandingkan
terdiri dari 6 orang di ruangan Indragiri, mempunyai subyek yang sama. Sampel juga
kelompok II terdiri dari 5 orang di dikatakan dependent apabila responden
ruangan Sebayang, kelompok III terdiri diukur/diteliti dua kali. Jika nilai P value < α
dari 5 orang di ruangan Siak, kelompok =0,05 maka Ho ditolak yang berarti Ha
IV terdiri dari 5 orang di ruangan Kampar diterima (Hastono, 2007).
dan kelompok V terdiri dari 5 orang di HASIL PENELITIAN
ruangan Kuantan. Masing – masing Berdasarkan penelitian didapatan hasil sebagai
responden memiliki kriteria yang sesuai berikut :
dengan kriteria inklusi yang telah 1. Karakteristik responden
ditentukan peneliti. Tabel 1
2. Tahap pelaksanaan Distribusi frekuensi karakteristik reponden
Tahap pelaksanaan ini dimulai dengan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan,
mendatangi lokasi penelitian, yaitu RSJ lama mengalami halusinasi dan jenis halusinasi
Tampan Provinsi Riau, kemudian peneliti
No Kategori Jumlah Presentase
melakukan pengecekan kriteria inklusi
responden (%)
dengan cara menanyakan kepada kepala Umur
ruangan dan perawat pelaksana di 1 20 – 40 20 76.9
ruangan. Peneliti menjelaskan maksud, 41 – 65 6 23.1
tujuan dan dampak dari penelitian kepada Jenis kelamin
responden, kepada semua kepala ruangan 2 Laki – laki 20 76.9
Perempuan 6 23.1
dan perawat pelaksana, kemudian peneliti
Pendidikan
meminta responden untuk 3 SD 11 42.3
menandatangani lembar persetujuan, SMP 7 26.9
setelah itu peneliti melakukan SMA 8 30.8
pengumpulan data yang terdiri dari pre- Lama mengalami
test, dengan menggunakan panduan halusinasi
4 1 – 10 tahun 19 73.1
wawancara 6 pertanyaan dan lembar 11 – 25 tahun 7 26.9
observasi 4 pernyataan. Setelah itu Jenis halusinasi
peneliti melakukan TAK sebanyak 5 sesi 5 Pendengaran 10 38.5
kemudian setelah pemberian TAK Penglihatan 1 3.8
melakukan post-test kembali dengan alat Pendengaran dan 15 57.7
pengumpul data yang sama. penglihatan
Total 26 100.0
3. Tahap akhir
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa
Kuesioner dan lembar observasi yang
mayoritas respomden berumur 20 – 40 tahun 20
belum lengkap, langsung peneliti lengkapi
responden (76,9%), mayoritas jenis kelamin
saat itu juga. Setelah proses pengumpulan
responden adalah laki - laki 20 responden
data selesai, peneliti melakukan analisa
(76,9%), mayoritas pendidikan responden adalah
univariat dan bivariat dengan
SD 11 responden (42,3%), mayoritas responden
menggunakan sistem komputer, diakhiri
mengalami halusinasi adalah 1 – 10 tahun 19
dengan penyusunan laporan dan penyajian
responden (73,1%), mayoritas jenis halusinasi
hasil penelitian.
responden adalah pendengaran dan penglihatan
G. Analisa Data
15 responden (57,7%).
Analisa data menggunakan analisa
2. Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi
univariat dan bivariat untuk melihat pengaruh
persepsi terhadap tingkat halusinasi pasien
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
pada pasien dengan halusinasi.
Untuk mengetahui perbandingan antara
kemampuan mengontrol sebelum dan sesudah
dilakukan perlakuan digunakan uji t paired/
related atau berpasangan. Uji t dependent
Tabel 2
Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi PEMBAHASAN
persepsi terhadap tingkat halusinasi pasien A. Pembahasan hasil penelitian
Analisa data univariat digunakan untuk
Pre test Post test
Variabel P mendapatkan gambaran masing – masing
Mean SD Mean SD
Tingkat 7.42 5.123 4.27 3.955 0.000
variabel yang terdiri dari karakteristik
halusinasi responden yang meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, lama mengalami halusinasi serta
Berdasarkan tabel 2 diatas, didapatkan mean jenis halusinasi. Analisa bivariat digunakan
tingkat halusinasi pasien pre test 7,42 dengan untuk melihat perbedaan kemampuan pasien
standar deviasi 5,123. Mean tingkat halusinasi mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah
pasien post test adalah 4,27 dengan standar terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi.
deviasi 3,955. Jika diperoleh nilai mean 1. Karakteristik responden
menurun, maka frekuensi halusinasi pasien a. Umur
menurun, jika nilai mean meningkat, maka Berdasarkan hasil penelitian yang
tingkat halusinasi pasien meningkat. Artinya dilakukan terhadap 26 responden,
terdapat penurunan tingkat halusinasi pasien berumur 20 – 40 tahun berjumlah 20
setelah dilakukan TAK. Berdasarkan hasil uji t responden (76,9%), dan berumur 41 –
dependent didapatkan p value = 0,000 < α (0,05), 60 tahun berjumlah 6 responden
berarti Ho ditolak yang menunjukkan bahwa ada (23,1%). Menurut Riyadi & Purwanto
pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan terapi (2009), pada umur 20 – 40 tahun
aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap individu mengala mi penurunan
tingkat halusinasi pasien. ketergantungan pada orang tua, telah
3. Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi terpisah tempat tinggal dengan orang
persepsi terhadap kemampuan pasien tua, khususnya individu yang telah
mengontrol halusinasi menikah. Kegagalan dalam tugas
Tabel 3 perkembangan ini akan menyebabkan
Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi produktivitas dan kreativitas berkurang,
persepsi terhadap kemampuan pasien individu hanya perhatian terhadap diri
mengontrol halusinasi sendiri dan kurang perhatian terhadap
orang lain. Sedangkan menurut Stuart &
Pre test Post test Laria (2005), umur berhubungan
Variabel P
Mean SD Mean SD dengan pengalaman seseorang dalam
Kemampuan 1,.423 1.026 5.11 3.58 0.000 menghadapi berbagai macam stressor,
mengontrol kemampuan memanfaatkan sumber
halusinasi
dukungan dan keterampilan dalam
mekanisme koping.
Berdasarkan tabel 11 diatas, didapatkan
Hasil penelitian mayoritas
mean kemampuan pasien mengontrol halusinasi
responden berumur 20 – 40 tahun
dengan lembar observasi pre test 1,42 dengan
(dewasa awal). Dewasa awal adalah
standar deviasi 1,026. Mean kemampuan pasien
masa transisi dari remaja ke masa yang
mengontrol halusinasi post test adalah 5,11
menuntut tanggung jawab. Pada masa
dengan standar deviasi 3,58. Analisa data yang
dewasa awal ini banyak mengalami
telah dilakukan menghasilkan nilai mean yang
masalah – masalah dalam
meningkat dari sebelumnya, sehingga dapat
perkembangannya diantaranya
diartikan bahwa kemampuan pasien dalam
penentuan identitas diri, kemandirian,
mengontrol halusinasi meningkat. Berdasarkan
menenpuh jenjang pendidikan dan karir,
hasil uji t dependent didapatkan p value = 0,000
pernikahan serta hubungan sosial, pada
< α (0,05), berarti Ho ditolak yang menunjukkan
masa tugas perkembangan ini jika
bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah
seseorang tidak mampu melalui dengan
dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi
baik maka dapat mengalami gangguan
persepsi terhadap kemampuan pasien mengontrol
jiwa. Sejalan dengan penelitian
halusinasi.
didapatkan pasien mengalami
gangguan jiwa dengan halusinasi pada
umur 20 – 40 tahun dikarenakan tidak dari media massa. Semakin banyak
mampu melakukan penyesuaian diri informasi yang masuk semakin banyak
terhadap pola – pola kehidupan yang pula pengetahuan yang didapat tentang
baru dan harapan – harapan sosial baru, kesehatan. Pengetahuan sangat erat
seperti suami/istri, orang tua dan kaitannya dengan pendidikan dimana
pencari nafkah, keinginan – keinginan diharapkan seseorang dengan
baru, mengembangkan sikap – sikap pendidikan tinggi, maka orang tersebut
baru dan nilai– nilai baru sesuai tugas akan semakin luas pula pengetahuannya
baru (Suliswati, Payapo, Maruhawa, (Notoatmodjo, 2007).
Sianturi & Sumijatun, 2005). Sesuai dengan hasil penelitian
b. Jenis kelamin didapatkan responden mayoritas
Berdasarkan hasil penelitian yang berpendidikan rendah (SD), seseorang
dilakukan terhadap 26 responden, yang berpendidikan rendah kurang
diperoleh responden dengan jenis memperoleh pengetahuan tentang
kelamin laki – laki adalah sebanyak 20 informasi sehingga menyebabkan
responden (76,9%), dan jenis kelamin mekanisme koping tidak baik, mudah
perempuan sebanyak 6 responden putus asa, tidak dapat mengendalikan
(23,1%). Menurut Menkokesra (2010), diri dalam kehidupannya sehingga
perempuan dan laki – laki mempunyai menyebabkan seseorang rentan
risiko yang sama untuk menderita mengalami gangguan jiwa.
gangguan jiwa berat berat. Namun, d. Jenis halusinasi
derajat keparahan gangguan jiwa berat Berdasarkan hasil penelitian yang
lebih besar pada laki – laki, sehingga dilakukan terhadap 26 responden,
laki – laki lebih banyak yang harus diperoleh jenis halusinasi responden
dirawat di rumah sakit jiwa. adalah halusinasi pendengaran dan
Hasil penelitian didapatkan laki – penglihatan 15 responden (57,7%),
laki lebih banyak mengalami halusinasi halusinasi pendengaran 10 responden
dibandingkan dengan perempuan (38,5%) dan halusinasi penglihatan 1
dimana laki- laki cenderung mengalami responden (3,8%). Menurut Rasmun
perubahan peran dan penurunan (2009), jenis halusinasi ada 5 yaitu
interaksi sosial, kehilangan pekerjaan, halusinasi pendengaran, halusinasi
putus alkohol serta intoksikasi kokain, penglihatan, halusinasi sentuhan,
hal ini yang sering menjadi penyebab halusinasi pengecapan dan halusinasi
terjadinya halusinasi (Kaplan & penghidu. Halusinasi yang paling sering
Saddock, 2008). dialami oleh pasien adalah halusinasi
c. Pendidikan pendengaran dan halusinasi penglihatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang Sedangkan halusinasi sentuhan sering
dilakukan Berdasarkan hasil penelitian terjadi pada ganggguan mental organik
yang dilakukan terhadap 26 responden, yang diakibatkan penyalahgunaan
diperoleh responden yang pendidikan kokain (Rasmun, 2009).
SD sebanyak 11 responden (42,3%), 2. Pengaruh terapi aktivitas kelompok
SMP sebanyak 7 responden (26,9%) stimulasi persepsi halusinasi terhadap
dan SMA sebanyak 8 responden kemampuan pasien mengontrol halusinasi
(30,8%). Pendidikan adalah suatu usaha Berdasarkan hasil penelitian yang
untuk mengembangkan kepribadian dan dilakukan terhadap 26 responden,
kemampuan di dalam dan di luar didapatkan hasil uji t dependent p value =
sekolah dan berlangsung seumur hidup. 0,000 < α (0,05) sehingga Ho ditolak, yang
Pendidikan mempengaruhi proses berarti ada pengaruh sebelum dan sesudah
belajar, makin tinggi pendidikan dilakukan terapi aktivitas kelompok
seeorang makin mudah orang tersebut stimulasi persepsi halusinasi terhadap
untuk menerima informasi. Dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi.
pendidikan tinggi maka seseorang akan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
cenderung untuk mendapatkan dilakukan oleh Isnaeni, Wijayanti &
informasi, baik dari orang lain maupun Upoyo (2008), dengan judul efektivitas
terapi aktivitas kelompok stimulasi perawat ruangan akan melaksanakan
persepsi halusinasi terhadap penurunan penelitian di ruangan rawat inap, sehingga
kecemasan pasien halusinasi pendengaran peneliti kesulitan mengumpulkan pasien
di ruang Sakura RSUD Banyumas terhadap untuk di TAK.
30 pasien halusinasi, didapatkan perbedaan 2. Beberapa pasien yang bukan responden
tingkat kecemasan sebelum dilakukan meminta kepada peneliti untuk ikut serta
TAK dan sesudah dilakukan TAK. dalam kegiatan TAK, walaupun tidak
Penelitian lain yang dilakukan oleh diperbolehkan ikut serta dalam kegiatan,
Sihotang (2010), dengan judul Pengaruh tetapi pasien – pasien tersebut tetap berada
Terapi aktivitas kelompok stimulasi di tempat pelaksanaan kegiatan, sehingga
persepsi terhadap kemampuan mengontrol mengakibatkan responden tidak bisa fokus
halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Medan pada kegiatan TAK.
Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan PENUTUP
setelah pelaksanaan TAK stimulasi A. Kesimpulan
persepsi dalam mengontrol halusinasi Berdasarkan hasil penelitian tentang
pasien. pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi
Pasien dengan halusinasi pada persepsi halusinasi terhadap kemampuan
awalnya menunjukkan sikap apatis, pasien mengontrol halusinasi yang dilakukan
menarik diri, mengisolasi diri dan tidak terhadap 26 responden, didapatkan mayoritas
mau berkomunikasi (Keliat & Akemat, responden berumur 20 – 40 tahun 20
2005). Kemudian setelah diberikan TAK responden (76,9%), jenis kelamin mayoritas
stimulasi persepsi pasien sudah mau laki - laki 20 responden (76,9%), pendidikan
berinteraksi dengan lingkungan. Ini sesuai mayoritas SD 11 responden (42,3%), lama
dengan hasil penelitian dimana pasien mengalami halusinasi mayoritas 1 – 10 tahun
mampu mengontrol halusinasi dengan cara 19 responden (73,1%), jenis halusinasi
menghardik halusinasi, bercakap – cakap, mayoritas halusinasi pendengaran dan
melakukan kegiatan terjadwal dan patuh penglihatan 15 responden (57,7%).
minum obat. Kondisi fisik pasien dapat Hasil pre test tingkat halusinasi pasien
berpengaruh dalam pelaksanaan TAK, rata – rata sebesar 7,42. Setelah diberikan
dimana kondisi pasien yang tidak sehat terapi aktivitas kelompok persepsi diperoleh
tidak dapat mengikuti terapi aktivitas nilai rata – rata hasil post test 4,27. Hasil pre
kelompok dengan optimal. Dalam test kemampuan pasien mengontrol halusinasi
melaksanakan TAK peneliti menggunakan rata – rata sebesar 1,42. Setelah diberikan
data pendukung yaitu data rekam medis terapi aktivitas kelompok persepsi diperoleh
untuk melihat perkembangan pasien. nilai rata – rata hasil post test 5,11.
Dapat disimpulkan bahwa TAK Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
berpengaruh terhadap kemampuan pasien pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi
mengontrol halusinasi karena pasien mau persepsi terhadap penurunan tingkat
mengungkapkan komunikasi verbal pada halusinasi dan kemampuan pasien mengontrol
saat TAK, dengan mengikuti TAK, halusinasi dengan hasil uji t dependent
frekuensi halusinasi akan menurun, melalui didapatkan p value = 0,000 < α (0,05).
kegiatan TAK stimulasi persepsi, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
responden akan mendapatkan pengalaman dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi
satu dengan yang lain antara pasien, persepsi dapat menurunkan tingkat halusinasi
dengan berbagi pengalaman pasien akan pasien dan meningkatkan kemampuan pasien
lebih banyak mendapatkan informasi dan mengontrol halusinasi.
akan dengan segera mendapatkan umpan
balik dari anggota kelompok lain.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Tidak adanya kerjasama antara perawat di
ruangan pada saat pergantian dinas,
sementara peneliti sudah memberikan
informasi kepada kepala ruangan dan
B. Saran stimulasi persepsi halusinasi terhadap
1. Bagi perkembangan Ilmu Keperawatan penurunan kecemasan halusinasi
Diharapkan dapat memberikan pendengarandiruangSakuraRSUDBanyu
sumbangan pemikiran dan acuan bagi mas.Diperolehtanggal13Januari2013darih
ilmu pengetahuan tentang pengaruh TAK ttp://jurnalonline.unsoed.ac.id/index.php/
stimulasi persepsi halusinasi. keperawatan/article/download/289/131.
2. Bagi Rumah Sakit Jiwa Tampan Issacs, A. (2004). Panduan Belajar Keperawatan
Provinsi Riau Kesehatan Jiwa dan
Diharapkan mengoptimalkan pelaksanaan Psikiatrik. Jakarta : EGC.
TAK pada pasien gangguan jiwa, Junaidi, I. (2012). Anomali Jiwa. Yogyakarta :
khususnya pada pasien dengan masalah CV Andi Offset.
halusinasi. Kaplan & Saddock (2008). Sinopsis Psikiatri.
3. Bagi mahasiswa Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Diharapkan mahasiswa memahami dan Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.
melaksanakan TAK tidak hanya saat
penelitian tetapi melaksanakan TAK Keliat, B.A. (2005). Modul Basic Course
ketika bekerja. Community Health Nursing. Tidak
4. Bagi peneliti lain dipublikasikan. Jakarta. FIK. UI.
Diharapkan untuk melakukan riset Keliat, B.A. (2006). Proses Keperawatan Jiwa
selanjutnya yang berhubungan dengan .edisi 2. Jakarta. EGC.
pengaruh TAK stimulasi persepsi Keliat, B.A. & Akemat. (2005). Keperawatan
halusinasi. Jiwa: terapi aktivitas kelompok.
Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. & Akemat. (2010). Model Praktik
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
DEPKES. RI (2012). Pusat Pendidikan dan EGC.
Pelatihan Tenaga kesehatan Badan Maramis. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa.
PPSDM Depkes RI (2012). Modul Surabaya : Unair.
pelatihan tenaga perawat tentang Masdelita. (2013). Pengaruh TAK sosialisasi
keperawatan kesehatan jiwa komunitas terhadap kemampuan kerjasama pada
Haddock, G. (1994). Auditory hallucination pasien dengan masalah isolasi sosial
rating scale. Diperoleh tanggal 19 di Rumah Sakit Jiwa Tampan
September 2013. Dari Pekanbaru. Skripsi PSIK UR. Tidak
www.rcn.org.uk/_data/auditory- dipublikasikan.
hallucination-ratingscaledoc.doc Menkokesra, (2010).Bidang kesejahteraan
Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan. masyarakat. Diperoleh tanggal 18 Januari
Jakarta : FKM UI 2014 dari
Hawari, D. (2007). Hubungan Pengetahuan www.menkokesra.go.id/node/526
dan Peran Keluarga dalam Merawat Notoadmodjo. S. (2010). Metodologi Penelitian
Pasien Skizofrenia yang Mengalami Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Gejala Relaps. Diperoleh tanggal 10 Purba, J. M., Wahyuni, S.E., Nasution M.L &
Juli Daulay,W. (2008). Asuhan Keperawatan
2013darihttp://www.library.upnvj.ac.id/p Klien dengan Masalah Psikososial dan
df/5FIKESSIKEPERERAWATAN/1010 Gangguan Jiwa. Medan : USU Press.
712005/BAB%201.pdf. Rasmun, (2009). Keperawatan kesehatan mental
Hidayat, A.A.A. (2007). Riset Keperawatan dan psikiatri terintegrasi dengan keluarga.
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Jakarta : CV Sagung Seto.
Salemba Medika. Riskesdas. (2007). Laporan Nasional Riset
Icoel, B. (2013). Ners Humanity Is Cure, Kesehatan Dasar. Diakses tanggal 19
Management. Diperoleh tanggal 9 Desember 2013. Dari
Desember 2013 dari http://www.depkes.go.id
http://icoel.wordpress.com/management. Riyadi, S. & Purwanto. T. (2009). Asuhan
Isnaeni, J., Wijayanti, R & Upoyo, A,S. (2008). Keperawatan Jiwa. Jogyakarta : Graha
Efektivitas terapi aktivitas kelompok Ilmu.
Riyanto. A, (2011). Aplikasi metodologi
penelitian kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
RSJ Tampan. (2012). Laporan akuntabilitas
kinerja rumah sakit jiwa tampan tahun
anggaran 2012. Pekanbaru : RM RSJ
Tampan. Tidak dipublikasi.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Jogyakarta : Graha Ilmu.
Sihotang, L.G. (2010). Pengaruh Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi
terhadap kemampuan mengontrol
halusinasi di rumah sakit jiwa
Provsu Medan. Diperoleh
tanggal 1 Juni 2013 dari
http://repository.usu.ac.id/6/Abstract.pdf
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles
and Practice of Psychiatric Nursing. (8 th
edition). St Louis : Mosby
Stuart, G.W. (2007). Buku Saku keperawatan
Jiwa (Edisi 5). Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.
Suliswati, Payapo, T.A., Maruhawa, J., Sianturi,
Y & Sumijatun, (2005). Konsep dasar
keperawatan jiwa. Jakarta : EGC.
Temes, R. (2002). Hidup optimal dengan
skizophrenia. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer
Yosef, I. (2007). Keperawatan jiwa. Bandung:
Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai