Anda di halaman 1dari 17

Tugas Mata Kuliah:

PSIKOLOGI PENDIDIKAN LANJUT

PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD)


PROSES DAN PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA

Dosen Pengampu
Dr. Sutarno, M.Pd. dan Prof. Dr. Soeharto, M.Pd.

Oleh
Setyo Hartanto / NP. 9810213001

PROGRAM DOKTOR (S3) ILMU PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, maka penulisan tugas makalah ini dapat selesai.
Pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas yang wajib untuk
dipresentasikan di depan kelas, guna memenuhi kewajiban mahasiswa S3 Ilmu
Pendidikan di Universitas Sebelas Maret khususnya mata kuliah Psikologi
Pendidikan Lanjut, semester I tahun 2013 – 2014, yang diampu oleh Prof. Dr.
Soeharto, M.Pd.dan Dr. Soetarno, M.Pd. Penulis mengambil judul Pendidikan Orang
Dewasa (POD) “PROSES DAN PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA”
Semoga dengan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Sumbang saran dan kritik membangun dapat lebih
menyempurnakan makalah ini.

Surakarta, Desember 2013

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………............ i


KATA PENGANTAR …………………………………………………………............. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 4
1.2 Rumusan Permasalahan............................................................................. 5
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 5
BAB II PROSES DAN PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA .............................. 6
2.1 Konsep Pendidikan Orang Dewasa............................................................ 6
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Orang Dewasa.................. 6
2.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Orang Dewasa.................................................. 11
2.4 Implikasinya Dalam Proses Pendidikan....................................................... 14
BAB III KESIMPULAN............................................................................................. 16
Daftar Pustaka......................................................................................................... 17

BAB I
Pendahuluan
Pendidikan bagi orang dewasa mutlak diperlukan. Pendidikan merupakan
proses belajar sepanjang hayat. Belajar tidak hanya melalui pengalihan
pengetahuan dari pengajar, tetapi belajar juga dari pengalaman. Para tokoh
pendidikan telah mengakui adanya konsep belajar sepanjang hayat. Artinya bahwa
pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan dari satu bentuk ke bentuk lain
melalui kehidupan. Untuk itu pendidikan harus dapat mengakomodasi kebutuhan
individu pada tingkat yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan
individu. Pendidikan secara integral merupakan bagian dari kehidupan manusia dan
dilaksanakan pada seluruh institusi dari suatu masyarakat. Konsep belajar
sepanjang hayat yang telah bergulir ini mengharuskan restrukturisasi desain, yaitu
tentang implikasi sistem pendidikan secara revolusioner melalui pendidikan orang
dewasa.
Pendidikan orang dewasa dikembangkan menjadi kawasan yang diakui
praktek dan penelitian pada tahun 1950. Mereka di lapangan mengeluh tentang
statusnya marjinal sejak itu. Sekarang, bagaimanapun, sebagai akibat dari
perubahan dramatis dalam bidang ekonomi, pembelajaran orang dewasa mengambil
posisi di tengah panggung dalam diskusi kebijakan publik, dan kepentingan dalam
topik lebih tinggi. Dokumen kebijakan nasional mengacu pada pembelajaran seumur
hidup dan kebutuhan untuk mengembangkan budaya belajar, seperti halnya laporan
dari organisasi antar pemerintah seperti Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan
Pembangunan (OECD), European Union, dan UNESCO.
Pendidikan orang dewasa memiliki lingkup yang sangat luas, hampir setiap
strata sosial memerlukan pendidikan orang dewasa, demikian juga para birokrat,
para pemimpin, para eksekutif, para guru, para administrator sekolah format maupun
nonformal, serta mereka yang menjabat sebagai direktur, sekretaris, editor, dan staf
di bidang media massa perlu memiliki penampilan yang sesuai dengan orang yang
bergerak di bidang pendidikan orang dewasa.

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengertian belajar yang sudah dikenal banyak teori-teori yang selalu
berkembang saat ini sebagian besar berasal dari hasil studi yang dilakukan terhadap
anak-anak atau binatang. Demikian pula apa yang kita katakan tentang mengajar,
sebagian besar pengalaman mengajar anak-anak. Oleh karena itu, lahirlah istilah
paedagogi (paid+agagos=yunani) yang berarti ilmu mengajar anak-anak.
Di dalam praktik, paedagogi ini kemudian diterapkan dalam mengajar orang
dewasa. Seharusnya cara mengajar mereka berbeda dengan cara kita mengajar
pada anak-anak. Oleh karena itu para ahli pendidikan telah mengembangkan suatu
teori dalam mengajar orang dewasa yang disebut andragogi (andre+agagos=yunani)
yang berarti ilmu yang membantu orang dewasa belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah diatas, maka dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Konsep Pendidikan Orang Dewasa
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil belajar
orang dewasa
3. Prinsip-prinsip belajar orang dewasa
4. Implikasinya bagi Proses Pendidikan
I.3 Tujuan
Tujuan utama dari makalah ini membantu mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan
UNS dalam menambah pengetahuan dan wawasan tentang mata kuliah Psikologi
Pendidikan Lanjut.

BAB II
PROSES DAN PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA

2. 1 KONSEP PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Arti pendidikan secara luas ialah suatu usaha yang sistematik dan
berkelanjutan untuk transmisi, membangkitkan dan untuk memperoleh pengetahuan,
sikap nilai-nilai /norma-norma, keterampilan sebaik mungkin setelah seseorang
mendapatkan suatu pendidikan. Berbagai pendapat mengkaitkan pendidikan orang
dewasa dalam kenyataan di lapangan memiliki variasi aktifitas yang dilaksanakan
oleh orang dewasa. Para analis pendidikan orang dewasa mengemukakan.
2.1.1 Apakah pendidikan orang dewasa muncul karena mengingat orang
dewasa memiliki sekian banyak kegiatan.
2.1.2 Apakah pendidikan orang dewasa sebagai perpaduan antara kata
pendidikan (education) dan orang dewasa (adult) sehingga dari dua kata
tersebut terjadilah konotasi pendidikan orang dewasa (adult education).
UNESCO mendefinisikan pendidikan orang dewasa sebagai seluruh proses
pendidikan yang terorganisasi di luar sekolah dengan berbagai bahan belajar,
tingkatan, dan metode, baik bersifat resmi maupun tidak yang meliputi upaya
kelanjutan atau perbaikan pendidikan yang diperoleh dari sekolah, akademi,
universitas atau magang. Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi orang-orang
dewasa dalam lingkungan masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan
kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualitas teknik dan profesi
yang telah dimilikinya, memperoleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan
perilakunya. Tujuannya ialah agar orang-orang dewasa mengembangkan pribadi
secara optimal dan berpartisipasi secara seimbang dalam kehidupan sosial,
ekonomi, dan budaya yang terus berkembang.
Menurut Coombs pendidikan orang dewasa merupakan kegiatan yang
terorganisasi dengan sistematik. Aktifitas pendidikannya berbeda dengan sistem
formal yang tidak memiliki struktur hierarkis, lebih menekankan pada pengalaman
pembelajaran, penghitungan waktu yang tidak terlalu ketat, dan semua aktifitas
diadakan di luar sistem institusi formal.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN ORANG


DEWASA
Pendidikan orang dewasa dipengaruhi oleh 2 faktor (faktor eksternal & internal),
faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut:
2.2.1 Faktor eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang bersumberdar i luar diri peserta belajar
seperti keadaan lingkungan belajar yang mencakup lingkungan alam, fisik dan sosial
serta faktor sistem penyajian yang mencakup kurikulum, bahan belajar dan metode
penyajian, dsb. Faktor eksternal dapat diuraikan sebagai berikut.
2.2.1.1 Faktor Lingkungan Belajar
Faktor lingkungan belajar adalah semua hal yang berhubungan dengan apa
saja yan ada di sekeliling dimana proses belajar itu berlangsung. Faktor
lingkungan belajar dapat dibedakan atas faktor lingkungan dalam kampus
tempat belajar dan faktor lingkungan luar kampus / tempat belajar, masing-
masing dapat dibedakan lagi atas lingkungan alam, fisik dan sosial.
a. Faktor lingkungan belajar dalam kampus/tempat belajar
Lingkungan alam dalam kampus mencakup keadaan suhu kelembaban dan
pertukaran udara serta cahaya dalam ruangan yang kesemuanya
menyangkut sistem ventilasi dan penerangan ruangan / gedung. Dalam
kategori ini termasuk pula tumbuh-tumbuhan yang ada dalam kampus.
Lingkungan fisik menyangkut gedung, perabot, instalasi, pertamanan, sistem
pembuangan air dan sampah, perlengkapan/alat/bahan belajar yang
digunakan, termasuk pula konstruksi dan tata letak segala benda yang ada
dalam kampus. Lingkungan sosial menyangkut suasana hubungan timbal
balik antara segenap warga, sumber dan pamong belajar dalam kampus.
Lingkungan alam yang menyenangkan dapat mempertinggi ketekunan dan
kegairahan berpatisipasi dalam proses interaksi belajar.
Hubungan timbal balik yang akrab diantara warga, sumber dan pamong
belajar dapat merangsang terwujudnya masyarakat yang gemar belajar.
b. Faktor lingkungan belajar diluar kampus tempat belajar
Lingkunan alam diluar kampus mencakup topografi, flora dan fauna serta
jenis mata pencaharian penduduk sekitar penduduk sekitar kampus, dapat
menjadi sumber bahan belajar dan sumber inspirasi bagi warga, sumber dan
pamong belajar dalam menunjang berlangsungnya proses belajar-mengajar
yang bergairah.
Lingkugan fisik mencangkup bangunan gedung, perkantoran, perumahan
rakyat, pabrik, instalansi, proyek, jalan, jembatan, pelabuhan, tempat hiburan /
taman dan sebaginya yang terhadap disekitar kampus serta sanitasi
lingkungan dapat pula menjadi sumber bahan belajar dan sumber inspirasi
bagi warga, sumber dan pamong belajar.
Lingkungan sosial mencangkup struktur sosial, adat-istiadat budaya
setempat, kegotong-royongan, rasa simpati dan kekeluargaan terhadap
generasi muda yang melanjutkan pelajaran, dapat mendorong kegairahan
belajar generasi muda. Dalam hubungan ini kita sering mendengarkan julukan
kota Yokyakarta dan Malang sebagai kota pelajar oleh karena suasana dan
biaya hidup di kota-kota tersebut memungkinkan siswa dan mahasiswa dari
golongan ekonomi lemah dapat pula hudup dan belajar dengna tenang sesuai
dengan semampuannya.
c. Faktor Sistem Penyajian
Faktor system penyajian adalah semua hal yang berhubungan dengan
bagian-bagian yang ada dalam sebuah system penyajian. Aspek-aspek
sistem pembelajaran orang dewasa yang dapat mempengaruhi proses
interaksi belajar anatara lain ialah kurikulum, bahan pelajaran dan metode
penyajian.
1) Kurikulum
Struktur dalam kurikulum inti turut menentukan pemilihan strategi belajar
dan membelajarkan suatu mata pelajaran, oleh karena dengan struktur
tersebut dapat deketahui kedudukan dan peranan tiap mata pelajaran
dalam pembentukan kompetensi: pribadi, pengetahuan, keterampilan, dan
sosial.
Dalam kurikulum inti, bagian tentang Garis-garis Besar Program
Pembelajaran, dapat diketahui format belajar untuk setiap pokok bahasan
dari masing-masing mata palajaran.
Untuk setiap pokok bahasan telah dijabarkan jumlah jam pertemuan untuk
setiap jenis pengalaman belajar: teori, praktik, dan pengalaman Lapangan.
2) Bahan belajar
Bahan belajar akan disajikan mempengaruhi dalam memilih jenis strategi
belajar dan membelajarkan yang akan digunakan.
Aspek-aspek bahan belajar yang perlu dipertimbangkan / diperhatikan
dalam memilih strategi belajar membelajarkan yang akan digunakan ialah:
a. Domain tingkah laku atau aspek kemampuan yang ingin
dikembangkan berupa:
a) Konsep, prinsip, teori.
b) Pemecahan masalah.
c) Sikap dan nilai.
d) Keterampilan.
b. Tingkat Kesukaran Bahan. Bahan yang sukar memerlukan wakru
penyajian yang lebih lama, cara penyajian yang bervariasi serta
contoh yang lebih banyak.
c. Jenis bahan. Bahan yang bermakna, yang telah dikenal ataupun
yang menyangkut kepentingan warga belajar, lebih mudah dipelajari
dan diajarkan. Dalam pelajaran bahasa, menghafal sanjak (puisi)
lebih cepat dari pada menghafal prosa, padahal kata yang digunakan
sama jumlah dan jenisnya.
d. Luas jumlah bahan. Semakin luas / banyak bahan yang harus
dipelajari, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan,
mempelajari bahan tersebut. Pertambahan waktu yang yang
dibutuhkan untuk mempelajari sesuatu bahan pelajaran lebih besar
dibandingkan dengan pertambahan bahan pelajaran lebih besar
dibandingkan dengan pertambahan bahan pelajaran lebih besar
dibandingkan dengan pertambahan bahan pelajaran itu sendiri. Untuk
menguasai suatu bahan pelajaran yang luas bahannya sebanyak satu
halaman, mungkin diperlukan waktu hanya delapan menit, sedangkan
bila jumlah halaman menjadi dua halaman, diperlukan waktu ± 20
menit; tiga halaman selama ± 30 menit; lima halaman selama ± 90
menit.
e. Letak bagian dalam keseluruhan pelajaran. Pokok-pokok bahasan
yang disajikan pada minggu awal dan akhir dari suatu
caturwulan/semester, lebih mudah dipelajari dari pada yang disajikan
pada minggu-minggu pertengahan. Dengan kata lain pelajaran I-V
dan XI-XVI, tetensinya lebih besar dibandingkan dengan pelajaran VI-
X.
3) Metode penyajian
Metode penyajian yang digunakan berkaitan erat strategi belajar dan
membedakan yang dipilih serta kegiatan belajar dan membelajarkan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Beberapa kriteria pemilihan metode kriteria penyajian yang strategi dan
proses interaksi belajar antara lain:
a. Metode penyajian yang dipilih sesuai dengan sifat dan hakikat
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Contoh: Tujuan
pembelajaran misalnya membedakan berbagai strategi belajar
membelajarkan yang efektif untuk bahan pelajaran tertentu dan
mengembangkan kerjasama dan saling menghormati pendapat
orang lain. Metode penyajian yang sesuai untuk pembelajaran ini
ialah metode diskusi.
b. Metode penyajian yang dipilih sesuai dengan dengan sifat dan
hakikat bahan belajar yang disajikan. Contoh: Pokok bahasan
tentang mesin dalam pelajaran keterampilan diajarkan dengan
menggunakan metode belajar sambil melakukan atau metode
pemecahan masalah.
c. Metode penyajian yang dipilih sesuai dengan tingkat
perkembangan belajar. Contoh: Metode mengeja tidak sesuai
digunakan pada kelompok belajar orang dewasa.
2.2.2 Faktor internal
Faktor internal ialah faktor yang bersumber dari dalam diri peserta belajar
terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.
2.2.2.1 Faktor Fisiologis
Segala kegiatan belajar dan membelajarkan, termasuk pendengaran
dan penglihatan pada waktu belajar dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, yaitu
kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur, atau kesakitan
yang diderita. Dengan kata lain kondisi fisiologis pada umumnya
mempengaruhi proses interaksi belajar, oleh karena itu perlu dipertimbangkan
juga dalam pemilihan strategi belajar membelajarkan.
Faktor fisiologis adalah semua yang berhubungan dengan fisik atau
jasmani orang dewasa. Contoh dari faktor fisiologis adalah:
a. Pendengaran
1) Kejelasan Pendengaran
Kemampuan seseorang untuk mendengar dengan jelas tuturan dari sumber
suara makin berkurang sejalan dengan meningkatnya usia. Seseorang yang
berusia 20 tahun dapat mendengar jelas tuturan dari sumber suara yang
jaraknya 8-10 meter. Sesudah mencapai usia 40tahun hanya dapat
mendengar tuturan pada jarak sekitar 5 meter, yang kadang – kadang dibantu
dengan melihat gerajakan muluit si penutur.
2) Diskriminasi Nada
Kemampuan seseorang untuk membedakan nada suara rendah dari yang
tinggi, suara latar belakang dari suara utama, makin menurun sejalan dengan
meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun dapat
membedakan dengan jelas tiap jenis dan tingkatan nada suara. Setelah
berusia sekitar 40 tahun orang dewasa mengalami kesulitan untuk
menangkap tuturan melalui alat elektronika seperti mikrofon, radio, televisi,
dan rekaman kaset.
b. Penglihatan
1) Intensitas Penglihatan
Kemampuan untuk melihat dengan jelas bacaan atau tulisan tergantung
kepada intensitas cahaya dalam ruangan tempat belajar. Kemampuan
seseorang unutk melihat makin berkurang ( melemah ) sejalan dengan
meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun dapat dengan
mudah membaca pada ruangan yang diterangi lampu 40 watt atau setara
dengan itu. Namun bagi mereka yang berusia 40 tahun, membutuhkan
intensitas cahaya sekitar 60 – 100 watt.
2) Jarak Penglihatan Dekat
Kemampuan untuk membaca Koran atau buku, mengalami kemunduran
sejalan dengan meningkatnya usia. Jarak penglihatan dekat untuk membaca
Koran atau buku, bagi orang yang berusia sekitar 20 tahun adalah kurang
lebih 30cm; bagi yang berusia kurang libih 40 tahun jarak tersebut mengalami
kemuinduran hingga 40 – 50cm tanpa menggunakan kaca mata
3) Jarak Penglihatan Jauh
Untuk melihat nomor ataupun arah perjalana bis kota, menjadi makin dekat
sejalan dengan meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun
masih dapat membaca angka atau tulisan berukuran 5cm pada bagian atas
bis kota yang berjatrak kurang lebih 15cm; tetapi bagi mereka yang berusia
40 tahun, hanya dapat membaca pada jarak maksimal 5 meter.
4) Kemampuan Membedakan Warna
Kemampuan membedakan warna – warni spectrum makin berkurang sejalan
dengan meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun dapat
dengan mudah membedakan warna – warni lembut yang hijau dari yang biru,
dan sebagainya. Sedangkan bagi mereka yang berusia sekitar 40 tahun
hanya dapat membedakan warna – warni yang menyolok seperti; hitam, biru,
hijau, merah. Pada usia tua, kornea mata menjadi kuning sehingga cahaya
yang masuk kedalam indera penglihatan menjadi tersaring dancebderung
kearah warna merah.
5) Ketelitian Penglihatan
Kemampuan untuk mengalihkan tataoan mata dari ujung kanan suatu baris
bacaan keujukng kiri awal baris berikutnya, makin berkurang kecermatannya
sejalan denagn meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun
masih dapat secara cermat mengalihkan tatapannya dari baris kebaris
berikutnya dengan interlini ( jarak antara 2 baris bacaan ) sebesar satu spasi.
Sedangkan mereka yang berusia sekitar 40 tahun memerlukan interlini
sebesar 1 1/2 hinggga 2 spasi.
2.2.2.2 Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah semua hal yang berhunungan dengan jiwa dan
emosi orang dewasa itu sendiri, seperti kecerdasan/bakat, motivasi,
perhatian, ingatan/ lupa, dan sebagainya.
a. Kecerdasan/bakat
Kecerdasan/bakat merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan
berhasil atau gagalnya seseorang dalam mengikuti salah satu kegiatan
belajar/pengalaman belajar tertentu. Tentang terbentuknya potensi
kecerdasan ini, teori periode kritis yang dikembangkan oleh Broom
mengemukakan bahwa kurang lebih 50% dari kecerdasan yang dimiliki oleh
orang dewasa diperoleh pada usia kurang lebih 4 tahun, sedangkan kurang
lebih 80% dicapai pada usia kurang lebih 8 tahun.
Ahli lain mengemukakan bahwa lingkungan yang melarat pada usia kanak –
kanak dapat menyebabkan seseorang mengalami kehilangan atau
keterlambatan kecerdasan sebesar kira – kira 2,5 IQ pertahun. Lebih lanjut
Hilgard menyatakan dengan potensi kecerdasan yang sama, anak yang lebih
tua usia, belajarnya lebih cepat dari pada yang berusia lebih muda.
b. Motivasi
Motivasi berasal dari kata dasar motif yaitu keadaan dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam rangka
pencapaian tujuan. Dalam psikologi, motivasi diartikan sebagai suatu
kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengauhi tingkah
lakunya untuk melakukan kegiatan.

2.3 PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Ada beberapa prinsip belajar bagi orang dewasa antara lain.
2.3.1 Nilai Manfaat
Orang dewasa akan belajar jika yang ia pelajari mempunyai nilai manfaat bagi
pribadinya. Apabila yang akan ia pelajari tidak akan bermanfaat bagi
kepentingan dirinya sendiri, maka ia akan enggan untuk belajar atau
mempelajarinya.
2.3.2 Sesuai dengan Pengalaman
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajarinya
sesuai dengan wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Hal
ini berarti prinsip belajar orang dewasa juga mendasarkan pada pengalaman-
pengalaman yang dipunyai peserta belajar, sehingga dapat menarik perhatian
apa yang akan disampaikan untuk dipelajari.
2.3.3 Masalah Sehari-hari
Pendidikan orang dewasa akan berjalan dengan baik jika berprinsip pada
bahan – bahan yang akan dipelajarinya berpusat pada masalah yang
dihadapi sehari-hari. Apabila mereka dibantu mengatasi permasalahan
mereka dengan jalan memberikan mata pelajaran tertentu, mereka akan
sangat bergairah dan mau belajar untuk itu.
2.3.4 Praktis
Orang dewasa akan dapat belajar dengan baik apabila yang dipelajarinya
praktis dan mudah diterapkan.
2.3.5 Sesuai dengan Kebutuhan
Orang dewasa akan dapat belajar dengan baik jika bahan-bahan yang akan
dipelajari sangat sesuai dengan kebutuhan mereka, jika kebutuhan tersebut
dapat terpenuhi dengan belajar maka ia sangat bergairah dalam belajar.
2.3.6 Menarik
Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila bahan-bahan yang akan
dipelajarinya sangat menarik untuk dirinya. Contoh, apa yang dipelajari
merupakan hal-hal yang masih baru atau mudah baginya untuk dipraktikkan.
2.3.7 Kerja Sama
Pembelajaran orang dewasa akan berjalan dengan baik jika terjadi suasana
dan kondisi antara pengajar dengan peserta belajar ada rasa saling kerja
sama maupun rasa saling menghargai. Hal ini dapat menjadikan rasa aman
dalam setiap peserta belajar.
2.3.8 Partisipasi Aktif
Pembelajaran orang dewasa akan berjalan dengan baik jika seluruh peserta
belajar dapat ikut mengambil bagian proses pembelajaran, salah satu
alternatif memancing seluruh peserta berpartisipasi dengan metode focus
group discusion (FGD).
2.3.9 Suasana yang Nonformal
Pada awal sesi pembelajaran yang tidak kaku serta bersahabat akan
membuat orang dewasa dalam pembelajarannya merasa nyaman, dan
selanjutnya akan mudah untuk mengantarkan materi atau bahan – bahan
yang menjadi kebutuhan peserta belajar.
2.3.10 Metode yang Bervariasi
Perubahan – perubahan teknik dan metode penyajian yang bervariasi atau
berbeda-beda dari waktu ke waktu akan membuat perhatian peserta belajar
orang dewasa lebih tertarik dan tidak membosankan peserta belajar.
2.3.11 Pengajar yang Antusias
Pengajar yang antusias akan berpengaruh pada pusat perhatian seluruh
peserta belajar, jika pengajar/fasilitator kurang bersemangat maka akan
berakibat peserta belajar juga akan menunjukkan hal yang lebih buruk lagi.
2.3.12 Jauhkan Faktor Ketakutan
Setiap peserta belajar akan memperoleh kesuksesan dalam belajar jika rasa
takut dapat dihindari atau dikurangi seminimal mungkin, hal ini perlu dilakukan
mengingat psikologi orang dewasa sangat peka terhadap situasi dan kondisi
luar.
2.3.13 Termotivasi
Pembelajaran orang dewasa akan bersemangat jika ada pemberian motivasi
untuk meraih kesuksesan belajar, contoh pemberian referensi dan dorongan
dari fasilitator atau contoh pengalaman sharing antar peserta.

2.4 IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN


Dalam ortodoksi progresif-humanis yang memerintah dalam pendidikan orang
dewasa, diskusi demokrasi memegang tempat sentral dalam praktek diskusi.
Diskusi biasanya dipuji karena campuran alasan pedagogic dan politik. Pedagogis,
itu diadakan untuk melibatkan peserta didik dalam pembelajaran partisipatif, yang
membantu mereka datang ke pemahaman yang lebih dalam topik yang
dipertimbangkan. Secara politis, diskusi seharusnya memberikan analog proses
demokrasi, ruang di mana semua suara didengar dan dihormati dalam ukuran yang
sama. Mezirow (1991) dan Collins (1991), antara lain, meminta pidato yang ideal
Haber-mas itu situasi yang banyak dicontohkan dalam wacana rasional hormat
terbuka diskusi-sebagai konsep pengorganisasian untuk kebaikan praktik pendidikan
dewasa.
Langkah-langkah dan lain-lain dijelaskan lebih lengkap di Brookfield dan
Preskill (1999):
1. Memastikan awal dalam kursus berbasis diskusi kelompok bergulat dengan
menciptakan apa Bridges (1988) menyebut moral kultur untuk wacana-lebih dgn
biasa saja, aturan dasar untuk percakapan. Aturan-aturan ini dapat dikembangkan
dalam beberapa cara. Pemimpin dapat menyarankan mereka, namun hal ini bisa
tampak agak sewenang-wenang exercise kekuasaan guru. Sebuah pilihan yang
lebih baik bagi siswa untuk menghasilkan aturan-aturan ini dengan meninjau
pengalaman masa lalu mereka otobiografi sebagai peserta diskusi untuk
mengidentifikasi fitur mereka ingin menekankan ukuran dan menghindari, dan
kemudian menghasilkan prosedur tertentu yang en-capsulate preferensi ini.
Biasanya aturan-aturan dasar fokus kuat pada menyamakan partisipasi, menjaga
terhadap pidato kebencian, melestarikan hak siswa untuk diam, dan mengurangi
kekuatan suara guru.
2. Memastikan bahwa pengalaman kelompok diskusi terus diteliti melalui penilaian
kelas atau pendekatan penelitian tindakan, seperti insiden kuesioner kritis (CIQ)
(Brookfield, 1995, hlm 114-139) atau pemeriksaan diskusi. Di CIQ, siswa menulis
sebuah komentar anonim mingguan pada pengalaman mereka diskusi, yang
disusun dan dilaporkan kembali ke kelas. Keamanan anonimitas ini instrumen
affords siswa embold-ens untuk membuat eksplisit ketidakadilan partisipasi mereka
amati, ketidakseimbangan dalam suara mereka perhatikan, mungkin discrepan-
badan antara aturan-aturan yang dianut kelompok etik dan perilaku aktual, dan
setiap pelanggaran sewenang-wenang kekuasaan oleh guru atau anggota kelompok
lainnya. Dalam laporan mingguan dari data yang CIQ minggu sebelumnya, sifat
bermasalah dari hubungan kekuasaan dalam kelompok menjadi masalah untuk
diskusi publik. Kelompok ini belajar untuk menggali lebih dalam dan lebih dalam
memahami bagaimana kekuasaan exer-cised dan menolak di lokasi tertentu dari
sebuah program berbasis diskusi.
3. Berolahraga daya guru untuk mengubah hubungan kekuasaan yang amat penting
untuk meningkatkan kesempatan untuk berpartisipasi. Sebuah pertanyaan selalu
muncul mengenai apakah guru harus mengharuskan semua siswa untuk
berpartisipasi dalam diskusi. Mandat pidato tampaknya seperti latihan kekuatan guru
yang berdiri di kontras dengan semangat percakapan demokratis. Namun, kait
(1994) berpendapat bahwa secara paksa ada kesempatan ketika itu dibenarkan
untuk menjalankan kekuasaan dengan cara ini. Dia menuntut siswa untuk membaca
paragraf dari jurnal mereka di kelas sehingga tidak merasa terlihat atau dibungkam.
Baginya ini adalah latihan bertanggung jawab kekuasaan guru. Selalu
memungkinkan siswa pilihan untuk lulus dalam lingkaran diskusi berarti bahwa
mereka yang pemalu dan introvert, atau tidak nyaman karena mereka menganggap
diri mereka sebagai anggota dari ras minoritas, jenis kelamin, atau kelas, akhirnya
tidak memberikan kontribusi. Semakin lama pola nonparticipation berlanjut, semakin
sulit untuk istirahat. Jadi apa yang tampaknya seperti empati, tindakan jinak oleh
pemimpin-memungkinkan siswa hak untuk diam-berfungsi untuk memperkuat
perbedaan yang ada dalam status dan kekuasaan. Mereka yang digunakan untuk
memegang sebagainya akan bergerak secara otomatis untuk berbicara, sementara
mereka yang suaranya jarang terdengar akan dibungkam.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan orang dewasa berdasarkan uraian kajian di atas dapat ditarik
kesimpulan terdiri;
1. Konsep yang diterjemahkan secara praktis bahwa pendidikan orang dewasa
adalah proses pendidikan yang terorganisasi di luar sekolah dengan berbagai
bahan belajar, tingkatan, dan metode, baik bersifat resmi maupun tidak yang
meliputi upaya kelanjutan atau pengembangan pendidikan yang telah
diperoleh, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan, memperkaya
pengetahuan, meningkatkan kualitas teknik dan profesi yang telah dimilikinya,
2. Faktor – faktor yang berpengaruh keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan
orang dewasa terdiri dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
3. Prinsip-prinsip yang mendasari proses belajar orang dewasa terdiri dari; nilai
manfaat, sesuai dengan pengalaman, praktis, masalah sehari-hari, kerja
sama, menarik, metode yang bervariasi, pengajar yang antusias, jauhkan
faktor ketakutan, partisipasi aktif, termotivasi, sesuai dengan kebutuhan,
sesuai dengan pengalaman.
4. Implikasinya dalam proses pendidikan orang dewasa yaitu diharapkan
pembelajaran orang dewasa lebih meningkatkan pada interaktif seluruh warga
belajar dengan fasilitator dapat melalui forum diskusi.

B. Saran
Tersedianya lembaga-lembaga diklat untuk orang dewasa yang memenuhi
standar sarana dan prasarana pembelajaran di kelas maupun sarana akomodasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ronald M. Cervero, Arthurl.Wilson. 2001. Adult Education and the Struggle for
Knowledge and Power in Sosiety, Josey Bass Inc. California, 2001.
Lembaga Administrasi Negara. 2007. Modul diklat calon widyaiswara Pendidikan
orang dewasa. Jakarta LAN RI.

Anda mungkin juga menyukai