Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan penyakit (Kusnaedi, 2014). Melalui penyediaan air bersih dan sebagai

pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masyarakat melakukan suatu usaha dengan

swadaya dana masyarakat sendiri yaitu dengan membuat sumur atau air tanah.

Kemampuan penyediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari bagi manusia

adalah hal yang sangat penting. Air tanah dan manusia adalah hal yang tidak

dapat dipisahkan (Rismunandar, 2014).

Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air di Indonesia meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat

dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri,

domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain

menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,

kerusakan dan berbahaya bagi semua makhluk hidup yang tergantung pada sumber

daya air (Effendi, 2014).

Air sumur adalah air permukaan tanah atau air tanah dangkal, umumnya

dengan kedalaman lebih dari 15 m. Air tanah dangkal disebut juga air tanah

bebas karena lapisan air tersebut tidak berada dalam tekanan. Pengambilan air
2

tanah dalam harus menggunakan bor dan memasukan pipa dengan kedalamanya

(antara 100–300 m) akan didapatkan suatu lapisan air tanah (Sutrisno dan

Suciastuti, 2014).

Uji bakteriologis air sumur pada umumnya digunakan untuk mengetahui

kualitas air untuk keperluan hidup manusia. Pada dasarnya bakteri yang hidup di

dalam air dibedakan atas bakteri patogen dan non-patogen. Bakteri patogen yang

hidup di dalam air ini dapat menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan.

Beberapa contohnya adalah Salmonella thyposa, Shigella dysenteriae, Vibrio

colerae, Salmonella parathypi, Salmonella thypi, echerichiacoli. Untuk bakteri

non-patogen terdiri atas golongan bakteri coliform, fecal streptococci, iron

bakteri, Actinomycetes (Rismunandar, 2014)

Untuk akses terhadap sumber air minum dan air bersih di gunakan kriteria

JMP WHO – (unicef tahun 2014). Menurut kriteria tersebut, rumah tangga

memiliki akses ke sumber air minum improved adalah rumah tangga dengan

sumber air minum dari air ledeng/PDAM, sumur bor/pompa, sumur gali

terlindung, mata air terlindung, penampungan air hujan dan air kemasan (hanya

jika sumber air untuk keperluan rumah tangga lainnya improved).

Hasil menunjukkan bahwa jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan

rumah tangga di Indonesia pada umumnya adalah sumur gali terlindung (29,2%),

sumur pompa (24,1%), dan air ledeng/PDAM (19,7%) (Riskesdas 2013 dalam
3

Angka). Di perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang menggunakan air dari

sumur bor/pompa (32,9%) dan air ledeng/PDAM (28,6%), sedangkan di

perdesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali terlindung (32,7%).

(Buku Riskesdas 2013 dalam Angka).

Pada rumah tangga yang menggunakan sumber air untuk seluruh

keperluan rumah tangga selain air sungai/danau/irigasi, pemakaian air per orang

per hari oleh rumah tangga di Indonesia, pada umumnya berjumlah antara 50

sampai 99,9 liter (28,3%), dan antara 100 sampai 300 liter (40%). Proporsi

rumah tangga tertinggi untuk pemakaian air antara 100 liter sampai 300 liter per

orang per hari paling tinggi adalah Banten (54,5%), sedangkan proporsi terendah

adalah Nusa Tenggara Timur (10,1%). Masih terdapat rumah tangga dengan

pemakaian air kurang dari 20 liter per orang per hari, bahkan kurang dari 7,5 liter

per orang per hari (masing-masing 4,9 persen dan 0,1 persen). Berdasarkan

provinsi, proporsi rumah tangga dengan jumlah pemakaian air per orang per hari

kurang dari 20 liter tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (30,4%) diikuti Papua

(22,5%) (Buku Riskesdas 2013 dalam Angka).

Menurut karakteristik, proporsi rumah tangga dengan pemakaian air

kurang dari 20 liter per orang per hari di perdesaan lebih tinggi (5,8%)

dibandingkan di perkotaan (4,0%), sebaliknya proporsi rumah tangga jumlah

pemakaian air per orang per hari 20 liter atau lebih di perkotaan lebih tinggi

95,9%) dibandingkan dengan di perdesaan (94,2%). Rumah tangga dengan


4

kuintil indeks kepemilikan menengah sampai teratas cenderung menggunakan air

lebih dari 100 liter per orang per hari, sedangkan rumah tangga dengan kuintil

indeks kepemilikan menengah bawah dan terbawah kecenderungan pemakaian

air kurang dari 20 liter per orang per hari (Buku Riskesdas 2013 dalam Angka).

Untuk sumber air minum, rumah tangga di Indonesia menggunakan air

kemasan, air isi ulang/depot air minum, air ledeng baik dari PDAM maupun

membeli eceran, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air (baik terlindung

maupun tidak terlindung), penampungan air hujan dan air sungai/irigasi (Buku

Riskesdas 2013 dalam Angka).

Proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum

improved di Indonesia adalah sebesar 66,8 persen. Lima provinsi dengan

proporsi tertinggi untuk rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum

improved adalah Bali (82,0%), DI Yogyakarta (81,7%), Jawa Timur (77,9%),

Jawa Tengah (77,8%), dan Maluku Utara (75,3%); sedangkan lima provinsi

terendah adalah Kepulauan Riau (24,0%), Kalimantan Timur (35,2%), Bangka

Belitung (44,3%), Riau (45,5%), dan Papua (45,7%) (Buku Riskesdas 2013

dalam Angka).

Berdasarkan karakteristik, proporsi rumah tangga yang memiliki akses

terhadap sumber air minum improved di perkotaan (64,3%) lebih rendah

dibandingkan di perdesaan (69,4%). Proporsi rumah tangga yang memiliki akses


5

terhadap sumber air minum improved paling tinggi adalah rumah tangga dengan

kuintil indeks kepemilikan menengah (75,7%) dan menengah bawah (Riskesdas

2013).

Tidak semua air dapat diminum, syarat-syarat kualitas air minum yang

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan dimaksud, syarat fisik air yaitu :

Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna; dan bebrapa persyaratan

meliputi :

(a) Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar

maksimum yang di perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;

(b) Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,

Kesadahan (maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5;

(c) Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml

air);

(d) Tidak menimbulkan endapan;

(e) Dan parameter tambahan lainnya. Jika air yang kita konsumsi

menyimpang dari hal ini, maka sangat mungkin air telah tercemar.

Data Kesehatan Kab/Kota Ambon 2014 penggunaan sumber air bersih

di Provinsi Maluku sangat memprihatinkan dari 2012 sampai 2014. Proporsi

rumah tangga pengguna sumber air bersih tertinggi di provinsi Maluku pada

tahun 2012 sebanyak 97,05%, tahun 2013 sebanyak 66,09% dan capaian ini
6

menurun menjadi 62,75 % ditahun 2014, hal ini disebabkan karena tidak

masuknya laporan dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Berdasarkan hasil

Riskesdas 2013, kualitas fisik air minum di Maluku termasuk dalam kategori

baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa tidak berbusa dan tidak berbau)

sebesar 92,5%.

Hasil data Profil 2014 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga

berdasarkan jenis sumber air minum di Maluku terbesar bersumber dari sumur

gali terlindung yaitu sebesar 36,20% dan terendah bersumber dari mata air

terlindung yaitu sebesar 0,53% (Profil Kesehatan Maluku 2014).

Dari hasil cakupan penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air

minum di 10 Kab/Kota yang memasukan laporannnya cakupan akses air

minum bersih dan layak tertinggi adalah Kota Ambon 95,00%, hal ini di

sebabkan karena adanya program PAM STBM (Penyediaan Air Minum dan

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) sehingga masyarakat dapat mengakses air

minum mengalami peningkatan, sedangkan akses terhadap air minum yang

paling rendah adalah Kabupaten Kepulauan Aru dengan cakupan 16,09 %

(Profil Kesehatan Maluku 2014).

Hasil survey pengambilan data awal, di Desa Gale-Gale Kecamatan

Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah, bahwa masyarakat mengunakan

air dari sumur bor atau air tanah dimana, air dari sumur bor tersebut terlihat

keruh dan tempat pembuatan sumur bor berdekatan dengan tangki saptik yang
7

konstruksinya kurang baik. Tetapi masyarakat tidak tahu air sumur tersebut

layak atau tidak di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari misal, untuk masak,

mandi, mencuci dan keperluan lainya. Oleh karena itu, perlu peninjauan ulang

masalah kelayakan air sumur atau air tanah di Desa Gale-Gale Kecamatan

Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah .

Dari permasalahan yang ada pada latar belakang di atas maka peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “Analisis Uji Bakteriologis Pada Sumur Bor di

Desa Gale-Gale Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah “berapakah jumlah Bakteriologis pada sumur bor yang digunakan

oleh masyarakat di Desa Gale-Gale Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten

Maluku Tengah”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

Bakteriologis pada sumur bor yang digunakan oleh masyarakat di Desa

Gale-Gale Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi jumlah bakteriologis yaitu melihat bakteri

Escherichiacoli pada sumur bor yang digunakan oleh masyarakat di Desa

Gale-Gale Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.


8

2. Untuk mengidentifikasi jumlah bakteriologis yaitu melihat bakteri

Coliform pada sumur bor yang digunakan oleh masyarakat di Desa Gale-

Gale Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.

3. Untuk mengetahui kualitas air sumur bor yang dikonsumsi masyarakat di

Desa Gale-Gale Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku

Tengah.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi

dari informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kualitas uji

Bakteriologis pada sumur bor yang digunakan oleh masyarakat di

Desa Gale-Gale Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku

Tengah.

2. Memberikan sumbangan khasanah keilmuan khususnya pada mata

kuliah Kesehatan Lingkungan, menambah pengetahuan serta

wawasan dan penerapan ilmu metode penelitian.

1.4.1. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan

pengalaman dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan


9

analisis uji Bakteriologis pada sumur bor yang digunakan oleh

masyarakat di Desa Gale-Gale.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang signifikan

untuk masyarakat tentang analisis uji Bakteriologis pada sumur bor

yang digunakan oleh masyarakat di Desa Gale-Gale.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam

membimbing dan menambah pengetahuan Mahasisiwa Kesehatan

Masyarakat khususnya Jurusan Kesehatan Lingkungan yang

berhubungan dengan analisis uji bakteriologis pada sumur bor.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Konsep

2.1.1 Pengertian air

Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari

tinja untuk sampai kemanusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik

berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka

pengolahan air baik berasal dari sumur, jaringan transmisi atau distribusi

adalah mutlak di perlakukan untuk mencegah terjadinya kontak antara

kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang di perlukan (Sutrisno,

2014)
11

Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya

zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yang

jumlahnya mencapai 70% dari bagian tubuh. Air di dalam tubuh manusia

berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut bahan-bahan makanan yang

penting bagi tubuh, sehingga untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya manusia berupaya mendapatkan air yang cukup bagi dirinya

(Suharyono, 2016 : 1).

1) Air bersih

Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan

manusia dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit,

bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air bersih

tersebut. Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap mahluk hidup

dan kebersihan air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan

(Dwijosaputro, 2015).

Menurut Peraturan Menteri Kesehata RI Nomor : 41

6/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air,

air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum

apabila telah dimasak.

2.1.2. Sumber Air


12

Dalam memenuhi kebutuhan air bersih manusia biasanya

memanfaatkan sumber-sumber air yang berada di sekitar

permukiman baik itu air alam, maupun setelah mengalami proses

pengolahan terlebih dahulu.

Menurut Sugiharto (2014) tempat sumber air dibedakan menjadi

tiga yaitu :

(a) Air hujan, air angkasa, dalam wujud lainnya dapat berupa salju;

(b) Air permukaan, air yang berada di permukaan bumi dapat berupa

air sungai, air danau, air laut;

(c) Air tanah, terbentuk dari sebagian dari air hujan yang jatuh ke

permukaan dan sebagian meresap ke dalam tanah melalui pori-

pori/celah-celah dan akar tanaman serta bertahan pada lapisan

tanah membentuk lapisan yang mengandung air tanah (aquifer),

air tanah yang disebut air tanah dalam atau artesis, artinya air

tanah yang letaknya pada dua lapisan tanah yang kedap air, ada

yang sifatnya tertekan dan yang tidak tertekan. Air tanah dangkal

artinya terletak pada aquifer yang dekat dengan permukaan tanah

dan fluktuasi volumennya sangat dipengaruhi oleh adannya curah

hujan.

2.1.3. Kualitas air


13

Kualitas air adalah kondisi kualitas air yang di ukur dan atau

uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun

2003). Kualitas air dapat di nyatakan dengan parameter kualitas air.

Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis.

1. Syarat kualitas air bersih

Syarat kualitas air bersih dapat diartikan sebagai

ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. Nomor

492 / Menkes / Per / IV / 2010 yang biasanya dituangkan

dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukan

persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Kualitas air

adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau

komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia,

dan biologis (Effendi, 2014).

Parameter fisik menyatakan kondisi air atau

keberadaan bahan yang dapat di amati secara visual atau kasat

mata. Parameter fisik adalah kekeruhan, kandungan partikel

atau padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya.

Parameter kimia menyatakan kandungan unsure atau senyawa

kimia dalam air, seperti kandungan oksigen, bahan organic

(BOD, COD, TOC) mineral atau logam, derajat keasaman,


14

nutrient/hara, kesadahan dan sebagainya. Parameter

mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam

air, seperti bakteri, virus dan mikroba pathogen lainnya.

Berdasarkan hasil pengkuran atau pengujian air tanah dangkal

dapat dinyatakan kondisi baik atau tercemar. Sebagai acuan

dalam kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana di

atur dalam Permenkes RI No. Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010

(Masduqi, dalam Yulli Nurraini, 2013 : 20).

2. Kualitas Bakteriologis

Parameter bakteriologis air pada dasarnya terdiri dari

beberapa jenis bakteri (jenis patogen) yang merupakan bagian

dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit,

seperti penyakit saluran pencemaan. Agent ini dapat hidup di

dalam berbagai media, hewan, dan manusia secara berantai

serta menjalani siklus hidupnya sehingga merupakan

mekanisme untuk mempertahankan hidupnya (Soemirat,

2013).

Penyakit yang berhubungan dengan air terbagi menjadi

empat kelompok, salah satunya, penyakit disebabkan bakteri

dalam air setelah air ini diminum seseorang, kemudian orang

tersebut sakit perut atau jatuh sakit (Azwar, 2014).


15

Kontaminasi bahan organik seperti bakteri, dapat

terjadi dalam air bersih atau air minum baik jenis patogen (di

antaranya bertahan lama di air) maupun apatogen. Kelompok

bakteri penyebab penyakit perut terkait air minum, antara lain

: Salmonella, Shigella, Leptospira, Escherichia coli (strain

patogen), dan Pseudomonas. Bakteri dalam usus manusia,

90% adalah bakteri coli termasuk E. coli (strain apatogen)

(Jawetz,2013).

2.1.4 Pengertian Air Sumur

Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari

30 meter, air sumur umumnya pada kedalaman 15 meter dan dinamakan

juga sebagai air tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak berada

di dalam tekanan. Ada beberapa jenis sumur yaitu : (Nurraini, Yuli. 2014)

1. Sumur Gali ( Sumur Dangkal )

Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum

dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi

masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum


16

dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali

menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat

dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena

kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari

tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari

limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air

limbahnya yang tidak kedap air. Dari segi kesehatan sebenarnya

penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak

benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan

terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya.

Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat - syarat

fisik. (Yuli 2013)

Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi

dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber

pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

a). Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan

adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air


17

limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber- sumber pengotoran

lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan

tanah.

 Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

 Jarak s umur >11 meter dari sumber pencemaran seperti

kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya.

Selain itu konstruksinya dibuat lebih tinggi dari sumber

pencemaran (Rini, Fajar. 2014).

2. Dinding Sumur Gali

a). Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur

gali harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen).

Dinding bagian atas terbuat dari pasangan bata/batako/batu

belah tebal ½ bata diplester adukan 1 PC : 2 PS stebal 1 cm

atau pipa beton kedap air 0,80 cm x 1m atau beton bertulang

0,80 cm x 1 m. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi

perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik

habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman

1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata

tanpa semen /pecahan adukan PC/pecahan marmer ukuran 3 – 5

cm, setebal 50 cm, sebagai bidang perembesan dan penguat

dinding sumur. (Naria, E. 2013)


18

b) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah

yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim

kemarau.(Naria, E. 2013)

3. Bibir sumur gali

Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara

lain:

a). Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal

70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta

untuk aspek keselamatan.

b). Dibuat lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah

tersebut adalah daerah banjir.

c). memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat. (Amin , Khairil.

2014).

4. Lantai Sumur Gali

Beberapa persyaratan konstruksi lantai sumur antara lain :

a). Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m

lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan

ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat

atau segi empat.


19

b). Lantai sumur dibuat dari pasangan bata/batu belah diplester

dengan adukan 1 PC : 2 PS atau beton tumbuk 1 PC : 3 PS : 5

kerikil. (Hairin, Faryani. 2009)

5. Saluran Pembuangan Air Limbah

Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur,

dibuat dari pasangan bata diplester adukan 1 PC : 3 PS. Panjang

saluran pembuangan air limbah (SPAL) sekurang-kurangnya 10 m.

Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya

pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur

diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini

adalah kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit

disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.(SNI 032916 2013)

a). Kebersihan lingkungan sekitar sumur

Kebersihan sekitar sumur merupakan hal yang sangat

penting sehingga tidak menimbulkan gangguan

kesehatan serta menurunkan nilai estetika. Sumur

dangkal adalah salah satu konstruksi yang paling

umum di pergunakan untuk mengambil air tanah bagi

masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan

sebagai air minum. Sumur gali menyediakan air yang


20

berasal dari lapisan air tanah yang relatif dekat dari

tanah permukaan, oleh karena itu dengan mudah

terkontaminasi melalui rembesan (Daud dalam

Suryana H, 2013 : 28).

b). Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada

hal-hal sebagai berikut:

1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari

dan perjalanan air dalam tanah 3 meter/hari.

2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah

secara vertical sedalam 3 meter.

3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah

secara horizontal sejauh 1 meter.

4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat

sumur digunakan maupun sedang tidak

digunakan.

5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.

(Sarman. 2015)
21

6. Sumur bor (sumur dalam)

Sumur Bor adalah salah satu jenis sumur buatan yang di buat

dengan bantuan alat bor untuk mencapai kedalaman sumur yang

cukup sehingga akan bertemu dengan sumber air tanah yang

melimpah. (Yusuf, Yusnidar. Dkk. 2013.)

Sumur Bor dibangun secara manual dengan menggunakan bor

(augers), biasanya tanah yang akan dibor bersifat kohesif lembut

atau tanah tak berongga yang mengandung tanah liat. Kedalaman

sumur bor bisa sampai 15 meter. Pada saat pemboran mencapai

‘garis level air tanah” (water table), auger dinaikkan keluar dari

lubang dan dibersihkan setiap saat. (Onny Untung, 2014)

Demikan pula ketika pengeboran mencapai air tanah, auger

diangkat kembali untuk membersihkan pasir dan tanah di lubang

bor. Untuk melakukan pemboran lebih dalam, ditambahan batang

pipa dibagian atas auger. Sementara itu, perlu menyiapkan pipa

jambang (casing) baja yang berdiameter sama seperti lubang bor

dimasukan ke dalam lubang bor untuk mencegah lubang galian bor

runtuh. Setelah pengeboran mencapai kedalaman akhir, kira-kira

yang paling baik adalah 2 meter di bawah garis permukaan air tanah

(water table) saat musim kemarau, selanjutnya pipa PVC berlubang


22

(perforated) dipasang di dalam pipa jambang sementara tersebut.

Selanjutnya pipa jambang sementara ditarik secara bertahap keluar

saat kerikil dituangkan di antara pipa PVC dan pipa jambang

sementara tersebut. Ketika pipa jambang telah ditarik 3 meter di

bawah permukaan tanah, semen grouting dituangkan di atas kerikil

hingga ke permukaan tanah untuk melindungi sumur dari

kontaminasi permukaan. (Sabarwati Yoel, 2013).

Dalam hal ini sumur bor sangat rentan terhadap kontaminasi

permukaan. Metode konstruksi sumur ini tidak berlaku pada bahan

konsolidasi keras (tanah keras) dan tidak dianjurkan pada

didominasi tanah berbatu. (Suparmin, 2015).


23

2.2. Kerangka teori

Analisis uji bakteriologis pada


sumur bor

Pengambilan sampel pada lokasi


penelitian

Menentukan nilai dari parameter


bakteriologis
1. Total bakteri Coliform.
2. Total bakteri Escherichia coli

Hasil dan kesimpulan

2.3. Kerangka Konsep

Jumlah escherichiacoli
Air sumur bor

Jumlah coliform
24

Keterangan :

: Variabel Independen (Variabel yang diteliti)

:Variabel Dependen (variabel yang tidak diteliti)

Anda mungkin juga menyukai