ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
ii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PKPA
dan penyusunan laporan PKPA di PT. Merck Tbk.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi
mahasiswa program profesi Apoteker di Departemen Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia untuk mencapai
gelar profesi apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk memahami peran dan tugas apoteker di industri farmasi. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah penulis terima. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Ibu Dra. Dyah Kamulan M., Apt. selaku Quality Control Manager dan
pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk belajar dan memperoleh pengalaman di Departemen Quality Control
PT. Merck Tbk.
2. Bapak Drs. Hayun, M.Si., Apt., selaku pembimbing dari Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia yang sudah membimbing dan
mendukung penulis.
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. selaku Ketua
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku ketua Program Profesi Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
5. Dessy Sitri Matiti, S.Si., MM. selaku Quality Control Supervisor Finished
Goods atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis.
6. Seluruh QC staff dan QC Analyst di PT. Merck Tbk. atas kerja sama dan
pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.
7. Seluruh manajer dan karyawan di PT. Merck Tbk. yang tidak dapat
disebutkan satu persatu atas kesediannya membantu dan memberikan
pengarahan selama praktek kerja profesi apoteker ini.
iv
Penulis
vi Universitas Indonesia
Gambar 3.1. Peta Pabrik, Sales dan Marketing PT. Merck Tbk ..................... 25
ix Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
lebih dalam tentang fungsi dan tugas apoteker di industri farmasi. Untuk
mendukung kondisi tersebut, Universitas Indonesia mengadakan kerja sama dengan
PT. Merck Tbk. dalam bentuk Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). PKPA ini
berlangsung selama 8 minggu, mulai tanggal 6 Februari – 30 Maret 2012.
1.2. TUJUAN
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para
calon apoteker bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek industri
farmasi yang berhubungan dengan CPOB serta mengetahui penerapan CPOB
di PT. Merck Tbk.
b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam
industri farmasi.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip
yang berlaku selama 3 (tiga) tahun. Permohonan persetujuan prinsip diajukan
secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dalam hal permohonan persetujuan prinsip yang dilakukan oleh industri
Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
pemohon harus memperoleh surat persetujuan penanaman modal dari instansi
yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan setelah pemohon memperoleh persetujuan
Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala BPOM. Dalam hal permohonan
persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan,
pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan termasuk produksi
percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan
dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun
sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara
sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala BPOM. Selain wajib memenuhi ketentuan
yang telah disebutkan, industri farmasi juga wajib melakukan farmakovigilans.
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan rekomendasi dari Kepala BPOM. Izin ini
berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri farmasi yang akan
melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik
untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan
mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan. Untuk industri
farmasi Penanaman Modal Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau
mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);
d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala BPOM);
e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM);
f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).
Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal:
a. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan
perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan
ini; dan/atau
b. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut 3 (tiga)
kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar; dan/atau
c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari menteri; dan/atau
d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku, obat palsu; dan/atau
e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan termasuk instruksi mengenal higienis yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan
kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan
Universitas Indonesia
dalam uraian tugas tertulis. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang
terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum dalam
uraian tugas.
Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purna waktu. Kepala bagian produksi dan
kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu)/kepala bagian pengawasan
mutu harus independen satu terhadap yang lain.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang tugasnya harus berada dalam area produksi, gudang penyimpanan atau
laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan
bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru
hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan
berkesinambungan hendaklah juga diberikan dan efektifitas penerapannya
hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang
disetujui kepala bagian masing-masing dan catatan pelatihan hendaklah disimpan.
Setelah mengadakan pelatihan, prestasi karyawan dinilai untuk menentukan
apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan
tugas yang diberikan kepadanya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat agar mutu obat terjamin sesuai serta seragam dari bets ke bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan. Permukaan peralatan yang
bersentuhan dengan bahan baku, produk antara, produk ruahan atau obat jadi tidak
boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorpsi yang dapat mempengaruhi identitas,
mutu atau kemurnian bahan baku, produk antara, produk ruahan atau obat jadi di
luar dari batas yang telah ditentukan.
Peralatan sebaiknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik bagian dalam
maupun bagian luar, serta tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan
terhadap produk. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa
sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Peralatan
hendaklah dirawat menurut jadwal yang tepat supaya tetap berfungsi dengan baik
dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat mengubah identitas, mutu atau
kemurnian produk. Peralatan yang rusak harus dikeluarkan dari area produksi dan
pengawasan mutu, atau setidaknya diberi penandaan yang jelas.
Universitas Indonesia
pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan. Penggunaan
udara bertekanan dan sikat sedapat mungkin dihindari karena dapat menambah
risiko pencemaran produk. Pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang
digunakan dalam pembuatan obat hendaklah tercakup dalam suatu prosedur
tertulis yang cukup rinci.
Penerapan higienis perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, menjaga
kebersihan diri, memakai alat pelindung diri (APD) dengan baik, menjaga
kesehatan dan beberapa peraturan lain di area produksi. Semua personil hendaklah
menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Selain itu, hendaklah
dilakukan juga pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala.
2.2.6. Produksi
Produksi obat hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi obat membutuhkan
sarana gedung produksi-pengemasan-penyimpanan, material yang memenuhi
persyaratan, peralatan yang terkualifikasi dan terkalibrasi, personalia yang terlatih
dan berkualitas, proses produksi yang tervalidasi dan dokumen produksi yang sah
yang dapat ditelusuri. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa
terhadap produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan
proses produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi
personalia, bangunan, peralatan kebersihan, dan higienis sampai dengan
pengemasan.
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan
penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah
tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi, serta
didokumentasikan. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat
dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen spesifikasi yang
diperlukan yaitu spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi yang
disahkan dengan benar dan diberi tanggal; jika perlu tersedia juga spesifikasi bagi
produk antara dan produk ruahan. Spesifikasi bahan awal dan bahan pengemas
mencakup deskripsi bahan, petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau
prosedur rujukan, persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan,
kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan, serta batas waktu penyimpanan
sebelum dilakukan pengujian kembali. Spesifikasi produk antara dan produk
ruahan hendaklah tersedia apabila produk tersebut dibeli atau dikirim, atau apabila
data dari produk antara digunakan untuk mengevaluasi produk jadi. Spesifikasi
produk antara dan produk ruahan hendaklah mirip dengan spesifikasi bahan awal
atau produk jadi sesuai keperluan. Spesifikasi produk jadi mencakup nama produk
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
memerlukan prosedur tertulis yang menguraikan metode dan alat yang harus
digunakan dalam pengujian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
20 Universitas Indonesia
dilakukan akusisi terhadap PT. Multi Redjeki Kita (MRK), yang dulunya mitra
distribusi merck di Indonesia khususnya untuk bidang Chemical, sehingga
menjadi anak perusahaan PT. Merck Tbk.
Tahun 2003, PT.MERCK Tbk. melakukan renovasi fasilitas produksi
hingga menjadi bangunan gedung yang ada sekarang ini. Hal ini bukti nyata dari
keyakinan Merck untuk melanjutkan keberadaannya di Indonesia. Renovasi
pabrik menjamin kemampuan PT. MERCK Tbk. untuk senantiasa dapat memasok
obat- obatan di masa mendatang. Sejak 6 mei 2010 sistem SCALA telah dirubah
menjadi SAP untuk semua proses yg ada di PT. Merck Tbk.
Di bidang farmasi, PT. Merck Tbk. memproduksi dan menjual merek-
merek farmasi ternama seperti Neurobion®, Sangobion®, Bion 3®, Seven Seas
Orange Syrup®, Glucophage®, Concor®, Hemobion® dan lainnya. Pada bidang
kimia, PT. Merck Tbk. memasarkan berbagai jenis perangkat uji untuk analisa air
dan air buangan, pengawasan mikrobiologi dan kehigienisan, kromatografi,
bioscience, bahan mentah untuk farmasi dan produksi makanan, bahan reaksi
untuk laboratorium serta zat warna untuk percetakan, plastik, lapisan dan industri
kosmetik.
Selain memproduksi dan memasarkan produknya, PT. Merck Tbk. juga
melaksanakan berbagai aksi sosial yang berskala lokal maupun regional seperti
Youth Take Action, Klik Hati, World on Wheels dan Together We Grow. Program
Youth Take Action (YTA) melibatkan para remaja SMP dan SMA yang tinggal di
daerah sekitar PT. Merck Tbk untuk memetakan permasalahan yang ada di daerah
tersebut dan membuat sebuah proposal yang menjadi solusi permasalahan yang
ada. PT. Merck Tbk. juga membantu mereka dengan sebuah workshop yang
melengkapi mereka dengan kemampuan project management dan kemampuan
bekerja sama serta membiayai program mereka. Melalui program YTA, PT.
Merck Tbk. ikut berpartisipasi melestarikan lingkungan hidup melalui kegiatan
regional yang bertemakan “Together We Grow” (TWG). Program ini merupakan
penanaman pohon yang diinisiasi oleh Merck dan dikoordinasikan di tujuh negara
(Indonesia, India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina). Selain
YTA, PT Merck Tbk. juga memiliki program sosial di mana PT. Merck Tbk.
menyediakan layanan konsultasi kesehatan gratis bagi masyarakat sekitar
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PT. Merck Tbk. memiliki 5 nilai utama yang menjadi dasar pengambilan
keputusan dan tindakan, yaitu:
a. Integritas - menjamin kredibilitas kami
Integritas merupakan landasan yang menjadikan kami dapat dipercaya
oleh semua orang.
Integritas membuat kami melakukan apa yang kami katakan.
Integritas mewajibkan kami untuk menepati janji.
Integritas juga berarti mampu mengatakan tidak.
Integritas berarti hanya mengizinkan interaksi dan perjanjian yang sesuai
dengan nilai-nilai perusahaan kami.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Divisi Pharma
b. Divisi Chemical
c. Divisi Finance
d. Divisi Human Resources (HR) dan General Affair (GA)
e. Divisi Plant
Gambar 3.1. Peta Pabrik, Sales dan Marketing PT. Merck Tbk
Universitas Indonesia
gedung pharma. Gedung pharma adalah tempat untuk menyimpan bahan baku
dan barang produksi yang disiapkan untuk dipasarkan.
3. Main Office Building (MOB) yang terdiri dari ruang president director,
departemen finance & accounting, ruang departemen pembelian (purchasing),
ruang HR/GA, ruang HSSE, ruang chemical dan ruang IT.
Di samping memiliki gedung- gedung tersebut, PT. Merck Tbk. juga
mempunyai fasilitas pengolahan air limbah.
Universitas Indonesia
dilakukan pada setiap tahap produksi sesuai dengan MWS (Manufacturing Work
Sheet), meliputi :
1. Appearance (untuk semua jenis produk),
2. Keseragaman bobot dan waktu hancur (untuk tablet dan kapsul),
3. Friability, kekerasan, disolusi, pemeriksaan strip dan blister (untuk tablet),
4. Panjang kapsul (untuk kapsul),
5. pH dan volume (untuk sirup dan injeksi),
6. Kekerasan tutup botol/torque dan viskositas (untuk sirup),
7. Ukuran partikel (untuk krim), dan
8. Berat bersih (untuk injeksi).
Bagian IPC juga memeriksa prosedur pengemasan (packaging) yaitu
kelengkapan PWS (Packaging Work Sheet), pemeriksaan batch number, QC
number, expired date dan kesesuaiannya dengan PWS. Selain itu, bagian IPC juga
melaksanakan validasi proses produksi yang meliputi prospective, retrospective
dan concurent validation.
b. GMP Compliance
Bagian GMP Compliance dipimpin oleh seorang Manager. Tugas utama
bagian ini adalah mengawasi dan memastikan kegiatan CPOB/GMP berlangsung
dengan baik. Pengawasan dilakukan dengan cara:
1. GMP auditing, inspeksi diri dan inspeksi eksternal
Auditing atau inspeksi dilakukan untuk menilai semua kegiatan dan
mencari kesalahan yang terjadi agar dapat diperbaiki. Target inspeksi adalah
karyawan, bangunan, peralatan, proses produksi, pengawasan mutu dan
pemeliharaan gedung, pemasok serta pembuat produk tol (kontrak).
Universitas Indonesia
4. Mengendalikan perubahan
Setiap perubahan yang menyangkut proses, material, fasilitas, alat,
dokumen dan lain-lain yang menyangkut produk akan ditangani dengan
sistem pengendalian perubahan yang terkoordinasi.
Universitas Indonesia
melalui proses pelapisan. Sedangkan produk antara atau produk ruahan adalah
produk yang belum dilakukan proses pelapisan.
4. Laboratorium Mikrobiologi
Bagian mikrobiologi tugasnya adalah memeriksa kadar produk obat dan
vitamin secara mikrobiologi, bakteri dalam sediaan, sterilitas ampul, dan
potensi antibioatik. Untuk memeriksa vitamin secara mikrobiologi yang
diperiksa adalah vitamin B12, biotin, folic acid. Pemeriksaan jumlah bakteri
dan jamur pada produk sirup dan krim dilakukan pada setiap batch sedangkan
unuk tablet dan kapsul setiap 5 batch contoh produk. Pada produk ampul
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ruangan ini dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF). Petugas yang
akan melakukan pengambilan sampel harus melalui pintu khusus dan mengenakan
pakaian khusus. Bahan yang akan diperiksa masuk melalui pintu yang berbeda
dan pembukaan kemasan primer bahan harus dilakukan di bawah LAF.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Packaging Order) yang dikirim oleh bagian produksi dan pengemasan. Bagian
gudang akan menyiapkan barang yang dipesan kemudian barang yang tersebut
beserta MO dan PO akan diserahkan kembali ke bagian produksi dan packaging.
Barang yang sudah selesai ditimbang akan dikembalikan ke warehouse untuk
disimpan kembali sesuai kondisi penyimpanannya, untuk bahan pengemas
pengembalian ke warehouse dilakukan setelah rekonsiliasi oleh bagian
pengemasan. Pengeluaran produk jadi didasarkan pada delivery order (DO) atau
sales order dari bagian marketing yang berisi daftar obat jadi yang dipesan oleh
distributor.
c. Demand Management
Bagian Demand Management bertugas untuk menyusun rencana produksi
berdasarkan rencana penjualan yang diberikan oleh bagian marketing. Rencana
produksi yang telah disusun diberikan kepada bagian produksi untuk dibagi
menjadi rencana produksi mingguan dan rencana produksi harian. Demand
Management bertanggung jawab untuk memastikan jumlah barang yang
diproduksi memenuhi permintaan konsumen dalan jumlah dan waktu yang tepat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Packing
Pengemasan merupakan tahap akhir dalam proses produksi obat untuk
melindungi produk dari pengaruh-pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi
stabilitas produk, seperti pengaruh mekanik, kelembaban, suhu atau cahaya dan
juga untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antar produk serta sebagai
identitas produk. Proses pengemasan dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
a. Pengemasan primer (primary packaging)
Pengemasan primer merupakan kegiatan memberikan kemasan pada
produk ruahan dan kemasan yang berhubungan langsung dengan produk. Proses
pengemasan yang dilakukan meliputi kegiatan blistering, stripping dan bottling.
Sebelum digunakan, botol-botol dibersihkan untuk menghilangkan debu yang
mungkin menempel di dalam botol. Pengemasan primer sediaan injeksi (ampul)
dilakukan langsung oleh bagian produksi. Selama proses pengemasan primer
dilakukan kontrol terhadap mutu produk, meliputi sorting out hasil pengemasan
yang berupa blister atau strip dan tes kebocoran.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Utility, bertugas mengatur sumber tenaga listrik, uap panas, udara bertekanan,
air bersih, dan HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioner).
HVAC adalah sistem yang mengatur suhu dan kelembaban udara di
dalam ruangan produksi. Sistem ini terdiri dari AHU (Air Handling Unit) yang
berfungsi untuk mengatur tekanan, filter, dan dehumidifier.
Universitas Indonesia
PT. Merck Tbk. adalah perusahaan farmasi dan kimia global yang berdiri
di bawah naungan Merck Group. Sebagai industri farmasi, PT. Merck Tbk.
Dituntut untuk menghasilkan obat jadi yang bermutu, aman, dan berkhasiat.
Untuk menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan, PT. Merck Tbk. Selalu
mengacu pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam proses
produksinya. Usaha-usaha dalam pemenuhan persyaratan CPOB terus
dikembangkan, terbukti dengan diperolehnya 12 sertifikat CPOB untuk semua
fasilitas produksi.
Pedoman CPOB yang harus diterapkan pada setiap industri farmasi
meliputi 12 aspek, yaitu: manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas,
peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan
audit mutu, penanganan keluhan terhadap obat dan penarikan kembali obat jadi
serta obat kembalian, pembuatan dan analisis berdasakan kontrak, dokumentasi,
serta validasi dan kualifikasi. Pelaksanaan CPOB di PT. Merck Tbk. Tercakup
dalam pembahasan berikut:
4.2. Personalia
Tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dapat dijelaskan
dari struktur organisasi dan pendelegasian tugas dalam bentuk job description,
sehingga setiap personil yang bekerja dapat mengetahui tugas, wewenang dan
38 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.4. Peralatan
Mesin –mesin produksi dan peralatan penunjang dalam proses produksi dan
Quality Control telah memenuhi persyaratan CPOB. Perawatan dan kalibrasi
dilakukan secara berkala untuk menjamin kinerja dari peralatan-peralatan tersebut.
Peralatan juga ditempatkan pada tempat yang sesuai agar memudahkan dalam
proses pembersihan dan perawatannya sehingga peralatan tersebut dapat
digunakan untuk menghasilkan obat dengan mutu yang baik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.6. Produksi
Rancang bangun dan konstruksi bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam alur proses produksi. Ruang penimbangan, ruang granulasi,
ruang pencetakan tablet, ruang penyalutan tablet dan ruang stripping terletak
berdekatan berturut-turut sehingga memudahkan pengolahan bahan baku hingga
menjadi produk akhir obat jadi.
Dalam proses produksi juga dilakukan pengawasan selama proses yang
dilakukan oleh bagian pemastian mutu (Quality Assurance). Pengawasan tersebut
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi
yang mungkin menjadi penyebab variasi karateristik produk selama proses
berjalan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA, dapat
disimpulkan bahwa :
a. PT. Merck Tbk. telah menerapkan pedoman CPOB atau GMP (Good
Manufacturing Practice) untuk semua proses baik dalam proses produksi,
pengawasan dan pengendalian mutu, serta kegiatan lain yang terkait
dilaksanakan dengan berdasarkan konsep CPOB. Aspek-aspek CPOB telah
diimplementasikan serta terdokumentasikan dengan teratur.
b. Profesi apoteker memegang peranan yang sangat penting didalam suatu
industri farmasi khususnya di PT. Merck Tbk. yaitu sebagai tenaga profesional
farmasi antara lain Plant Director, Production Manager, Quality Assurance
Manager, dan Quality Control Manager.
5.2. Saran
a. Perlu peningkatan koordinasi antar departemen pada PT. Merck Tbk. sehingga
dihasilkan kinerja yang lebih baik.
b. Tetap menjaga dan mempertahankan kualitas dalam produksi dan analisis obat-
obatan sesuai dengan CPOB yang telah ada.
45 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta.
46 Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXIV
i Universitas Indonesia
Tabel 2.1. Kategori uji untuk validasi dan parameternya menurut ICH ..... 4
Tabel 2.2. Kriteria Penerimaan Uji Perolehan Kembali .............................. 6
Tabel 2.3. Kriteria Presisi ............................................................................ 9
ii Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
cemaran, dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau
komponen tertentu dalam obat (BPOM, 2006).
Kegiatan validasi metode analisis di PT. Merck Tbk. dilakukan di
laboratorium yang berhubungan dengan pemeriksaan atau penetapan kadar bahan
baku atau produk jadi. Untuk kegiatan validasi di laboratorium Quality Control
(QC) berada di bawah tanggung jawab departemen Quality Control (QC) dan
Quality Assurance (QA).
Dalam tugas khusus ini akan dibahas mengenai validasi metode analisis
penetapan kadar asam askorbat dalam Bion 3 Tablet (New Formula) di
laboratorium QC di PT. Merck Tbk. Hal yang akan dibahas dalam tugas khusus
ini adalah parameter validasi metode analisis dan kriteria penerimaannya beserta
protokol dan laporan validasi metode analisis di PT. Merck Tbk.
1.2. TUJUAN
a. Mengetahui dan memahami cara membuat protokol, analisis dan laporan
validasi metode analisis yang ada di industry farmasi, khususnya di PT. Merck
Tbk.
b. Membuktikan bahwa metode penetapan kadar asam askorbat dalam Bion 3
Tablet (New Formula) memenuhi parameter validasi, yaitu akurasi, presisi
(keterulangan dan presisi antara), spesifisitas, linearitas, dan kekuatan.
Universitas Indonesia
2.1. Validasi
Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
untuk memberi kepastian bahwa semua bahan, prosedur, kegiatan, perlengkapan
atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan (BPOM RI, 2006). Manfaat yang dapat diperoleh
dari pelaksanaan validasi adalah sebagai berikut:
1. Menjamin mutu obat
a. Pengendalian dan perawatan sistem yang lebih baik.
b. Tindakan yang lebih efektif dan cepat apabila terjadi penyimpangan dalam
proses.
c. Kemampuan untuk mengendalikan dan memperbaiki proses. Perbaikan
dan peningkatan secara berkesinambungan.
2. Penghematan biaya
Meningkatkan efektivitas produksi sehingga mengurangi atau menghindati
biaya yang tidak diperlukan karena kegagalan yang terjadi, misalnya:
a. Kegagalan internal, seperti pengolahan ulang, penolakan produk dan
produk yang terbuang.
b. Kegagalan eksternal seperti penarikan kembali obat, keluhan terhadap obat
dan pengembalian obat (mutu substandard).
3 Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Kategori uji untuk validasi dan parameternya menurut ICH
Karakteristik Uji Cemaran Penetapan
Identifikasi
analisis Kuantitatif Uji Batas kadar
Akurasi Tidak Ya Tidak Ya
Presisi
Keterulangan Tidak Ya Tidak Ya
Presisi
Tidak Ya Tidak Ya
antara
Ketertiruan Tidak Ya Tidak Ya
Spesifitas Ya Ya Ya Ya
Universitas Indonesia
Metode analisis harus jelas dan mudah dimengerti karena hal ini akan
menentukan karakteristik validasi yang perlu dievaluasi. Karakteristik validasi
yang umumnya perlu diperhatikan antara lain akurasi, presisi, keterulangan,
presisi antara, ketertiruan, spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linearitas,
dan rentang.
Validasi ulang mungkin diperlukan pada kondisi perubahan sintesis bahan
aktif, perubahan komposisi produk jadi, dan perubahan metode analisis. Tingkat
validasi ulang yang diperlukan tergantung pada sifat perubahan. Perubahan
tertentu lain mungkin juga memerlukan validasi ulang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Validasi metode analisis parameter akurasi untuk penetapan obat jadi, PT.
Merck Tbk. melakukannya dengan cara membuat campuran bahan-bahan
pembantu dari komponen obat jadi dimana jumlah zat aktif yang ditambahkan
pada campuran tersebut diketahui dengan pasti (metode simulasi). Apabila tidak
mungkin mendapatkan sampel dari cara diatas, maka dapat dilakukan dengan
cara menambahkan jumlah tertentu analit ke obat jadi (metode penambahan
bahan baku) atau dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari prosedur
analisa lain yang sudah diketahui akurasinya. Akurasi obat jadi juga bisa
disimpulkan bila presisi, linearitas, dan spesifisitas telah ditetapkan. (PT. Merck
Tbk., 2011)
Akurasi untuk penetapan kadar cemaran ditetapkan pada sampel (obat
jadi) yang telah diberi sejumlah tertentu cemaran. Bila tidak mungkin
mendapatkan sampel cemaran dan/atau produk degradasi, diperbolehkan untuk
membandingkan hasil yang diperoleh dari prosedur lainnya. (PT. Merck Tbk.,
2011)
Di PT. Merck Tbk. Akurasi ditetapkan minimum menggunakan 3
konsentrasi sampel, masing-masing 3 replikat atau 5 konsentrasi sampel ,
masing-masing 2 replikat. Akurasi dilaporkan sebagai persentase perolehan
kembali dari penetapan kadar yang telah diketahui jumlah analit yang
ditambahkan dalam sampel atau sebagai perbedaan antara nilai rata-rata dan nilai
sebenarnya beserta confidence intervalnya. Kriteria penerimaan perolehan
kembali senyawa aktif harus berada dalam batas 98 - 102%, sedangkan untuk
cemaran tergantung dari persentase kadar cemarannya. (PT. Merck Tbk., 2011)
2.2.3.2. Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil
uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen. Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan
baku relatif (koefisien variasi). Kriteria seksama diberikan jika metode
memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang
(Harmita, 2004).
Universitas Indonesia
c. Ketertiruan (reproducibility)
Ketertiruan menunjukkan presisi antar laboratorium (studi kolaborasi,
biasanya menggunakan metode yang terstandarisasi (FDA, 1999). Untuk PT.
Merck Tbk. Ketertiruan dilakukan dengan menggunakan 6 sampel dengan
Universitas Indonesia
konsentrasi kadar zat aktif 100% dan ditetapkan kadarnya masing-masing 1 kali.
Ketertiruan harus memiliki standar deviasi relative (RSD) ≤ 2%. ) (PT. Merck
Tbk., 2011).
Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif
atau koefisien variasi 2% atau kurang. Kriteria ini sangat fleksibel tergantung
pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium.
Koefisien variasi meningkat seiring dengan menurunnya konsentrasi analit
(Harmita, 2004).
2.2.3.3.Selektivitas (spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas adalah kemampuan metode untuk mengukur
analit dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam sampel. Komponen
lain tersebut dapat berupa cemaran, hasil urai, zat-zat tambahan dalam produk jadi,
dan lain-lain (FDA, 1999)
Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis
sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan
bahan-bahan tersebut (Harmita, 2004).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3 x S(y x )
Batas deteksi = Slope
10 x S(y x )
Batas kuantitas = Slope
2.2.3.6.Kekuatan (robustness)
Robustness adalah kemampuan metode analisa untuk tidak terpengaruh
oleh perubahan-perubahan kecil dalam metode analisa. Untuk memvalidasi
kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus
menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi. (Harmita,
2004)
Contoh jenis variasi yang dapat dilakukan yaitu stabilitas larutan analisis
dan waktu ekstraksi. Pada kromatografi cair, variasinya antara lain pengaruh
variasi pH pada fase gerak, pengaruh komposisi fase gerak, perubahan kolom,
perubahan suhu kolom, dan perubahan laju alir fase gerak. Sedangkan pada
kromatografi gas, variasi yang dapat dilakukan antara lain perubahan kolom
(berbeda lot/supplier), suhu, dan laju alir.
Validasi parameter kekuatan PT. Merck Tbk. melakukannya dengan
menganalisis sampel dengan konsentrasi zat aktif 100% menggunakan prosedur
pemeriksaan bersangkutan dangan adanya variasi dalam kondisi analisa. Misalnya
variasi laju alir, suhu kolom, lama waktu ekstraksi, komposisi fase gerak, pH fase
gerak, kolom dengan lot number berbeda, atau parameter lainnya yang merujuk
pada prosedur preparasi kadar zat aktif. Kekuatan harus memiliki standar deviasi
relative (RSD) ≤ 2%. ) (PT. Merck Tbk., 2011).
Universitas Indonesia
3.2. Isi
3.2.1. Tujuan
Untuk membuktikan bahwa metode analisis yang digunakan dapat
menetapkan kadar asam askorbat dalam Bion 3 Tablet (New Formula) secara
konsisten dan memberikan hasil yang akurat. Parameter yang divalidasikan adalah
spesifisitas, presisi (keterulangan dan presisi antara), akurasi, linearitas, dan
kekuatan.
3.2.3. Komposisi Bion 3 Tablet (New Formula) (PT. Merck Tbk., 2011)
Vitamin A Acetate Nicotinamide
Thiamine Nitrate Pyridoxol HCL
Riboflavine Ascorbic Acid
12 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Presisi
Keterulangan (Repeatability)
Presisi metode diperoleh dengan melakukan enam kali analisa
larutan sampel yang berasal dari Larutan C (100 % Asam Askorbat).
c. Akurasi (Recovery)
Nilai akurasi metode diperoleh dengan melakukan analisis pada
sejumlah sampel yang diketahui dengan pasti jumlah zat aktifnya. Digunakan
larutan A, B, C, D dan E, yaitu larutan dengan konsentrasi 70, 80, 100, 120,
dan 130 % asam askorbat. Analisa dilakukan dua kali untuk tiap konsentrasi.
Nilai akurasi ditunjukkan dengan nilai persentase rata-rata recovery, yaitu
konsentrasi asam askorbat yg didapat dari hasil titrasi dibandingkan dengan
konsentrasi asam askorbat teoritis.
d. Linearitas
Linearitas diperoleh dengan melakukan analisa terhadap beberapa
sampel yang berbeda konsentrasi zat aktifnya. Digunakan larutan A, B, C, D
dan E, yaitu larutan dengan konsentrasi 70, 80, 100, 120, dan 130 % asam
askorbat. Analisa dilakukan dua kali untuk tiap konsentrasi. Hubungan linear
antara kadar teoritis dengan kadar yang didapat dari hasil analisis ditunjukkan
dengan garis regresi.
e. Kekuatan (Robustness)
Nilai robustness diperoleh dari titrasi sampel homogen Larutan C (100%
Asam Askorbat) sebanyak tiga kali analisa yang dibedakan cara preparasi
larutannya (dengan pengadukan 5 menit dan 3 menit).
Universitas Indonesia
3.3 Penutup
Berisi lembar pengesahan dari personil pembuat protokol, pemeriksa
protokol, dan personil yang menyetujui isi dari protokol yang bersangkutan, serta
tanggal protokol tersebut disahkan.
Universitas Indonesia
17 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.1. Spesifisitas
Parameter pertama yang divalidasi adalah spesifisitas. Spesifisitas metode
analisis diperoleh dengan mentitrasi pelarut, plasebo dan sampel homogen yang
berasal dari larutan C (100 % asam askorbat) secara berurutan, kemudian ml titran
yang digunakan dibandingkan. Hasil titrasi menunjukkan bahwa volume titran
pada titik akhir titrasi antara pelarut dengan plasebo dan larutan sampel C berbeda
secara signifikan. Pelarut hanya dengan 1 tetes titran ( larutan Chloramine T 0,1 N)
dapat mengubah larutan tidak berwarna menjadi warna biru yang tetap, sedangkan
plasebo dan larutan sampel C membutuhkan ± 14,30 ml titran untuk mengubah
warna larutan dari kuning menjadi hijau. Volume titran yang dibutuhkan plasebo
untuk mencapai titik akhir hampir sama dengan volume titran yang dibutuhkan
larutan sampel C untuk mencapai titik akhir. Hal tersebut dikarenakan kedua
larutan tersebut memiliki asam askorbat dengan konsentrasi yang sama. Dengan
demikian dapat disimpulkan metode tersebut spesifik untuk zat aktif asam
askorbat.
Universitas Indonesia
Analisa dilakukan dua kali untuk tiap konsentrasi. Nilai akurasi ditunjukkan
dengan nilai persentase recovery, yaitu konsentrasi asam askorbat yg didapat dari
hasil titrasi dibandingkan dengan konsentrasi asam askorbat teoritis. Hasil analisis
menunjukkan nilai persentase recovery antara 98.43% – 100.18% memenuhi
kriteria penerimaan akurasi yang ditetapkan, yaitu persentase recovery antara 98 –
102 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode ini akurat untuk
penetapan kadar asam askorbat.
Hubungan linier konsentrasi asam askorbat yang didapat dari hasil analisis
diatas dengan konsentrasi teoritis asam askorbat ditunjukkan dengan garis regresi.
Dari garis regresi tersebut didapat persamaan regresi linier y = 1.000x - 1.130
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,9999. Hasil tersebut memenuhi kriteria
penerimaan yang ditetapkan, yaitu nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,995.
4.3.Presisi
Parameter selanjutnya yang divalidasi adalah presisi. Menurut ICH, presisi
terbagi menjadi tiga komponen, yaitu keterulangan (repeatability), presisi antara
(intermediate precision), dan ketertiruan (reproducibility). Parameter presisi yang
diujikan dalam validasi metode analisis penetapan kadar asam askorbat dalam
Bion 3 Tablet (New Formula) hanya keterulangan (repeatability) dan presisi
antara (intermediate precision). Keterulangan metode diperoleh dengan
melakukan enam kali analisa larutan sampel yang berasal dari Larutan C (100 %
Asam Askorbat). Dari keenam hasil analisis tersebut didapat nilai rata-rata
recovery sebesar 99,16% dengan nilai RSD 0,69 %. Hasil tersebut memenuhi
kriteria penerimaan yang ditetapkan, yaitu nilai RSD harus kurang dari 2 %.
Nilai presisi antara diperoleh dari titrasi sampel homogen larutan C (100%
Asam Askorbat) sebanyak tiga kali analisis yang dilakukan oleh analis yang
berbeda. Hasil tiga kali analisis larutan C (100%) yang dilakukan oleh analis yang
berbeda menunjukkan nilai RSD sebesar 0,49 %. Hasil tersebut tersebut
memenuhi kriteria penerimaan yang ditetapkan, yaitu nilai RSD harus kurang dari
2 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode ini dapat digunakan
untuk analisis penetapan kadar asam askorbat dan dapat dilakukan oleh semua
analis yang terkualifikasi.
Universitas Indonesia
4.4.Kekuatan (Robustness)
Validasi metode analisis untuk penetapan kadar asam askorbat dalam Bion
3 Tablet (New Formula) telah dilakukan dengan baik. Semua hasil
didokumentasikan pada buku kerja analis dan selanjutnya dibuat laporan validasi
metode analisis penetapan kadar asam askorbat dalam Bion 3 Tablet (New
Formula).
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
PKPA dengan tugas khusus pembuatan validasi metode analisis penetapan
kadar asam askorbat dalam Bion 3 Tablet (New Formula) menghasilkan protokol
validasi metode analisis penetapan kadar asam askorbat dalam Bion 3 Tablet (New
Formula) dan laporan validasi metode analisis penetapan kadar asam askorbat
dalam Bion 3 Tablet (New Formula).
Penetapan kadar asam askorbat dalam Bion 3 Tablet (New Formula) telah
tervalidasi untuk parameter akurasi, presisi (keterulangan dan presisi antara),
spesifisitas, linieritas, dan kekuatan.
5.2. Saran
Validasi metode analisa sebaiknya dilakukan validasi ulang secara berkala
untuk meyakinkan metode analisis tetap sesuai . tujuan penggunaannya dan selalu
memberikan hasil yang dapat dipercaya.
22 Universitas Indonesia
Badan Pengawasan Obat dan makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta.
PT. Merck Tbk. (2011). Prosedur Pemeriksaan Bion 3 Tablet (New Formula) (T
02 534/01). Jakarta. PTMI.
23 Universitas Indonesia
Product Name : Bion 3 Tablet (New Formula) Doc. No. : VP/AM/12 542 /01
1. METHOD TO BE VALIDATED :
Assay for Ascorbic Acid (Test Method No. T 02 534/01 for Bion 3 Tablet New Formula)
2. PURPOSE
To prove that the analytical method applied meets the requirements for the intended analytical
application using spike method. The criteria considered in this validation are specificity, precision,
accuracy, linearity, and robustness.
3. RESPONSIBILITY
QC department is responsible to:
Prepare of the validation protocol
Prepare samples required to this validation
Analyze all of samples as designated in the protocol
Review analysis results data
Prepare of the Validation Report
Quantity
Material
Per Tablet
5. CRITICAL PARAMETER
Titrant : Chloramine T Solution 0.1 N
Indicator : Zinc Iodide-starch Solution GR
6. PLACEBO PREPARATION
6.1. Peel the thin layer from 77 tablet
6.2. Separate the yellow-orange layer pieces
6.3. Finely pulverize the substances
___________________________________________________________________________________________________
AMVP/Bion 3 Tablet (New Formula)/Ascorbic Acid
7.2 Procedure
7.3.1. Weight about 685.0 mg of placebo (equiv. to about 135 mg of ascorbic acid)
Put in a 200-mL Erlenmeyer flask.
7.3.2. Add 5 mL of zinc iodide-starch solution
Titrate with chloramine T solution 0.1 N until the green colour persists for a short while.
7.3.3. Perform 5 replicate determinations; treat the average of these replicates as actual
substance assay.
7.3. Calculation
Ascorbic acid (mg/ct) = V x F x 350 x 8,806
W
F : Normality factor of Chloramine T solution 0,1 N
350 : Sample weight (mg) yellow-orange layer/tablet
Note : Check Chloramine T solution 0.1 N against ascorbic acid working standard at weekly
intervals. Take the correction factor into account.
7.4. Result
___________________________________________________________________________________________________
AMVP/Bion 3 Tablet (New Formula)/Ascorbic Acid
8. VALIDATION ANALYSIS
8.1. Stock Solution Preparation
8.1.1. 120% solution
a. Weight about 685.0 mg of placebo (equiv. to about 135 mg of ascorbic acid)
Add 27.0 mg of ascorbic acid raw material.
b. Put placebo and ascorbic acid raw material into a volumetric flask 200.0 mL.
Add water make up to 200.0 mL
8.1.2. 130% solution
a. Weight about 685.0 mg of placebo (equiv. to about 135 mg of ascorbic acid)
Add 40.5 mg of ascorbic acid raw material.
b. Put placebo and ascorbic acid raw material into volumetric flask 200.0 mL.
Add water make up to 200.0 mL
8.3. Procedure
8.3.1. Add 5 mL zinc iodide-starch solution to a certain concentration solution which refer to each
validation parameter.
8.3.2. Titrate with Chloramine T solution 0.1 N until the green colour persists for a short while.
___________________________________________________________________________________________________
AMVP/Bion 3 Tablet (New Formula)/Ascorbic Acid
9. VALIDATION PARAMETER
9.1. Specificity
The specificity of the method is determined by measuring blank solution and sample solution
respectively then compares the result.
Method: Single determination of placebo, blank solution and 100% concentration solution.
Actual
Concentration
Sample Name mL of Titrant Concentration Remark
Level
(mg/g)
Placebo NA
Blank solution NA
Solution C 100%
9.2. Precision
9.2.1. Repeatability
The precision of the method is determined by applying the described method to a homogenous
solution C.
Theoretical Actual
Sample Concentration
Concentration Concentration % Accuracy Remark
Name Level
(mg/g) (mg/g)
C-1 100%
C-2 100%
C-3 100%
C-4 100%
C-5 100%
C-6 100%
Average
RSD (≤ 2%)
Method :
Analyst 1: Triplicate 100% concentration analysis is measured.
Analyst 2: Triplicate 100% concentration analysis is measured.
___________________________________________________________________________________________________
AMVP/Bion 3 Tablet (New Formula)/Ascorbic Acid
Analyst 1 Analyst 2
Concentration Theoretical Actual Theoretical Actual
Level Sample % Sample %
Concentration Concentration Concentration Concentration
Name Accuracy Name Accuracy
(mg/g) (mg/g) (mg/g) (mg/g)
9.3. Accuracy
The accuracy is determined by applying the described method to placebo, which the known
amounts of active substance have been added for 10 determinations, over 5 concentration levels
(70, 80, 100, 120, 130%). Duplicates analysis is performed. The accuracy is expressed in terms of
the mean % recovery rate.
Theoretical Actual
Sample Concentration
Concentration Concentration % Accuracy Remark
Name Level
(mg/g) (mg/g)
A-1
70%
A-2
B-1
80%
B-2
C-1
100%
C-2
D-1
120%
D-2
E-1
130%
E-2
Range % Recovery (98-102%)
9.4. Linearity
The linearity of the method is determined by applying different concentrations of the active
substance (5 concentration levels: solution A – E). Duplicate analysis is performed for each
concentration. The linear relationship between the response of each samples and its
concentration is expressed in terms of regression line.
___________________________________________________________________________________________________
AMVP/Bion 3 Tablet (New Formula)/Ascorbic Acid
Theoretical Actual
Concentration
Sample Name Concentration Concentration Average
Level
(mg/g) (mg/g)
A-1
70%
A-2
B-1
80%
B-2
C-1
100%
C-2
D-1
120%
D-2
E-1
130%
E-2
2
R
R ( > 0.995)
9.5. Robustness
The robustness of the method is determined by applying different method to a homogenous
sample (100% of the theoretical input of the active substance), under a variety of conditions, i.e.
different solution stability.
Method : Triplicate of 100% concentration in titration when stirring the solution for 3 minutes
instead of 5 minutes.
10.2. Precision
10.2.1. Repeatability
Method precision should be ≤ 2 %.
10.2.2. Intermediate precision
Relative Standard Deviation (RSD) should be ≤ 2 %.
___________________________________________________________________________________________________
AMVP/Bion 3 Tablet (New Formula)/Ascorbic Acid
10.3. Accuracy
Recovery results should be between 98 – 102%.
10.4. Linearity
Coefficient of correlation (R) should be > 0.995.
10.5. Robustness
The result of modified condition in sample 100% should have Relative Standard Deviation (RSD)
≤ 2 %.
11. REFERENCES :
1. Standard Operating Procedure: Validasi Prosedur Pemeriksaan (QC/SP/015). PT. Merck Tbk.
2. Prosedur Pemeriksaan Bion 3 tablet (New Formula) (T 02 534/01). PT. Merck Tbk.
___________________________________________________________________________________________________
AMVP/Bion 3 Tablet (New Formula)/Ascorbic Acid
PROTOCOL APPROVAL :
This protocol has been reviewed and is suitable to be implemented
Prepared by :
Date :
___________________________________________________________________________________________________
AMVP/Bion 3 Tablet (New Formula)/Ascorbic Acid