Anda di halaman 1dari 8

TETANUS

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
TanggalTerbit :
Halaman :
UPTD NS. H. Asar Mahri, S.Kep
kesehatan NIP. 197407232005011009
puskesmas kari

1. Pengertian Tetanus adalah penyakit pada system saraf yang disebabkan oleh
tetanuspasmin. Penyakit ini ditandai dengan spasmeton ikpersisten,
disertai serangan yang jelas dan keras

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penanganan


tetanus.
3. Kebijakan

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015


Tentang Panduan Klinis Bagi Dokter di Fasiltas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama.

5. Langkah- 1. Petugas memegang pasien.


langkah 2. Petugas mencocok Identitas pasien dengan rekam medis.
3. Petugas melakukan anamnesa kepada pasien sesuai dengan
keluhan yang diderita pasien seperti :
Manifestasiklinis tetanus terdiriatas 4 macamyaitu:
1. Tetanus lokal
Gejala meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai
rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus
lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum.
2. Tetanus sefalik
Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa
inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah
kepala atau otitis media kronis. Gejala berupa trismus,
disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial.
3. Tetanus umum/generalisata
Gejala klinis dapat berupa trismus, iritable, kekakuan leher,
susah menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa
sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang umum yang
dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara
dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
4. Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya
infeksi tali pusat, Gejala yang sering timbul adalah
ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable, diikuti
oleh kekakuan dan spasme.
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang hebat.
4. Petugas menayakan apakah terdapat faktor resiko riwayat alergi
pada keluarga :
 Sosial ekonomi rendah.
 Kontak laama dengan pasien, seperti anggota keluarga yang
didiagnosis dengan tetanus.
 Imunokompromais.
 Tinggal didaerah endemik tetanus.

5. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign.

6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik

7. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan has pemeriksaan :


Diagnosa ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi.
Tingkat keparahan tetanus menurut kriteria Pattel Joag:
1. Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan
kekakuan otot tulang belakang.
2. Kriteria 2: Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi
maupun derajat keparahan.
3. Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari.
4. Kriteria 4: waktu onset ≤48 jam.
5. Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100ºF (> 400 C)
atau aksila 99ºF ( 37,6 ºC ).

Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi Albleet’s:


1. Grade 1 (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada
penyulit pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atautidak ada
disfagia.
2. Grade 2 (sedang)
Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau
sedang namun singkat, penyulit pernafasan sedang dengan
takipneu.
3. Grade 3 (berat)
Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama
dan sering, serangan apneu, disfagia berat, spasme
memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks, penyulit
pernafasan disertai dengan takipneu, takikardi, aktivitas sistem
saraf otonom sedang yang terus meningkat.
4. Grade 4 (sangat berat)
Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat,
sering kali menyebabkan “autonomic storm”.
8. Petugas melakukan penatalaksanaan berupa
Penatalaksanaan
 Manajemen luka
Pasien tetanus yang diduga menjadi port de entry masuknya
kuman C. tetani harus mendapatkan perawatan luka. Luka
dapat menjadi luka yang rentan mengalami tetanus atau luka
yang tidak rentan tetanus dengan kriteria sebagai berikut:

Luka rentan tetanus Luka yang


tidak rentan
tetanus
> 6-8 jam < 6 jam
Kedalaman> 1 cm Superfisial< 1
cm
Terkontaminasi Bersih
Bentuk stelat, avulsi, Bentuknya
atauhancur (irreguler) linear, tepitajam
Denervasi, iskemik Neurovaskularin
tak
Terinfeksi (purulen, Tidak infeksi
jaringannekrotik)

 Rekomendasi manajemen luka traumatik:


1. Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridemen.
2. Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.
3. TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10
tahun jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat
diberikan.
4. Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu,
maka tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan.
Keparahan luka bukan faktor penentu pemberian TIg.
 Pengawasan,agar tidak ada hambatan fungsi respirasi,
oksigen bila diperlukan.
 Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan
respon klinis. Bila penderita datang dalam keadaan kejang
maka diberikan diazepam dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v. perlahan-
lahan dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali
kejang.
 Anti Tetanus Serum (ATS) dapat digunakan, tetapi
sebelumnya diperlukan skin tes untuk hipersensitif.
Dosis biasa 50.000 IU, diberikan IM diikuti dengan50.000 unit
dengan infus IV lambat. Jika pembedahan eksisi luka
memungkinkan, sebagian antitoksin dapat disuntikkan di
sekitar luka
 Pemberian antibiotika spektrum luas dapat dilakukan.
Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazol dapat diberikan,
terutama bila penderita alergi penisilin. Tetrasiklin: 30-50
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis. Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari
dalam 4 dosis, Metronidazol loading dose 15 mg/Kg/BB/jam
selanjutnya 7,5 mg/Kg/BB tiap 6 jam.
 Pemberian antibiotika spektrum luas dapat dilakukan.
Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazol dapat diberikan,
terutama bila penderita alergi penisilin. Tetrasiklin: 30-50
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis. Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari
dalam 4 dosis, Metronidazol loading dose 15 mg/KgBB/jam
selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 6 jam.
 Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang
berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian
dilakukan dengan dosis inisial 0,5 ml toksoid intramuskular
diberikan 24 jam pertama. Pemberian TT harus dilanjutkan
sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
 Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
9. Petugas melakukan rencana tindak lanjut berupa :
Pasien dirujuk ke RumahSakit bila:
1. Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama.
2. Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan.
3. Rujukan ditujukan kefasilitas pelayanan kesehatan sekunder
yang memiliki dokter spesialis neurologi.
4. Petugas memberikan edukasi untuk segera kefasilitas
kesehatan apabila mengalami luka untuk dilakukan perawatan
luka dan pencegahan tetanus, informasi pentingnya
pemberian imunisasi tetanus secara lengkap.
5. Petugas mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan.
10. Petugas melengkapi rekam medik

6. Hal yang di Petugas menjelaskan informasi yang di minta pasien.


perhatikan

7. Unit terkait 1. Ruang Pendaftaran


2. Ruang. Pemeriksaan Umum
3. Ruang Pelayanan Lanjut Usia
4. Ruang KIA
5. Ruang Gawat Darurat danTindakan
8.Dokumen 1. Rekam Bmedis
terkait 2. Buku register
3. Blanko resep

9. Riwayat perubahan dokumen


Tanggal mulai
No Yang dirubah Isi perubahan
diberlakukan
TETANUS

No. Dokumen :
No. Revisi :
DAFTAR TanggalTerbit :
TILIK
Halaman :
UPTD KESEHATAN
KUANTAN
PUSKESMAS KARI
SINGINGI

Unit :
Nama Petugas :
Tanggal Pelaksanaan :

NO KEGIATAN Ya Tidak Tidak Ada


1. 1Apakah petugas memanggil pasien sesuai nomor urut?

2. 2Apakah petugas mencocokkan identitas pasien


dengan rekam medis?
3. 3Apakah petugas melakukan anamnesa kepada pasien
sesuai dengan keluhan pasien?
4. 4Apakah petugas menayakan apakah terdapat faktor
resiko alergi kepada pasien?
5. 5Apakah petugas melakukan penilaian tanda vital?

6. 6Apakah petugas melakukan pemeriksaan penunjang?


7. Apakah petugas menegakkan diagnosa berdasarkan
hasil pemeriksaan?

8. Apakah petugas melakukan penatalaksanaan dan


rencana tindak lanjut kepada pasien Dan rekam
medis?

Jumlah

CR : .......................%
Kari
Auditor

( )

Anda mungkin juga menyukai