Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN SDM

PRODIKTIFITAS DAN PENINGKATAN MUTU SDM

DI SUSUN OLEH : DINRO SINAGA (1861201186)


MUHAMMAD FADHILLAH (1861201219)
SEPTIAN HADI NUGROHO (1861201155)

UNIVERSITAS LANCANG KUNING


FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami bisa selesaikan makalah ini mengenai produktifitas dan
peningkatan mutu SDM.

Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman kami,Kami menyadari


seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka
untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang produktifitas dan


peningkatan mutu SDM ini bisa memberi manfaat utaupun inpirasi pada
pembaca.

PEKANBARU,16 SEPTEMBER 2019

PENYUSUN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ I
KATA PENGANTAR .......................................................................... II
DAFTAR ISI ........................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG .........................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................
1.3, TUJUAN PENULISAN .......................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Sumber Daya Manusia ........................................
2.2.Pengertian dan Ruang linkup manajemen mutu ...................
2.3.Pengertian produktivitas........................................................
2.4. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Produktiv .................
2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja ...
2.6. Faktor-Faktor Penentu Produktivitas ...................................
2.7. Manfaat Peningkatan Produktivitas .....................................
2.8.Kaitan manajemen mutu dengan produktivitas ....................
BAB III PENUTUP
3.1.KESIMPULAN .....................................................................
3.2.SARAN .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak
dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan. SDM
juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan perusahaan. Pada
hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai
penggerak untuk mencapai tujuan organisasi itu.

Keberadaan SDM merupakan hal terpenting dalam proses pengendalian mutu,


sebab tenaga kerja sebagai pelaku utama dalam melakukan pengawasan. Semakin
baik kualitas tenaga kerja semakin baik pula proses pengendalian mutu yang
dilakukan. Jadi tenaga kerja sebagai pelaku utama tidak boleh dikesampingkan
juga keberadaannya, dengan kata lain proses peningkatan SDM harus selalu
ditingkatkan baik melalui pelatihan, dan pengembangan kemampuan lainnya.
(Gaspersz, 1997 : 4)

Manajemen sumber daya manusia pada umumnya untuk memperoleh tingkat


perkembangan yang setinggi-tingginya, hubungan kerja yang serasi antara
karyawan dan penyatupaduan sumber daya manusia secara efektif atau tujuan
efesiensi dan kerja sama sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas
kerja pada suatu perusahaan atau instansi tersebut (Sunyoto, 2012: 1).

Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama


untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan
yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga
kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan demikian,
pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki
hubungan satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola
hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks.
Menurut Wignjosoebroto, produktivitas secara umum dapat diformulasikan
sebagai berikut: (Wignjosoebroto, 2000)

1. Produktivitas = Output/input (measurable)+ input (invisible). Invisible input


meliputi tingkat pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja dan pengaturan
organisasi, dan motivasi kerja.

2. Produktivitas = total keluaran yang dihasilkan. Tenaga Kerja jumlah tenaga


kerja yang dipekerjakan Di sini produktivitas dari tenaga kerja ditunjukkan sebagai
rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia
(man-hours), yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Tenaga kerja yang dipekerjakan dapat terdiri dari tenaga kerja langsung ataupun
tidak langsung, akan tetapi biasanya meliputi keduanya.

Produktivitas merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan dan


mengembangkan suatu organisasi atau perusahaan. Melalui pendekatan
produktivitas suatu organisasi akan timbul dan berkembang sehingga dapat
bersaing baik dalam lingkup domestik maupun dalam lingkungan internasional
serta dapat memberikan kontribusi sosial yang layak kepada masyarakat.

Dalam suatu perusahaan tujuan awal adalah meraih keberhasilan yang berdampak
pada kemajuan suatu perusahaan. Salah satu ukuran keberhasilan kinerja individu,
organisasi atau perusahaan terletak pada produktivitasnya. Apabila
produktivitasnya tinggi atau bertambah, maka suatu organisasi atau perusahaan
tersebut bisa dikatakan berhasil. Apabila lebih rendah dari standar atau menurun,
bisa dinyatakan tidak atau kurang berhasil (Wibowo, 2007: 109).

Pengertian produktivitas seperti yang dikutip Ravianto (1990) dari ” Rome


Conference European Productivity Agency ” tahun 1958 disebutkan :
1. Produktivitas adalah tingkat efisiensi dan efektivitas dari penggunaan elemen
produksi.

2. Produktivitas merupakan sikap mental, sikap mental yang selalu mencari


perbaikan terhadap apa yang telah ada. Satu keyakinan bahwa seseorang dapat
melakukan pekerjaan lebih baik dari hari ini daripada hari kemarin dan hari esok
lebih baik daripada hari ini. Selanjutnya dikatakan bahwa produktivitas adalah
sikap mental yang mementingkan usaha terus menerus untuk menyesuaikan
aktivitas ekonomi terhadap kondisi yang berubah. Sikap mental untuk menerapkan
teori-teori serta metode-metode baru dan kepercayaan yang teguh akan kemajuan
umat manusia.

Menurut Siagian (1995) yang dimaksud produktivitas adalah ” kemampuan


memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang
tersedia dengan menghasilkan keluaran (output) yang optimal bahkan kalau
mungkin yang maksimal ”.

Nawawi dan Martini (1990) mengemukakan bahwa produktivitas kerja tidak dapat
terwujud jika personel hanya dituntut menunaikan kewajiban atau tanggung
jawabnya tanpa memenuhi hak yang seharusnya diterima. Sebaliknya produktivitas
kerja juga tidak akan terwujud, jika personel hanya menuntut haknya tanpa
menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana seharusnya.

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan jika karyawan telah melaksanakan
tugas kewajiban dan tanggung jawabnya maka selayaknyalah kepentingan
pribadinya sebagai tenaga kerja dan secara manusiawi mendapat pelayanan yang
baik dan lancar, kondisi ini memungkinkan timbulnya kepuasan kerja yang
berpengaruh kepada dedikasi, loyalitas moral, dan semangat kerja yang tinggi akan
membentuk disiplin kerja yang tinggi pula dan hal ini tercermin dalam kesediaan
dan kesungguhan karyawan menunaikan pekerjaannya yang akan bermuara pada
peningkatan produktivitas kerja. Produktivitas kerja juga mengandung pengertian
sebagai suatu perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta karyawan
persatuan waktu. Peran serta karyawan dapat tercermin melalui keterlibatannya,
kecakapannya dan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan untuk tujuan
yang telah ditetapkan.
Meningkatkan produktivitas adalah penting sekali, karena dengan demikian
kesejahteraan dapat ditingkatkan sampai pada tingkat penggunaan faktor-faktor
produksi yang jumlahnya sama. Namun demikian meningkatkan produktivitas
tidak akan dapat tercapai secara langsung, melainkan hanya bisa dicapai melalui
perubahan perilaku faktor-faktor produksinya.

Peningkatan produktivitas merupakan masalah sistem dalam arti tertentu, karena


banyak segi dari pekerjaan dan kegiatan perusahaan yang mempunyai dampak
terhadap produktivitas tenaga kerja. Pada kebanyakan perusahaan, jarang ditemui
adanya kegiatan, teknik atau metode tanggal yang merupakan satu-satunya
landasan bagi peningkatan produktivitas, pada umumnya sejumlah kombinasi dan
teknik dan metode dianggap merupakan sarana yang paling efisien untuk
meningkatkan produktivitas.

Untuk merancang suatu program perbaikan efektivitas keorganisasian,


perusahaan pertama kali harus menentukan sesuatu yang terjadi secara faktual
apakah dalam hal produktivitas atau mutu produk. Ukuran dari kriteria kunci suatu
mutu adalah syarat pokok untuk menilai suatu proses perbaikan. Intervensi
produktivitas atau mutu seharusnya tidak diinisiasi tanpa adanya kriteria kunci
ukuran yang handal dan absah.
1.2.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penyusun dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pengertian sumber daya manusia

2. Apa pengertian, makna dan ruang lingkup manajemen mutu ?

3. Apa pengertian produktivitas ?

4. Bagaimana Kualitas Sumber Daya Manusia yang Produktiv?

5. Apa saja Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja?

6. Apa saja Faktor-Faktor Penentu Produktivitas?

7. Apa Manfaat Peningkatan Produktivitas?

8. Bagaimana kaitan manajemen mutu dengan produktivitas ?

1.3 Tujuan penulisan


Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun dari beberapa masalah yang
telah dirumuskan :

1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Sumber Daya


Manusia;
2. Untuk memahami pengertian sumber daya manusia.
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan ruang lingkup
manajemen mutu
4. Untuk megetahui pengertian produktivitas
5. Untuk mengetahui Bagaimana Kualitas Sumber Daya Manusia yang
Produktiv.
6. Untuk mengetahui Apa saja Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Tenaga Kerja.
7. Untuk mengetahui Apa saja Faktor-Faktor Penentu Produktivitas.
8. Untuk mengetahui Apa Manfaat Peningkatan Produktivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam organisasi,
harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya
mungkin dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002, p.2). Oleh karena itu tenaga kerja
merupakan faktor penting dalam mengukur produktivitas. Hal ini disebabkan oleh
dua hal, antara lain; pertama, karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk
tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk atau
jasa kedua, karena masukan pada faktor-faktor lain seperti modal (Kussriyanto,
1993).

Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan
tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan.
SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan perusahaan. Pada
hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai
penggerak untuk mencapai tujuan organisasi itu.

Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang karyawan bukan sebagai sumber


daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi.
Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu
H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekadar sebagai aset utama,
tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan
dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability
(beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi
lebih mengemuka.

Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian mikro dan makro.
Pengertian SDM secara mikro adalah individu yang bekerja dan menjadi anggota
suatu perusahaan atau institusi dan biasa disebut sebagai pegawai, buruh,
karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkang pengertian SDM
secara makro adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan
kerja, baik yang belum bekerja maupun yang sudah bekerja.

Secara garis besar, pengertian Sumber Daya Manusia adalah individu yang bekerja
sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan
berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.

2.2.Pengertian dan Ruang linkup manajemen mutu


A. Pengertian Manajemen Mutu

Mutu ialah tingkat kesempurnaan dalam produk, pelayanan penjualan, dan


pelayanan purna jual. Menurut Juran (1993), mutu produk ialah
kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan.

Menurut Deming (1982:176) mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar


atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai
pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen,
sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas,
maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang
maupun jasa.

Menurut Feigenbaum (1986:7) mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya


(full customer satisfication). Suatu produk dianggap bermutu apabila dapat
memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan harapan
konsumen atas produk yang dihasilkan.

Dari beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh para ahli, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk.

Hansen dan Mowen (1997) menjelaskan bahwa mutu ialah kepuasan pelanggan
dalam delapan dimensi :

a) Kinerja (performance). Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan


fungsi-fungsi produk. Kinerja jasa terdiri dari : daya tanggap (responsiveness),
kepastian atau jaminan (assurance), dan empati (empathy). Daya tanggap ialah
keinginan untuk membantu pelanggan dan menyediakan pelayanan yang konsisten
dan bersifat segera. Kepastian atau jaminan berkaitan dengan pengetahuan dan
keramahan karyawan serta kemampuan mereka membangun kepercayaan dan
keyakinan pelanggan. Empati berarti pemberian perhatian kepada pelanggan.

b) Esetika (aesthetics). Estetika ialah penampilan wujud produk yaitu gaya,


keindahan, penampilan fasilitas, peralatan, personalia, dan materi komunikasi yang
berkaitan dengan jasa.

c) Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability). Kemudahan perawatan


dan perbaikan berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki
produk.

d) Keunikan (features). Keunikan (mutu desain) adalah karakteristik produk


yang berbeda secara fungsional dari produk-produk sejenis.

e) Reliabilitas (reliability). Relibilitas adalah probabilitas produk atau jasa


menjalankan fungsinya dalam jangka waktu tertentu.

f) Durabilitas (durability). Durabilitas ialah umur manfaat dari fungsi produk.

g) Tingkat kesesuaian (quality of conformance). Tingkat kesesuaian ialah


ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa memenuhi spesifikasinya.

h) Pemanfaatan (fitness for use). Pemanfaatan ialah kecocokan dari sebuah


produk menjalankan fungsinya sebagaimana yang diiklankan.

SNI 19-8402-1996 mendefinisikan manajemen mutu sebagai : seluruh kegiatan


dari keseluruhan fungsi manajemen yang menetapkan kebijakan mutu, sasaran dan
tanggung jawab, serta penerapannya dengan cara seperti perencanaan mutu,
pengendalian mutu, jaminan mutu dan peningkatan mutu dalam sistem mutu. Jika
pada konsep jaminan mutu pengendalian hanya berkaitan dengan siklus proses
produksi, maka pada konsep manajemen mutu melibatkan seluruh aspek dari
fungsi manajemen dan organisasi perusahaan. Jadi tidak hanya terbatas pada
bagian produksi saja, tetapi juga bagian administrasi, pemasaran, logistik atau
pembelian, keuangan dan semua unit kerja atau bagian dalam perusahaan.

Motor pengendali mutu adalah manajemen. Manajemen dapat melakukan


identifikasi perubahan mendasar yang diakibatkan oleh faktor kerja kelompok, visi
sistem dan tanggungjawab dengan cara mempelajari proses yang ada dan
menganalisis perbaikannya. Kegiatan pengendalian mutu diartikan sebagai suatu
sistem efektif yang memungkinkan proses produksi dan pelayanan pada tingkat
paling ekonomis, tetapi dapat menghasilkan suatu barang/jasa dengan nilai pemuas
yang maksimal melalui serangkaian kegiatan pengendalian perancangan,
pengendalian pasokan bahan, pengendalian produk dan kajian khusus.

Untuk memberikan yang terbaik dari produk/jasa maka harus didukung oleh
faktor pengendalian mutu secara terpadu, seperti kepemimpinan manajemen,
kepemimpinan proses/produk, keunggulan sumber daya manusia (SDM) dan
orientasi kepada konsumen.

Tujuan dari konsep manajemen mutu adalah untuk mengoptimalkan keuntungan


yang diperoleh dengan penggunaan biaya seefektif mungkin. Hal ini dapat dicapai
melalui pengelolaan proses dari seluruh aktivitas bisnis yang dilakukan oleh setiap
fungsi dalam organisasi perusahaan secara efektif.

Dalam penerapan manajemen mutu piranti yang dipergunakan adalah sistem


mutu yang sudah distandarkan. Standar sistem mutu sering juga disebut sebagai
standar sistem manajemen mutu yang menguraikan secara terperinci persyaratan
yang harus dipenuhi oleh suatu sistem manajemen mutu untuk memenuhi sasaran
yang telah ditetapkan.

B. Ruang Lingkup Manajemen Mutu

Terdapat dua pandangan tentang mutu :

a) Pandangan Tradisional: mutu produk, mutu pelayanan penjualan dan mutu


pelayanan purna jual boleh kurang dengan persentase tertentu dari mutu yang telah
ditentukan, boleh ada produk cacat dan pelayanan cacat.
b) Pandangan Kontemporer: mutu produk, mutu pelayanan penjualan dan mutu
pelayanan purna jual tidak boleh kurang dengan persentase tertentu dari mutu yang
telah ditentukan, produk cacat harus nol dan pelayanan cacat harus nol. Dalam hal
ini manajer harus bertindak sebagai pengendali mutu total
berdasarkan “Manajemen Mutu Terpadu”.

SNI 19-8402-1996 mendefinisikan manajemen mutu terpadu sebagai suatu


pendekatan manajemen dari suatu organisasi yang dipusatkan pada masalah mutu,
didasarkan pada partisipasi seluruh anggotanya dan bertujuan mencapai
keberhasilan dalam jangka-panjang melalui kepuasan pelanggan dan bermanfaat
bagi seluruh anggota organisasi dan masyarakat.

Beberapa prinsip dasar yang berkaitan dengan konsep manajemen mutu


terpadu diantaranya adalah :

1) Mutu merupakan tanggung jawab dari setiap orang

2) Melakukan dengan benar pada saat pertama kali dan pada setiap saat (do it
right at the first and every time)

3) Kekuatan kerjasama tim

4) Keseimbangan antara pengembangan sistem (proses), kebudayaan (manusia)


dan kemampuan (perusahaan) yang ada harus dicapai

5) Pengendalian terhadap proses

6) Peningkatan mutu secara terus menerus melalui kosep “plan-do-check-


action=PDCA”

7) Bench marking

8) Penggunaan statistical process control.


2.3.Pengertian produktivitas
Pengertian Produktivitas

Produktivitas mengandung pengertian yang berkenaan dengan konsep ekonomis,


filosofis dan sistem. Sebagai konsep ekonomis, produktivitas berkenaan dengan
usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna
untuk pemenuhan kebutuhan manusia dan masyarakat pada umumnya. Sebagai
konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental
yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik
dari hari ini. Hal inilah yang memberi dorongan untuk berusaha dan
mengembangkan diri. Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran
bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur-
unsur yang relevan sebagai sistem. (Anoraga dan Suyati, 1995).

2.4. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Produktiv


Apabila kita melihat secara sepintas apa-apa yang terdapat di dalam suatu
organisasi sebagai sistem sosial maka ada dua unsur yang nampak yaitu, unsur
pertama umumnya dikenal dengan nama sumber daya manusia dan yang kedua
sumber daya bukan manusia, antara lain adalah mesin-mesin, bahan mentah, uang,
peralatan, dan lain sebagainya. Sumber daya bukan manusia walau bagaimanapun
canggihnya tidak mempunyai arti apa-apa bagi organisasi jika tidak digunakan
oleh sumber daya manusia. (Ravianto, 1986)

Sumber daya manusia dapat diukur kualitas kerjanya. Berikut kualitas


produktivitas sumber daya manusia yang dapat diukur dari keberhasilan sebagai
berikut: (Ravianto, 1986)

1. Peningkatan kemampuan teoritis adalah suatu kapasitas individu untuk


mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

2. Peningkatan kemampuan teknis adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu


pekerjaan.
3. Peningkatan kemampuan konseptual adalah mampu memprediksi segala
sesuatu yang memprediksi segala sesuatu yang ada kaitannya sasaran yang akan
dituju

4. Peningkatan moral adalah mampu melaksanakan koordinasi, mampu


bekerjasama, selalu berusaha menghindari perbuatan tercela dan mampu bersedia
mengembangkan diri.

2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja


Produktivitas tenaga kerja menunjukkan kemampuan seseorang tenaga kerja atau
pekerja untuk menghasilkan sejumlah output dalam satu satuan waktu tertentu.
Produktivitas tenaga kerja tersebut dapat merupakan ukuran efisiensi pemanfaatan
tenaga kerja. Hal ini mengingat bahwa secara nyata, seorang pekerja dalam
melakukan pekerjaannya belum tentu memanfaatkan seluruh kemampuan yang
dimilikinya.

Produktivitas tenaga kerja adalah pencerminan dari mutu tenaga kerja jika hal-hal
lain dianggap tetap sama. Menurutnya, perubahan (peningkatan) produktivitas
kerja dapat terjadi karena pengaruh beberapa hal yaitu: (Kasnawi,2006)

1. Sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah yang lebih besar atau mutu
yang lebih baik.

2. Sumber daya modal fisik tersedia dalam jumlah yang lebih banyak atau mutu
yang lebih baik

3. Mutu modal manusia itu sendiri yang meningkat.

4. Kondisi dan lingkungan kerja yang lebih baik.

Peranan sumber daya alam dalam dalam peningkatan produktivitas baik dilihat dari
jumlah maupun mutunya memang sangat penting. Namun kenyataan
memperlihatkan bahwa faktor peranan tersebut tidak selalu sama di setiap Negara.
Sebagai ilustrasi, Singapura adalah sebuah negara kecil yang memiliki sumber
daya alam yang sangat minim, namun dikenal sebagai negara yang telah berhasil
memperlihatkan bahwa keterbatasan sumber daya alam bukan penghalang untuk
meningkatkan produktivitasnya.

Wiyono, dalam (Kasnawi,2006) mengemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja


dipengaruhi oleh enam hal, yaitu:

a. Perkembangan barang modal per pekerja.

b. Perbaikan tingkat ketrampilan, pendidikan dan kesehatan pekerja.

c. Meningkatkan skala usaha.

d. Perpindahan pekerja antar jenis kegiatan.

e. Perubahan komposisi output dari tiap sektor atau sub sektor.

f. Perubahan teknik produksi.

Basri, dalam (Kasnawi,2006) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya


produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh pemanfaatan kapasitas dari
berbagai sektor produksi guna mencapai pertumbuhan ekonomi. karena
pemanfaatan kapasitas rendah, maka produktivitas rendah. Jadi dengan demikian,
produktivitas tenaga kerja secara umum ditentukan oleh beberapa komponen,
yaitu:

Unsur tenaga kerja itu sendiri, termasuk metode kerjanya, kesehatannya, tingkat
pendidikannya, kebiasaannya, dan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
usahanya, kompensasi kerja (upah dan gaji) dan lain sebagainya yang bersumber
dari diri tenaga kerjanya.

1. Kapasitas produksi dari setiap sektor produksi.

2. Peralatan atau fasilitas penunjang tenaga kerja ( teknologi ).

3. Produktivitas tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar

lingkungan perusahaan.
2.6. Faktor-Faktor Penentu Produktivitas
Ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas, baik yang berhubungan
dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan
dan kebijaksanaan pemerintah secara keseluruhan. Menurut Balai Pengembangan
Produktivitas Daerah dalam buku Sedarmayanti (2001), adalah sebagai berikut:

“Enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, adalah:

1. Sikap kerja, seperti:kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work),


dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim.

2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam


manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri.

3. Hubungan antara kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha
bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan
produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles) dan
panitia mengenai keja unggul.

4. Manajemen produktivitas, yaitu: manajemen yang efisien mengenai sumber


dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.

5. Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas


dalam berusaha, dan berada pada j alur yang dalam berusaha.”

Sedangkan menurut Ambar Teguh Sulistyani dan Rosidah (2003), adalah sebagai
berikut:

“Faktor yang menentukan besar kecilnya produktivitas anatara lain:

· Knowledge

· Skills

· Abilities

· Attitude
Adapun penjelasan dari kutipan di atas yaitu sebagai berikut:

Pengetahuan merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang diperoleh


secara formal maupun non fomal yang memberikan kontribusi pada seseorang
didalam memecahkan masalah, daya cipta termasuk dalam melakukan atau
menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan yang
tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan
produktif.

Keterampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis opeasional mengenai


bidang tertentu, yang besifat kekaryaan. Keterampilan berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk melaksanakan atau menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan yang bersifat teknis. Dengan keterampilan diharapkan mampu
menyelesaikan pekerjaan secara produktif.

Abilities atau kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh
seorang pegawai. Pengetahuan dan keterampilan termasuk faktor pembentuk
kemampuan. Dengan demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi, diharapkan memiliki ability yang tinggi pula.

Attitude merupakan kebiasaan yang terpolakan. Jika kebiasaan yag terpolakan


tersebut memiliki implikasi positif dalam hubungannya dengan perilaku pekerja
maka akan menguntungkan. Artinya apabila kebiasaan-kebiasaaan pegawai adalah
baik, maka hal tersebut dapat menjamin perilaku kerja yang baik pula. Dengan
kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas dapat dipastikan dapat terwujud.

Berdasarkan uraian di atas produktivitas ditentukan oleh beberapa faktor penentu


diantaranya sikap kerja karyawan, manajemen produktivitas, efisiensi tenaga kerja,
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kebiasaan karyawan. Diharapkan
faktor-faktor terebut dapat menentukan tingkat produktivitas karyawan, dalam hal
ini fungsi manajemen sangat berperan dalam menentukan produktivitas yaitu
dengan cara melaksanakan program atau aktivitas manajemen sesuai dengan
prosedur yang diterapkan.

Menurut Anoraga dan Suyati (1995: 71-73) ada banyak faktor yang
mempengaruhi produktivitas, antara lain:

1) Pendidikan
Pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi akan
mempunyai produktivitas kerja yang lebih baik. Karena dengan bekal pendidikan,
maka orang akan lebih mudah dalam mempelajari hal-hal yang bersifat baru dalam
suatu sistem kerja.

2) Motivasi

Pimpinan harus perlu mengetahui dan memahami motivasi kerja dari setiap
karyawan. Dengan mengetahui motivasi itu maka pimpinan dapat membimbing
dan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik.

3) Disiplin Kerja

Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senan tiasa
berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah
ditentukan. Kedisiplinan dapat dibina melalui latihan-latihan antara lain dengan
bekerja menghargai waktu dan biaya yang akan memberikan pengaruh positif
terhadap produktivitas kerja karyawan.

4) Keterampilan

Keterampilan banyak pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan.


Keterampilan karyawan dalam perusahaan dapat ditingkatkan dengan kursus-
kursus, latihan dan lain-lain.

5) Sikap Etika Kerja

Sikap seseorang atau sekelompok orang dalam membina hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang di dalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok
yang lain sehingga tercipta hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara
perilaku dalam proses produksi akan meningkatkan produktivitas kerja.

6) Gizi dan Kesehatan

Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan yang
dikonsumsinya setiap hari. Gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan
karyawan, dan semua ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
7) Tingkat Penghasilan

Dengan penghasilan yang cukup, akan memberikan semangat kerja karyawan


bagi setiap karyawan untuk memacu prestasi sehingga produktivitas kerja
karyawan akan tercapai.

8) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja disini termasuk hubungan antar karyawan, hubungan dengan


pimpinan, suhu serta lingkunagn kerja.

9) Teknologi

Dengan adanya kemajuan teknologi meliputi peralatan yang semakin otomatis dan
canggih, yang bisa mendukung tingkat produksi dan mempermudah manusia
dalam melaksanakan kerjanya.

10) Sarana Produksi

Faktor-faktor produksi harus memadai dan saling mendukung dalam proses


produksi.

11) Jaminan Sosial

Perhatian dan pelayanan perusahaan kepada setiap karyawan, menunjang


kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan semakin bergairah dan
mempunyai semangat untuk bekerja.

12) Manajemen

Dengan adanya manajemen yang baik, maka karyawan akan terorganisasi dengan
baik pula. Sehingga produktivitas kerja karyawan tercapai.

13) Kesempatan Berprestasi

Setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, dengan
diberikan kesempatan berprestasi, maka karyawan akan meningkatkan produtivitas
kerjanya.
2.7. Manfaat Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas merupakan sesuatu yang diharapkan oleh perusahaan
karena peningkatan produktivitas adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai
perusahaan. Menurut Sedarmayanti (2001), manfaat peningkatan produktivitas
bagi karyawan dan bagi perusahaan diantaranya:

1. Meningkatnya pendapatan dan jaminan sosial lainnya.

2. Meningkatnya hasrat dan martabat serta pengakuan terhadap potensi


individu.

3. Meningkatkan motivasi kerja dan keinginan berprestasi.

4. Memperkuat daya saing masyarakat karena dapat memproduksi dengan

5. Biaya yang lebih rendah dan mutu poduksi lebih baik.

6. Menunjang kelestarian dan pengembangan orang atau peusahaan karena


dengan meningkatkan produktivitas memungkinkan organisasi atau perusahaan
memperoleh keuntungan yang dapat dimanfaatkan untuk investasi baru.

7. Menunjang hubungan industri yang lebih baik.

8. Membantu perluasan kesempatan kerja. Hal ini karena keuntungan yang


diperoleh dapat dimanfaatkan untuk ekspansi perusahaan yang berarti
membutuhkan tenaga kerja baru.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat peningkatan


produktivitas dapat dirasakan oleh seluruh aspek perusahaan baik untuk
manajemen perusahaan maupun untuk karyawan pada perusahaan dimana
peningkatan produktivitas ini merupakan pencapaian tujuan yang diharapkan oleh
perusahaan.

2.8.KAITAN MANAJAMEN MUTU DENGAN PRODUKTIVITAS


Performansi pegawai dipengaruhi oleh usaha, memotivasi dan kemampuan
pegawai, dan juga kesempatan dan kejelasan tujuan – tujuan kinerja yang diberikan
oleh organisasi kepada seorang pegawai. Masing – masing faktor di atas
mempunyai peran tertentu yang bisa mempengaruhi upaya perbaikan produktivitas
dan peningkatan mutu.

Manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) adalah


kemampuan menggunakan input secara efisien, efektif, dan produktif untuk
menghasilkan output yng telah ditetapkan. Robbins (1997:13) menjelaskan dengan
TQM maka seluruh komponen sumberdaya manusia yang terlibat di dalam
organisasi akan terpuaskan dan setiap individu di dalam organisasi tertanam
kesadaran untuk melakukan perbaikan terus menerus, yang digambakan di dalam
suatu siklus yang tidak terputus, yang digambarkan di dalam suatu siklus yang
tidak putus yang disebut PDCA atau Plan-Do-Chech-Act.

Konsep TQM berbasis pada kemampuan SDM organisasi di semua jenjang


dan jenis pekerjaan untuk mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan
eksistensi orgnisasi yang kompetitif.

Siklus PDCA

Act plan

Check do

Kelangsungan hidup bangsa dan perusahaan dalam jangka panjang


bergantung kepada kemampuan SDMnya untuk meningkatkan produktivitasnya
kerja dalam lingkungan persaingan. Produktivitas berhubungan secara signifikan
dengan kemampuan SDM dan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi). Jika
kemampuan SDM dan IPTEK meningkat maka produktivitas juga akan meningkat.

Landasan utama suatu program peningkatan produktivitas adalah sistem


pengukuran yang dipercaya. Meningkatkan produktivitas tanpa terlebih dahulu
mengukur posisi saat ini, akan menyebabkan hasil dari peningkatan tidak dapat
diukur dan bahkan tidak dapat dipercaya. Beberapa manfaat pengukuran
produktivitas didalam suatu organisasi perusahaan, antara lain:

1. Efisiensi penggunaan input lebih mudah dinilai

2. Input yang disediakan dan digunakan dalam proses bisnis lebih mudah
direncanakan

3. Standar produktivitas lebih mudah ditetapkan

4. Produktivitas masa mendatang lebih mudah direncanakan

5. Varian produktivitas lebih mudah diketahui

6. Tindakan kompetitif lebih mudah dilakukan

7. Laba operasi lebih mudah direncanakan

Berdasarkan uraian diatas hakikatnya produktivitas adalah terletak pada


sumber daya manusia mampu kerja efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil
maksimum yang akan digunakan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas
pelanggan, sehingga perusahaan memperoleh laba dan nilai perusahaan.

Sistem produktivitas dalam kegiatan industry dapat digambarkan sebagai


hubungan:

Input proses output produktivitas.

a. Input meliputi : bahan baku, tenaga kerja, alat kerja, metode kerja, modal
kerja, informasi, dan kepemimpinan

b. Proses yaitu tranformasi nilai tambah, yang berhubungan dengan SDM


bekerja efektif, efisien, dan produktif

c. Output yaitu barang dan jasa maksimum atau tertentu yang dapat dihasilkan

Produktivitas yaitu output dibagi input, sebagai umpan balik untuk


memperbaiki output, proses, dan input agar dapat menaikkan produktivitas terus-
menerus.

Semua kegiatan itu sangat tergantung pada kemampuan sumber daya


manusia, terutama buruh yang melaksanakan kerja. Buruh sebagai lokomotif yang
menarik beban manajemen untuk mencapai sasaran terakhir yaitu
memaksimumkan nilai perusahaan.

Manajemen mutu terpadu menjelaskan bahwa proses industri harus


dipandang sebagai suatu perbaikan kualitas secara terus menerus yang dimulai dari
sederet siklus adanya ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan
produk, proses produksi, distribusi kepada pelanggan, pelayanan purna jual, dan
keluhan pelanggan. Semuanya itu sebagai informasi relevan untuk
mengembangkan ide-ide untuk menciptakan produk baru atau meningkatkan
kualitas produk lama, memperbaiki proses produksi yang ada saat ini.

Kerangka pikir perusahaan tentang mutu dan produktivitas

Perusahaan

Mutu produktivitas

- Kepuasan pelanggan - efisiensi

- Image perusahaan - efektivitas

Laba, nilai tambah ekonomi, dan

nilai perusahaan
BAB III
PENUTUP

Sebagai penutup dari makalah ini, penulis memberikan beberapa kesimpulan dan
saran.
3.1.Kesimpulan
1. SDM merupakan sumber daya yang benar-benar dapat dijadikan sebagai strategi
yang handal dalam mencari strategi yang tepat, yaitu strategi yang unik untuk
memenangkan persaingan. Untuk itu pengelola SDM dalam sebuah perusahaan
menjadi sangat penting sehingga harus mendapatkan prioritas utama, jika
perusahaan itu ingin maju dan menjadi pemenang dalam pentas bisnis.

2. Pesatnya pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat produktivitas


karyawan. Jika suatu perusahaan mempunyai karyawan yang produktivitasnya
tinggi, maka akan berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan tersebut.

3.2.Saran
1. Mengingat perusahaan merupakan organisasi bisnis yang terdiri dari orang-
orang, hendanya seorang manejer dalam meningkatkan SDM tidak membedakan ,
semua karyawan harus di berikan pelatihan

2. Seorang Manajer melakukan riset lanjutan terhadap faktor sosial dan ditindak
lanjuti agar mereka merasa senang bekerja, puas dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA

Darsono dan Tjatjuk Siswandoko. Manajemen Sumber Daya Manusia Abad


21. Jakarta : Nusantara Consulting. 2011.

Tandzil, Adnan. Pengendalian Mutu dan


SDM. www.adnantandzil.blogspot.com diakses pada 06 Nopember 2015 pukul
18:30

Badriyah, Mila. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka Setia.


2015.

Priyanto Wahyu, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja


karyawan (studi kasis pada bagian distribusi perusahaan daerah air minum
(PDAM) kabupaten
Bayuwangi), http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/880 , diakses
pada tanggal 08 November 2015 pada pukul 17.00

Sutrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana. 2015.

Anda mungkin juga menyukai