Anda di halaman 1dari 48

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATIC PROJECT (MMP)


TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 16
YOGYAKARTA

PROPOSAL

Disusun Oleh:
Aliana Helda Mutaqim
15144100059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI
YOGYAKARTA 2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................5
C. Batasan Masalah.................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah..................................................................................6
E. Tujuan Penelitian................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................8
A. Tinjauan Pustaka....................................................................................8
1. Model Pembelajaran...........................................................................8
2. Model Pembelajaran Treffinger..........................................................9
3. Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP)............11
4. Kemampuan Berpikir Kreatif...........................................................13
B. Kerangka Berpikir................................................................................16
C. Hipotesis Penelitian............................................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 19
A. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................19
1. Tempat Penelitian.............................................................................19
2. Waktu Penelitian...............................................................................19
B. Rancangan penelitian...........................................................................19
1. Desain Penelitian..............................................................................19
2. Populasi............................................................................................20
3. Sampel..............................................................................................20
C. Variabel Penelitian...............................................................................21
1. Variabel Bebas..................................................................................21
2. Variabel Terikat................................................................................ 21
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...........................................21
1. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 21

ii
2. Instrumen Pengumpulan Data.......................................................... 23
E. Teknik Analisis Data............................................................................30
1. Uji Coba Instrumen Tes....................................................................30
2. Uji Prasyarat.....................................................................................34
3. Uji Hipotesis.....................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................40

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan,

wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna

mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Dalam proses pendidikan

formal, banyak mata pelajaran yang diajarkan, salah satunya adalah

matematika. Pendidikan matematika diharapkan dapat menjadi sarana bagi

siswa untuk mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mata

pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tiap

jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Matematika juga merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki peranan

penting dalam meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan

kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, serta meningkatkan kualitas

pengajaran di kelas dengan berbagai pendekatan, metode dan model

pembelajaran, sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas

dan berkompeten dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang logika mengenai

bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep. Pembelajaran matematika yang

benar sangat diperlukan dalam menanamkan konsep-konsep matematika di

sekolah. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika dalam Permendikbud

no 21 tahun 2016 yaitu siswa dapat menunjukkan sikap logis, kritis, analitis,

1
2

kreatif, cermat, dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak

mudah menyerah dalam memecahkan masalah. Berkenaan dengan

pencapaian di atas, secara implisit terkandung tujuan pembelajaran

matematika adalah untuk mendorong kemampuan peserta didik dalam

memecahkan masalah matematika secara aktif dan kreatif. Tingkat berpikir

kreatif siswa dalam proses pembelajaran juga dipengaruhi dengan

pendekatan, metode maupun model pembelajaran yang digunakan guru dalam

kegiatan belajar mengajar.

Model Pembelajaran Treffinger adalah model pembelajaran yang

menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran

praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Dengan melibatkan keterampilan

kognitif dan afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger

menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam

mendorong belajar kreatif. Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif

menggambarkan susunan tiga tingkat yaitu basic tools, practice with process,

dan working with the real problem yang mulai dengan unsur-unsur dasar dan

menanjak ke fungsi-fungsi berpikir yang lebih majemuk. Siswa terlibat dalam

kegiatan membangun keterampilan pada dua tingkat pertama untuk kemudian

menangani masalah kehidupan nyata pada tingkat ketiga (dalam Aris

Shoimin, 2014).

Model pembelajaran Missouri Mathematic Project adalah suatu model

pembelajaran matematika diterapkan di Missouri, suatu negara bagian

Amerika Serikat. Model Missouri Mathematic Project merupakan model


3

pembelajaran yang terstruktur, pada model pembelajaran ini siswa diberikan

kesempatan juga keleluasaan untuk berpikir secara berkelompok dalam

menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru berkaitan dengan

materi pembelajaran (dalam Fajar Shadiq, 2009). Model Missouri

Mathematic Project juga menekankan siswa terlibat aktif dalam memahami

materi pada proses pembelajaran berlangsung serta sangat menekankan

kemandirian belajar peserta didik yang diwujudkan dengan pemberian

pekerjaan rumah berupa soal setiap proses pembelajaran matematika dengan

harapan dapat membiasakan siswa untuk memecahkan masalah matematika,

sehingga mampu meningkatkan prestasi peserta didik (dalam Purna Bayu N,

dkk, 2014; 46).

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan oleh Restie Kartika

Maharani, dkk (2018) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Treffinger Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Pelajaran Matematika

Materi Bangun Ruang”. Menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif

yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran treffinger terhadap

kemampuan berpikir kreatif pelajaran matematika materi bangun ruang dan

termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tinggi disini dibuktikan dengan

adanya uji skor antara skor pretest dan skor posttest menghasilkan lebih dari

50% peserta didik mampu berpikir kreatif setelah dilakukannya pembelajaran

menggunakan model pembelajaran treffinger.

Penelitian yang dilakukan oleh Novi Marliani (2016) dengan judul “

Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP)


4

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa model pembelajaran Missouri Mathematic Project

(MMP) berpengaruh positif lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan dari hasil observasi dengan guru mata pelajaran

matematika kelas VII SMP Negeri 16 Yogyakarta, pembelajaran di kelas

masih mengarah pada guru. Guru sudah mencoba menerapkan pembelajaran

secara berkelompok tetapi peserta didik masih belum terlibat aktif dalam

pembelajaran tersebut, diketahui peserta didik mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Guru harus menanyakan satu

persatu dari setiap kelompok tersebut.

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran

matematika kelas VII SMP Negeri 16 Yogyakarta, beliau mengatakan bahwa

ketika peserta didik diberikan tugas, peserta didik menyelesaikan soal hanya

menggunakan rumus yang sudah dihafalnya saja padahal soal tersebut

memiliki beberapa penyelesaian. Peserta didik hanya memberikan satu

penyelesaian yang biasa digunakan setiap hari dan tidak memberikan

penyelesaian dengan cara yang berbeda. Untuk itu diperlukan suatu

pembelajaran yang efisien dan efektif untuk dapat mengaktifkan kemampuan

siswa, bukan hanya aspek kognitif yang dibangun, tapi juga aspek motorik.

Karena matematika bukan pelajaran menghafal, namun di perlukan

keterampilan dan ketangkasan untuk bisa memperoleh prestasi maksimal.


5

Dari dua penelitian diatas, model pembelajaran Treffinger dan model

pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) cocok diterapkan dalam

pembelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan

penelitian pembelajaran matematika pada kelas VII SMP Negeri 16

Yogyakarta dengan membandingkan dua model pembelajaran Treffinger

dengan model pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perbandingan Model Pembelajaran Treffinger

Dengan Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) Terhadap

Keterampilan Berpikir Kreatif Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas

VII SMP Negeri 16 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahannya, yaitu:

1. Metode dan model pembelajaran yang digunakan guru mempengaruhi

tingkat berpikir kreatif siswa, dimana selama ini model yang digunakan

guru masih bersifat teacher centered.

2. Rata-rata tingkat kemampuan berpikir kreatif masih dapat dikatakan

cukup.

3. Ada dua model pembelajaran yang menarik dan berpengaruh positif untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa yang telah dilakukan

pada penelitian sebelumnya.

C. Batasan Masalah
6

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas maka

diberikan batasan masalah dari peneliti yaitu membandingkan model

pembelajaran Treffinger dengan model pembelajaran Missouri Mathematic

Project (MMP) terhadap keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran

matematika.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal diatas, maka rumusan permasalahan dari penelitian

ini adalah “Bagaimana perbandingan antara model pembelajaran Treffinger

dengan model pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP) pada

pembelajaran matematika terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa kelas

VII SMP Negeri 16 Yogyakarta”.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara model

pembelajaran Treffinger dengan model pembelajaran Missouri Mathematic

Project (MMP) terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII SMP

Negeri 16 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan peneliti tentang pelaksanaan model

pembelajaran Treffinger dan model pembelajaran Missouri

Mathematic Project (MMP).


7

b. Mengidentifikasi kelemahan penyebab terhambatnya kemampuan

berpikir kreatif peserta didik.

c. Mengetahui dan memahami bagaimana kemampuan berpikir kreatif

peserta didik ketika diterapkan model Treffinger dan pembelajaran

Missouri Mathematic Project (MMP).

2. Bagi Guru

a. Membantu tugas guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif peserta didik selama proses pembelajaran di kelas secara

efektif dan efisiensi.

b. Memberikan masukan bagi guru, yaitu cara untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

c. Mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran.

3. Bagi Peserta Didik

a. Membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif yang dipelajari.

b. Membangun kemampuan secara mandiri.

c. Meningkatkan motivasi dan daya tarik peserta didik terhadap mata

pelajaran matematika.

4. Bagi Sekolah

a. Membantu memperlancar proses belajar mengajar.

b. Memberikan masukan terkait model pembelajaran yang sesuai dengan

kurikulum untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.


7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi

dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang dilakukan oleh peserta

didik, mengajar beorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru

sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara

terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru

dengan peserta didik, serta peserta didik dengan peserta didik disaat

pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada

hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan

pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap

(menurut suherman dalam asep jihad dan abdul haris, 2013: 11).

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan

melaksanakan kegiatan pembelajaran (Jamil Suprihatiningrum, 2014:

142). Setiap model pembelajaran mengarahkan para guru merancang

pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga

tujuan pembelajaran tercapai. Setiap model pembelajaran juga memiliki

tahap-tahap (sintaks) yang harus dilakukan oleh peserta didik dengan

8
9

bimbingan guru. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai

pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Hal ini menjukkkan bahwa setiap model yang digunakan

dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam

pembelajaran tersebut (Aris Shoimin, 2016: 24).

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak

dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoretik yang

logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut

dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang

diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Jamil

Suprihatiningrum, 2014: 143).

2. Model Pembelajaran Treffinger


Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dan hasil

yang optimal, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat,

sehingga konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan peserat didik.

Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan

pendekatan dan memilih model yang efektif. Hal ini sangat penting

terutama untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan

menyenangkan. Ada banyak model yang dapat dipergunakan dalam

proses pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran

Treffinger.

Menurut Munandar (dalam aris shoimin, 2016: 218) model

pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang

menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-


10

saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan dengan melibatkan

keterampilan kognitif dan afektif pada setiap tingkat dari model ini.

Senada dengan Munandar Sunata berpendapat bahwa model

pembelajaran Treffinger adalah suatu strategi pembelajaran yang

dikembangkan dari model belajar kreatif yang bersifat develop mental

dan mengutamakan segi proses. Strategi pembelajaran yang

dikembangkan oleh Treffinger yang berdasarkan kepada model belajar

kreatifnya (Aris Shoimin, 2013: 219). Sedangkan menurut Darminto

(isnaini,dkk, 2016: 17) model pembelajaran Treffinger merupakan salah

satu model pembelajaran yang bersifat developmental dan lebih

mengutamakan aspek proses.

Menurut Treffinger (dalam Miftahul Huda, 2013: 318-319)

menyebutkan bahwa model pembelajaran ini terdiri atas tiga komponen

penting, yaitu Understanding Challenge, Generating Ideas, dan

Preparing for Action yang kemudian dirinci ke dalam enam tahapan.

Penjelasan mengenai model ini adalah sebagai berikut.

a. Komponen I: Understanding Challenge (Memahami Tantangan)

1) Menentukan tujuan: guru menginformasikan kompetensi yang

harus dicapai dalam pembelajarannya.

2) Menggali data: guru mendemonstrasi/menyajikan fenomena

alam yang dapat mengundang keingintahuan peserta didik.

3) Merumuskan masalah: guru memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk mengidentifikasi permasalahan.

b. Komponen II: Generating Ideas (Membangkitkan Gagasan)


11

Memunculkan gagasan: guru memberi waktu dan kesempatan pada

peserta didik untuk mengungkapkan gagasannya dan juga

membimbing peserta didik untuk menyepakati alternatif pemecahan

yang akan diuji.

c. Komponen III: Preparing for Action (Mempersiapkan Tindakan)

1) Mengembangkan solusi: guru mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

2) Membangun penerimaan: guru mengecek solusi yang telah

diperoleh peserta didik dan memberikan permasalahan yang baru

namun lebih kompleks agar peserta didik dapat menerapkan solusi

yang telah ia peroleh.

3. Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP)


Menurut Good, Grouws, dan Ebmeier (dalam Santi Noviyanti,

dkk, 2013: 50) model Missouri Mathematic Project (MMP) adalah suatu

program yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas

penggunaan latihan-latihan agar peserta didik mencapai peningkatan

yang luar biasa, latihan yang dimaksudkan adalah lembar tugas proyek.

Sedangkan Menurut Jannah, Triyanto dan Ekana (dalam Nailil

Faroh,dkk, 2014: 99) model Missouri Mathematic Project (MMP)

menjelaskan bahwa model tersebut dirancang untuk menggabungkan

kemandirian dan kerja sama antar kelompok. Dengan belajar secara

berkelompok peserta didik


12

akan lebih memahami konsep konsep yang sulit dengan berdiskusi dan

bertukar pendapat dengan temannya.

Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Missouri

Mathematic Project (MMP) memiliki 5 langkah pembelajaran (Fadjar

Shadiq, 2009: 21) yaitu:

4. Pendahuluan atau Review

Pada tahap ini berisi kegiatan seperti; membahas PR, Meninjau

ulang kembali pelajaran yang lalu berkaitan dengan materi baru, dan

membangkitkan motivasi.

5. Pengembangan

Pada tahap ini berisi kegiatan seperti; penyajian ide baru sebagai

perluasan konsep matematika terdahulu, penjelasan yang dilakukan

dengan diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya

piktorial dan simbolik.

6. Latihan Dengan Bimbingan Guru

Pada tahap ini berisi kegiatan seperti; siswa merespon soal, guru

mengamati, belajar kooperatif.

7. Kerja Mandiri

Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada

langkah 2.
13

5. Penutup

Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang

hal-hal baik yang sudah dilakukan serta hal-hal kurang baik yang

harus dihilangkan dan siswa diberikan tugas PR.

4. Kemampuan Berpikir Kreatif


a. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang

menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Berpikir

kreatif berarti berusaha untuk menyelesaikan suatu permasalahan

dengan melibatkan segala tampakan dan fakta pengolahan data diotak

( Afriani Purnama Sari, 2017: 18).

Menurut Guilford (Nurlaela dan Ismayati: 2015) berpikir

kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, di sekolah yang

terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan dan

penalaran (berpikir logis). Sedangkan menurut Pehkonen (Abdul Azis

Saefudin, 2012: 40) berpikir kreatif merupakan kombinasi dari

berpikir logis dan berpikir divergen yang berdasarkan pada intuisi

dalam kesadaran. Oleh karena itu, berpikir kreatif melibatkan logika

dan intuisi secara bersama-sama.

Menurut Ikasen et al (Hendra Erik Rudyanto, 2014: 43)

berpikir kreatif merupakan proses konstruksi ide yang menekankan

pada aspek kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterincian. Berpikir


14

kreatif juga adalah cara baru dalam melihat dan mengerjakan sesuatu

yang memuat empat aspek antara lain; fluency (kefasihan), flexibility

(keluwesan), originality (keaslian), elaboration (keterincian).

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, peneliti mengartikan

berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir seseorang untuk

menghasilkan bermacam-macam jawaban atau memunculkan sesuatu

yang baru. Sesuatu baru tersebut merupakan kombinasi dari berpikir

logis dan berpikir divergen, yang melibatkan logika dan ituisi.

b. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut Filsame (Nurlaela dan Ismayaati: 2015) kemampuan

berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang dengan berdasarkan

data dan informasi yang tersedia dapat menentukan banyak

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya

adalah pada kuantitas, ketepat gunaan dan keragaman jawaban.

Menurut filsame berpikir kreatif adalah proses berpikir yang

mempunyai indikator sebagai berikut:

1) Kelancaran (fluency)

Kelancaran adalah kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan

yang benar sebanyak mungkin secara jelas.

2) Keluwesan (flexibility)

Keluwesan adalah kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide

atau gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari

berbagai sudut pandang.


15

3) Keaslian (originality)

Keaslian adalah kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan

yang unik dan tidak biasa, misalnya yang berbeda dari yang ada di

buku atau berbeda dari pendapat orang lain.

4) Elaborasi

Elaborasi adalah kemampuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi dan menambah detail dari ide atau gagasan

sehingga lebih bernilai.

Guilford (Afriani Purnamasari, 2017: 20) menyatakan hal yang

berkaitan dengan kreativitas adalah berpikir secara divergen sebagai

operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir

kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi.

c. Tahap-tahap Berpikir Kreatif

Wallas mengemukakan empat tahapan proses kreatif

(Nurlaela dan Ismayaati, 2015: 48), diantaranya:

1) Persiapan (Preparation)

Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau

data untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2) Inkubasi (Incubation)

Pada tahap ini individu seolah-olah melepaskan diri untuk

sementara waktu dari masalah yang dihadapinya, dalam

pengertian tidak memikirkannya secara sadar melainkan

menghadapinya dalam alam prasadar.


16

3) Iluminasi (Ilumination)

Pada tahap ini, individu sudah dapat timbul inspirasi atau

gagasan baru serta proses-proses psikologis yang gagasan

mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan

baru.

4) Verifikasi (verification)

Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara

kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realita.

B. Kerangka Berpikir

Pada saat proses belajar mengajar, kebanyakan guru menggunakan

pembelajaran yang cenderung guru sebagai sumber belajar dalam

pembelajaran di kelas sedangkan peserta didik hanya pasif dan kurang

termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dan mengikuti apa saja yang

disajikan guru. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan

berpikir kreatif peserta didik adalah sebagian besar peserta didik beranggapan

matematika merupakan pelajaran yang sulit dipelajari. Anggapan peserta

didik ini menyebabkan peserta didik terhambat untuk berpikir kretif, padahal

tingkat berpikir kreatif peserta didik merupakan suatu hal yang penting dalam

pembelajaran matematika.

Selain itu penggunaan model pembelajaran juga mempunyai pengaruh

yang cukup besar terhadap proses belajar dan terhadap keberhasilan guru

dalam mengajar. Karena pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat dan
17

efektif dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran yang malah akan

berdampak kepada menurunnya proses berpikir kreatif dari peseta didik.

Melihat kondisi seperti itu, peneliti tertarik untuk melakukan

percobaan membandingkan penerapan model pembelajaran Treffinger dengan

model pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP). Model

pembelajaran Treffinger dan model pembelajaran Missouri Mathematic

Project (MMP) ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika.

Hal ini karena model pembelajaran Treffinger adalah model model yang

menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran

praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Model Treffinger digunakan untuk

mendorong belajar kreatif menggambarkan susunan tiga tingkat yang mulai

dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir yang lebih

majemuk. Siswa terlibat dalam kegiatan membangun keterampilan pada dua

tingkat pertama untuk kemudian menangani masalah kehidupan nyata pada

tingkat ketiga. Sedangkan model pembelajaran Missouri Mathematic Project

(MMP) adalah model pembelajaran yang terstruktur, pada model

pembelajaran ini siswa diberikan kesempatan juga keleluasaan untuk berpikir

secara berkelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh

guru berkaitan dengan materi pembelajaran. Model Missouri Mathematic

Project juga model yang menggunakan pengembangan berpikir untuk

meningkat kemampuan pemecahan masalah secara kreatif. Kedua model

pembelajaran tersebut lebih menekankan pada penyelesaian secara mandiri

yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Dengan


18

model pembelajaran ini diharapkan dapat merangsang kemampuan berpikir

siswa sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatis siswa

pada pembelajaran matematika.

C. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

Adanya perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara model pembelajaran

Treffinger dengan model pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP)

siswa kelas VII SMP Negeri 16 Yogyakarta.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 16 Yogyakarta yang

beralamat di Jalan Nagan Lor 8 Kraton, Patehan, Kec. Kraton, Kota

Yogyakarta, Provinsi D.I. Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun

ajaran 2019/2020 dan disesuaikan dengan jadwal pembelajaran.

B. Rancangan penelitian

1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain Quasi Eksperimental

Design dengan bentuk The Randomized Posttest-Only Control Design,

yang dapat digambarkan secara berikut:

Tabel 3. 1

Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

X O
(R) Eksperimen I 1 2

(R) Eksperimen II X2 O4

(Sugiyono, 2016: 112)

Keterangan:
R : Sample Random
X 1 : Perlakuan menggunakan model Treffinger

19
20

X 2 : Perlakuan menggunakan model Missouri Mathematic Project


(MMP)
O2 : Hasil post-test dengan perlakuan menggunakan model Treffinger
O4 : Hasil post-test dengan perlakuan menggunakan model Missouri
Mathematic Project (MMP)
2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesempulannnya (Sugiyono, 2014: 80). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa SMP Negeri 16 Yogyakarta Kelas VII tahun pelajaran

2019/2020.

3. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014: 81). Adapun teknik sampling adalah

teknik yang digunakan untuk pengambilan sample dalam penelitian

(Karunia dan M. Ridwan, 2017: 105). Pada penelitian ini teknik

pengambilan sample yang digunakan adalah Simple Random Sampling.

Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang paling sederhana

karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak

tanpa memerhatikan strata yang ada dalam populasi. Hal tersebut dapat

dilakukan jika populasi dianggap homogen (relatif homogen) ((Karunia

dan M. Ridwan, 2017: 107).


21

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji

kecocokan antara teori dan fakta empiris di dunia nyata (Juliansyah, 2011:

47). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yang menjadi

pembahasan,yaitu:

1. Variabel Bebas
Sugiyono (2016: 61) mengatakan variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model

pembelajaran Treffinger dan model pembelejaran Missouri Mathematic

Project (MMP).

2. Variabel Terikat
Sugiyono (2016: 61) mengatakan variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah keterampilan berpikir kreatif

siswa.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2014: 224) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan

data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang


22

memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini, teknik yang

digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a. Observasi
Sugiyono (2016: 203) mengemukakan teknik pengumpulan

data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan

perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila respondem

yang diamati tidak terlalu besar.

b. Tes
Wina Sanjaya (2013: 99), mengatakan tes adalah teknik

pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek

kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Soal tes yang

digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian untuk mengukur

keterampilan berpikir kreatif siswa.

c. Dokumentasi

Suharsimi (2010: 274), mengemukakan bahwa dokumentasi

yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda, dan sebagainya. Dokumen digunakan sebagai

penguat data hasil dari observasi. Dokumen juga berupa lembaran-

lembaran hasil pekerjaan siswa, daftar nilai, lembar aktivitas siswa dan

guru serta dokumen berupa foto-foto saat pelaksanaan pembelajaran.


23

2. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua

fenomena ini disebut variabel penelitian. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, tes dan dokumentasi,

maka instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

(Sugiyono, 2014: 102).

a. Lembar Observasi

Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi. Lembar

observasi digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara

mengamati setiap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan ini

dapat berupa sejauh mana partisipasi guru dan siswa saat proses

pembelajaran matematika ketika dilakukannya sebuah tindakan yaitu

kelas eksperimen I menggunakan model pembelajaran Treffinger dan

kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran Missouri

Mathematic Project (MMP). Data yang diperoleh dari hasil observasi

nantinya dapat digunakan sebagai data pendukung penelitian.

Berikut kisi-kisi lembar observasi guru dan siswa

menggunakan model pembelajaran Treffinger dan Missouri

Mathematic Project (MMP).


24

Tabel 3. 2 Kisi-kisi lembar observasi guru dengan model pembelajaran


Treffinger
Aspek yang No
NO Indikator
Diamati Butir
Guru membuka pelajaran dengan 1
1 Pendahuluan salam dan doa.
Guru memeriksa kehadiran siswa. 2
Komponen I: Understanding
Challenge (Memahami
Tantangan)
Guru menginformasikan 3
kompetensi yang harus dicapai
dalam pembelajarannya.
guru mendemonstrasi/menyajikan 4
fenomena alam yang dapat
mengundang keingintahuan siswa.
Kegiatan guru memberi kesempatan kepada 5
Inti (dengan siswa untuk mengidentifikasi
2
model permasalahan.
Treffinger) Komponen II: Generating Ideas
(Membangkitkan Gagasan)
Guru memberi waktu dan 6
kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan gagasannya.
Guru juga membimbing siswa 7
untuk menyepakati alternatif
pemecahan yang akan diuji.
Komponen III: Preparing for
Action (Mempersiapkan
Tindakan)
Guru mendorong siswa untuk 8
mengumpulkan informasi yang
sesuai.
Guru melaksanakan eksperimen 9
untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Guru mengecek solusi yang telah 10
diperoleh siswa
Guru memberikan permasalahan 11
yang baru namun lebih kompleks
agar siswa dapat menerapkan
solusi yang telah ia peroleh.
Guru membuat kesimpulan. 12
Guru memberikan kuis. 13
Guru memberitahu siswa untuk 14
mengumpulkan kuis.
3 Penutup
Guru menyampaikan materi yang 15
telah disampaikan.
Guru menutup pembelajaran 16
dengan salam.

25
26

Tabel 3. 3 Kisi-kisi lembar observasi guru model pembelajaran Missouri


Mathematic Project (MMP)

Aspek yang No
NO Indikator
Diamati Butir

Guru membuka pelajaran dengan 1


1 Pendahuluan salam dan doa.
Guru memeriksa kehadiran siswa. 2
Pendahuluan atau Review
Guru membahas PR. 3
Guru meninjau kembali pelajaran 4
yang lalu yang berkaitan materi
baru.
Guru membangkitkan motivasi 5
siswa dengan pertanyaan.
Pengembangan
Kegiatan Inti
Guru menyajikan pelajaran dengan 6
(dengan model
ide baru sebagai perluasan konsep
Missouri
2 matematika.
Mathematic
Guru memberikan penjelasan 7
Project
dengan diskusi.
(MMP))
Guru memberikan contoh yang 8
konkret yang sifatnya simbolik.
Latihan dengan Bimbingan
Guru
Guru memberikan soal. 9
Guru mengamati siswa 10
mengerjakan soal.
Guru membolehkan siswa 11
berdiskusi dengan teman
sebangku.
Kerja Mandiri
Guru memberikan soal latihan 12
untuk dikerjakan sendiri.
Guru meminta siswa untuk 13
membuat rangkuman
pembelajaran.

Guru memberikan renungan dari 14


3 Penutup
apa yang telah dipelajari.
Guru memberikan PR. 15
Guru menutup pembelajaran 16
dengan salam.

Tabel 3. 4 Kisi-kisi lembar observasi siswa dengan model pembelajaran


Treffinger
Aspek yang No
NO Indikator
Diamati Butir
Siswa menjawab salam dan berdoa 1
bersama-sama.
1 Pendahuluan
Siswa menjawab pertanyaan kabar 2
dari guru.
Komponen I: Understanding
Challenge (Memahami Tantangan)
Kegiatan Inti Siswa menyimak kompetensi yang 3
(dengan akan dicapai dalam pembelajaran.
2
model Siswa memperhatikan 4
Treffinger) pendemostrasian dari guru.
Siswa bertanya kepada guru 5
mengenai pendemostrasian tersebut.

27
Siswa mengidentifikasi permasalahan 6
yang diberikan.
Komponen II: Generating Ideas
(Membangkitkan Gagasan)
Siswa mengungkapkan gagasan dari 7
permasalahan sebelumnya.
Siswa menyepakati alternatif 8
pemecahan yang di gunakan.
Komponen III: Preparing for
Action (Mempersiapkan Tindakan)
Siswa mencari informasi yang sesuai 9
dengan permasalahan.
Siswa mengikuti arahan guru untuk 10
dapat menyelesaikan permasalahan.
Siswa mengerjakan permasalahan 11
baru yang lebih kompleks.
Siswa menulis kesimpulan yang 12
diberikan guru.
Siswa mengerjakan kuis seacara 13
3 Penutup
individu.
Siswa mengumpulkan kuis. 14
Siswa menjawab salam. 15

Tabel 3. 5 Kisi-kisi lembar observasi siswa dengan model pembelajaran


Missouri Mathematic Project (MMP)
Aspek yang No
NO Indikator
Diamati Butir
Siswa menjawab salam dan berdoa 1
bersama-sama.
1 Pendahuluan
Siswa menjawab pertanyaan kabar dari 2
guru.

28
Pendahuluan atau Review
Siswa membahas PR bersama. 3
Siswa menyimak peninjauan kembali 4
dari guru.
Siswa menjawab pertanyaan. 5
Pengembangan
Kegiatan Inti
Siswa berdiskusi dengan teman dan 6
(dengan model
gurunya.
Missouri
2 Siswa memahami contoh yang 7
Mathematic
diberikan oleh guru.
Project
Latihan dengan Bimbingan Guru
(MMP))
Siswa mengerjakan soal. 8
Siswa berdiskusi dengan teman 9
sebangkunya.
Kerja Mandiri
Siswa mengerjakan soal latihan secara 10
individu.
Siswa membuat rangkuman 11
pembelajaran.
Siswa mendengarkan renungan dari 12
3 Penutup
guru.
Siswa menulis PR yang diberikan. 13
Siswa menjawab salam. 14

b. Soal Tes

Soal tes ini digunakan untuk memperoleh data nilai siswa

setelah diberi perlakuan (data akhir) pada kelas eksperimen I maupun

kelas eksperimen II berupa soal post-test. Tes yang digunakan dalam

penelitian ini berbentuk soal uraian dengan kualitas yang sama untuk

29
30

mengukur keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran

matematika. Sebelum soal diberikan kepada kelas eksperimen I dan

kelas eksperimen II, soal-soal tes tersebut terlebih dahulu

diujicobakan pada kelas lain untuk mengetahui validitas dan

reliabilitasnya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengetahui kemampuan awal

yang dimiliki siswa. Dokumen tersebut berupa hasil penilaian pretest

yang telah dilakukan

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui data yang terkumpul dari observasi, dan

tes. Analisis data bertujuan untuk menyampaikan dan membatasi penemuan-

penemuan sampai menjadi suatu data yang teratur dan tersusun. Analisis

data dalam penelitian ini antara lain:

1. Uji Coba Instrumen Tes


a. Uji Validitas
Hamid (2011:87) mengemukakan validitas adalah tingkat

dimana suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian

validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan

skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor

butir. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus

korelasi product-moment dengan angka kasar sebagai berikut.


31

si2
si2

N  XY   X Y 
r 
xy N  X 2 
  X 2 N Y 2  Y 2 

Keterangan: rhitung : Koefisien korelasi antara x dan y


N : Banyak subjek/siswa yang diteliti
 X : Skor item

 Y : Skor total

 X 2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

Y 2 : Jumlah kuadrat jumlah soal


(Karunia Eka Lestari, 2015: 193)
b. Uji Reliabilitas

Juliansyah (2011: 130) mengemukakan bahwa reliabilitas ialah

indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan jika pertanyaan

yang dimiliki telah memenuhi uji validitas. Reliabilitas tes dapat

dihitung menggunakan rumus Alfa Cronbach sebagai berikut.

s
2
 
r  k 1  i 

2
k 1 

st 
i

 
Keterangan: r1 : nilai reliabilitas
k : jumlah item dalam instrumen
: jumlah varians butir soal

: varians soal (Sugiyono, 2016: 186)

Rumus untuk varians total dan varians butir soal:

Dengan, S i2 
xi2  xi 2 dan S t2 
xt2  xt 2
N N2 N N2
32

Keterangan:  X i2 : Jumlah kuadrat item X i

 X i 2 : Jumlah item X dikuadratkan


i

N : Jumlah responden

Kriteria:
Jika rhitung  rtabel , maka instrumen yang diujikan dinyatakan reliabel.

Jika rhitung  rtabel , maka instrumen yang diujikan dinyatakan tidak


reliabel.
Dengan taraf siginifikan    0,05
c. Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah

soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Zaenal Arifin (2009: 273)

mengatakan bahwa cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal

bentuk uraian adalah menghitung berapa persen peserta didik yang

menjawab benar atau ada dibawah batas lulus (passing grade) untuk

tiap-tiap soal. Rumus yang digunakan sebagai berikut.

p  jumlah peserta didik yang menjawab gagal 100%


jumlah peserta didik

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soal dapat digunakan

kriteria sebagai berikut:

1) Jika jumlah peserta didik yang menjawab soal salah mencapai 27%

maka soal termasuk mudah

2) Jika jumlah peserta didik yang menjawab soal salah antara 28%

sampai dengan 72% maka soal termasuk sedang


33

3) Jika jumlah peserta didik yang menjawab soal salah mencapai 73%

keatas, maka soal termasuk sukar.

d. Uji Daya Pembeda

Zaenal Arifin (2009: 273) mengemukakan bahwa perhitungan

daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal

mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi

dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi

berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menguji daya pembeda langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.

2) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan

skor terkecil.

3) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah

peserta didik diatas 30 dapat ditetapkan 27%.

4) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok

(kelompok atas maupun kelompok bawah).

5) Menghitung daya pembeda dengan rumus:

DP  X KA  X KB
skor maks

Keterangan:
DP : daya pembeda
X KA : rata-rata kelompok atas
X KB : rata-rata kelompok bawah
Skor Maks : skor maksimum
34

6) Membandingkan daya pembeda dengan kriteria berikut.

Tabel 3. 6
Kriteria Daya Pembeda
Skor Daya Pembeda Kriteria
 0,40 Sangat Baik
0,30  0,39 Baik
0,20  0,29 Cukup, soal perlu diperbaiki
 0,19 Kurang baik, soal harus dibuang
(Zaenal Arifin, 2009: 133)

2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat untuk

memenuhi asumsi kenormalan dalam analisis data statistik parametrik.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran

berdistribusi normal atau tidak (Karunia Eka Lestari dan M. Ridwan

Yudhanegara, 2017: 244). Oleh karena itu, sebelum melakukan uji

hipotesis maka terlebih dahulu akan dilakukan uji normalitas data. Uji

ini untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak.

Pada penelitian ini digunakan Kolmogorov Smirnov untuk menguji

normalitasnya. Langkah-langkah pengujian normalitas dengan

Kolmogorov Smirnov adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan Hipotesis

H 0  Data berdistribusi normal


H1  Data tidak berdistribusi normal

2) Menentukan Nilai Uji Statistik

a) Urutkan data dari yang terkecil ke yang terbesar


35

b) Menentukan proporsi kumulatif

frekuensi kumulatif ke  i  fki 


Pk 
jumlah frekuensi  f 

c) Menentukan skor baru zi yaitu:

X i X
zi 
s

Keterangan: X i = Nilai siswa

X = Nilai rata-rata

S = Standar deviasi

d) Menentukan luas kurva zi (z-tabel). Nilai z-tabel pada

Microsoft Evcel diperoleh dengan rumus =NORMDIST

untuk setiap nilai zi .

e) Menentukan nilai Pk  ztabel

f) Menentukan harga Dhitung yaitu:

D  maks P
hitung  k
z
tabel 
3) Menentukan Nilai Kritis

Untuk mencari Dtabel maka dapat dilihat pada tabel Kolmogorov

Smirnov dengan menggunakan   0,05 .

4) Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika Dhitung  Dtabel , maka H 0 ditolak.

Jika Dhitung  Dtabel , maka H 0 diterima.

5) Memberikan Kesimpulan
36

Jika Dhitung  Dtabel , maka H 0 ditolak yang berarti data yang

dihitung tidak berdistribusi normal, sedangkan Jika

Dhitung  Dtabel , maka H 0 diterima yang berarti data yang dihitung

berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan salah satu uji prasyarat analisis

data statistik parametrik pada teknik komparasional

(membandingkan). Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui

apakah variansi data dari sampel yang dianalisis homogen atau tidak.

Pada penelitian ini uji homogenitas menggunakan Uji F melalui

langkah-langkah sebagai berikut (Karunia Eka Lestari dan M. Ridwan

Yudhanegara, 2017: 249) :

1) Merumuskan Hipotesis

H 0 : 12   22 , kedua varians homogen

H 0 : 12   22 , kedua variansi tidak homogen

2) Menentukan Nilai Uji Statistik

F  Varians terbesar
hitung
Varians terkecil

3) Menentukan Nilai Kritis

F F
tabel a dk1 ,dk2 

Keterangan:

dk1 : derajat kebebasan yang memiliki variansi terbesar, dk1  n1 1


37

dk2 :derajat kebebasan yang memiliki variansi terbesar dk2  n2 1

Dengan melihat tabel distribusi F, diperoleh nilai kritis:

F F
tabel a dk1 ,dk2 

4) Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika Fhitung  Ftabel , maka H 0 ditolak Jika

Fhitung  Ftabel , maka H 0 diterima

5) Memberikan Kesimpulan

Jika Fhitung  Ftabel , maka H 0 ditolak artinya data yang dihitung

adalah tidak homogen, sedangkan jika Fhitung  Ftabel , maka H 0

diterima artinya data yang dihitung adalah homogen.

3. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui perbandingan keterampilan berpikir kreatif

antara model pembelajaran Treffinger dan model pembelajaran Missouri

Mathematic Project, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t dua

pihak. Langkah-langkah pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Hipotesis

Pasangan hipotesis nol H 0  dan tandingannya H1  yang akan diuji

adalah:

H0 : 1  2 , tidak terdapat perbedaan rata-rata keterampilan berpikir

kreatif antara siswa yang memperoleh mode

pembelajaran Treffinger dibandingkan dengan l

siswa
38

yang memperoleh model pembelajaran Missouri

Mathematic Project (MMP).

H 0 : 1  2 ,terdapat perbedaan rata-rata keterampilan berpikir

kreatif antara siswa yang memperoleh model

pembelajaran Treffinger dibandingkan dengan siswa

yang memperoleh model pembelajaran Missouri

Mathematic Project (MMP).

b. Statistik Uji

t  X1  X 2
hitung
S 1 1
n n
1 2

S n 1S 2  n 1S 2
1 1 2 2

n1  n2  2
Keterangan:

X1 = Rata-rata hasil tes matematika kelas eksperimen 1

X2 = Rata-rata hasil tes matematika kelas eksperimen 2


n1 = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen 1
n2 = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen 2
S = Variansi gabungan
S 2 = Variansi kelompok eksperimen 1
1

S 2 = Variansi kelompok eksperimen 2


2

c. Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis

Nilai thitung berada di daerah penolakan H 0 karena

t
hitung  ttabel , maka H 0 ditolak.
39

d. Kesimpulan

Nilai thitung  ttabel , maka H 0 ditolak, artinya pada taraf

kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan atara

rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa yang memperoleh model

pembelajaran Treffinger dibandingkan dengan siswa yang

memperoleh model pembelajaran Missouri Mathematic Project

(MMP).
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Saefudin. 2012. “Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”. Jurnal Al  Bid ayah , 4(1),

37-48.

Aris Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Asep Jihad dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo.

Fadjar Shadiq. 2009. Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta:

PPPPTK Matematika.

Hamid Darmadi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Hendra Erik Rudyanto. 2014. “Model Discovery Learning Dengan Pendekatan

Saintifik Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif”. Jurnal Premiere Educandum, 4(1), 41-48.

Isnaini, dkk. 2016. “Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama

melalui Model Pembelajaran Treffinger”. Jurnal Didaktk Matematika,

3(1), 15-25.

Jamil Suprihatiningrum. 2014. Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Juliansyah Noor. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana.

40
41

Karunia Eka L dan M. Ridwan Yudhanegara. 2017. Penelitian Pendidikan

Matematika. Bandung: PT Refika Aditama.

Miftahul Huda. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pejara.

Nailil Faroh, dkk. 2014. “Model Missouri Mathematic Project Terpadu dengan

TIK Untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah dan Kemandirian Belajar”.

UJMER, 3(2), 99-103.

Nurlaela,L. Dan Ismayati,E. 2015. Strategi Belajar. Berpikir Kreatif. Yogyakarta:

Ombak.

Novi Marliani. 2016. “Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematic

Project (MMP) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”.

JPPM, 9(1), 33-39.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang

Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

Purna Bayu Nugroho, dkk. 2014. “Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri

Mathematic Project (MMP) dan Model Pembelajaran Student Teams

Achievement Divisions (STAD) Disertai Assessment for Learning Melalui

Teman Sejawat Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA di

Kabupaten Bantul”. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2(1), 44-

53.

Restie Kartika Maharani dan Delia Indrawati. 2018. “Pengaruh Model

Pembelajaran Treffinger Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Pelajaran


42

Matematika Materi Bangun Ruang”. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

6(4), 506-515.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

---------. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Wina Sanjaya. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Zaenal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


41

Anda mungkin juga menyukai