Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK 5

MAKALAH PENGAUDITAN INTERNAL


PIAGAM AUDIT
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan Internal

Disusun Oleh :
1. Fitri Nurhayati 142170003
2. Taufiqurrizal Fathoni 142170076
3. Bondan Mulia Adjidarma 142170097

Kelas : EA-B
Dosen Pembimbing :
Hari Kusuma Satria Negara, SE, MAcc, AK

PROGAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA 2019

1
DAFTAR ISI

Halaman

COVER 1

DAFTAR ISI 2

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG 3
B. PIAGAM AUDIT INTERNAL 3
1. Pengertian Piagam Audit 3
2. Peran Piagam Audit 5
3. Dasar Piagam Audit Internal 10
4. Struktur Piagam Audit 12
5. Manfaat Piagam Audit Internal 15
6. Proses Perancangan Piagam Audit Internal 16
7. Isi Piagam Audit Internal 18
8. Masalah Terkait Dengan Piagam Audit 19
C. KODE ETIK-KODE ETIK 21
1. Pengertian Kode Etik 21
2. Faktor-Faktor Terkait Kode Etik 22
3. Standar-Standar Perilaku Profesional Untuk Auditor Internal 25
4. Moralitas 27
5. Dilema Moral 29

DAFTAR PUSTAKA

2
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG
Auditor intern menduduki posisi yang unik dalam organisasi.
Perannya dalam menyakinkan berjalannya tata kelola, manajemen risiko
daan pengendalian intern sangat dibutuhkan manajemen. Pandangan
objektifnya sangat dinanti oleh pimpinan tertinggi organisasi dan organ
pengawas semacam dewan komisaris dan komite audit pada organisasi
sektor swasta. Bisa dikatakan posisi auditor intern sangat strategis. Ia adalah
bagian dari organisasi tapi selalu dituntut independen dan objektif. Karena
itu agar berfungsi lebih efektif, unit audit intern harus memegang mandat
yang jelas, yang disepakati oleh para pemangku kepentingan (stakeholders)
serta disetujui oleh pimpinan tertinggi dan organ pengawas organisasi.
Mandat tersebut dalam best pratices audit intern disebut dengan piagam
audit intern (internal audit charter).

B. PIAGAM AUDIT
Piagam audit menetapkan peran dan posisi dari audit internal dalam
sebuah organisasi. Standar atribut 1000 dari Institute of Internal Auditor
(IAA) menjelaskan bahwa ; “tujuan, otoritas dan tanggungjawab dari
aktivitas internal audit harus secara resmi dijelaskan dalam sebuah piagam,
yang terdiri dari standar-standar dan disetujui oleh Dewan”.

1. Pengertian Piagam Audit


Piagam diartikan sebagai pemberian wewenang atau hak,
yang menyatakan bahwa pemberi hibah secara resmi mengakui hak
preogative penerima untuk menggunakan hak yang ditentukan.
Secara implisit bahwa pemberi hibah mempertahankan superioritas
(atau kedaulatan), dan bahwa penerima mengakui status terbatas
(atau inferior) dalam hubungan tersebut dan dalam arti bahwa

3
piagam secara historis diberikan dan rasa itu dipertahankan dalam
penggunaan modern dan syarat.
Piagam audit internal (Internal Audit Charter) adalah
pedoman bagi auditor atau internal controller agar dapat
melaksanakn tugasnya secara profesioanal memperoleh hasil audit
yang sesuai dengan standar mutu, dan dapat diterima oleh berbagai
pihak baik internal maupun eksternal. IAA menjelaskan lebih lanjut
standar 1000 mengenai tujuan, wewenang, dan tanggung jawab yang
harus dituangkan dalam piagam audit internal, sebagai berikut :
1) Menyediakan suatu piagam audit internal yang formal dan
tertulis sangat penting dalam manajemen aktivitas audit
internal. Piagam audit internal mengandung pernyataan
pengakuan untuk direview dan diaksep oleh manajemen
serta untuk di setujui sebagaimana didokumentasikan dalam
risalah oleh Dewan. Piagam ini juga memfasilitasi penilaian
secara periodik kecukupan, tujuan, wewenang, dan tanggung
jawab aktivitas audit internal yang menetapkan peran
aktivitas audit internal. Piagam audit internal menyediakan
perjanjian formal dan tertulis dengan manajemen dan Dewan
tentang kegiatan audit internal organisasi.
2) Kepala Eksekutif Auidit (CAE) bertanggung jawab untuk
secara periodik menilai apakah tujuan, wewenang dan
tanggung jawab aktivitas audit internal sebagaimana
didefinisikan dalam piagam audit internal tetap memadai
untuk memungkinkan aktivitas audit internal mencapai
tujuannya. CAE juga bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan hasil penilaian ini kepada manajemen
senior dan Dewan.

4
2. Peran Piagam Audit
Piagam audit merupakan dokumen formal yang harus
dikembangkan oleh Chief Audit Executive (Kepala Audit Internal)
dan disetujui oleh tingkat tertinggi dari sebuah organisasi. Jika
dalam organisasi terdapat Komite Audit, maka harus disetujui dalam
forum tersebut., meskipun pada akhirnya dokumen final tetap harus
ditandatangani dan diberlakukan oleh Chief Executive Officer
(CEO). Piagam audit menetapkan posisi audit dalam organisasi dan
akan membahas beberapa masalah mengenai audit internal.
Piagam audit juga merupakan Term of Reference (TOR),
berisi acuan-acuan dari audit internal dalam sebuah organisasi. Term
of Reference diartikan sebagai kerangka acuan kerja yaitu suatu
dokumen yang menginformasikan gambaran umum dan penjelasan
mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai sesuai dengan tugas
dan fungsi kementerian Negara atau lembaga yang memuat latar
belakang, penerima manfaat, strategi pencapaian, waktu pencapaian
dan biaya yang diperlukan. Karena itulah piagam audit juga dapat
dikatakan sebagai Term of Reerence (TOR) karena sesuai dengan
fungsi dari TOR yaitu sebagai :
1) Alat bagi pimpinan untuk melakukan pengendalian kegiatan
yang dilakukan oleh bawahannya. Maka dengan fungsi ini
audit internal dapat melakukan pengendalian terhadap
kecurangan yang akan atau telah dilakukan oleh elemen yang
ada diperusahaan.
2) Alat bagi para Perencana Anggaran untuk menilai urgensi
pelaksanaan kegiatan tersebut dari sudut pandang dengan
tugas pokok dan fungsi. Menjadikan audit internal untuk
menentukan pilihan yang tepat dalam mendahuluakan kasus
yang perlu ditanganinya.
3) Alat bagi para pihak-pihak pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan realisasi kegiatan tersebut.

5
4) Sebagaimana informasi bagaimana output kegiatan
dilaksanakan atau didukung oleh komponen input serta apa
saja input (tahapan-tahapan) yang dibutuhkan dan
bagaimana pelaksanaannya untuk mencapai output.
Piagam audit dijadikan sebagai landasan dari seluruh fungsi
kegiatan audit internal dalam sebuah organisasi. Oleh karena itu
piagam audit menjelaskan berbagai masalah mengenai audit
internal. Dan karena itulah piagam audit dapat dijadikan sebagai
salah satu wujud komitmen perusahaan dalam
mengimplementasikan Good Corporate Governance (GCG) secara
konsisten untuk menlaksanakan visi dan misi yang ada pada
organisasi atau perusahaan.
Piagam audit berisi poin-poin prinsip yaitu:
1) Sifat audit internal
Mencakup konsep umum dari audit yang harus bersifat
independen dan objektif dan fakta yang berisi impartial
assurance mengenai sistem dari pengendalian internal.
Audit internal juga memberikan layanan konsultasi yang
terkait. Audit internal sebagai asurans, diharapkan
memberikan suatu penilaian atas keandalan suatu operasi
suatu perusahaan pada bidang-bidang tertentu. Penugasan
asurans biasanya mencakup kepatuhan, efektivitas,
efesiensi, dan keekonomisan. Untuk penugasan asurans
diharapkan hasil akhirnya adalah pendapat auditor yang
nantinya akan bisa ditindak lanjuti oleh manajemen sebagai
bentuk perbaikan agar nilai perusahaan bisa lebih baik lagi.
Sedangkan sebagai konsultan, yaitu metodologi yang
digunakan oleh audit internal dalam menyelesaikan atau
memperbaiki masalah yag dihadapi oleh auditee bisa
berbeda-beda tergantung dari permasalahan yang ada
dilapangan. Oleh karena itu audit internal diharapkan

6
tanggap terhadap lingkungan sekitardan memiliki pemikiran
kritis terhadap setiap masalah yang dihadapi.
2) Tujuan-tujuan audit
Piagam audit akan menjelaskan definisi dari internal audit.
Dalam piagam audit secara jelas diterangkan hubungannya
dengan tujuan organisasi dan langkah yang dapat diambil
sebagai peran dari internal audit untuk kontribusi
didalamnya. Nantinya dalam piagam audit akan terdapat
defenisi dan tujuan audit. Definisinya berupa pengertian
audit internal secara umum dan khusus dalam organisasi atau
perusahaan dimana piagam audit itu dibuat. Sedangkan
tujuan dari audit dapat disusun berdasarkan masing-masing
perusahaannya dan biasanya tujuan audit yang ada pada
piagam audit berupa :
a. Bahwa audit internal bertujuan menjadi mitra bagi
manajemen dan perusahaan dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
b. Menilai Control Environment.
c. Risk Assement.
d. Melakukan evaluasi atas risiko dan pengendalian terkait
governance, kegiatan operasi dan sistem informasi.
e. Melakukan kesesuian prinsip dan kebijakan akuntansi
yang diadopsi oleh perusahaan.
f. Melakukan penilaian eektifitas seluruh fungsi
monitoring atas pengendalian internal.
g. Pelaporan serta kominikasi pelaksanaan manajemen
risiko dan pengendalian perusahaan.
3) Ruang lingkup kerja audit
Area-area utama yang menjadi tanggung jawab internal audit
harus menjadi unsur dalam piagam audit. Aktivitas internal
harus mengevaluasi risiko yang berhubungan dengan tata

7
kelola organisasi, operasi dan sistem informasi yang
berhubungan :
a. Relibilitas dan integritas dari keuangan dan informasi
operasional serta perangkat yang digunkan untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan serta
melaporkan informasi semacam itu.
b. Keefektifan dan efesiensi operasi organisasi terkait
dengan sumber daya yang digunakan.
c. Perlindungan dari asset. Menelusuri perangkat aktiva
dan secara tepat memverifikasi keberadaan aktiva
tersebut.
d. Perijinan dengan hukum, kebijakan dan kontrak. Dengan
menelusuri sistem yng ditetapkan utnuk memastikan
ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur,
hukum dan peraturan yang apat memiliki pengaruh
siginifikan terhadapat operasi dan laporan serta
menentukan apakah organisasi telah mematuhinya.
e. Memastikan informasi atau progam apakah hasilnya
konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan, serta apakah operasi atau progam itu telah
dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
4) Tanggung jawab audit
Tanggung jawab dari auditor internal sangatlah besar dan
juga audit yang dihasilkan sangatlah penting,. Karena itu
peran dari internal harus dibuat dengan sangat jelas dan
bahwa ini dipisahkan dari tanggung jawab manajemen.
Tanggung jawab audit yang biasanya tertulis alam piagam
audit dapat berupa :
a. Menuyusun dan melaksanakan rencana audit internal
tahunan.

8
b. Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian
internal dan sistem manajemen risiko sesuai dengan
kebijakan masing-masing perusahaan.
c. Melakukan pemerikasaan dan penilaian atas efesiensi
dan efektivitas dibidang keuangan, akuntansi,
operasional, sumber daya manusia, pemasaran, teknologi
informasi dan kegiatan penting lainnya.
d. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang
objektif tentang kegiatan yang diperikasa pada semua
tingkat manajemen.
e. Membuat laporan hasil audit dan menyampaiakan
laporan tersebut kepada Direktur Uatma dan Komite
Audit.
f. Memantau, menganalisas dan melaporkan pelaksanaan
tindak lanjut perbaikan yang telah disarankan.
g. Bekerjasama dengan Komite Audit dan Auditor
Eksternal.
h. Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan.
5) Otoritas audit
Piagam audit harus menunjukan hak-hak dari internal audit
dan fakta bahwa hal tersebut diterima melalui piagam itu
sendiri. Dimana otoritas audit internal termasuk didalamnya
mengenai kebebasan untuk melihat berbagai catatan dan
mengajukan pertanyaan disemua tingkat. Piagam audit
nantinya harus menegaskan bahwa audit internal harus
indepedensi dan objektivitas, memiliki lingkup tanggung
jawab dan memiliki kewenangan dan akuntabilitas.
6) Garis independen
Tidak ada piagam yang terselesaikan tanpa referensi yang
jelas untuk konsep independensi. Hal ini harus terlihat
seperti sebuah wibawa yang tinggi, faktor prioritas penopang

9
untuk pekerjaan audit. Standar 1100 dalam IAA menyiratkan
bahwa independensi erat kaitannya dengan aktivitas audit
yang selanjutnya pada standar 1100 disebut sebagai
“independensi organisasi”. Apakah ini berarti independensi
secara individu tida penting ? Ternyata tetap penting
menurut IAA. Ini terlihat dalam interpretasi standar 1100
yang juga menekankan perlunya pengelolaan ancaman
terhadap independensi ditingkat individu, penugasan dan
fungsional, disamping independensi organisasi. Pada
independensi menekankan pada tata organisasi audit
internal. Dan juga dalam IAA independensi tidak masuk
dalam prinsip kode etik IAA. Independensi dapat
diwujudkan dengan peraturan terkait hak akses data dan
pelaporan fungsi audit internal.

3. Dasar Piagam Audit


Piagam audit intern atau internal audit charter adalah
dokumen formal yang menyatakan tujuan, wewenang dan tanggung
jawab unit intern pada suatu organisasi. Standar audit intern The
Istitute of Internal Auditors (IAA, 2012) yang diterima secara
internasional mengatur secara gamblang perlunya piagam audit
intern dalam Attribute Standar Nomor 1000 sebagai berikut “The
purpose, authority, and responsibility of internal audit activity must
be formally defined in an internal charter, consistent with the
Definition of Internal Auditing, the Code of Ethics, and the Standars.
The Chief Audit Executive must periodically review the internal
audit charter and present it to senior management and the board for
approval”. Yang berarti tujuan, wewenang dan tanggung jawab
kegiatan, audit internal harus secara formal didefinisikan dalam
piagam audit internal, konsisten dengan definisi audit internal, kode
etik, dan standar. Kepala komite audit harus secara berkala meninjau

10
piagam audit internal dan menyampaikannya kepada manajemen
senior dan disetujui oleh Dewan Pengawas.
Disektor pemerintahan Indonesia, standar audit intern yang
diterbitkan Asosiasi Auditor Intern Pemerintahan Indonesia
(AAIPI, 2013) juga mengatur hal yang sama. Hal ini tertuang dalam
Prinsip-Prinsip Dasar Nomor 1000 yang berbunyi “visi, misi,
tujuan, kewenangan dan tanggung jawab APIP harus dinyatakan
secara tertulis dan disetujui Pimpinan Organisasi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, serta ditandatagani oleh
Pimpinan APIP sebagai Piagam Audit (Audit Charter).
Bagi sektor swasta pembuatan piagam audit intern mungkin
telah menjadi hal yang dianggap biasa. Namun disektor
pemerntahan Indonesia, beberapa kalangan berpendapat piagam
tersebut tidak diperlukan lagi karena eksistensi unit audit internal
dikenal sebagai aparat pengawasan intern pemerintah atau APIP
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun aturan
tata kinerja organisasi internal masing-masing instansi pemerintah.
Masalahnya menjadi kurang bermakna bila pengaturan tersebut
amat umum dan bercampur dengan pengaturan-pengaturan lainnya.
Padahal mandat audit intern harus jelas dari waktu ke waktu. Ia
harus dinamis sesuai konteks kebutuhan dan prioritas organisasi
pada waktu tertentu. Oleh sebab itu, penetapan piagam audit intern
bagi sektor pemerintahan masih tetap relevan. Buktinya asosiasi
profesi mengamanatkannya juga dalam standar.
Dasar dalam penyusunan piagam audit juga di tetapkan
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 56/POJK.04/2015
tentang pembentukan dan pedoman penyusunan piagam unit audit
internal. Khusus yang mengatur mengenai piagam audit terdapat
pada Bab III Pasal 9, yang berisi emitmen atau perusahaan publik
wajib memiliki piagam audit internal yang paling sedikit memuat:

11
1) Struktur dan kedudukan Unit Audit Internal.
2) Tugas dan tanggung jawab Unit Audit Internal.
3) Wewenang Unit Audit Internal.
4) Kode etik Unit Audit Internal yang mengacu pada kode etik
di Indonesia atau kode etik Audit Internal yang lazim berlaku
secara internasional.
5) Persyaratan audit internal dalam Unit Audit Internal.
6) Pertanggungjawaban Unit Audit Internal.
7) Larangan perangkapan tugas dan jabatan auditor internal dan
pelaksanaan dalam Unit Audit Internal dari pelaksanaan
kegiatan operasional perusahaan baik di Emitmen atau
Perusahaan Publik maupun anak perusahaannya.
Untuk bank juga diatur dalam POJK No. 1/POJK.03/2019
tentang penerapan fungsi audit intern pada bank umum.

4. Struktur Piagam Audit


Sangat memungkinkan untuk merencanakan sebuah struktur
yang sesuai untuk piagam audit, mengingat perbedaan model-model
yang akan diaplikasikan oleh organisasi-organisasi dengan jenis
yang berbeda.
1) Definisi
Akan berisi penjelasan secara umum mengenai apa audit
internal, yang biasanya diartikan bahwa Audit Internal
adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi
yang bersifat independen dan objektif dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional
perusahaan, melalui pendekatan yang sistematis dengan cara
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko, pengendalian dan proses tata kelola perusahaan
(POJK Pasal 1). Serta biasanya berisi mengenai Direksi dan
Komisaris dari perusahaan untuk mendukung fungsi dari

12
Unit Audit Internal yaitu sebagai Assurance dan Internal
Consulling.
2) Lingkup kerja audit
Mencakup area pengendalian kunci. Secara umum dapat
dibagi menjadi :
a. Assurance. Dimana ruang lingkup audit internal adalah
untuk memberikan keyakinan, namun tidak mutlak
kepada Direksi, Dewan Komisaris dan Komite Audit
bahwa proses tata kelola, manajemen risiko dan
pengendalian internal perusahaan yang dirancang dan
dilaksanakn oleh Direksi pada suatu area memadai dan
efektif.
b. Konsultasi/Advisory. Audit internal juga menyediakan
jasa konsultasi yang bertujuan untuk memberikan nilai
tambah dan meningkatkan tata kelola perusahaan,
manajemen risiko dan proses pengendalian, tanpa audit
internal mengemban tanggung jawab manajemen.
Pemberian jasa konsultasi biasanya harus mendapatkan
persetujuan dari Kepala Divisi Audit Internal. Pemberian
jasa konsultasi tidak akan dilakukan jika mempengaruhi
independensi dan objektivitas Divisi Audit Internal
termasuk jika Audit Internal kurang memiliki
pengetahuan, keterampilan atau kompetensi lain yang
dibutuhkan secara efektif untuk melakukan penugasan.
c. Investigasi. Audit internal dapat melakukan investigasi
atas dugaan pelanggar atau internal fraud yang
melibatkan staf baik berasal dari pengaduan “whistle-
blow” atau informasi dari unit bisnis/pendukung. Tujuan
investagasi adalah untuk pencarian fakta, meninjau dan
menilai fakta, mengumpulkan bukti untuk memperkuat
dugaan keterlibatan individu dari mengidentifikasi akar

13
permasalahan, sehingga dapat mendukung proses
pengambilan keputusan dan tindakan perbaikan oleh
pihak yang berkepentingan untuk melindungi keentingan
organisasi/perusahaan.
d. Lain-lain. Audit internal juga dapat membantu Komite
Audit dalam melaksanakan tanggung jawabnya
sebagaimana diatur dalam kerangka acuan dan peraturan
yang ditetapkan oleh masing-masing
organisasi/perusahaan.
3) Layanan
Tanggung jawab manajemen, perencanaan sistem kerja dan
investigasi (konsultasi). Tanggung jawab auditor internal
juga diatur dalam Standars for the Proffesional Pratice of
Internal Auditing 2010 tentang Kepala Auidit Internal
bertanggung jawab dalam membuat rencana audit tahunan.
Dalam POJK Pasal 7 juga diatur mengenai tugas, tanggung
jawab dan wewenang sebagai auditor internal. Dalam
melakukan tugasnya auditor juga diwajibkan untuk menjaga
profesionalismenya.
4) Akses
Hal-hal auditor internal untuk mengakses. Dapat disebut
juga sebagai kewenangan auditor dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya. Dimana dapat berupa :
a. Memiliki akses tidak terbatas kesemua fungsi, catatan,
property dan sumber daya yang berkaitan dengan
pelaksanaan audit (POJK Psal 8 (a).
b. Mengalokasikan sumber daya, menentukan frekuensi,
subjek, runag lingkup kerja dan menetapkan teknik yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan audit.

14
c. Mendapatkan bantuan dari staf unit bisnis/pendukung
dan manajemen saat pelaksanaan audit serta bantuan jasa
spesialis lainnya dari dalam atau luar perusahaan.
d. Memiliki akses penuh dan bebas untuk berkomunikasi
langsung kepada Direksi, Dewan Komisaris (melalui
Komite Audit) dan Dewan Pengawas.
e. Unit Audit Internal berwenang mengadakan rapat secara
bekala dan isidentil dengan Direksi, Dewan Komisaris
dan/Komite Audit (POJK Pasal 8 (c).
5) Independensi
Landasan dari auditor internal serta organisasi dan standar-
standar professional. Auditor tidak terlibat dalam aktivitas
yang mungkin dampak berdampak pada konflik kepentingan
dan tidak akan menerima apapun yang dapat mempengaruhi
opini profesionalnya.

5. Manfaat Piagam Audit Internal


Auditot internal dituntut untuk memberikan penilaian
objektif dan menjaga independensi. Namun hal ini bukan perkara
mudah. Posisi auditor intern sebagai bagian organisasi memerlukan
perlakuan khusus dibanding auditor eksternal yang jelas-jelas
berada diluar organisasi. Piagam audit intern menjadi salah satu alat
mempertegas independensi. Penegasan tersebut nampak dari
pengaturan posisi unit audit intern dalam struktur organisasi dan
kepada siapa pimpinan unit tersebut bertanggung jawab secara
fungsional. Penegasan tersebut sekaligus berguna untuk
meningkatkan trust semua unsur organisasi terhadap fungsi audit
intern.
Piagam audit intern sebagai mandat, akan mempengaruhi
alokasi sumber daya intern. Bila mandatnya tidak jelas, terdapat
risiko ketidaktepatan alokasi sumber daya audit. Kegiatan audit

15
intern dapat menyerap terlalu banyak sumber daya (tidak efesiensi)
atau sebaliknya, kekurangan sumber daya. Risiko yang lebih fatal
adalah gagalnya audit intern dalam memberikan manfaat nyata bagi
organisasi (tidak efektif). Sebaliknya bila mandatnya jelas alokasi
sumber daya akan terarah sesuai tujuan dan tanggung jawab audit
intern yang tertuang dalam piagam audit. Dan jika mandat itu benar-
benar atas kesepakatan para pemangku kepentingan semestinya
alokasi sumber daya berhasil guna.
Mandat yang tertuang dalam piagam audit akan
mempermudah para auditor intern dalam mejalankan pekerjaan
mereka karena manajemen dan para pihak lainnya dapat memahami
sendiri tugas dan tanggung jawab auditor intern melalui piagam
tersebut. Piagam audit juga menjadi sarana komunikasi bagi auditor
intern dalam membahas dan menetapkan prioitas kegiatan audit
intern bersama pihak-pihak yang berkepentingan.
Piagam audit sekaligus juga menjadi kriteria kinerja audit
intern. Rumusan tanggung jawab yang jelas dalam piagam audit
dapat dipakai sebagai dasar menjabarkan ukuran-ukuran kinerja
auditor intern. Jadi, auditor yang gagal memenuhi tanggung jawab
yang diatur dalam piagam audit dapat diakatakan buruk kinerjanya.

6. Proses Perancangan Piagam Audit Internal


Proses Perancangan atau pemutakhiran piagam audit intern
seharusnya mendapat perhatian khusus, sebab proses tersebut
bukanlah hal yang sederhana. Banyak pihak yang harus dilibatkan.
Para pemangku kepentingan utama organisasi seperti
pimpinan tertinggi, jajaran manajemen dan organ pengawas
organisasi adalah pihak-pihak yang perlu diprioritaskan
keterlibatannya. Mereka perlu turut serta merumuskan bentuk-
bentuk kegiatan asurans dan konsultansi yang diharapkan dari
auditor intern. Partisipasi dari segenap unsur unit audit intern juga

16
amat penting agar timbul komitmen yang kuat dalam eksekusi
piagam audit. Tanpa partisipasi tersebut, pelaksanaan piagam audit
inten tidak bisa dijamin berjalan mulus.
Selain dari sisi partisipan, rumusan isi piagam audit intern
sesungguhnya juga tak bisa dianggap sepele. Rumusan piagam audit
yang sekedar mengikuti template akan membuatnya tidak bermakna
spesial bagi organisasi. Rumusan yang umum sulit dipakai sebagai
kriteria kinerja auditor intern. Ia hanya akan menjadi dokumen
formal yang disimpan dalam arsip. Karena itu, perumusan isi
piagam audit bukanlah proses sekali jadi. Berbagai tuntutan agar
fungsi audit intern mendukung tujuan dan prioritas organisasi harus
bisa ditampung dengan baik. Dan tidak mungkin tujuan dan prioritas
tersebut statis dari waktu ke waktu. Itulah sebabnya best practices
menyarankan perlunya peninjauan isi piagam audit intern secara
berkala. Pengalaman berulang kali menyempurnakan piagam audit
semestinya menghasilkan rumusan yang betul-betul memenuhi
harapan para pemangku kepentingan. Lebih bagus lagi jika
perumusan piagam tersebut dilengkapi dengan benchmarking pada
organisasi sejenis agar isinya sejalan dengan best practices.
Setelah ditetapkan, piagam audit intern harus dijadikan
pedoman tata kelola audit intern secara konsisten. Jangan kemudian
dimasukkan arsip dan dilupakan begitu saja. Dokumen ini wajib
dipahami oleh seluruh auditor intern, baik yang sudah senior
maupun yang masih baru. Para pemangku kepentingan juga harus
memahami substansi piagam audit tersebut. Agar mudah diakses,
piagam audit dapat ditampilkan pada jaringan intranet atau internet
milik organisasi. Level pemahaman yang sama antara auditor dan
para pemangku kepentingan akan menjadi modal sinergi yang baik
dalam pelaksanaan fungsi audit intern.

17
7. Isi Piagam Audit Internal
Tak ada aturan baku mengenai rincian isi piagam audit
intern. Implementation Guide 1000 (IIA, 2015) menyatakan bahwa
meskipun bervariasi sesuai organisasi, namun piagam audit
biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Pendahuluan–menjelaskan keseluruhan peran dan
profesionalisme kegiatan audit intern.
2) Kewenangan–mengatur hak akses penuh audit intern
terhadap catatan, aset fisik dan personil termasuk pernyataan
tanggung jawab dalam hal keamanan dan dan
kerahasiaannya.
3) Struktur organisasi dan pelaporan–menjelaskan struktur
pelaporan dan tanggung jawab fungsional audit intern.
4) Independensi dan objektivitas–menjelaskan pentingnya
kedua hal tersebut dan cara menjaganya.
5) Tanggung jawab–memaparkan bidang tanggung jawab
utama audit intern saat ini, seperti menentukan lingkup
penilaian, membuat dan meminta persetujuan rencana audit,
melaksanakan penilaian, mengomunikasikan hasil, membuat
laporan tertulis, dan memantau tindak lanjut manajemen.
6) Peningkatan dan penjaminan kualitas–menjelaskan
ekspektasi dalam penjagaan, evaluasi, dan komunikasi hasil
dari program kualitas yang mencakup seluruh aspek kegiatan
audit intern.
7) Tanda tangan–menunjukkan kesepakatan antara pimpinan
unit audit intern perwakilan organ pengawas (board) dan
pihak yang berhak menerima laporan pimpinan unit audit
intern.
Standar audit AAIPI memberikan contoh piagam audit intern
yang berbeda formatnya dari IIA. Menurut contoh dari AAIPI,
piagam audit intern berisi: “Definisi audit intern; penugasan audit

18
intern kepada APIP; kewenangan APIP dalam akses informasi dan
hal lainnya; kewajiban pimpinan instansi pemerintah menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian; dan lain-lainnya yang
menjadi faktor penting bagi APIP untuk dapat menjalankan
fungsinya”.
Piagam tersebut ditandatangani oleh pimpinan APIP dan
disahkan oleh pimpinan kementerian/lembaga/pemda. Berikutnya,
piagam tersebut juga dilengkapi penjelasan/suplemen yang berisi:
1) Pendahuluan
2) Kedudukan dan peran APIP
3) Visi dan misi APIP
4) Tugas pokok dan fungsi APIP
5) Kewenangan APIP
6) Tanggung Jawab APIP
7) Tujuan, sasaran dan lingkup audit intern
8) Kode etik dan standar
9) Persyaratan auditor
10) Larangan perangkapan tugas dan jabatan auditor
11) Hubungan kerja dan koordinasi
12) Penilaian berkala
13) Penutup.
Suplemen ini dibuat oleh pimpinan APIP, diketahui oleh
Sekretaris Jenderal/Sekretaris dan disahkan oleh pimpinan
kementerian/lembaga/pemda. Selain itu, suplemen juga diketahui
dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal/Eselon I/Eselon II atau
Pimpinan SKPD/Eselon II di Pemda.

8. Masalah Terkait Dengan Piagam Audit


Ada beberapa poin penting yang berhubungan dengan
penggunaan piagam audit, antara lain :

19
1) Piagam audit ini harus dibuat dengan sederhana dan singkat,
akan lebih baik jika terdiri dari kertas kerja tunggal yang
akan cocok terlihat dalam layar web.
2) Kesatuan dari prinsip-prinsip dasar dan bukan sebuah
prosedur manual. Hal ini dimaksudkan bahwa piagam audit
harus memungkinkan untuk tetap terbentuk singkat dan
hanya pada poinnya saja.
3) Konsep dari independensi audit harus ditonjolkan. Piagam
ini harus merangkum prinsip dari independensi sebagai ciri
khusus dari pelayanan internal audit.
4) Didukung oleh manajemen. Jika manajemen senior dalam
organisasi tidak mendukung piagam ini dikhawatirkan akan
terjadi masalah-masalah besar antar fungsi dalam organisasi.
5) Proses pelaporan harus diterangkan dengan sangat jelas. Hal
ini harus mengidentifikasi pada siapa laporan ditujukan baik
dalam persyaratan dari hasil audit individual maupun untuk
laporan aktivitasnya (seperti laporan tahunan atau perempat
tahun).
6) Beberapa referensi untuk kode etik auditor harus disertakan
dalam piagam audit. Ketika piagam ini dapat dilihat sebagai
kontrak layanan otoriter antara organisasi dengan internal
audit, kode etik akan menyediakan perjanjian moral yang
mendasari semua pekerjaan secara professional.
7) Tanggung jawab yang terkait dengan pengendalian audit.
Persyaratan bahwa internal audit menganggap tidak adanya
tanggung jawab dalam organisasi harus dicatat. Hal ini
sangat penting, karena terdapat banyak kesalahpahaman dari
peran yang sebenarnya dari audit internal.
8) Keterkaitan antara internal dan eksternal auditor. Sebuah
catatan terkait yang dibutuhkan untuk kerjasama penuh

20
dengan eksternal audit dari organisasi tersebut, juga harus
disertakan dalam piagam audit.
9) Secara resmi diterima oleh tingkat tertinggi dari sebuah
organisasi. Piagam audit ini membentuk penyesuaian untuk
semua dokumen yang disiapkan oleh layanan internal audit
dan membentuk otoritas untuk menjalankannya.

C. KODE ETIK-KODE ETIK


Kode etik memuat standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh
auditor internal. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar
dalam menjalankan praktik audit internal. Para auditor internal wajib
menjalankan tanggung jawab profesinya dengan bijaksana, penuh martabat
dan kehormatan. Dalam metapkan kode etik auditor internal harus
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelanggaran
terhadap perilaku yang ditetapkan dalam kode etik dapat mengakibatkan
dicabutnya keanggotaan auditor internal dari organisasi profesinya.

1. Pengertian Kode Etik


Kode etik merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang
secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral
yang ada dan pada saat dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai
alat untuk menghakimi secara macam tindakan secara logika-
rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut
dengan “self control”, karena segala sesuatu dibuat dan diterapkan
dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Dikatakan juga kode etik merupakan suatu sistem norma,
nilai serta aturan professional secara tertulis dan dengan tegas
menyatakan yang baik dan juga benar, serta apa yang tidak benar
dan juga tidak baik bagi professional. Atau secara singkat definisi
dari kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman

21
etis didalam melakukan seuatu kegiatan ataupun suatu pekerjaan.
Kode etik juga merupakan suatu pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman untuk berperilaku.
Kode etik untuk sebuah profesi adalah sumpah jabatan yang
juga diucapkan oleh para pejabat Negara. Kode etik dan sumpah
adalah janji yang harus dipegang teguh. Artinya, tidak ada toleransi
terhadap siapapun yang melanggarnya.
Kode etik disusun oleh organisasi proesi sehingga masing-
masing profesi memiliki kode etik. Adapun yang menjadi tujuan
kode etik yaitu agar professional serta memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya atau penggunanya.

2. Faktor-Faktor Terkait Kode Etik


Kode etik adalah bentuk suatu perjanjian untuk mencakup
kewajiban-kewajiban moral auditor. Hal ini berkaitan dengan
prinsip-prinsip dasar dari etika profesi auditor internal yang berlaku,
seperti :
1) Profesionalisme, seorang auditor harus menahan diri dari
setiap perilaku yang akan mendiskreditkan profesi mereka,
termasuk melakukan kelalaian.
2) Dapat dipercaya, artinya auditor dalam memberikan
informasi nantinya bukan informasi dari kabar burung yang
artinya tidak dapat dibuktikan sehingga diharuskan auditor
dalam menyampaian seemua informasi berdasarkan bukti
yang nyata adanya.
3) Memiliki integritas dan kompetensi, auditor harus terus
terang dan jujur serta melakukan praktik secara adil dan
sebenar-benarnya dalam hubungan professional mereka.
Serta menerapakan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman yang diperlukan dalam pelaksaan pengauditan.

22
4) Dapat menjaga kerahasiaan dan berpendirian, para auditor
tidak boleh mengungkapan informasi yang bersifat rahasia
kepada pihak lain tanpa seizin klien mereka, kecuali jika ada
kewajiban hukum yang mengharuska mereka
mengungkapkan informasi tersebut. Dan seorang auditor
harus memiliki keyakinan terhadap kemampuannya sendiri
dan informasi yang didapatnya.
5) Penyajian laporan yang objektif (fair) , kewajiban untuk
melaporkan secara benar dan akurat. Temuan audit,
kesimpulan audit, dan laporan audit mencerminkan
pelaksaan kegiatan audit secara benar dan akurat.
Kode etik pengauditan internal merupakan perjanjian yang
berisi yang mengatur tingkah laku atau sikap seorang auditor
internal dalam suatu organisasi agar tidak keluar dari jalur audit.
Berkaitan dengan auditor harus memiliki perilaku :
1) Etis. Diartikan juga dengan adil, menyatakan yang
sebenarnya, tulus, jujur serta bijaksana.
2) Terbuka yaitu mau mempertimbangkan pandangan atau ide-
ide alternative.
3) Diplomatis yaitu bijaksana dalam menghadapi orang lain.
4) Suka memperhatikan. Yang dimaksud adalah secara aktif
meyadari kegiatan dan lingkungan fisik yang ada
disekitarnya.
5) Cepat mengerti yaitu secara naluriah menyadari dan mampu
memahami situasi.
6) Luwes (versatile) yaitu selalu siap menyesuaikan diri untuk
situasi yang berbeda.
7) Tangguh yaitu teguh, fokus pada pencapaian tujuan.
8) Tegas yaitu menghasilkan kesimpulan dengan tepat waktu
berdasarkan alasan dan analisis yang logis.

23
9) Percaya diri yaitu bertindak dan berfungsi secara independen
ketika berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
Secara umum, terdapat beberapa alasan yang mendasari
perlunya dibuat suatu kode etik untuk auditor internal suatu
organisasi, antara lain :
1) Merupakan sebuah cara yang efektif untuk memperbaiki
iklim organisasional. Yang dimaksud iklim organisasi
adalah keadaan, kondisi dan karateristik lingkungan tempat
bekrja yang menjadi ciri khas sebuah organisasi yang
terbentuk dari sikap, perilaku, dan kepribadian seluruh
anggota organisasi. Iklim organisasi merupakan sebuah
konsep yang menggambarkan suasana internal lingkungan
organisasi yang dirasakan anggotanya selama beraktivitas
dalam rangka tercapainya tujuan organisasi. Iklim organisasi
menjadi salah satu faktor untuk menentukan kepuasan kerja
karyawan.
2) Merupakan suatu aturan yang menentukan status organisasi
sebagai profesi. Agar dalam menjalankan sebuah organisasi
nantinya dapat professional. Karena dengan adanya kode
etik ini akan mengatur anggotanya yang bergabung
didalamnya sehingga akan memberikan manfaat dalam
organisasi profesi, dimana kode etik merupakan salah satu
penandanya.
3) Merupakan upaya untuk mengistitusionalkan moral dan
nilai-nilai dari pendiri-pendiri organisasi, sehingga kode etik
tersebut menjadi bagian dari budaya perusahaan dan
membantu sosialisasi individu baru dalam memasuki budaya
tersebut.
4) Sistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan
perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral
dalam setiap keputusan bisnisnya.

24
Terdapat tiga alasan untuk membangun kode etik yang
dilakulan oleh Institute of Internal Auditor (IAA) ;
1) Anggota-anggota dari IAA menggambarkan profesionalitas
dari pengauditan intenal.
2) Manajemen-manajemen percaya pada profesionalitas dari
pengauditan internal.
3) Anggota-anggota dari IAA harus mempertahankan standar-
standar yang tinggi dari sikap kehormatan, dan karakter
dalam rangka untuk melaksanakan praktik audit yang tepat
dan bermakna.

3. Standar-Standar Dari Perilaku Profesional Untuk Auditor


Internal
Anggota-anggota dari auditor internal harus mempunyai
kepatuhan untuk terbiasa dengan kejujuran, sikap objektif, dan
sangat tekun dalam melaksanakan kewajiban mereka dan tanggung
jawabnya. Dan harus menaati hukum dan membuat pengungkapan
yang diharuskan oleh ketentuan perundang-undangan dan profesi,
serta harus menghormati dan berkontribusi pada tujuan yang sah dan
etis dari organisasi.
Anggota auditor sebaiknya harus memperlihatkan loyalitas
dalam segala hal yang berkaitan dengan kekhawatiran dari para
pemberi kerja atau untuk siapa saja mereka yang dapat diberikan
balasan layanan.
Namun anggota-anggota tidak akan menyadari bahwa
mereka menjadi bagian dari pihak ilegal tertentu atau aktivitas yang
tidak benar. Anggota-anggota tidak akan mengetahui mereka ikut
serta dalam kegiatan atau tindakan yang tidak terhormat untuk
profesi dari pengauditan internal atau untuk organisasi mereka.
Anggota-anggota harus sadar untuk tidak ikut serta kedalam
aktivitas yang mana dapat menimbulkan konlik dengan pihak yang

25
berkepentingan dalam organisasi atau yang mungkin akan
merugikan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas-
tugasnya secara objektif dan bertanggung jawab. Mereka tidak akan
menerima sesuatu apapun yang beharga dari para pekerja, klien,
pelanggan, pemasok ataupun yang berhubungan dengan bisnis
organisasi mereka yang akan merusak atau dianggap akan merusak
penilaian profesionalitas mereka.
Anggota hanya akan melakukan berbagai layanan yang
dapat mereka perkirakan dengan pantas untuk diselesaikan degan
kompetensi profesionalitasnya. Anggota akan mengadopsi makna-
makna yang sesuai untuk diikuti dengan standa-standar untuk
praktik profesionalitas dari pengauditan internal.
Anggota seharusnya bijaksana dalam menggunakan
informasi yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Mereka tidak boleh menggunakan informasi rahasia untuk
keuntungan pribadi ataupun untuk berbagai cara yang berkebalikan
untuk hukum atau akan merugikan kesejahteraan dari organisasi
mereka.
Anggota-anggota internal audit ketika melakukan pelaporan
untuk hasil pekerjaan mereka akan mengungkapan semua fakta
material yang diketahui kepada mereka yang jika dilakukan
pengungkapan, dapat pemutarbalikan laporan dari operasi-operasi
dibawah peninjauan atapun penyembunyian praktik pelanggaran
hukum. Para anggota harus secara berkesinambungan
mengusahakan untuk meningkatkan dalam kecakapan, efektivitas,
dan kualitas dari layanan mereka.
Para anggota dalam praktiknya diprofesi mereka harus selalu
menyadari kewajiban mereka untuk mempertahankan standar yang
tinggi dari kompetensi, moralitas dan martabat yang diumumkan
dengan resmi oleh lembaga. Para anggota harus mematuhi artikel
dan menegakan tujuan-tujuan dari lembaga tersebut.

26
4. Moralitas
Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata
“mos” yang berarti kebiasaan. Kata “mores” yang berarti kesusilaan,
dari “mos”, “mores”. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain;
akhlak budi pekerti; dan susila. Kondisi mental yang membuat orang
tetap berani; bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya.
Moral secara etimologi diartikan :
1) Keseluruhan kaidah-kaidah kesusilaan dan kebiasaan yang
berlaku pada kelompok tertentu.
2) Ajaran kesusilaan, dengan kata lain ajaran tentang azas dan
kaidah kesusilaan yang dipelajari secara sistimatika dalam
etika.
Dalam bahasa Yunani disebut “etos” menjadi istilah yang
berarti norma, aturan-aturan yang menyangkut persoalan baik dan
buruk dalam hubungannya dengan tindakan manusia itu sendiri,
unsur kepribadian dan motif, maksud dan watak manusia. kemudian
“etika” yang berarti kesusilaan yang memantulkan bagaimana
sebenarnya tindakan hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan
yang buruk.
Moralitas yang secara leksikal dapat dipahami sebagai suatu
tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan
kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan
buruknya yang boleh dilakukan dan larangan sekalipun dapat
mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup
bermasyarakat.
Secara terminologi moralitas diartikan oleh berbagai tokoh
dan aliran-aliran yang memiliki sudut pandang yang berbeda :
1) Franz Magnis Suseno menguraikan moralitas adalah
keseluruhan norma-norma, nilai-nilai dan sikap seseorang
atau sebuah masyarakat. Menurutnya, moralitas adalah sikap

27
hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat
bahwa tindakan merupakan ungkapan sepenuhnya dari hati),
moralitas terdapat apabila orang mengambil sikap yang baik
karena Ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan
bukan ia mencari keuntungan. Moralitas sebagai sikap dan
perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih.
2) Menurut W. Poespoprodjo, moralitas adalah kualitas dalam
perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa
perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk atau dengan
kata lain moralitas mencakup pengertian tentang baik
buruknya perbuatan manusia.
3) Immanuel Kant, mengatakan bahwa moralitas itu
menyangkut hal baik dan buruk, yang dalam bahasa Kant,
apa yang baik pada diri sendiri, yang baik pada tiap
pembatasan sama sekali. Kebaikan moral adalah yang baik
dari segala segi, tanpa pembatasan, jadi yang baik bukan
hanya dari beberapa segi, melainkan baik begitu saja atau
baik secara mutlak.
4) Emile Durkheim mengatakan, moralitas adalah suatu sistem
kaidah atau norma mengenai kaidah yang menentukan
tingka laku kita. Kaidah-kaidah tersebut menyatakan
bagaimana kita harus bertindak pada situasi tertentu. Dan
bertindak secara tepat tidak lain adalah taat secara tepat
terhadap kaidah yang telah ditetapkan.
Dari pengertian tersebut, disimpulkan bahwa moralitas
adalah suatu ketentuan-ketentuan kesusilaan yang mengikat
perilaku sosial manusia untuk terwujudnya dinamisasi kehidupan di
dunia, kaidah (norma-norma) itu ditetapkan berdasarkan konsensus
kolektif, yang pada dasarnya moral diterangkan berdasarkan akal
sehat yang objektif.

28
Terdapat tiga model dari moralitas menurut Gerald Vinten,
1990 :
1) Model peraturan
a. Berdasarkan pada intruksi-intruksi yang berasal dari
otoritas yang tepat.
b. Berdasarkan pada ancaman dari pemberian hukuma.
2) Model aspirasi
a. Moral dilihat sebagai ssesuatu yang bersinar yang
berasal dari dalam diri manusia itu sendiri.
b. Seorang dilahirkan dengan perasaan yang bermoralitas.
3) Model pendidikan
a. Moralitas sebagai suatu perangkat konsep yang dapat
dipelajari oleh siapapu.
b. Menuntut pelatihan dan pengembangan progam.

5. Dilema Moral
Menurut Campbell dilemma moral adalah suatu kedaan
dimana dihadapkan pada dua alternative yang kelihatan sama atau
hamper sama dan membutuhkan pemecahan masalah.
Jonshon (1990) menyatakan hal tersebut merupakan keadaan
yang terdiri dari dua pilihan yang seimbang, dengan kata lain
dilemma merupakan keadaan yang dihadapkan pada persimpangan
yang serupa atau bercabang dengan petunjuk yang tidak jelas.
Oxford Leaner Pocket Dictionary (1995) moral dilemma is
concerning principles of right and wrong in difficult situation in
which onehas to choose between two things. Yang berarti
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral,
pertentangan batin atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini
dengan kenyataan yang ada. Hal-hal yang dapat dilakukan auditor
internal yang berkaitan dengan dilema moral dalam penanganan
suatu masalah, yaitu:

29
1) Whistleblowing “meniup peluit”
Yaitu pelaporan yang dilakukan oleh anggota organisasi
(aktif maupun nonaktif) mengenai pelanggaan, tindakan
illegal atau tindakan bermoral kepada pihak di dalam
maupun diluar organisasi. Menurut Sonny Keraf (1998)
whistleblowing adalah tindakan yang dilakukan oleh
seseoran atau beberapa orang karyawan utnuk membocorkan
kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau
atasannya kepada pihak lain. Para regulator berusaha
mengendalikan kepercayaan masyarakat terhadap profesi
akuntan. Di Indonesia, Pedoman Sistem dan Pelapoan (SPP)
atau Whistleblowing System (WBS) diterbitkan oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada 10
November 2008. Peraturan tersebut mewajibkan para
akuntan untuk melaporkan kecurangan manajemen kepada
pihak pembuat kebijakan yang sesuai.
Whistleblowing merupakan sebuah proses kompleks yang
melibatkan faktor-faktor pribadi dan organisasi. Menurut
penelitian oleh Miceli dan Near (1988), tipikal yang
berkecendurungan melakukan whistleblowing adalah yang
menduduki jabatan professional, mempunyai reaksi positif
terhadap pekerjaannya, lebih lama melayani (lama bekerja,
usia dan jumlah tahun sampai saat pensiun) mempunyai
kinerja baik, laki-laki, mempunyai kelompok kerja yang
lebih besardan mendapatkan ‘tanggung jawab’ dari yang lain
utnuk menyatakan whistleblowing (Wijaya dan Djamilah,
2008).
Contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia terkait
whistleblowing yaitu keterlibatan 10 KAP di Indonesia
dalam praktik kecurangan keuangan yang baru terungkap
dalam investigasi yang dilakukan pemerintah. KAP-KAP

30
tersebut ditunjuk untuk mengaudit 37 bank sebelum
terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997. Setelah melalui
investigasi BP2AP menjatuhkan sanksi terhadap KAP-KAP
tersebut, akan tetapi sanksi yang dijatuhkan terlalu ringan
yaitu BPSP hanya melarang 3 KAP melakukan audit
terhadap klien dari bank-bank, sementara 7 KAP yang
lainnya bebas. (Suryana, 2002)
Kemudian terdapat kasus penyatatan penyimpanan dana
kelompok usaha Grup Bakrie di PT Bank Capital Indonesia
Tbk, sebanyak tujuh emitmen Grup Bakrie didalam laporan
keuangan per 31 Maret 2010 mengklaim menyimpan dana
total Rp. 9,07 triliun. Namun, Bank Capital menyebutkan
jumlah dana pihak ketiga di bak tersebut hanya Rp. 2,69
triliun. Sebagaian besar laporan keuangan unit usaha Bakrie
diaudit oleh Mazars Moores Rowland Indonesia (Asworo
dan Supriadi dalam Sugiyanto dkk, 2011). Kasus tersebut
terungakap atas adanya (whistleblower) dari analisis atau
pelaku pasar modal yang melihat adanya kejanggalan dan
mengungkapan ke publik.
2) Labirin moral
Berkaitan dengan konflik yang terjadi antar kepentingan,
loyalitas dan kewajiban publik. Auditor akan dihadapkan
pada pilihan dimana mereka harus tetap independen terhadap
klien, tetapi pada saat yang sama kebutuhan mereka
tergantung kepada klien karena fee yang diterimanya,
sehingga sering kali audit internal menyalahgunakan
wewenangnya.
Contoh ketika auditor internal menjalankan aktivitas
auditing internal, internal auditor sebagai pekerja di dalam
organisasi yang diauditnya akan menjumpai masalah ketika
harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak

31
menguntungkan dalam penilaian kinerja manajemen atau
objek audit yang dilakukannya. Ketika manajemen atau
subjek audit menwarkan sebuah imbalan atau tekanan
kepada internal auditor untuk menghasilkan laporan audit
yang diinginkan oleh manajemen maka terjadilah dilemma
etika. Dan para auditor akan dihadapkan pada keputusan etis
dan tidak etis.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ardiningsih, A. (2018). Audit Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.


Bertens. K. 2007. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Davis dan Newstorm. 2000. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sudaryati, Dwi dan Hari Kusuma Satria Negara. 2016. Excellent Internal Audit.
Yogyakarta: LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta.
Subramaniam, J.S.N. (2010). Internal Audit Indepedence and Objectivity:
Emerging Research Opportunities. Managerial Auditing Journal, Vol. 25 lss 4 pp.
328-360.
Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Djamilah, S dan Wijaya, N.H.S 2008. Prespektif Etika Terhadap Whistleblowing.
Telaah Bisnis, Vol. 9 No. 2. Desember 2008.
Pratiwi, Andri dan Destriana Kurnia Kreshastuti. 2014. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Intensi Auditor Untuk Melakukan Tindakan Whistleblowing.
Jounal of Accounting, Vol. 3 No. 2. Hal1-15.
http://www.klikharso.com/2016/09/pentingnya-internal-audit-charter.html?m=1
http://Kodeetik-siskanainggolan.blogspot.com/2015/06/makalah-kode-etik-dan-
tanggungjawab.html?m=1
http://id.m.wikepedia.org/wiki/kode_etik_profesi
http://coreaaccountingindonesia.blogspot.com/2019/01/etika-profesi-
auditor.html?=1
http://id.scribd.com/doc/108802796/Dilema-dan-Konflik-Moral
www.referensimakalah.com
www.seputarpengetahuan.co.id

33

Anda mungkin juga menyukai